Post Orif Humeri
Post Orif Humeri
FRAKTUR HUMERUS
Disusun Oleh:
SEMESTER V
CI KLINIK CI INSTITUSI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA JAYA PALU
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga
fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, kedaan tulang itu sendiri dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap (Price, Wilson, 2003)
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik (Brunner & Suddarth, 2000).
Fraktur adalah terputusnya kontuinitast ulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari
yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer dan Bare,2002).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpukan bahwa fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang yang dapat disebabkan oleh trauma,rudapaksa
atau oleh penyebab patologis yang dapat digolongkan sesuai dengan jenis dan
kontinuitasnya.
B. Etiologi
Penyebab fraktur diantaranya:
a. Fraktur Fisiologis
Suatu kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan,
tenaga fisik, olahraga, dan trauma dapat disebabkan oleh:
1) Cidera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan.
2) Cidera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan terjulur menyebabkan fraktur
klavikula, atau orang tua yang terjatuh mengenai bokong dan berakibat
fraktur kolom femur.
b. Fraktur Patologis
Dalam hal ini kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur. Dapat terjadi
pada berbagai keadaan berikut:
1) Tumor tulang, terbagi menjadi jinak dan ganas
2) Infeksi seperti Osteomielitis
3) Scurvy (penyakit gusi berdarah)
4) Osteomalasia
5) Rakhitis
6) Osteoporosis ( Rasjad, 2007)
C. Klasifikasi
a. Fraktur terbuka
Fraktur terbuka atau patah tulang terbuka adalah hilangnya kontinuitas
tulang disertai kerusakan jaringan lunak (otot, kulit, jaringan saraf, dan
pembuluh darah) yang dapat disebabkan oleh trauma langsung pada area
yang terkena.
b. Fraktur tertutup
Fraktur tertutup atau patah tulang tertutup adalah hilangnya kontinitas
tulang tanpa disertai kerusakan jaringan kulit yang dapat disebabkan oleh
trauma langsung atau kodisi tertentu, seperti degenerasi tulang
(osteoporosis).
D. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekeuatan dan gaya pegas
untuk menahan tekanan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih
besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Ketika patah
tulang, terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan
jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan, kerusakan tulang
dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal
medul antara tepi tulang bawah periostrium dengan jaringan tulang yang
mengatasi fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan
nekrotik ditandai dengan fase vasodilatasi dari plasma dan leukosit, ketika
terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk
memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang.
Hematom yang terbentuk biasa menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan
gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai
organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot,
sehingga meningkatkan tekanan kapiler di otot, sehingga meningkatkan
tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemik dan
menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini
menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndrom
comportement.
Tulang bergenerasi sama seperti jaringan tubuh yang lain. Fraktur
merangsang merangsang tubuh untuk menyembuhkan tulang yang patah
dengan jalan membentuk tulang baru diantara ujung patahan tulang-tulang
baru dibentuk oleh aktivitas sel-sel. Pada stadium poliferasi sel menjadi
fibrokartilago. Sel yang mengalami poliferasi terus masuk kedalam lapisan
yang lebih dalam dan bergenerasi sehingga terjadi osteogenesis. Sel-sel
yangberkembang memiliki potensi yang kardiogenik
Pathway
E. Manifestasi klinik
a. Nyeri hebat di tempat fraktur
b. Tak mampu menggerakkan ekstremitas
c. Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi
berubah,bengkak, kripitasi, sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rontgen : menetukan lokasi, luasnya fraktur, trauma, dan jenis
fraktur.
b. Scan tulang, temogram, CT scan/MRI :memperlihatkan tingkat keparahan
fraktur, juga dan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
c. Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada
multipel trauma) peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal
setelah trauma.
e. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk pasien ginjal.
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfusi
mulpel atau cidera hati.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur mengacu kepada empat tujuan utama yaitu:
I. Pencegahan
Menjaga kesehatan dan kekuatan tulang dengan mengonsumsi minuman
atau makanan tinggi kalsium. Seperti susu, yogurt, atau keju
Gunakan sepatu yang sesuai dengan aktivitas, terutama saat berolahraga
Gunakan perlengkapan pelindung diri yang tepat saat melakukan olahraga
ekstrim.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas pasien
Meliputi tanggal pengkajian, ruangan, nama (inisial), No MR, umur,
pekerjaan, agama, jenis kelamin, alamat, tanggal masuk RS, alasan masuk
RS, cara masuk RS, penanggung jawab.
2) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu
Tanyakan juga penyakit yang pernah dialami pasien sebelumnya,
riwayat penyakit pasien yang pernah dirawat dirumah sakit serta
pengobatan yang pernah didapatkan dan hasilnya. Dan ada tidaknya
riwayat DM pada masa lalu yang akan mempengaruhi proses perawatan
post operasi.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga tentang keluhan pasien saat ini,
biasanya pasien mengalami nyeri pada daerah fraktur, kondisi fisik
yang lemah, tidak bisa melakukan banyak aktifitas, mual, muntah, dan
nafsu makan menurun.
c) Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan pada pasien dan atau keluarga mengenai penyakit yang
berhubungan dengan yang diderita pasien saat ini dan penyakit
herediter/keturunan lainnya (anggota keluarga dengan riwayat penyakit
yang sama).
3) Data pola kebiasaan sehari-hari
a) Nutrisi
Makanan
Catat pola kebiasaan makan saat sehat dan sakit. Catat diit yang
diberikan rumah sakit pada pasien dan jumlahnya. Tanyakan
konsumsi diit atau makanan sehari-hari lainnya pada waktu sakit dan
bandingkan pada waktu sehat, catat porsi makan yang dihabiskan,
keluhan saat makan serta kemandirian dalam pelaksanannya.
Minuman
Tanyakan jumlah cairan yang diminum dan ragamnya, bandingkan
jumlahnya pada saat sakit dengan sehat. Catat keluhan yang
dirasakan pasien dan kemandirian dalam melaksanakannya.
b) Eliminasi
Miksi
Tanyakan frekuensi buang air kecil dan perkiraan jumlahnya,
bandingkan pada keadaan sakit dengan sehat serta catat karakteristik
urine (warna, konsistensi dan bau serta temuan lain) serta keluhan
yang dirasakan selama BAK dan kemandirian dalam
melaksanakannya serta alat bantu yang dipakai.
Defekasi
Tanyakan frekuensi buang air besar, bandingkan pada keadaan sakit
dengan sehat serta catat karakteristik feses(warna, konsistensi dan
bau serta temuan lainnya) serta keluhan yang dirasakan selama BAB
dan kemandirian dalam melaksanakannya.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum pasien
Tingkat kesadaran
Berat badan
Tinggi badan
b) Kepala
Amati bentuk kepala, adanya hematom/oedema, perlukaan (rinci
keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka).
Rambut : Amati keadaan kulit kepala dan rambut serta
kebersihannya dan temuan lain saat melakukan inspeksi.
Wajah: Amati adanya oedema/hematom, perlukaan disekitarwajah
(rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka) dan
temuan lain saat melakukan inspeksi.
Mata : Amati kesimetrisan kedua mata, reflek cahaya, diameter
pupil, kondisi bola mata (sklera, kornea, atau lensa, dll) keadaan
kelopak mata dan konjungtiva serta temuan lainya.
Hidung : Amati keadaan hidung, adanya perlukaan, keadaan septum,
adanya sekret pada lubang hidung, darah atau obstruksi), adanya
pernafasan cuping hidung dan temuan lain saat melakukan inspeksi
(rinci keadaan luka, luas luka, adanya jahitan, kondisi luka).
Bibir : Amati adanya oedema, permukaan (rinci keadaanluka, luas
luka, adanya jahitan, kondisi luka), warna bibir dan kondisi mukosa
bibir serta temuan lain saat melakukan inspeksi.
Gigi : Amati kelengkapan gigi, kondisi gigi dan kebersihanserta
temuan lain saat melakukan inspeksi.
Lidah : Amati letak lidah, warna, kondisi dan kebersihanlidah serta
temuan lain saat melakukan inspeksi.
c) Leher
Amati adanya pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening
dileher serta deviasi trakea, adanya luka operasi, pemasangan drain
serta temuan lain saat melakukan inspeksi. Lakukan auskultasi pada
kelenjar thyroid jika ditemukan pembesaran. Ukur jugularis vena
pressure (JVP), tuliskan lengkap dengan satuannya.
d) Dada/thorak
Inspeksi : Pengamatan terhadap lokasi pembengkakan, warna kulit
pucat, laserasi, kemerahan mungkin timbul pada area terjadinya
fraktur adanya spasme otot dan keadaan kulit.
Palpasi : Pemeriksaan dengan cara perabaan, yaitu penolakanotot
oleh sentuhan kita adalah nyeri tekan, lepas dan sampai batas mana
daerah yang sakit biasanya terdapat nyeri tekan pada area fraktur dan
didaerah luka insisi.
Perkusi : Perkusi biasanya jarang dilakukan pada kasusfraktur.
Auskultasi : Periksaan dengan cara mendengarkan gerakanudara
melalui struktur merongga atau cairan yang mengakibatkan struktur
sulit bergerak. Pada pasian fraktur pemeriksaan ini pada area yang
sakit jarang dilakukan.
e) Jantung
Inspeksi : Amati ictus cordis.
Palpasi : Raba lokasi dirasakan ictus cordis dan kekuatan angkanya.
Perkusi : Tentukan batas-batas jantung.
Auskultasi : Dengarkan irama denyutan jantung, keteraturandan
adanya bunyi tambahan.
f) Perut/abdomen
Inspeksi : Amati adanya pembesaran rongga abdomen,keadaan kulit,
luka bekas operasi pemasangan drain dan temuan lain saat
melakukan inspeksi.
Auskultasi : Dengarkan bunyi bising usus dan catat
frekuensinya dalam 1 menit.
Palpasi : Raba ketegangan kulit perut, adanya
kemungkinanpembesaran hepar, adanya massa atau cairan.
Perkusi : Dengarkan bunyi yang dihasikan dari ketukandirongga
abdomen bandingkan dengan bunyi normal.
g) Genitourinaria
Amati keadaan genetalia, kebersihan dan pemasangan kateter serta
temuan lain saat melakukan inspeksi.
h) Ekstremitas
Amati adanya bentuk, adanya luka (rinci keadaan luka), oedema, dan
pengisian kapiler, suhu bagian akral serta temuan lain saat pemeriksaan.
i) Sistem integumen
Amati warna kulit, rasakan suhu kulit, keadaan turgor kulit, adanya luka
serta temuan lain saat pemeriksaan.
j) Sistem neurologi (diperiksa lebih rinci jika pasien mengalami penyakit
yang berhubungan dengan sistem neurologis)
Glascow Come score
Tingkat kesadaran
Refleks fisiologis
Reflek patologis
Nervus cranial I – XII
B. Diagnosa
C. Intervensi
https://www.academia.edu./167753736/LAPORAN_PENDAHULUAN_POS
T_ORIF_HUMERI