Anda di halaman 1dari 27

PERILAKU KEKERASAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan jiwa
Dosen Pembimbing : Ns. Retna Tri Astuti M.Kep

Disusun Oleh :
Syifa Alya 17.0601.0036
Rahmah Isnain 17.0601.0037
Firda Sari 17.0601.0038
Winda TF 17.0601.0040
Siti Lailatul Jannah 17.0601.0041
Sulistiani 17.0601.0048
Ayu Reptiana 17.0601.0049
Amartia Putri L 17.0601.0050
Dananto Bahtiar 17.0601.0056
Sifaul Diana SE 17.0601.0059
Santi Nur K 17.0601.0061
Aisah Widianingsih 17.0601.0063
Rizkiyanna Anggreani 17.0601.0064

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena berkat
dan tuntunanNya, sehingga Makalah perilaku kekerasan ini dapat kami selesaikan,
kami ucapkan terima kasih kepada pembimbing yang telah memberikan
pengarahan sehingaa kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang dengan
ikhlas membantu memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya
tulis ini. Kami menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang kami sajikan
masih jauh sempurna, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.

Kami berharap, semoga makalah ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin, bagi
para pembaca.

Magelang,7 Juli 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang


stress berat membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri,
misalnya: memaki-maki orang di sekitarnya, membanting–banting barang,
menciderai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan
sepeda montor.
Kesehatan jiwa menurut WHO (World Head Organitation) adalah berbagai
karakteristik positif menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan
yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa menurut UU
No. 3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual, dan emosionalyang optimaldari seseorang dan
perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Salah satu gangguan
jiwa yang dimaksud adalah Skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu bentuk
psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni
(keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kemauan dan
psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi
(Direja, 2011).
Menurut WHO (World Head Organitation) ada satu dari empat orang di
dunia yang mengalami masalah mental.WHO memperkirakan ada sekitar 450
juta orang di dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Masyarakat umum
terdapat 0,2-0,8% penderita Skizofrenia dan dari 120 juta penduduk di Negara
Indonesia terdapat kira-kira 2.400.000 orang/anak yang mengalami gangguan
jiwa (Maramis dalam Widyatmoko, 2004).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologi. Tanda dan gejala dari
perilaku kekerasan diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan
tajam, mengatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar –
mandir, bicara kasar, suara tinggi menjerit atau berteriak, mengancam secara
verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang
atau benda, tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan (Damaiyanti, 2010)

I.2 Tujuan

a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi perilaku kekerasan


b. Mahasiswa mampu menjelaskan psikopatologi/psikodinamika pada klien
dengan perilaku kekerasan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan dan diagnosa
medis pada klien dengan perilaku kekerasan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan
pada klien dengan perilaku kekerasan
BAB II PEMBAHASAN

II.1 Pengertian
Kekerasan adalah kekutan fisik yang digunakan untuk meyerang atau
merusak orang lain. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan
sering mengakibatkan cedera fisik (Ann Isaacs, 2005).Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain
disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Budi Ana Keliat,
2011).
Kesimpulan dari pengertian perilaku kekerasan merupakan respons
terhadap stressor yang dihadapi oleh seseorang yang ditunjukkan dengan
perilaku melakukan kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan, dan bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun
psikologis.
II.2 Rentang respon Marah
Respon Adaktif Respon MaladaptifAsertif Frustasi Pasif Agresif
Kekerasan Keterangan :
a. Asertif
Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain. Dimana
pada tipe asertif ini klien mampu mengungkapkan kemarahannya
tanpa menyalahkan orang lain.
b. Frustasi
Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan,
keputusan / rasa aman dan individu tidak menemukan alternatif lain.
c. Pasif
Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau
terhambat.Disini klien merasa tidak bisa mengungkapkan
perasaannya, tidak berdaya dan menyerah.
d. Agresif
Memperlihatkan permusuhan, keras, dan menuntut, mendekati orang
lain dengan ancaman, memberi kata – kata ancaman tanpa niat
melukai orang lain. Klien mengekspresikan secara fisik, tapi masih
terkontrol, mendorong orang lain dengan ancaman.
e. Kekerasan
Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan
bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri individu dapat
merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Contohnya
membanting barang-barang menyakiti dirisendiri (bunuh diri).
II.3 Psikopatologi/Psikodinamika
a. Etiologi
Menurut Yosep (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya perilaku kekerasan adalah:
1) Faktor predosposisi
a) Teori Biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh
terhadap perilaku:
1. Neurobiologik
Ada tiga area pada otak yang berpengaruh terhadap proses
impuls agresif, yaitu sistem limbik, lobus frontal, dan
hipotalamus. Neurotransmitter juga mempunyaiperanan
dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls
agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi,
ekspresi, perilaku, dan memori, apabila ada gangguan pada
sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan
potensialperilaku kekerasan, apabila gangguan pada lobus
frontal maka individu tidak mampu membuat keputusan,
kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.
Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai
implikasi memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.
Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya
perilaku agresif, dan pusat otak atas secara konstan
berinteraksi dengan pusat agresif.
2. Biokimia
Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine,
dopamine, asetikolin, dan serotonin) sangat berperan dalam
memfasilitasi atau menghambat impuls agresif.
3. Gangguan Otak
Sindroma otak terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku
agresif dan tindak kekerasan.Tumor otak, khususnya yang
menyerang sistem limbik dan lobus temporal. Trauma otak
akan menimbulkan perubahan serebral dan penyakit seperti
ensefalitis, dan epilepsi, khususnya pada lobus temporal,
terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak
kekerasan.
4. Pathway
Lingkungan,Ekspresi Emosi berlebih

Ketidakmampuan menghadapi stressor

Koping individu tidak efektif

Gangguan berfikir

MK.waham

Kebutuhan dasar tidak terpenuhi

Kecemasan meningkat,ketidakberdayaan
diarahkan pada diri sendiri dan orang lain

Resiko perilaku
kekerasan

II.4 Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1. Aspek biologis
Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epineprin sehingga tekanan darah
meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar, pengeluaran
urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnyakewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang
terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks cepat. Hal ini
disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
2. Aspek emosional Individu yang marah merasa tidak nyaman,
merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul
orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan
dan menuntut.
3. Aspek intelektual Sebagian besar pengalaman hidup individu
didapatkan melalui proses intelektual, peran panca indra sangat
penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya
diolah dalam proses intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat
perlu mengkaji cara klien marah, mengidentifikasi penyebab
kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan
diintegrasikan.
4. Aspek social Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya
dan ketergantungan. Emosi marah sering merangsang kemarahan
orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan
mengkritik tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit
hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang berlebihan disertai
suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,
menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.
5. Aspek spiritual Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi
hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang bertentangan
dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang
dimanifestasikan dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

b. Pohon Masalah

RPK terhadap diri dan orang lain dan lingkungan

Harga Diri Rendah (HDR


c. Diagnosa Keperawatan
1. RPK diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan marah dan jengkel
kepada orang lain, ingin membunuh, ingin membakar atau
mengacak-acak lingkungannya. Dengan data objektifnya :Klien
mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
2. Perilaku Kekerasan atau amuk
Dengan data subjektifnya :Klien mengatakan benci atau kesal pada
seseorang. Klien suka membentak dan menyerang orang yang
mengusiknya jika sedang kesal atau marah.Riwayat perilaku
kekerasan atau gangguan jiwa lainnya. Dengan data Objektifnya :
Mata merah, wajah agak merah, Nada suara tinggi dan keras,
bicara menguasai, Ekspresi marah saat membicarakan orang,
pandangan tajam. Merusak dan melempar barang barang.
3. Gangguan Konsep Diri : HDR
Dengan data subjekif : Klien merasa tidak mampu, malu,
merendahkan dirinya, menyalahkan dirinya dengan masalah yang
terjadi padanya. Dengan data objektifnya : terlihat tidak menerima
keadaannya.

d. Intervensi dan Implementasi Keperawatan


1. SP 1
a) BHSP
b) Mengidentifikasi marah
c) Tanda dan gejala yang dirasakan
d) Mengidentifikasi PK yang biasa dilakukan
e) Mengidentifikasi akibat dari cara yang dilakukan
f) Melatih mengendalikan PK dg cara latihan nafas dalam
2. SP 2
a) Evaluasi latihan nafas dalam
b) Melatih mengendalikan PK dg cara fisik kedua (pukul
bantal/kasur)
c) Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
3. SP 3
a) Evaluasi jadwal harian ttg dua cara fisik mengendalikan PK
b) Latihan mengungkapkan marah dengan cara verbal (menolak
dg baik, mengungkapkan dg baik, mengungkapkan perasaan dg
baik)
c) Menyusun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
4. SP 4
a) Diskusikan hasil latihan mengendalikan PK secara fisik dan
verbal
b) Bantu klien mengendalikan marah dg cara spiritual (beribadah
dan berdoa)
c) Beri jadwal latihan beribadah dan berdoa
5. SP 5
a) Bantu klien mengendalikan PK dg obat

e. Intervensi & Implementasi Keluarga


1. SP 1
a) Memberikan HE pd keluarga ttg cara merawat klien PK
dirumah (diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat klien, penyebab, tanda gejala, perilaku yg muncul
akibat PK)
b) Diskusikan kondisi klien yg perlu dilaporkan ke perawat
2. SP 2
Melatih keluarga cara-cara mengendalikan kemarahan
3. SP 3
Membuat perencanaan pulang klien bersama keluarga
f. Evaluasi
S - Klien mengatakan mau bercakap-cakap dengan perawat,
- Klien mengatakan mau bercakap cakap diruang tamu saja, 10 menit saja
- Klien mengatakan marah karena suaminya pergi dengan perempuan lain
- Klien mengatakan biasanya dada terasa sesak, tenggorokan sakit, tangan
mengepal
- Klien mengatakan jika marah langsung teriak dan membanting barang
- Klien mengatakan barang menjadi rusak semua
- Klien mengatakan kalau marah biasanya langsung lari-lari saja biar
marahnya reda
- Klien mengatakan mau latihan mengendalikan marah dengan nafas dalam
O - Klien terlihat nyaman bercakap-cakap dengan perawat dan menjabat
tangan perawat
- Klien dapat menyebutkan penyebab nya marah
- Klien mampu menyebutkan tanda dan gejala marah yang dirasakan serta
akibat jika marah dilakukan
- Klien mampu menyebutkan apa yang dilakukan jika marah
- Klien mampu menyebutkan cara mengendalikan marah dengan nafas
dalam
- Klien mampu mendemonstrasikan cara mengendalikan marah dengan
nafas dalam, dengan kooperatif, bersemangat dan kontak mata yang baik
dengan perawat
A - Kognitif : Klien dapat menyebutkan penyebab, tanda gejala, dampak
marah dan cara mengendalikan marah dengan nafas dalam
- Afektif : Klien kooperatif bercakap-cakap dengan perawat, kontak mata
adekuat
- Psikomotorik : Klien mampu mendemonstrasikan teknik mengendalikan
marah dengan cara latihan nafas dalam
SP 1 Pasien tercapai
P - Perawat :
Lanjutkan SP 2 Pasien tentang mengendalikan marah dengan cara pukul
bantal diruang perawatan jam 09.00
- Klien :
Motivasi klien untuk latihan mengontrol marah tarik nafas dalam sesuai
jadwal harian setiap hari jam 09.00 dan 15.00

ANALISA DATA

NO DATA MASALAH
1 S : - Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RS klien
mengamuk semakin sering, merusak barang yang ada di dekatnya Resiko
- Keluarga mengatakan klien jika mempunyai masalah dan mencederai diri,
tidak bias di tahan lagi klien kemudian menjadi orang lain dan
mengamuk atau merusak barang-barang yang ada. lingkungan
O : Mata merah, wajah agak merah, pandangan tajam
2 S : - Klien mengatakan pernah memukul ibunya
- Keluarga mengatakan sejak 4 hari sebelum masuk RS Perilaku
klien marah-marah,mengamuk, merusak alat rumah tangga Kekerasan
- Keluarga mengatakan klien jika mempunyai masalah dan
tidak bias ditahan lagi klien kemudian menjadi mengamuk
atau merusak barang-barang yang ada.
O : - Mata merah, wajah agak merah, pandangan tajam
3 S : - Klien mengatakan takut untuk berumah tangga
- Klien mengatakan merasa bersalah atas perilakunya Gangguan
terhadap ibunya merasa tidak mampu dan terbatas konsep diri :
pengetahuannya harga diri rendah
O : - Kesadaran klien tampak bingung dan tidak terfokus
- Tampak gelisah
- Saat berbicara klien sering memutuskan pembicaraan
secara sepihak

DIAGNOSA

1. Perilaku Kekerasan
2. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
3. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

INTERVENSI

Diagnosa Tujuan Criteria hasil Intervensi


Perilaku TUM 1. Klien mau membalas 1. Beri salam /panggil
kekerasan 1.Klien dapat salam, menjabat nama
membina tangan, menyebutkan
2. Sebutkan nama perawat.
hubungan saling nama, tersenyum,
percaya. kontak mata.
3. Jelaskan maksud
hubungan interaksi

4. Jelaskan tentang kontrak


yang akan dibuat

5. Beri rasa aman dan sikap


empati.

6. Lakukan kontak singkat


tapi sering

TUK Klien mengungkapkan 1. Beri kesempatan untuk


1.Klien dapat perasaannya, mengungkapkan
mendefinisikan mengungkapkan
penyebab perilaku penyebab perasaan perasaannya.
kekerasan jengkel/kesal (dari diri
2. Bantu klien untuk
sendiri, lingkunga/orang
mengungkapkan
lain)
penyebab perasaan
jengkel/kesal.

TUK 3 Klien dapat


1. Anjurkan klien
1.Klien dapat mengungkapkan
mengungkapkan yang
mengidentifikasi perasaan saat
dialami dan dirasakan
tanda-tanda marah/jengkel,
saat jengkel/kesal
perilaku kekerasan menyimpulkan tanda-
tanda jengkel/kesal 2. Observasi tanda perilaku
yang dialami kekerasan pada klien.

3. Simpulkan bersama klien


tanda-tanda
jengkel/kesal yang
dialami klien.
TUK Klien dapat
1.Klien dapat mengungkapkan
1. Anjurkan klien untuk
mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
mengungkapkan perilaku
perilaku kekerasan biasa dilakukan,
kekerasan yang biasa
yang biasa bermain peran dengan
dilakukan klien.
dilakukan perilaku kekerasan dan
dapat dilakukan cara 2. Bantu klien bermain
yang biasa dapat peran sesuai dengan
menyelesaikan masalah perilaku kekerasan yang
atau tidak. biasa dilakukan

3. Bicarakan dengan klien,


apakah dengan cara yang
klien lakukan
masalahnya selesai

TUK 5 Klien dapat melakukan


1.Klien dapat cara berespons terhadap
1. Tanyakan pada klien
mendefinisikan kemarahan secara
“apakah ia ingin
cara konstruktif konstruktif
mempelajari cara baru
dalam berespon
yang sehat”.
terhadap
kemarahan 2. Berikan pujian jika klien
mengetahui cara lain
yang sehat.

3. Diskusikan dengan klien


cara lain sehat :

a. Secara fisik : tarik


nafas dalam, jika
sedang
kesal/memukul
bantal/kasur atau
olahraga atau
pekerjaan yang
memerlukan tenaga.

b. Secara verbal :
katakana bahwa anda
sedang
kesal/tersinggung/jek
el (saya kesal anda
berkata seperti itu)

c. Secara sosial : lakukan


dalam kelompok cara-
cara marah yang
TUK 7 sehat, latihan asertif.
1.Klien dapat Latihan manajemen
mendemonstrasika perilaku kekerasan.
n cara mengontrol
d. Secara spiritual :
perilaku kekerasan
anjurkan klien
sembahyang
berdoa/ibadah :
meminta pada Tuhan
untuk diberi
kesabaran, mengadu
pada Tuhan tentang
Klien dapat
kejengkelan.
mendemonstrasikan
cara mengontrol
1. Bantu klien memilih cara
perilaku kekerasan :
yang paling tepat untuk
fisik (tarik nafas dalam,
klien
olahraga, pukul
TUK 8 kasur/bantal), verbal 2. Bantu klien
1.Klien dapat (mengatakan secara mengidentifikasi
menggunakan obat langsung dengan tidak manfaat cara yang telah
dengan benar menyakiti), spiritual dipilih.
(sembahyang, berdoa).
3. Bantu klien
menstimulasikan
tersebut (role play).

4. Beri reinforcement positif


atas keberhasilan klien
menstimulasi cara
tersebut.

5. Anjurkan klien untuk


Klien dapat menggunakan cara yang
menyebutkan obat-obat telah dipelajari saat
yang diminum dan jengkel/marah
kegunaannya, klien
6. Susun jadwal melakukan
dapat minum obat
cara yang telah dipelajari
sesuai dengan program
Resiko
pengobatan
menciderai diri
sendiri, orang
1. Jelaskan jenis-jenis obat
lain dan TUK 9
yang diminum klien.
lingkungan 1.Klien mendapat
dukungan keluarga
2. Diskusikan manfaat
mengontrol
minum obat dan
perilaku kekerasan
kerugian berhenti minum
obat tanpa seizing
dokter.
k klien mau membalas
3. Jelaskan prinsip benar
salam
minum obat.
2. klien mau menjabat
tangan
4. Jelaskan manfaat minum
3. klien mau menyebut
obat dan efek obat yang
nama
diperhatikan.
4. klien mau tersenyum
5. klien mau kontak mata 5. Anjurkan klien minta
6. klien mau mengetahui obat dan minum obat
nama perawat tepat waktu.

6. Anjurkan klien
Keluarga klien dapat : melaporkan pada
menyebutkan cara perawat/dokter jika
merawat klien yang merasakan efek yang
TUM: berperilaku kekerasan, tidak menyenangkan.
Kliendapat mengungkapkan rasa
7. Beri pujian jika klien
melanjutkan peran puas dalam merawat
minum obat dengan
sesuai dengan klien.
benar
tanggung jawab.
TUK 1:
Klien dapat
membina
hubungan saling
1. Identifikasi kemampuan
percaya.
keluarga dalam merawat
klien dari sikap apa yang
telah dilakukan keluarga
terhadap klien selama
TUK 2:
ini.
Klien dapat
mengidentifikasi
2. Jelaskan peran serta
kemampuan
keluarga dalam merawat
penyebab
klien.
kekerasan
3. Jelaskan cara-cara
merawat klien :

a. Terkait dengan cara

TUK 3 : mengontrol perilaku

Klien dapat marah secara konstruktif.

mengidentifikasi
b. Sikap tenang, bicara
tanda-tanda
perilaku kekerasan
tenang dan jelas.

c. Membantu klien
mengenal penyebab
1. klien mengungkapkan
marah
perasaanya
2. klien dapat
4. Bantu
mengungkapkan
keluargamendemostrasik
penyebab perasaan
an cara merawat klien.
TUK 4; marah dari lingkungan
Klien dapat atau orang lain 5. Bantu keluarga
mengidentifikasi mengungkapkan
perilaku kekerasan perasaannya setelah
yang biasa melakukan demonstrasi
dilakukan

1. klien mampu
mengungkapkan
perasaan saat
B Beri salam panggil nama
marah/jengkel
Se sebut nama perawat sambil
2. klien dapat
jabat tangan
menyimpulkan tanda-
3. jelaskan maksud
tanda marah yang
hubungan interaksi
TUK 5; dialami.
4. jelaskan kontrak yang
Klien dapat 1. Klien dapat
akan dibahas
mengidentikasi mengungkapkan
5. beri rasa aman dan
akibat perilaku perilaku kekerasan yang
simpati
kekerasan biasa dilakukan
6. lakukan kontak mata
2. Klien dapat bermain
singkat tapi sering
peran dengan perilaku
kekerasan yang biasa
dilakukan
3. Klien dapat 1. beri kesempatan untuk
TUK 6 : mengetahui cara yang mengungkapkan perasaan
Klien dapat biasa dilakukan untuk 2. bantu klien untuk
mendemonstrasika menyelesaikan masalah mengungkapkan penyebab
n cara mengontrol perasaan jengkel/kesal
perilaku kekerasan
1. Klien dapat
menjelaskan akibat dari
cara yang digunakan 1. Anjurkan klien
Akibat pada klien mengungkapkan apa yang
sendiri dialami dan dirasakan saat
Akibat pada orang marah
lain 2. Observasi tanda-tanda
akibat pada perilaku kekerasan pada
lingkungan klien
3. Simpulkan bersama klien
tanda dan gejala kesal yang
di alami

TUK 7 :
Klien dapat
menggunakan obat 1. klien dapat
Gangguan konsep dengan benar ( menyebutkan contoh 1. Anjurkan klien untuk
diri bd harga diri sesuai dengan pencegahan perilaku mengungkapkan perilaku
rendah program ) kekerasan secara : kekerasan yang biasa
- Fisik: Tarik nafas dalam dilakukan klien .
Tujuan Umum : , olah raga, memukul 2. Bantu klien bermain peran
bantal sesuai dengan perilaku
- Verbal: Mengatakan kekerasan yang biasa
Pasien dapat
secara langsung dengan dilakukan.
melakukan tidak menyakiti. 3. Bicarakan dengan klien
hubungan sosial 2. klien dapat apakah dengan cara yang
secara bertahap. mendemonstrasikan dilakukan klien masalahnya
cara fisik (memukul selesai
bantal) untuk mencegah
Tujuan Khusus 1 :
perilaku kekerasan. 1. bicarakan akibat dan cara
yang dilakukan klien
2. bersama klien
menyimpulkan akibat cara
yang digunakan oleh klien

1. Klien dapat menyebut 3. Tanya pada klien apakah ia


kan obat – obat yang di ingin mempelajari cara yang
minum dan kegunaanya baru dan yang sehat.
( jenis ,waktu,dosis,dan
efek ) 1. Bantu klien memilih cara
yang paling tepat untuk
klien
2. Bantu klien
mengidentifikasi manfaat
cara yang telah dipilih
3. Bantu klien untuk
menstimulasikan cara
2. Klien dapat minum tersebut atau dengan role
obat sesuai program play
TUK 1 :Pasien pengobatan 4. Beri reinforcement positif
dapat melakukan atas keberhasilan klien
hubungan sosial menstimulasikan cara
secara bertahap. tersebut
5. Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang
dipelajari saat jengkel atau
marah.

1.Jelaskan jenis-jenis obat


yang di minum pada klien
dan keluarga.
2.Diskusikan manfaat minum
obat dan kerugian berhenti
minum obat tanpa seijin
dokter
3.Jelaskan prinsip benar
minum obat(baca nama yg
tertera pd botol obat,dosis
obat ,waktu dan cara
TUK 2 : Pasien minum)
dapat
mengidentifikasi 1.Anjurkan klien minum obat
kemampuan dan tepat waktu
aspek positif yang 2.Anjurkan klien melaporkan
dimiliki pada perawat atau dokter
jika merasakan efek yang
tidak menyenang kan
Pasien dapat membina
3.Beri pujian jika klien
hubungan saling
minum obat dengan benar.
percaya.
1) Bina hubungan saling
percaya
Pasien dapat 2) Beri kesempatan untuk
mengidentifikasi mengungkapkan perasaan
kemampuan dan aspek tentang
positif

penyakit yang dideritanya

3) Sediakan waktu untuk


mendengarkan pasien

4) Katakan pada pasien


bahwa ia adalah seorang
yang berharga

dan bertanggung jawab serta


mampu mendorong dirinya

sendiri.
1) Diskusikan kemampuan
dan 1. diskusikan aspek
positif yang dimiliki pasien

dan diberi pujian atas


kemampuan
mengungkapkan

perasaannya

2) Saat bertemu pasien,


hindarkan memberi
penilaian negatif.

Utamakan memberi pujian


yang realitis.

Anda mungkin juga menyukai