Abstrak
Tujuan: Anak membutuhkan nutrisi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Keinginan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi anak seringkali membuat keluarga melakukan tindakan yang tidak tepat yang
mengakibatkan anak mengalami sulit makan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kontrol
makanan, model peran, keterlibatan anak dengan sulit makan.
Metode: Desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional digunakan dalam penelitian ini.
Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 190 responden yang diambil dengan teknik propotional random
sampling. Uji statistik yang digunakan yaitu Chi Square.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna kontrol makanan, model peran,
keterlibatan anak dengan p value < 0,05 terhadap sulit makan anak.
Simpulan: Keluarga merupakan pihak yang paling bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi anak melalui aktivitas pemberian makan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi terkait kebutuhan keluarga sebagai sistem pendukung utama bagi anak sehingga perawat
komunitas dapat mendesain strategi intervensi pemberdayaan keluarga yang tepat guna mencegah
sulit makan pada anak. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menganalisa faktor predisposisi
seperti nilai, norma, budaya dan karakteristik keluarga berhubungan dengan sulit makan pada anak.
Kata Kunci: keterlibatan anak, kontrol makanan, model peran, sulit makan
Abstract
Aims: Children need nutrients for growth and development. The desire to fulfill the nutritional needs of
children often make families improper actions that resulted in children have trouble eating. The purpose of
this study was to determine the relationship of diet control, role models, the involvement of children in eating
rejection.
Method: This study applied a cross sectional design. Samples of 190 children were taken using purposive
sampling technique. The data were analyzed using Chi Square test.
Results: There were significant relationships among food control, role models and the involvement of
children in eating rejection (p value < 0,05).
Conclusion: Family is the most responsible in fulfilling nutritional needs of children through feeding activity.
Results of this study are expected to provide information related to the needs of the family as the primary
support system for the child so that the community health nurses can design family empowerment intervention
strategies appropriate to prevent eating rejection in children. Future studies are expected to analyze the
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 10
Artikel Penelitian
predisposing factors such as values, norms, culture and family characteristics related to eating rejection in
children.
Key Words: involvement of children, food control, role models, eating rejection
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 11
Artikel Penelitian
tidak mau makan makanan yang disiapkan (gangguan otak); alergi dan BBLR.
maka ibu akan memaksa anak sebesar 33,3%,
memberikan makanan kesukaannya sebesar Variabel independen meliputi kontrol
22,2%, menjanjikan hadiah sebesar 16,7%, makanan, model peran dan keterlibatan anak.
membujuk anak sebesar 11,1%, memakan Sedangkan variabel dependen adalah sulit
makanan tersebut dihadapan anak sebesar makan. Kuesioner yang akan digunakan dalam
11,1%, mendiamkan sampai anak meminta penelitian ini terdiri dari kuesioner A dan B.
makan sebesar 5,6%. Kuesioner A merupakan instrumen baku
Comprehensive Feeding Practices
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Questionnaire (CFPQ) yang diperkenalkan
dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai oleh Eizenman dan Holub (2007) yang telah
berikut: bagaimana hubungan kontrol dimodifikasi oleh peneliti. Kuesioner B
makanan, model peran, keterlibatan anak mengenai kejadian sulit makan pada anak.
dengan kejadian sulit makan pada anak di Pernyataan sulit makan menggunakan skala
Kelurahan Kuto Batu Palembang. Guttman dengan pilihan jawaban ya dan tidak.
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 12
Artikel Penelitian
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Kejadian Sulit Makan Pada Balita
di Kelurahan Kuto Batu Kota Palembang
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Kontrol Makanan Dalam Keluarga
di Kelurahan Kuto Batu Kota Palembang
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Model Peran Dalam Keluarga
di Kelurahan Kuto Batu Kota Palembang
Tabel 4
Distribusi Frekuensi Keterlibatan Anak Dalam Keluarga
Di Kelurahan Kuto Batu Kota Palembang
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 13
Artikel Penelitian
Tabel 5
Hubungan Kontrol Makanan Dengan Kejadian Sulit Makan Pada Balita
di Kelurahan Kuto Batu Kota Palembang
Sulit Makan
Kontrol Total OR P
Ya Tidak
Makanan (95% CI) Value
n % n % n %
Tidak ada 62 66,7 31 33,3 93 100
1,959
Ada 49 50,5 48 49,5 97 100 0,024
(1,090 ; 3,523)
Total 111 58,4 79 41,6 190 100
Tabel 6
Hubungan Model Peran dengan Kejadian Sulit Makan Pada Balita
di Kelurahan Kuto Batu Kota Palembang
Sulit Makan
Model Total OR P
Ya Tidak
Peran (95% CI) Value
n % n % n %
Tidak baik 60 80 15 20 75 100
5.020
Baik 51 44,3 64 55,7 115 100 0,001
(2,556 ; 9,858)
Total 111 58,4 79 41,6 190 100
Tabel 7
Hubungan Keterlibatan Anak dengan Kejadian Sulit Makan Pada Balita
di Kelurahan Kuto Batu Kota Palembang
Sulit Makan
Keterlibatan Total OR P
Ya Tidak
Anak (95% CI) Value
n % n % n %
Tidak 65 73 24 27 89 100
dilibatkan 3,238
0.001
Dilibatkan 46 45,5 55 54,5 101 100 (1,759 ; 5,962)
Total 111 58,4 79 41,6 190 100
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 14
Artikel Penelitian
disampaikan oleh Centre for Community Child minimnya pengetahuan orangtua terkait cara
Health tahun 2006 yang menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak.
masalah sulit makan dialami 25% anak.12 Notoatmojo menyatakan bahwa pengetahuan
merupakan dominan yang sangat penting
Menurut Judarwanto, sulit makan dapat dalam membentuk tindakan seseorang.15
ditandai dengan perilaku memuntahkan Pemberian makan yang dilakukan dalam
makanan yang ada di mulut, makan dalam keluarga jika tidak didasari oleh pengetahuan
waktu lama (bertele-tele), tidak mau yang baik, maka akan menghasilkan tindakan
memasukkan makanan ke dalam mulut, yang kurang tepat. Program pemerintah yang
membuang makanan dan menepis suapan.13 hanya terfokus pada penyediaan makanan pada
Analisis lebih lanjut dari penelitian ini kaum marginal rendah dan tidak dibarengi
menggambarkan mayoritas balita di Kelurahan dengan perhatian terhadap pentingnya
Kuto Batu menunjukkan perilaku menepis melakukan praktik pemberian makan yang
makanan, menggelengkan kepala, mengatakan tepat guna mencegah sulit makan merupakan
“tidak mau”, tidak tertarik mencoba makanan penyebab kurangnya penyebaran informasi
baru dan hanya menyukai makanan tertentu terkait pemberian makan yang tepat pada
saja ketika diberikan makanan. balita. Dampaknya kader posyandu, keluarga
serta masyarakat pada umumnya tidak
Perilaku yang ditunjukkan oleh anak dapat memiliki pengetahuan yang baik yang dapat
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain dijadikan sebagai landasan dalam melakukan
karena adanya gangguan fisik13. Selain karena praktik pemberian makan yang tepat pada
gangguan fisik yang sulit diubah, analisa balita. Hal tersebut diperkuat dengan
peneliti terhadap masih tingginya kejadian sulit pernyataan kader posyandu dan ibu balita di
makan pada balita di Kelurahan Kuto Batu Kelurahan Kuto batu yang mengungkapkan
dikarenakan lebih dari separuh balita (63,2%) bahwa penyuluhan kesehatan terkait cara
berusia 1-3 tahun, dimana karakteristik balita pemberian makan yang tepat pada balita dan
pada usia ini ditandai dengan kesenangan masalah sulit makan pada anak belum pernah
untuk mengatakan tidak pada segala sesuatu dilaksanakan.
yang ditawarkan padanya. Hal ini didukung
oleh teori yang dikemukakan oleh Potter dan Kurangnya informasi dan program terkait
Perry yang mengemukakan bahwa pada usia pemberian makan yang tepat mengakibatkan
balita, egosentris sangat menonjol sehingga banyak orangtua yang melakukan pemberian
anak berusaha menunjukkan keakuan-nya makan yang kurang tepat. Hasil penelitian oleh
dikarenakan perasaan otonomi berkembang Powell, Farrow dan Meyer mengungkapkan
pada usia ini.14 Perasaan otonomi yang 25-50 % orangtua melakukan pemberian
berkembang mengakibatkan anak sudah mulai makan yang kurang tepat bagi anaknya.16
dapat menentukan hal yang disukai dan tidak Praktik pemberian makan yang kurang tepat
disukainya. Hasil penelitian yang dilakukan di dapat menimbulkan pengalaman yang kurang
New Zealand turut mendukung pernyataan menyenangkan pada anak saat aktivitas makan,
tersebut, penelitian oleh Beautrais, Fergusson sehingga anak akan merasa tersiksa ketika
dan Shannon dalam Wright, Parkinson, orangtua memberikannya makan dan berujung
Shipton dan Drewett mengemukakan bahwa pada penolakan terhadap makanan. Hal ini
24% anak usia 2 tahun mengalami masalah didukung oleh Horn, Galloway, Webb dan
sulit makan.3 Gagnon yang menyampaikan bahwa
pemberian makan dalam keluarga dapat
Penyebab lain dimungkinkan karena masih mengakibatkan sulit makan pada anak.8
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 15
Artikel Penelitian
Hasil analisis univariat diketahui lebih dari Bentuk lain dari tekanan yang seringkali
separuh keluarga melakukan kontrol makanan dilakukan orangtua adalah dengan membentak,
dengan baik pada anaknya (51,1%), namun berkata kasar, memaksa anak untuk makan
masih banyak orangtua yang melakukan makanan yang disediakan. Tekanan yang
kontrol makanan yang tidak tepat. Kontrol dilakukan orangtua agar anak mau makan atau
makanan merupakan tindakan yang dilakukan menghabiskan makanannya akan menggangu
orangtua terhadap makanan yang dikonsumsi psikologis anak20. Anak akan merasa bahwa
oleh anak. Anak balita belum mengerti terkait aktivitas makan merupakan aktivitas yang
makanan yang dibutuhkan bagi tidak menyenangkan sehingga anak akan
pertumbuhannya. Oleh karenanya kontrol kehilangan nafsu makan yang akan berdampak
makanan merupakan hal yang sangat penting pada pertumbuhannya.
dalam pengaturan makanan yang dikonsumsi
anak. Kebutuhan nutrisi anak akan terpenuhi Namun, tidak semua reward dapat
sesuai dengan kebutuhannya, jika keluarga menimbulkan dampak negatif pada perilaku
dapat menerapkan kontrol makanan dengan anak. Lowe, et. al. menyampaikan bahwa
baik. reward dapat memberikan efek positif bagi
perubahan perilaku termasuk perilaku dalam
Keluarga melakukan kontrol terhadap makanan mengkonsumsi makanan. Menurut Lowe, et.
yang dikonsumsi oleh anak dari jenis dan al., terjadi peningkatan konsumsi sayur dan
jumlah makanan yang dikonsumsi. Keinginan buah pada anak setelah diberikan penghargaan
keluarga khususnya orangtua untuk selalu (reward).21
memberikan yang terbaik bagi anaknya,
seringkali mengakibatkan kekeliruan dalam Bentuk reward yang tepat yang dapat
melakukan kontrol makanan. Tindakan dilakukan pada anak dengan memberikan
pemaksaan dan pemberian hadiah jika anak pujian, pelukan, ciuman pada anak jika anak
menghabiskan makanannya merupakan bentuk menunjukkan perilaku baik, misalnya jika anak
kontrol makanan yang tidak tepat diterapkan mengkonsumsi makanan sehat. Bentuk reward
pada anak. seperti tersebut diatas akan mempengaruhi
kondisi psikologis anak. Anak akan merasa
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 41,1% bahwa makan merupakan aktivitas yang
keluarga melakukan tekanan pada anak untuk menyenangkan. Menurut Judarwanto, orangtua
makan (pressure). Tekanan untuk makan yang selalu menunjukkan kasih sayangnya
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 16
Artikel Penelitian
dengan memberikan pujian, ketika anak sebesar 1,959 kali dibandingkan dengan
mengkonsumsi makanan sehat akan membuat keluarga yang melakukan kontrol makanan
anak berada dalam kondisi yang nyaman dan dengan baik (OR: 1,959; 95%CI: 1,090 ;
berimbas pada perkembangan perilaku makan 3,523). Temuan ini sejalan dengan hasil
yang baik pada anak.13 penelitian Lowe et. al. yang menyebutkan
pemberian reward pada anak jika mau
Pembatasan makanan juga merupakan bentuk mengkonsumsi makanan yang diinginkan
kontrol makanan yang tidak baik. Hasil orangtua akan menurunkan minat anak
penelitian ini menunjukkan bahwa 37,9% terhadap makanan tersebut.21 Penelitian lain
keluarga melakukan tindakan pembatasan menyatakan bahwa kebiasaan orangtua dalam
makanan (restriction) yang tidak tepat pada memaksa anak untuk mengkonsumsi sayur
anak. Menurut Corsini, Wilson, Kettler dan akan membuat anak semakin tidak menyukai
Danthiir, pembatasan makanan (restriction) sayuran.19,24
merupakan kontrol terlalu tinggi terhadap apa
dan berapa banyak makanan yang anak Kesulitan dalam pemberian makan yang
makan22. Pembatasan makanan yang dilakukan dialami orangtua dapat diakibatkan tindakan
orangtua seringkali tidak tepat, walaupun pemaksaan oleh orangtua pada anak untuk
sebenarnya orangtua memiliki tujuan yang menghabiskan makanannya.20 Greenspan
baik. Menurut Kurniasih, Hilmansyah, Astuti dalam Waugh, Markham, Kreipe dan Walsh,
dan Imam, orangtua berusaha membatasi mengungkapkan bahwa orangtua seringkali
makanan cepat saji bagi anak.23 Namun, tidak memperhatikan tanda lapar dan kenyang
Savage, Fisher dan Birch mengungkapkan yang ditampilkan anak, sehingga waktu
bahwa tindakan pembatasan terhadap pemberian makan dan porsi makanan
konsumsi makanan tertentu akan semakin ditentukan berdasarkan perkiraan keluarga.25
meningkatkan minat anak terhadap makanan Dengan demikian, anak tidak belajar mengenal
tersebut.19 Hal ini dapat disebabkan anak rasa lapar dan kenyang. Padahal pada
memiliki keinginan yang besar dalam kenyataannya, balita memiliki kemampuan
mengeksplorasi seluruh benda yang ada untuk mengkomunikasikan keinginannya
dilingkungannya. Anak akan mencoba termasuk dalam aktivitas makan. Oleh karena
menyentuh dan memasukkan segala benda ke itu, seharusnya orangtua berusaha untuk
dalam mulutnya. Anak yang mendapat mengenali tanda lapar dan kenyang pada anak.
larangan terlalu keras dari orangtua akan Kesimpulan dari analisis temuan penelitian ini,
semakin penasaran terhadap benda tersebut. keluarga khususnya orangtua hendaknya dapat
melakukan kontrol makanan yang baik bagi
Hasil analisa statistik dalam penelitian ini anaknya. Penerapan kontrol makanan yang
menunjukkan proporsi keluarga yang tidak tepat dapat membentuk perilaku makan yang
melakukan kontrol (66,7%) lebih banyak baik pada anak sehingga kebutuhan nutrisi
memiliki anak yang mengalami sulit makan yang diperlukan anak dalam masa
dibandingkan keluarga yang melakukan pertumbuhan dapat terpenuhi.
kontrol makanan. Hal ini didukung dengan
hasil analisis bivariat yang menunjukkan Hubungan Model Peran dengan Kejadian
adanya hubungan bermakna antara kontrol Sulit Makan pada Balita
makanan dengan kejadian sulit makan pada
balita (p value < 0,05). Resiko keluarga yang Hasil analisis univariat diketahui bahwa
tidak melakukan kontrol makanan untuk mayoritas responden menunjukkan model
memiliki anak yang mengalami sulit makan peran yang baik pada anaknya sebanyak
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 17
Artikel Penelitian
60,5%. Model peran merupakan suatu perilaku Analisis lanjut diketahui bahwa resiko
pemberian contoh sehingga orang yang melihat keluarga yang menunjukkan model peran tidak
akan mengikuti perilaku tersebut12. Orangtua baik untuk memiliki anak yang mengalami
selalu menginginkan yang terbaik bagi sulit makan sebesar 5,020 kali dibandingkan
anaknya, karena itu orangtua selalu berusaha dengan keluarga yang melakukan model peran
untuk melakukan segala hal agar anaknya dengan baik (OR: 5,020; 95%CI: 2,556 ;
memiliki perilaku yang baik. Usia balita 9,858). Orangtua yang tidak pernah
merupakan golden period, dimana anak mengkonsumsi makanan sehat dihadapan
mengalami pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya adalah orangtua yang tidak
yang pesat. Lingkungan keluarga sebagai mengajarkan anak untuk memiliki kebiasaan
lingkungan terdekat anak, memiliki peran makan makanan sehat. Menurut penelitian
penting dalam membentuk perilaku anak. yang dilakukan oleh Mascola, Bryson dan
Agras bahwa anak meniru perilaku orangtua
Anak yang merupakan peniru ulung akan yang seringkali memilih-milih makanan
dengan cepat menyerap dan mengikuti segala berdasarkan selera (kesukaan)27. Sebaliknya,
sesuatu yang dicontohkan oleh orang-orang jika orangtua mengkonsumsi banyak sayur dan
disekitarnya. Hal ini didukung oleh Grodner, buah dan menghindari konsumsi makanan
Long dan Walkingshaw yang menyatakan tidak sehat dihadapan anak-anaknya maka
bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh contoh akan mengurangi resiko anak dalam konsumsi
perilaku orang dewasa di sekitarnya.26 Oleh makanan yang tidak sehat.28
karenanya, peran orangtua untuk selalu
memberikan contoh yang baik bagi anak Keluarga khususnya orangtua merupakan
sangat diperlukan dalam rangka membentuk pihak yang paling banyak menghabiskan
perilaku anak, termasuk perilaku makan. waktu dengan anak-anaknya. Karakteritik
Savage, Fisher dan Birch menyatakan bahwa balita yang belum memiliki kemampuan
sejak dini anak belajar mengenai apa, kapan berpikir yang kompleks, membuat balita
dan berapa banyak makanan yang dikonsumsi cenderung meniru seluruh perilaku orang-
melalui keluarga.19 orang terdekatnya tanpa dapat
mempertimbangkan bahwa perilaku tersebut
Walaupun telah lebih dari separuh responden dapat menimbulkan dampak negatif atau
menunjukkan model peran yang baik pada positif bagi dirinya. Orangtua selayaknya
anaknya, namun secara statistik diketahui, selalu berusaha mencontohkan perilaku sehat
proporsi keluarga yang menunjukkan model di hadapan anak-anaknya. Hal ini penting
peran yang tidak baik bagi anaknya memiliki karena pembentukan perilaku sehat harus
anak sulit makan lebih besar (80%) dimulai sejak dini agar dapat berkembang
dibandingkan dengan keluarga yang menjadi kebiasaan baik pada tahap
menunjukkan model peran yang baik. Hasil uji perkembangan berikutnya.
chi square menunjukkan adanya hubungan
yang bermakna antara model peran dengan Hubungan Keterlibatan Anak dengan
kejadian sulit makan pada balita (p value < Kejadian Sulit Makan pada Balita
0,05). Temuan ini sejalan dengan penelitian
yang mengungkapkan bahwa role model Penyiapan dan pemilihan makanan merupakan
orangtua dalam mengkonsumsi makanan tanggung jawab orangtua khususunya ibu
merupakan faktor utama yang menentukan dalam keluarga. Namun, anak seharusnya turut
pola konsumsi F8anak terhadap makanan belajar untuk menyiapkan dan memilih
tersebut dimasa mendatang.24 makanan dengan melibatkannya5. Berdasarkan,
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 18
Artikel Penelitian
hasil analisis univariat diketahui bahwa lebih membentuk kebiasaan anak untuk selalu
dari separuh keluarga telah melibatkan anak memilih makanan sehat.29
dalam penyiapan makanan (53,2%), namun
masih banyak keluarga yang tidak melibatkan Menurut Friedman, Bowden dan Jones,
anak dalam penyiapan makanan. Adapun penyiapan dan pemilihan makanan merupakan
alasan orangtua di Kelurahan Kuto Batu Kota tanggung jawab ibu, namun secara perlahan
Palembang tidak melibatkan anak dalam anak harus mampu memilih dan menentukan
penyiapan makanan adalah 79,5% berbahaya, makanan sehat bagi dirinya.5 Bentuk pelibatan
80,5% hanya akan memperlambat, 80% anak dalam penyiapan makanan dapat berupa
merepotkan. Alasan yang dikemukakan mengajak anak belanja bahan makanan yang
responden dapat dimengerti, namun tidak dapat akan dimasak, memasak bersama, mengajak
dijadikan sebagai alasan untuk tidak anak memotong sayuran, membiarkan anak
melibatkan anak dalam penyiapan makanan. menyiapkan peralatan makannya sendiri
Pelibatan anak dalam penyiapan makanan dengan pengawasan, mengajak anak membuat
bertujuan agar anak mampu memilih dan makanan menjadi bentuk menarik serta masih
menentukan makanan sehat bagi dirinya. banyak bentuk pelibatan anak yang lainnya.
Namun, oleh karena perkembangan kognitif
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya dan motorik pada usia balita yang belum
hubungan bermakna antara keterlibatan anak matang mengakibatkan balita belum mampu
dengan kejadian sulit makan pada balita (p mempersiapkan dan memilih makanan secara
value < 0,05). Secara statistik dapat dianalisis mandiri. Untuk itu, pengarahan dan
bahwa keluarga yang tidak melibatkan anak pengawasan dari orangtua sangat diperlukan.
dalam penyiapan makanan berpeluang 3,238
kali untuk memiliki anak yang mengalami sulit SIMPULAN
makan dibandingkan dengan keluarga yang
melibatkan anak (OR: 3,238; 95%CI :1,759 ; 1. Lebih dari sebagian keluarga di Kelurahan
5,962). Anak yang tidak dilibatkan dalam Kuto Batu Kota Palembang telah
penyiapan makanan tidak mendapatkan suatu melaksanakan kontrol makanan (51,1%),
gambaran jelas mengenai makanan dan model peran (60,5%), keterlibatan anak
aktivitas makan yang setiap hari dijalankannya. (53,2%) dengan baik.
Sebaliknya, jika anak turut dilibatkan dalam 2. Ada hubungan yang bermakna antara
penyiapan makanan akan membentuk kontrol makanan, model peran dan
pemikiran anak bahwa penyiapan makanan keterlibatan anak dengan sulit makan pada
merupakan proses yang menyenangkan. anak (p value < 0,05).
Misalnya, anak dibiarkan menyiapkan
peralatan makannya sendiri, mengajak anak REFERENSI
membuat makanan dalam bentuk yang menarik
dan sebagainya. Pemikiran tersebut akan 1. Azwar, A. (2004). Kecenderungan
membuat anak cenderung tertarik pada Masalah Gizi dan Tantangan di Masa
aktivitas makan. Hal ini sejalan dengan Datang.
penelitian yang dilakukan oleh Sutherland, http://gizi.depkes.go.id/makalah/Makalah
Beavers, Kupper, Bernhardt, Heatherton dan %20Dirjen-Sahid%202.PDF. Diakses
Dalton yang mengungkapkan bahwa pada tanggal 20 Februari 2014.
melibatkan anak dalam pemilihan makanan 2. WHO (2010). Underweight in Children.
sehat ketika berbelanja di swalayan akan http://www.who.int/gho. Diakses pada
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 19
Artikel Penelitian
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 20
Artikel Penelitian
Jurnal Keperawatan Sriwijaya, Volume 2 - Nomor 1, Januari 2015, ISSN No 2355 5459 21