Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

TEORI EKONOMI MIKRO

DOSEN PEMBIMBING : Dr. HENDRO PRASETYONO, M.Pd

TENTANG

“ TEORI PERILAKU KONSUMEN ”

DISUSUN OLEH :

- VERY YANTO 201814500139


- DWI RESTI FAUZIAH 201714579053
- INDRI PUJI ASTUTI 201814500087
- DAMAYYANTI 201814500164
- JUWITA PUSPITA SARI 201814500169
- CERPINDA MARIA SIHOTANG 201814579029

PENDIDIKAN EKONOMI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
Kampus B Jl. Raya Tengah No. 80, Kel. Gedong, Kec. Pasar Rebo, Jakarta
Timur 13760 Telp. (021) 87797409 – 87781300
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Teori Perilaku Konsumen” dengan baik.

Kami menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi syarat tugas mata
kuliah Teori Ekonomi Mikro, dan untuk menambah pengetahuan tentang Perilaku
Konsumen.

Kami menyadari makalah yang kami buat ini jauh dari sempurna, sehingga kami
sangat membutuhkan kritik dan saran dari dosen dan teman-teman dalam
penyusunan makalah ini, agar kedepannya jauh lebih baik lagi.

Kami mohon maaf jika dalam penyusunan makalah ini ada kata-kata yang kurang
berkenan. Semoga makalah yang kami susun ini bermanfaat bagi masyarakat
pada umumnya dan mahasiswa universitas Indraprasta PGRI pada khususnya.

Jakarta, Oktober 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I STUDI KASUS .................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
TEORI PERILAKU KONSUMEN ............................................................................. 3
1. TEORI PENDEKATAN NILAI GUNA KARDINAL ....................................... 3
2. PENDEKATAN TEORI NILAI GUNA ORDINAL .......................................... 6
3. PERUBAHAN KURVA ANGGARAN (BUDGET LINE) .............................. 10
4. KURVA KESEIMBANGAN KONSUMEN ..................................................... 11
5. PERBEDAAN PENDEKATAN KARDINAL DAN PENDEKATAN
ORDINAL ............................................................................................................ 14
BAB III ANALISIS ....................................................................................................... 17
BAB IV KESIMPULAN ............................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 19

ii
BAB I

STUDI KASUS

1
2
BAB II

PEMBAHASAN

TEORI PERILAKU KONSUMEN


Setiap Konsumen berusaha memaksimalkan kepuasannya dalam
mengonsumsi suatu barang. Teori perilaku konsumen menerangkan
perilaku pembeli dalam menggunakan dan membelanjakan pendapatan
yang diperolehnya, yaitu :
a. Alasan para pembeli / konsumen untuk membeli lebih banyak barang
pada harga yang lebih rendah akan mengurangi pembelian pada
harga yang tinggi.
b. Bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi
dari barang yang akan dibeli dari pendapatan yang diperolehnya.
c. Bagaimana mendapat kepuasan maksimum dengan pengorbanan
sekecil (seminimum) mungkin.
Kepuasan konsumen dikenal dengan istilah utilitas (utility). Utilitas
sering disebut sebagai kepuasan ataupun nilai guna. Nilai guna (utility)
adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsi barang-barang. Jika kepuasan itu makin tinggi, maka
makin tinggi pula nilai gunanya (ultility-nya). Secara teori, tingkah laku
konsumen dalam upayanya memuaskan diri dapat dijelaskan melalui dua
pendekatan teori nilai guna, yaitu pendekatan teori nilai guna kardinal
dan pendekatan teori nilai guna ordinal.

1. TEORI PENDEKATAN NILAI GUNA KARDINAL


Teori Nilai Guna Kardinal memberikan penilaian subjektif akan
pemuasan kebutuhan dari suatu barang. Artinya tinggi rendahnya nilai
suatu barang bergantung pada subjek yang memberikan penilaian. Dengan
kata lain, suatu barang akan memberikan nilai guna yang tinggi bila
barang tersebut memberikan daya guna yang tinggi pula bagi yang
memakainya. Misalnya, sebuah cangkul akan memberikan daya guna yang

3
tinggi bagi petani dibandingkan bagi nelayan. Oleh karena itu nilai guna
cangkul lebih tinggi nilainya bagi petani dari pada nelayan.
Teori kardinal menyatakan bahwa nilai guna(ultility) dapat
dihitung secara nominal (secara kuantatif). Keputusan untuk mengonsumsi
suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh
dengan biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh sederhana dari hukum ini adalah sebagai berikut : Saya
suka makan durian. Untuk satu buah durian pertama yang saya habiskan
maka saya akan merasa “sangat puas”. Bila kemudian ada yang member
saya satu buah durian lagi, lalu saya makan maka saya akan merasa
“puas”. Bila ada yang memberikan lagi saya durian yang ke-3, maka saya
akan merasa “tidak puas” karena perut saya sudah terlalu kenyang dengan
durian pertama. Hukum ini adalah hukum subjektif, dalam artian
meskipun berlaku terhadap semua barang namun tingkat kepuasan yang
diperoleh masing-masing orang berbeda (subyektif) atas barang yang sama
sehingga bisa saja ada orang yang baru merasa tidak puas setelah makan
durian yang ke-8, ke-9, ke-10.
Nilai kegunaan yang diperoleh dari mengonsumsi sejumlah barang
atau jasa tertentu secara keseluruhan disebut ultilitas total (total ultility).
Sedangkan tambahan kepuasan dari penambahan satu unit barang yang
dikonsumsi disebut ultilitas marginal (marginal ultility). Persamaan untuk
total ultility dan marginal ultility adalah sebagai berikut :
TU = F(Q)

Keterangan:
Q = Output
= Perubahan Total Ultility
= Perubahan Output

4
Konsumen akan membuat pilihan yang akan memberikan mereka
kepuasan paling besar dan selalu berusaha untuk memaksimumkan nilai
guna atau kepuasan. Namun, apabila pemenuhan kebutuhan suatu barang
dilakukan secara terus menerus, kepuasan dalam mengonsumsi suatu
barang tersebut yang mula-mula tinggi, makin lama akan makin menurun
sampai akhirnya mencapai kejenuhan. Hukum ultilitas marginal yang
semakin menurun (law of diminishing marginal ultility) berbunyi “ jika
pemenuhan kebutuhan akan suatu jenis barang dilakukan secara terus
menerus, maka rasa nikmatnya mula-mula akan tinggi, namun semakin
lama kenikmatan tersebut semakin menurun sampai akhirnya mencapai
batas jenuh”.
Misalnya setelah anda berolahraga, nilaiguna dari mengonsumsi air
sangatlah tinggi. Namun, nilai tersebut semakin menurun jika anda terus
minum gelas kedua, ketiga dan seterusnya hingga mencapai kejenuhan.
Kepuasan Total dan Marginal dari mengkonsumsi Air
Konsumsi AIR Nilai Guna Total Nilai Guna Marginal
(gelas) (TU) (MU)
1 30 30
2 40 46-30=16
3 56 56-46=10
4 60 60-56=4
5 58 58-60=2

Dalam memenuhi kebutuhannya, konsumen bukan hanya


mengonsumsi 1 jenis barang, tetapi menggunakan berbagai jenis barang
(ataulebih dari 1 jenis barang). Lalu bagaimana mereka mengatur
pengeluaran yang sedemikian banyak dengan pendapatan yang terbatas
sehingga memaksimumkan kepuasan ??
Dengan menggunakan pendekatan cardinal, kepuasan maksimum
(maximum ultility) yang akan dicapai konsumensecara matematis dapat
ditunjukan dengan persamaan :

5
= =……

M= Px Qx + Py Qy + .... + Pn Qn
TU = MUx . Qx + MUy . Qy

Keterangan :
MU = Marginal Ultility
M = Pendapatan Konsumen
P = Harga Barang
Q = Quantitas Barang
x.y = Macam barang konsumsi

Syarat kepuasan maksimum dapat tercapai bila marginal ultilitas


barang X dibanding dengan harganya sama dengan marginal ultilitas
barang Y dibandingkan dengan harga.
2. PENDEKATAN TEORI NILAI GUNA ORDINAL
Kelemahan pendekatan cardinal terletak pada anggapan yang
digunakan bahwa kepuasan dari mengkonsumsi barang dapat diukur
dengan satuan kepuasan. Pada kenyataan pengukuran semacam ini sulit
dilakukan. Penfekatan ordinal mengukur kepuasan konsumen dengan
angka ordinal (relatif) tingkat kepuasan konsumen dengan menggunakan
kurva indeferens (kurva yang menunjukan tingkat kombinasi jumlah
barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama).
Menurut teori ordinal kegunaan tidak dapat dihitung, melainkan hanya
dapat dibandingkan ( misalkan lebih tinggi , lebih rendah). Pendekatan ini
memiliki beberapa asumsi:
a. Rationality : konsumen diasumsikan rasional artinya ia
memaksimalkan utilty dengan pendapatan pada harga pasar tertentu,
dan konsumen dianggap mempunyai pengetahuan sempurna mengenai
informasi pasar.
b. Utilty : bersifat ordinal artinya konsumen cukup memberikan rangking
atau peringklat kombinasi mana saja yang ia suaki. Dengan demikian

6
konsumen tidak perlu memberika utilis atau satuan kepuasan terhadap
barang yang dikonsumsi.
c. Menganut hukum Deminishing Marginal Rate of Substitution : bila
konsumen menaikan konsumsi barang yang satu akan menyebabkan
penurunan barang yang lain dan dapat digambarkan dengen kurva
indeferen.
Total Utility yang diperoleh konsumen tergantung dari jumlah barang
yang di konsumsikan.

A. Kurva Indiferens (Indefference Curve)


Kurva Indevferens (Indefference Curve) adalah kurva yang
menunjukan berbagai kombinasi konsumsi dan dua macam barang yang
memberikan tingkat kepuasan yang sama bagi konsumen.
1. Karakteristik Kurva Indiverens
a) Menunjukkan kepuasan sama diantara semua produk yang
dikonsumsi;
b) Preferensi kepuasan konsumen bertingkat secara konsisten;
c) Kepuasan konsumen ditandai dengan semakin banyaknya barang
yang dikonsumsi.
Kepuasan konsumen dicapai dari setiap kombinasi barang yang
menghasilkan kepuasan total.

2. Ciri-ciri kurva Indiferens :


a) Mempunyai kemiringan yang negatif (konsumen akan mengurangi
konsumsi barang yang satu apabila ia menambah jumlah barang
yang lain yang di konsumsi);
b) Cembung kearah titik origin, menunjukkan adanya perbedaan
proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah
kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi
(marginal rate of distribution);

7
c) Tidak saling berpotongan, tidak mungkin diperoleh kepuasan yang
sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda;
d) Turun dari kiri atas ke kakan bawah untuk kombinasi antara barang
X dan Y;
e) Kumpulan kurva indiferens menjadi kurva indiferens map.

Untuk mencapai tingkat kepuasan tertenu, beberapa kombinasi


yang mungkin dicantumkan seperti di dalam Tabel berikut:

Kombinasi Bakso dan Sate

Bakso Sate
(satuan) (Tusuk)

25 1

20 5

8 16

3 20

B. Kurva Garis Anggaran Bugdet (Bugdet Line Curve)

8
Kurva garis anggaran budget (Budget Line Curve) adalah kurva
yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang
membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Garis kendala anggaran
menunjukkan semua kombinasi yang berbeda dari dua kombinasi yang
dapat dibeli dengan mengetahui pendapatannya yang berbentuk uang dan
harga-harga dari kedua komoditi tersebut. Budget Line merupakan Batasan
(Constrain) kemampuan konsumen, secara umum satuan uang (M).
konsumen hanya mampu membeli sejumlah barang yang terletak pada
atau sebelah kiri garis anggaran. Persamaannya :
Px(Qx) + Py(Qy) < M
Jika konsumen ingin menggunakan semua anggaran yang tersedia, maka
persamaannya:
Px(Qx) + Py(Qy) = M

C. Marginal Rate of Substitution (MRS)


Menunjukkan jumlah barang Y yang rela dikurangi disebabkan
konsumen menambah jumlah barang X dan sebaliknya.

Table 5.3
Marginal Rate of Substitution (MRS)

Titik X Y

9
A 1 9

B 2 6

C 3 4

D 4 3

E 5 2

Dari kurva diatas dapat diketahui bahwa :

MRSxy = - = = = - 1,75

Artinya, jika ingin menambah 1X, maka harus mengorbankan 1,75Y.

3. PERUBAHAN KURVA ANGGARAN (BUDGET LINE)


a. PERUBAHAN HARGA BARANG
Perubahan harga dengan asumsi pendapatan tetap, akan
menyebabkan garis anggaran yang baru bergeser. Pergeseran ke arah
kanan terjadi bila harga mengalami penurunan, sehingga hal tersebut
menjadikan banyaknya barang yang dapat dibeli oleh konsumen.
Sebaliknya, garis anggaran akan bergeser ke kiri bila terjadi kenaikan
harga, yang menyebabkan barang yang dapat dibeli konsumen semakin
sedikit.

Pergeseran garis tersebut disebabkan oleh naiknya anggaran konsumen.

10
b. PERUBAHAN PENDAPATAN
Perubahan pendapatan dengan asumsi harga tetap, akan
menyebabkan garis anggaran yang baru bergeser sejajar. Pergeseran garis
ke arah kanan terjadi bila pendapatan mengalami kenaikan sehingga
barang yang dapat dibeli semakin banyak. Sedangkan jika pergeseran garis
ke arah kiri terjadi bila pendapatan mengalami penurunan, yang berarti
barang yang dapat dibeli semakin sedikit.

Pergeseran garis anggaran diatas disebabkan oleh turunnya harga barang.

4. KURVA KESEIMBANGAN KONSUMEN

Penyusunan permintaan konsumen untuk dua macam barang di mana


permintaan tersebut baru terbentuk bila konsumen dengan kendala pendapatan
berada dalam keadaan keseimbangan. Kondisi keseimbangan adalah kondisi
di mana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk di
konsumsi.

11
a. Pengaruh perubahan harga terhadap keseimbangan konsumen
Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan
nyata berubah. Jika pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat
menaikan tingkat kepuasannya.
 Kurva harga konsumsi (Price Consumption curve)
PCC adalah kurva yang menghubungkan titik-titik keseimbangan
X dan Y yang berubah yang di sebabkan karena adanya efek substitusi
( perubahan salah satu atau kedua macam barang). Apabila titik titik
keseimbangan tersebut dihubungkan maka akan memperoleh garis harga
konsumsi.

12
b. Pengaruh Perubahan pendapatan Terhadap keseimbangan
Konsumen
Karena rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggaran bergeser
sejajar dengan kurva garis anggaran sebelumnya.
 Kurva pendapatan konsumsi (income Comsumption Curve)
Kenaikan pendapatan di mana rasio harga relatif tetap akan
menggeser garis anggaran ke kanan sejajar dengan garis anggaran
sebelumnya. ICC merupakan garis yang menghubungkan berbagai titik
keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat pendapatan.

c. Efek Substitusi dan Efek Pendapatan

Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka


permintaan terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang terlihat
sebenarnya total interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan
pendapatan dan perubahan harga,terhadap keseimbangan konsumen.
Dengan perkataan lain, jika harga suatu barang turun maka ada 2(dua)
komponen yang di pengaruhi :

1) Efek Subtitusi, harga relative barang menjadi murah, sehinngga


konsumen bergerak pada tingkat kepuasan yang sama (kurva
indiferen awal) dan pendapatan nyata dianggap tetap, maka
konsumen akan menambah jumlah jumlah konsumsi barang yang

13
harganya menjadi relatif lebih mahal . Inilah yang disebut sebagai
efek subtitusi (substitution effect).
2) Efek pendapatan, pendapatan nyata dianggap berubah yang
menyebabkan jumlah permintaan berubah. Jika perubahan ini dilihat
dari sisi harga barang lain dan pendapatan nominal dianggap tetap,
kita akan melihat efek pendapatan (income effect).
d. Barang Interior dan Barang Giffen
 Barang Interior
Barang interior adalah barang yang bisa di dapatkan atau di
beli oleh semua elemen masyarakat akan tetapi lebih condong
kepada masyarakat berpendapatan rendah. Barang interior
biasanya sering terkena dampak dari efek subtitusi dan efek
pendapatan, jadi intinya apabila pendapatan masyarakat
bertambah maka permintaan terhadap barang interior ini akan
berkurang begitu pula sebaliknya.
Efek pendapatan dan efek subtitusi pada barang Inferior
1. Efek subtitusi, bilamana terjadi kenaikan harga barang
X akan menyebabkan naiknya permintaan barang Y.
2. Efek pendapatan, naiknnya harga barang X berakibat
penurunan relatif pendapatan konsumen.
 Barang Giffen
Barang giffen adalah barang yang apabila harganya naik,
maka permintaannya pun justru meningkat. Setiap barang interior
adalah baranng giffen, tapi tidak semuanya barang giffen adalah
barang interior, ini disebabkan oleh efek subtitusi dan efek
pendapatan masyarakat, dan yang mengemukakan tentanng barang
giffen untuk pertama kali adalah Robert Giffen yaitu ketika
meneliti konsumsi kentang di Irlandia.
5. PERBEDAAN PENDEKATAN KARDINAL DAN PENDEKATAN
ORDINAL

14
Pendekatan Kardinal dan pendekan Ordinal sejatinya memiliki
persamaan yaitu sama-sama merupakan pendekatan untuk menilai
tingkat kepuasan konsumen atas produk atau jasa. Namun
demikian,keduanya memiliki perbedaan dalam proses penggunaanya.
1. Perbedaan Pendekatan Kardinal dan Ordinal dalam Tabel
Perbedaan utama Kardinal Ordinal

Pendekatan Kuantitatif Kualitatif

Realistis Lebih Realistis Kurang Realistis

Pengukuran Util Rangking

Analisis Marginal Utility Kurva Indeferen

Dipromosikan Neo-Klasik-Ekonom
Ekonomi Klasik
oleh Modern

Kepuasan konsumen dari Kepuasan konsumen dari


konsumsi barang atau konsumsi barang atau
Pengertian jasa yang dapat jasa yang tidak dapat
dinyatakan secara dinyatakan secara
numeric numerik

2. Perbedaan Pendekatan Kardinal dan Pendekantan Ordinal Secara Konsep

Ada 2 pendekatan yang di implementasikan dalam teori prilaku


konsumen, yakni pendekatan utilitas kardinal dan pendekatan utilitas ordinal.

Pendekatan utilitas Kardinal menegaskan bahwa utilitas dapat di ukur


secara langsung melalui angka-angka,oleh karena hal inilah pendekatan ini di
istilahkan juga dengan kardinal (cardinal approach) yaitu dengan
menggunakan konsep Total Utility (TU) dan Marginal Utility (MU).

15
Pendekatan utilitas ordinal menegaskan bahwa utilitas tidak dapat di
hitung, melainkan hanya dapat di bandingkan oleh karena hal inilah
pendekatan ini di istilahkan juga dengan (ordinal approach), yaitu dengan
menggunakan konsep kurva indeferen ( indeferance curve ) dan garis
anggaran (budget time).

16
BAB III

ANALISIS

Walaupun dalam awal munculnya transportasi online sangat digandrungi karena


tarif yang terjangkau bagi semua kalangan, namun, jika ada kenaikan tarif yang
signifikan dan dianalisa berdasarkan teori perilaku konsumen maka konsumen
pasti akan beralih ke alternatif lain yang memiliki tarif sepadan dengan
pendapatannya. Atau konsumen lebih sering menggunakan Promo yang diberikan
oleh ojek online itu sendiri. Karena pada hakikatnya, konsumen hanya ingin
sesuatu yang terjangkau dengan apa yang didapatnya.

17
BAB IV

KESIMPULAN

Konsumen pasti ingin mendapatkan keuntungan di setiap apa yang dilakukan


sehari-hari. Maka terori-teori tentang perilaku konsumen dan lainnya sangat
membantu produsen dalam menggali bisnisnya agar mendapat keuntungan bagi
bisnisnya, dan tidak luput juga keuntungan untuk pihak konsumen karena
produsen telah mempertimbangkan keadaan konsumen sehingga barang-barang
yang di jual produsen dapat dibeli berdasarkan konsumennya. Jika pendapatan
konsumen meningkat maka tingkat penjualan produsen pun akan ikut naik.
Ditambah jika dorongan oleh daya tarik barang tersebut.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.liputan6.com/bisnis/read/3892155/jika-tarif-ojek-online-melonjak-
jumlah-penumpang-bakal-turun-71-persen di akses pada tanggal 17 Oktober 2019

https://owlcation.com/social-sciences/How-Do-Income-Effect-Substitution-
Effect-and-Price-Effect-Influence-Consumers-Equilibrium di akses pada tanggal
11 Oktober 2019

Mai,Chandra. &Toto Widiarto, 2018,TEORI EKONOMI MIKRO. Jakarta


Selatan : Unindra Press

19

Anda mungkin juga menyukai