Gastromi Indonesia memiliki perang penting untuk gastronomi dunia
karena Indonesia cikal bakal makanan lezat di dunia. Lalu apa yang membuat makanan memiliki cita rasa? Tentu saja adalah rempah rempah. Sejarah mengatakan bahwasanya rempah rempah yang dikenal dunia ini awalnya berasal dari Indonesia. Pada zaman dahulu rempah rempah sangatlah mahal harganya. Banyak bangsa bangsa Eropa yang berebut Indonesia agar bisa menguasai rempah rempah. Salah satu daerah yang diperebutkan adalah Maluku. Pala merupakan komoditas rempah rempah yang berpengaruh di Maluku. Pedagang dari seluruh penjuru dunia datang ke Maluku dan mengemis kepada para sultan dan raja agar dibolehkan memasukkan rempah ke lambung kapal mereka (Gardjito, Putri, & Dewi, 2018). Melalui para pedagang inilah rempah rempah dibawa ke seluruh penjuru mata angin. Apabila kita bicara tentang rempah rempah, maka erat kaitannnya dengan makanan daerah. Mengapa? Karena rempah rempah memegang peranan penting dalam rasa makanan daerah di Indonesia. Tanpa kita sadari makanan daerah kaya akan rasa sesuai dengan budaya dan kekhasan dari daerah masing masing, sehingga apabila kita jual di luar negeri pasti harganya akan melambung tinggi. Sebagai contoh kecil dalam sepiring gudeg ada berapa banyak rempah yang dimasukkan.. Orang orang luar negeri sangat menyukai dan menghargai masakan daerah Indonesia. Akan tetapi, sayang sekali makanan daerah menjadi primadona di negeri orang tetapi menjadi terkesampingkan di negeri sendiri. Masih banyak masyarakat Indonesia yang lebih menyukai makanan makanan fastfood ketimbang makanan daerah. Maraknya restoran restoran cepat saji yang memiliki periklanan yang bagus membuat orang lebih tergiur makan makanan mereka. Dari segi fasilitas apabila dibandingkan dengan warung warung yang menjual makanan daerah seperti gudeg sangatlah jauh lebih modern restoran mereka. Atas dasar keprihatinan tersebut, makanan daerah sebagai aset nasional Indonesia memerlukan branding product atau lebih tepatnya rebranding product. Aaker menjelaskan konsep rebranding adalah suatu usaha komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk memberikan suatu kepribadian baru kepada brand atau produk melalui perubahan tampilan dalam atau luarnya (Nastain, 2017). Branding caranya sangat beragam mulai dari inovasi produk, pembuatan iklan berupa ilustrasi yang menarik, hingga strategi pemasaran. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kembali ke generasi milenial sekarang dengan kesan yang modern pula. Maka, kita harus bisa membungkus makanan daerah dengan bentuk modern tanpa mengubah cita rasanya. Melakukan inovasi produk dapat dilakukan dengan cara mengubah kemasan penyajian. Zaman sekarang semua orang menginginkan semua hal serba praktis. Kita bisa kabulkan itu, melakukan modifikasi bentuk produk ke yang lebih populer di kalangan anak muda zaman sekarang misalnya beberapa kedai di Jakarta menyajikan kebab nasi padang. Nasi padang, yang terlintas dipikiran orang orang pasti sebuah makanan dengan porsi besar yang biasa dimakan menggunakan tangan atau pincukan. Dengan ide cerdas tersebut, mereka bisa membuat penyajian baru yang dianggap orang akan lebih praktis yaitu dengan membungkusnya dengan kulit tortila. Hal hal semacam inilah yang saat ini dibutuhkan oleh makanan lokal di Indonesia. Pembuatan iklan dan strategi pemasan produk sangatlah penting agar pasar produk menjadi lebih luas. Tidak melulu harus lewat televisi, inovasi promosi yang dipaparkan saudari Agnes Siwi Purwaning Tyas adalah lewat dunia pendidikan. Sebagai upaya untuk mempromosikan budaya Indonesia melalui kuliner lokal, beberapa bagian dalam buku buku ajar khususnya bahasa inggris yang menjadi bidang keahlian beliau menampilkan beragam jenis makanan khas Indonesia bagian barat seperti makanan tradisional dari Jawa, Madura, dan Sumatera (Tyas, 2017). Hal tersebut memang sederhana, tetapi sangatlah bagus untuk pembelajaran jangka panjang terutama kepada anak anak generasi muda kita. DAFTAR PUSTAKA Gardjito, M., Putri, R. G., & Dewi, S. (2018). Kuliner Maluku. In M. Gardjito, R. G. Putri, & S. Dewi, Profil Struktur Bumbu dan Bahan dalam Kuliner Indonesia (p. 259). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nastain, M. (2017). Branding dan Eksistensi Product (Kajian Teoritik Konsep Branding dan Tantangan Eksistensi Produk). Channel, Vol. 5, No. 1, April 2017, hal. 14-26, 17. Tyas, A. S. (2017). Identifikasi Kuliner Lokal Indonesia dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Jurnal Pariwisata Terapan, No. 1, Vol. 1, 2017, 7.