Anda di halaman 1dari 5

UJI PENGARUH PH (4,6,DAN 8) TERHADAP AKTIVITAS ENZIM DIASTASE

PADA SAMPEL LARUTAN AMILUM 1%

I. TUJUAN
Mengetahui pengaruh pH (4,6,8) terhadap aktivitas enzim diastase.

II. METODE PERCOBAAN


A. Alat
- Tabung reaksi (3) - Inkubator (1)
- Gelas beaker (10) - Spatula (1)
- Pipet tetes (2) - Test plate (2)
- Rak tabung reaksi (1) - Pipet ukur 10 ml (6)
- Propipet (1) - Pipet ukur 1 ml

B. Bahan
- Larutan buffer pH 4 (6 Ml) - Larutan amilum (6 mL)
- Larutan buffer pH 6 (6 mL) - Larutan dekstrin (6 mL)
- Larutan buffer pH 8 (6 mL) - Larutan glikogen (6 mL)
- Enzim diastase - Air (secukupnya)
- Larutan benedict (3 mL) - Tisu (secukupnya)
- Iodium 0,01 N (secukupnya) - Label (secukupnya)

III. CARA KERJA


Tabung Ke Larutan buffer Substrat
1 6 mL larutan buffer pH 4 5 mL lar. Amilum 1%
2 6 mL larutan buffer pH 6 5 mL lar. Amilum 1%
3 6 mL larutan buffer pH 8 5 mL lar. Amilum 1%

Kontrol
Amilum + Iod
X Dextrin + Iod
Glikogen + Iod
X

Penambahan @tabung 1 mL larutan enzim diastase

Homogenisasi

Penginkubasian pada suhu 40oC selama 15 menit

Tiap 3 menit, diambil 1 tetes larutan dan Pengujian dengan larutan benedict 3 mL
ditambah 1 tetes 0,01 M iodium

Pendidihan selama 10 menit


Pengamatan perubahan warna

Pengamatan endapan merah bata

Fungsi Perlakuan
• Penambahan larutan enzim diastase berfungsi untuk mendegradasi substrat Amilum 1%
• Penambahan larutan amilum sebagai substrat
• Homogenisasi dilakukan guna membuat larutan merata (homogen)
• Penginkubasian dilakukan untuk memberikan waktu enzim diastase untuk menghidrolisis
amilum menjadi monosakarida dan dextrin.
• Penambahan iod dan pengambilan setiap 3 menit guna menganalisis aktivitas enzim diastase
dengan variable waktu
• Pengujian dengan benedict guna mengetahui ada atau tidaknya gula reduksi pada larutan
• Pendidihan guna mempercepat reaksi Benedict dengan gula reduksi
• Penambahan buffer dengan pH variasi guna mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas
enzim diastase da mengetahui pengaruh pH optimum enzim diastase bekerja
• Pembuatan control guna memudahkan untuk membanding intensitas warna
IV. PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Pengamatan

pH
Menit ke- Kontrol
4 6 8
0 +3 +1 +1 Amilum + iod
3 +3 +1 +1 (Biru kehitaman)
6 +3 +1 +1 Dekstrin + iod
9 +2 +1 +1 (Coklat kehitaman)
12 +2 +1 +1 Glikogen + iod
15 +2 +1 +1 (Ungu)
Uji Benedict +1 +3 +2
Prinsip praktikum kali ini adalah penggunaan uji iod dan uji benedict pada sampel
dengan tiga variasi pH berbeda (4, 6, dan 8). Sampel dengan aktivitas enzim tinggi akan
menghasilkan gula-gula sederhana dengan hasil degradasi amilum yang ditunjukkan dengan
adanya perubahan warna setelah dilakukan pengujian.
Hasil percobaan sampel larutan amilum 1% + iod pada pH 4 di menit ke 0,3, dan 6
menunjukkan intensitas warna yang tetap yaitu +3 berwarna biru kehitaman. Sedangkan pada pH
9, 12, dan 15 intensitasnya berkurang menjadi +2 berwarna coklat kehitaman. Pada pengujian pH
6, percobaan sampel amilum + iod pada menit 0, 3, 6, 9 ,12, dan 15 menunjukkan intensitas warna
yang tetap yaitu +1 berwarna kuning seperti iod. Sampel terakhir yaitu pada pH 8 pada menit 0, 3,
6, 9 ,12, dan 15 menunjukkan intensitas warna yang tetap yaitu +1 berwarna kuning seperti iod,
Menurut Tranggono (1989), apabila larutan berwarna biru maka sampel masih berupa
amilum yang belum terdegradasi. Tranggono (1989) juga menegaskan bahwa semakin lama waktu
pengujian seharusnya warna larutan akan semakin pudar atau intensitas warnanya tidak mengalami
perubahan karena proses degradasi sudah selesai. pH optimum enzim diastase ada pada pH 6,4 –
6,6. Akan tetapi, Ningsih (2012) juga menegaskan bahwa rentang pH optimum enzim diastase ada
pada pH 6-7. Maka urutan intensitas warna yang terbentuk dari yang paling pekat adalah pH 4 >
pH 6 = pH 8.
Apabila kita bandingkan hasil percobaan dengan teori yang ada, hasil percobaan sudah
sesuai. Pada pH 4, intensitas warna pekat dan berwarna biru sudah cocok dengan yang disampaikan
oleh Tranggono (1989) dan Ningsih (2012). pH 4 bukanlah pH optimum dari enzim diastase dan
jaraknya cukup jauh dari pH optimumnya. Akibatnya kinerja enzim akan lambat dan amilum masih
belum terdegradasi. Pada menit ke-9 dan seterusnya warna mulai memudar karena amilum sudah
mulai terdegradasi menjadi dextrin yang berwarna coklat kehitaman. pH 6 merupakan pH optimum
dari enzim diastase. Pada pH 6 sudah sesuai dengan teori karena tidak terjadi perubahan warna
menjadi biru karena amilum sudah sepenuh terdegradasi oleh enzim diastase sehingga hanya
menyisakan warna kuning dimana adalah warna dasar iod. Begitu juga pada pH 8, hasil
pengamatan sama dengan pH 6 karena pH 8 masih dekat dengan rentang pH optimum enzim
diastase. Sehingga degradasi amilum masih berjalan normal walaupun tidak secepat pH 6.
Percobaan selanjutnya adalah uji Benedict. Uji Benedict berfungsi untuk mengetahi
kandungan gula reduksi pada sampel (Nurjannah, Suryani, Achmadi, & Azhari, 2017). Hal ini
ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata pada sampel hasil degradasi amilum oleh enzim
diastase. Reaksi yang terjadi adalah

𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 + 𝐶𝐶𝐶𝐶2+ + 2𝑂𝑂𝐻𝐻 − → 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 + 𝐶𝐶𝐶𝐶2 𝑂𝑂 + 𝐻𝐻2 𝑂𝑂


aldosa kuprioksida kuprooksida
(endapan merah bata)
(Hasanah, 2017)

Pada Uji Benedict didapatkan hasil pengamatan pH 4 memiliki intensitas endapan yang
terbentuk +1, pH 6 memiliki intensitas endapan yang terbentuk +3, dan pH 8 memiliki intensitas
endapan yang terbentuk +2. Urutan intensitas endapan yang terbentuk dari yang terbanyak adalah
pH 6 > pH 8 > pH 4. Menurut Ningsih (2012), pH optimum enzim diastase ada pada pH 6. Sehingga
memang seharusnya jumlah gula reduksinya jauh lebih banyak dari yang lain karena enzim diastase
bekerja optimal pada pH 6. Sedangkan pada pH 8 gula reduksi yang terdegradasi lebih banyak dari
pH 4 karena lebih mendekati pH optimum enzim diastase. Hasil ini menunjukkan pengamatan
sudah sesuai dengan Pustaka yang ada. Hasil uji benedict juga didukung dengan uji iod sebelumnya
yang menunjukan bahwa pada pH 8 aktivitas enzim diastase juga lebih maksimal daripada pH 4.

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, pH Optimum Enzim diastase adalah pH 6. Pada pH 4
enzim diastase akan terhambat kerjanya dan pada pH 8 enzim diastase dapat bekerja lebih baik dari
pada pH 4 tetapi masih dibawah kinerja pH 6 sebagai pH optimum. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan urutan pH dimana enzim diastase dapat bekerja dengan baik adalah pH 6 > pH 8 > Ph
4.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, I. (2017). Studi Komparasi Kandungan Karbohidrat Tepung Biji Mangga Manalagi
dan Arumanis sebagai Alternatif Sumber Karbohidrat Pada Pembuatan Jenang Pelok.
Skripsi. Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo.
Ningsih, D. (2012). Karakterisasi Enzim Amilase dari Bakteri Bacillus amyloliquefaciens. Jurnal
LPPM 3(1).
Nurjannah, L., Suryani, Achmadi, S., & Azhari, A. (2017). Produksi Asam Laktat oleh
Lactobacillus delbrueckii sub sp. bulgaricus dengan Sumber Karbon Tetes Tebu. Jurnal
Teknologi Industri Pertanian Indonesia.
Tranggono. (1989). Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi
UGM.

VII. LEMBAR PENGESAHAN


Yogyakarta, 28 November 2020
Asisten, Praktikan,

(Secundina Frida H. H.) (Dina Clarissa Kurniawan) (Renno Meidi Akrommin)

VIII. LAMPIRAN
a. Hasil Diskusi
• Enzim Diastase memiliki Ph optimum 5 pada suhu kamar yaitu 25oC
• Pada percobaan kita menggunakan suhu 40oC sehingga seharusnya pH optimumnya adalah
7
b. Cek Plagiat

Anda mungkin juga menyukai