Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN NYAMAN NYERI

I. KONSEP DASAR NYERI


A. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat
sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala
atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau
mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Asmadi, 2008).
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Saryono,
2018).Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul
secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya
kerusakan. Serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat
yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi
kurang dari 6 bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba
atau lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat
diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2018).Nyeri kronis serangan yang tiba-
tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat
diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan (NANDA, 2015).
B. Fisiologi Normal Sistem
1. Resepsi
Stimulus (mekanik, termal, kimia) pengeluaran histamin bradikinin,
kalium nosiseptor impuls syaraf serabut syaraf perifer kornu dorsalis medula
spinalis neurotransmiter (substansi P) pusat syaraf di otak respon
reflekprotektif.Adanya stimulus yang mengenai tubuh (mekanik, termal, kimia)
akan menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin,
kalium. Substansi tersebut menyebabkan nosiseptor bereaksi, apabila
nosiseptor mencapai ambang nyeri, maka akan timbul impuls syaraf yang akan
dibawa oleh serabut saraf perifer. Serabut syaraf perifer yang akan membawa
impuls syaraf ada dua jenis, yaitu serabut A-delta dan serabut C. Impuls syaraf
akan di bawa sepanjang serabut syaraf sampai ke kornu dorsalis medulla
spinalis. Impuls syaraf tersebut akan menyebabkan kornu dorsalis melepaskan
neurotrasmiter (substansi P). Substansi P ini menyebabkan transmisi sinapis
dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus.Hal ini memungkinkan impuls
syaraf ditransmisikan lebih jauh ke dalam system saraf pusat. Setelah impuls
syaraf sampai di otak, otak mengolah impuls syaraf kemudian akan timbul
respon reflek protektif.
Neuroregulator Substansi yang memberikan efek pada transmisi stimulus
saraf, berperan penting pada pengalaman nyeri.Substansi ini titemukan pada
nocicepåtor yaitu pada akhir saraf dalam kornu dorsalis medula spinalis dan
pada tempat reseptor dalam saluran spinotalamik.Neuroregulator ada dua
macam yaitu neurotransmitter dan neuromodulator.Neurotransmitter
mengirimkan impuls elektrik melewati celah synaptik antara dua serabut
saraf.contoh: substansi P, serotonin, prostaglandin. Neuromodulator
memodifikasi aktivitas saraf dan mengatur transmisi stimulus saraf tanpa
mentrasfer secara langsung sinyal saraf yang melalui synaps.
2. Persepsi
Fase ini merupakan titik kesadaran seseorang terhadap nyeri, pada saat
individu menjadi sadarakan nyeri, maka akan terjadi reaksi yang komplek.
Persepsi menyadarkan individu dan mengartikan nyeri itu sehingga kemudian
individu dapat bereaksi. Proses persepsi secara ringkas adalah sebagai berikut:
 Stimulus nyeri medula spinalis talamus otak (area limbik) reaksi emosi
pusat otak persepsi
 Stimulus nyeri ditransmisikan ke medula spinalis, naik ke talamus,
selanjutnya serabut mentrasmisikan nyeri ke seluruh bagian otak, termasuk
area limbik. Area ini mengandung sel-sel yang yang bisa mengontrol emosi
(khususnya ansietas). Area limbik yang akan berperan dalam memproses
reaksi emosi terhadap nyeri. Setelah transmisi syaraf berakhir di pusat otak,
maka individu akan mempersepsikan nyeri.
3. Reaksi
Reaksi terhadap nyeri merupakan respon fisioligis dan perilaku yang
terjadi setelah mempersepsikan nyeri. Nyeri dengan intensitas ringan hingga
sedang dan nyeri yang superfisial menimbulkan reaksi ”flight atau fight”, yang
merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang simpatis pada saraf
otonom menghasilkan respon fisiologis, apabila nyeri berlangsung terus
menerus, maka sistem parasimpatis akan bereaksi
Secara ringkas proses reaksi adalah sebagai berikut:
 Impuls nyeri medula spinalis batang otak & talamus Sistem syaraf otonom
Respon fisiologis & perilaku Impuls nyeri ditransmisikan ke medula spinalis
menutju ke batang otak dan talamus. Sistem saraf otonom menjadi
terstimulasi, saraf simpatis dan parasimpatis bereaksi, maka akan timbul
respon fisiologis dan akan muncul perilaku (Asmadi, 2008)
C. Patofisiologi Nyeri
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau
mengalami nyeri (Saryono, 2018).
Patofisiologi nyeri ini dapat digambarkan sebagai berikut,
Reseptor nyeri disebut nosiseptor. Nosiseptor mencakup ujung-ujung saraf bebas
yang berespon terhadap berbagai rangsangan termasuk tekanan mekanis,
deformasi, suhu yang ekstrim, dan berbagai bahan kimia.Pada rangsangan yang
intensif, reseptor-reseptor lain misalnya badan Pacini dan Meissner juga mengirim
informasi yang dipersepsikan sebagai nyeri.Zat-zat kimia yang memperparah
nyeri antara lain adalah histamin, bradikini, serotonin, beberapa prostaglandin, ion
kalium, dan ion hydrogen. Masing-masing zat tersebut tertimbun di tempat
cedera, hipoksia, atau kematian sel. Nyeri cepat (fast pain) disalurkan ke korda
spinalis oleh serat A delta, nyeri lambat (slow pain) disalurkan ke korda spinalis
oleh serat C lambat.
Serat-serat C tampak mengeluarkan neurotransmitter substansi P sewaktu
bersinaps di korda spinalis.Setelah di korda spinalis, sebagian besar serat nyeri
bersinaps di neuron-neuron tanduk dorsal dari segmen.Namun, sebagian serat
berjalan ke atas atau ke bawah beberapa segmen di korda spinalis sebelum
bersinaps.Setelah mengaktifkan sel-sel di korda spinalis, informasi mengenai
rangsangan nyeri diikirim oleh satu dari dua jaras ke otak- traktus
neospinotalamikus atau traktus paleospinotalamikus.Informasi yang di bawa ke
korda spinalis dalam serat-serat A delta di salurkan ke otak melalui serat-serat
traktus neospinotalamikus. Sebagian dari serat tersebut berakhir di reticular
activating system dan menyiagakan individu terhadap adanya nyeri, tetapi
sebagian besar berjalan ke thalamus.Dari thalamus, sinyal-sinyal dikirim ke
korteks sensorik somatic tempat lokasi nyeri ditentukan dengan pasti.Informasi
yang dibawa ke korda spinalis oleh serat-serat C, dan sebagian oleh serat A delta,
disalurkan ke otak melalui serat-serat traktus paleospinotalamikus. Serat-serat ini
berjalan ke daerah reticular dibatang otak, dan ke daerah di mesensefalon yang
disebut daerah grisea periakuaduktus.Serat- serat paleospinotalamikus yang
berjalan melalui daerah reticular berlanjut untuk mengaktifkan hipotalamus dan
system limbik.Nyeri yang di bawa dalam traktus paleospinotalamik memiliki
lokalisasi yang difus dan berperan menyebabkan distress emosi yang berkaitan
dengan nyeri (Asmadi, 2008).
D. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan
kronis.Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan
tegangan otot.Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis (NANDA,2012)
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sistem
Menurut Smeltzer (2010) faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah :
1. Usia
Usia dalam hal ini merupakan variabel yang penting yang
mempengaruhi nyeri terutama pada anak dan orang dewasa. Perbedaan
perkembangan yang ditemukan antara kedua kelompok umur ini dapat
mempengaruhi bagaimana anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri.
Anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan beranggapan kalau apa yang
dilakukan perawat dapat menyebabkan nyeri. Anak-anak yang belum
mempunyai kosakata yang banyak, mempunyai kesulitan mendeskripsikan
secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat.Anak
belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon
nyeri pada anak.Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah
patologis dan mengalami kerusakan fungsi (Tamsuri, 2007).
2. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin ini dalam hubungannya dengan faktor yang
mempengaruhi nyeri adalah bahwasannya laki-laki dan wanita tidak
mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka terhadap
nyeri.Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan faktor yang berdiri
sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-laki harus berani dan tidak
boleh menangis dimana seorang wanita dapat menangis dalam waktu yang
sama. Penelitian yang dilakukan Burn, dkk.dikutip dari Potter & Perry,
mempelajari kebutuhan narkotik post operative pada wanita lebih banyak
dibandingkan dengan pria.
3. Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang
diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi
terhadap nyeri.Mengenali nilai-nilai budaya yang memiliki seseorang dan
memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya
membantu untuk menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan
harapan dan nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan
budaya akan mempunyai pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan
akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri dan respon-respon perilaku terhadap
nyeri juga efektif dalam menghilangkan nyeri pasien.
4. Keluarga dan Support Sosial
Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah
kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri
sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau
melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan
membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orangtua merupakan hal khusus
yang penting untuk anak-anak dalam menghadapi nyeri (Potter & Perry, 1993).
5. Ansietas ( Cemas )
Meskipun pada umumnya diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan
nyeri, mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua keadaaan. Riset tidak
memperlihatkan suatu hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga
tidak memperlihatkan bahwa pelatihan pengurangan stres praoperatif
menurunkan nyeri saat pascaoperatif.Namun, ansietas yang relevan atau
berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan persepsi pasien terhadap
nyeri.Ansietas yang tidak berhubungan dengan nyeri dapat mendistraksi pasien
dan secara aktual dapat menurunkan persepsi nyeri. Secara umum, cara yang
efektif untuk menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan
nyeri ketimbang ansietas (Asmadi, 2008).
6. Pola koping
Ketika seseorang mengalami nyeri dan menjalani perawatan di rumah
sakit adalah hal yang sangat tak tertahankan.Secara terus-menerus klien
kehilangan kontrol dan tidak mampu untuk mengontrol lingkungan termasuk
nyeri.Klien sering menemukan jalan untuk mengatasi efek nyeri baik fisik
maupun psikologis.Penting untuk mengerti sumber koping individu selama
nyeri.Sumber-sumber koping ini seperti berkomunikasi dengan keluarga,
latihan dan bernyanyi dapat digunakan sebagai rencana untuk mensupport klien
dan menurunkan nyeri klien.
F. Manifestasi Klinis (Saryono, 2010)
1. Gangguam tidur
2. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
3. Perubahan nafsu makan
4. Tekanan darah meningkat
5. Pernafasan meningkat
G. Patofisiologi
Menurut Ignatavicus & Workman (2010) Konduksi impuls noriseptif pada
prinsipnya ada dua tahap yaitu :
1. Melalui sistem noriseptif
Reseptor di perifer  lewat serabut aferen, masuk medulla spinalis 
ke batang otak oleh mesenfalon / midbrain.
2. Melalui tingkat pusat
Impuls noriseptif mesenfalon ke korteks serebri di korteks asosiasinya
 sensasi nyeri dapat dikenal karakteristiknya. Impuls - impuls nyeri
disalurkan ke sumsum tulang belakang oleh 2 jenis serabut bermielin rapat A
delta dan C dari syaraf aferen  ke spinal dan sel raat dan dan sel horn  SG
melepas P (penyalur utama impuls nyeri )  Impuls nyeri menyeberangi
sumsum belakang pada interneuron – interneuron bersambung dengan jalur
spinalis asenden.
Paling sedikit ada 6 jalur ascenden untuk impuls-impuls nosireseptor
yang letak pada belahan vencral dari sumsum belakang yang paling utama :
SST (spinathamic tract) = jalur spinareticuler trace)  impuls-impuls ke
batang otak dan sebagian ke thalamus mengaktifkan respon automic dan
limbic (pada kulit otak )  afektif dimotivasi.
H. Tanda dan Gejala (NANDA, 2015)
1. Klien melaporkan nyeri baik secara verbal atau non verbal Tingkah laku
ekspresif (gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang,
mengeluh)
2. Menunjukkan kerusakan pada bagian tubuhnya.
3. Posisi untuk mengurangi nyeri.
4. Ada gerakan untuk melindungi.
5. Tingkah laku berhati-hati.
6. Fokus pada diri sendiri dan penurunan interaksi dengan lingkungan.
7. Perubahan dalam nafsu makan dan minum.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan mencakup pemeriksaan
laboratorium darah dan pemeriksaan radiologi (Asmadi, 2008)
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi.(2008). Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien. Jakarta : Salemba Medika.

Herdman.(2009). Nanda International : Diagnosis Keperawatan 2009-2011. Jakarta :


EGC.

Ignatavicius,D & Workman., M.L (2010). Medical surgical nursing : chritical thinking
for collaborative care. (6th ed vol.1). Missouri : Elsevier saunders.

Moorhead S, dkk. 2013. NOC (Nursing Outcomes Classsification). Jakarta : Elsevier.

Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


Editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta. EGC.

Nurarif, Amin H & Hardi Kusuma.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc. Jilid 2. Jogjakarta: Mediaction.

Saryono, A. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia (KDM). Yogyakarta : Nuha Medika.

Smelter,S.S. Bare.B.G (2010). Buku ajar keperawatan medical bedah volume 2 kuncara
et all.Jakarta : EGC.

Tamsuri, anas (2007). Konsep dan penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC.

Taylor, et al (2011). Fudamentals Of Nursing :The Art And Science Of Nursing Care
Edition. China : Lippincont Company.

Anda mungkin juga menyukai