Anda di halaman 1dari 3

MAHESWARA A.

D TARIGAN
F34170130

TUGAS PSDM
INDRAGIRI HILIR - Kecelakaan kerja terjadi di PT Riau Sakti United
Plantations-Industry (RSUP) di Kabupaten Inhil, Riau yang merupakan perusahaan
pengolahan industri makanan. Dalam musibah ini, seorang karyawan meninggal
dunia. Korban atas nama Agun Rahmadi. Pria berusia 23 tahun ini tewas karena
terjatuh dari gudang milik perusahaan."Korban sempat dirawat di rumah sakit.
Namun karena banyak mengeluarkan darah, nyawa korban tidak tertolong," kata
Kepala Bidang Humas Polda Riau AKBP, Guntur Aryo Tejo Selasa (15/11/2016).
Kecelakaan kerja itu berawal saat korban ditugaskan pihak perusahaan untuk
membuka baut mal semenisasi bangunan gudang nenas milik PT RSUP yang berada
di Kecamatan Pulay Burung, Inhil pada pukul 11.30 WIB. Saat naik ke gudang
dengan ketinggian 2,60 meter, korban tidak menggunakan pengaman apapun. Saat
akan membuka baut itulah korban tergelincir. Diduga korban tergelincir karena
diatas gudang terbuat dari besi itu licin. "Tubuh korban mengalami benturan serta
paha kiri korban tertusuk besi ulir dengan panjang 16 milimeter. Korban mengalami
luka tusuk sedalam 5 centimeter. Korban banyak kehilangan darah," kata Guntur.
Analisis kasus
Kasus diatas termasuk kedalam jenis hazard fisik karena terkait dengan
aspek fisik dari resiko yang dapat mempengaruhi munculnya suatu kerugian, baik
dari segi frekwensi atau dari segi tingkat kerusakannya. kasus diatas termasuk
kedalam hazard ini karena kerugiannya bersangkutan dengan fisik dan atap
bangunan yang licin. Kasus diatas juga termasuk dalam morale hazard yaitu
kerugian yang diakibatkan oleh sikap berbeda tertanggung karena adanya jaminan
asuransi. Misalnya, seseorang memiliki rumah yang sudah diasuransikan. Karena
sudah diasuransikan, pemilik rumah seringkali bertindak ceroboh, misalnya dengan
tidak memperhatikan keamanan sambungan listrik. Sikap tersebut dapat
memperbesar terjadinya bencana. Kasus diatas termasuk kedalam hazard ini karena
merasa sudah memiliki asuransi sehingga tidak menggunakan APD yang baik dan
benar. Kasus diatas juga termasuk kedalam legal hazard yaitu Menggunakan
peraturan atau perundang-undangan untuk melindungi masyarakat, namun malah
seringkali diabaikan sehingga membuka peluang terjadinya bencana. Misalnya
asuransi kecelakaan kerja yang harus disediakan oleh pemberi kerja untuk
menjamin keselamatan pekerjanya. Namun pada kenyataannya pengadaan fasilitas
keselamatan kerja justru sering diabaikan oleh penyedia kerja. Inilah yang dapat
meningkatkan terjadinya bencana. Kasus diatas termasuk kedalam hazard ini
karena perusahaan sudah memberikan asuransi tetapi tidak memberikan fasilitas
APD yang baik dan benar sehingga resiko terjadinya kecelakaan kerja semakin
besar.
Kecelakaan diatas terjadi karena kecerobohan pekerja yang tidak
menggunakan APD dengan baik saat bertugas, lantai atap yang licin juga
berpengaruh terhadap terjadinya kecelakaan, dan tidak adanya peraturan yang ketat
dari perusahaan untuk memerintahkan para pekerja menggunakan APD dengan
baik dan benar. Kecelakaan diatas juga bias disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan pekerja akan pentingnya penggunaan APD saat bekerja atau karena
pekerja yang bersangkutan malas untuk menggunakan APD karena bagi sebagian
pekerja terutama di Indonesia APD hanya membuang-buang waktu karena
pemakainnya yang cukup memakan waktu. Kecelakaan diatas juga bias terjadi
karena kecerobohan perusahaan yang tidak meyediakan APD yang baik dan benar,
hal ini mungkin terjadi karena biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk APD
yang baik dan benar itu cukup mahal.
Kecelakaan diatas dapat diambil pelajaran untuk para pekerja lain dan
perusahaan agar lebih menekankan unsur keselamatan serta tidak meremehkan
kegunaan APD yang itu sangat penting perannya dalam melakukan pekerjaan
apalagi jenis pekerjaan yang memiliki resiko tinggi. Perusahaan juga harus
menyediakan APD yang baik dan benar, memberikan pelatihan tentang penggunaan
APD yang baik dan benar, dan membuat peraturan yang ketat bagi para pekerja
tentang penggunaan APD itu sendiri. Untuk para pekerja dapat lebih mentaati
aturan yang diberlakukan oleh perusahaan, lebih sadar akan pentingnya
penggunaan APD untuk keselamatan dalam bekerja, dan lebih fokus dalam bekerja
karena sangat penting apalagi bagi para pekerja dengan resiko kecelakaan kerja
yang tinggi.

PERATURAN TERKAIT KASUS DIATAS :


Permenaker No 09 tahun 2016 ini mewajibkan kepada pengusaha dan atau
pengurus untuk menerapkan K3 dalam bekerja di ketinggian. Penerapan K3 dapat
dilakukan dengan memastikan beberapa hal berikut :
1. Perencanaan (Dilakukan dengan tepat dengan cara yang aman serta
diawasi)
a) Menyediakan peralatan kerja untuk meminimalkan jarak jatuh atau
mengurangi konsekuensi dari jatuhnya tenaga kerja
b) Menerapkan sistem izin kerja pada ketinggian dan memberikan instruksi
atau melakukan hal lainnya yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan
2. Prosedur Kerja (Untuk melakukan pekerjaan pada ketinggian)
a) Teknik dan Cara perlindungan Jatuh
b) Cara pengelolaan peralatan
c) Teknik dan cara melakukan pengawasan pekerjaan
d) Pengamanan tempat kerja
e) Kesiapsiagaan dan tanggap darurat.
3. Teknik (tatacara) Bekerja (yang) aman
4. APD, Perangkat Pelindung Jatuh dan Angkur
5. Tenaga Kerja (kompeten dan adanya Bagian K3)
Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
Undang-Undang ini mengatur dengan jelas tentang kewajiban pimpinan
tempat kerja dan pekerja dalam melaksanakan keselamatan kerja.

Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


Undang-Undang ini mengatur mengenai segala hal yang berhubungan
dengan ketenagakerjaan mulai dari upah kerja, jam kerja, hak maternal, cuti sampi
dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
Undang-undang No.1 tahun 1970
 Pasal 3 ayat (1) butir f : Memberikan alat-alat perlindungan diri pada para
pekerja
 Pasal 9 ayat (1) butir c : Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan
pada tiap tenaga kerja baru tentang APD bagi tenaga kerja yang bersangkutan
 Pasal 12 butir b : Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak
tenaga kerja untuk memakai APD yang diwajibkan
 Pasal 14 butir c : Pengurus diwajibkan menyedikan secara cuma-cuma Alat
Perlindungan Diri yang diwajibkan pada pekerja dan orang lain yang memasuki
tempat kerja.
Permenakertrans No. Per.08/Men/VII/2010
 Pasal 2 ayat (1) menyebutkan pengusaha wajib menyediakan Alat
Perlindungan Diri bagi pekerja/buruh ditempat kerja.
 Pasal 5 menyebutkan pengusaha atau pemgurus wajib mengumumkan secara
tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan Alat
Perlindungan Diri ditempat kerja.
 Pasal 6 ayat (1) menyebutkan pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki
tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesyai dengan potensi
bahaya dan risiko
 Pasal 7 ayat (1) menyebutkan pengusaha atau pengurus wajib melaksanakan
manajemen Alat Perlindungan Diri di tempat kerja

Anda mungkin juga menyukai