Penalaran Bahasa
2019/2020
i
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan
Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah Bahasa
Indonesia dengan judul “Penalaran Bahasa” tepat pada waktunya.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-
luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya
demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalahan lainnya yang masih berhubungan pada makalah-
makalah berikutnya.
Penyusun
ii
Daftar Isi
iii
Bab I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembuatan makalah ini, yakni:
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui pengertian penlaran,
2. Untuk mengetahui ciri-ciri penalaran,
3. Untuk mengetahui metode penalaran, dan
4. Untuk mengetahui salah nalar.
2
BAB II
Pembahasan
3
Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta
atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.
2.3.1 Induktif
Metode penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk
menentukan kesimpulan yang bersifat umum, prosesnya disebut
Induksi. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari
sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Penalaran induktif terkait dengan empirisme. Secara empirisme, ilmu
memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang
tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan
hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada
empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah
yang berlaku umum.
Contoh:
4
Penalaran Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis, yaitu:
A Generalisasi
Penarikan penalaran berdasarkan data yang sesuai
dengan fakta (data). Fakta atau data dapat diperoleh melalui
penilaian, pengamatan, atau hasil survei. Jumlah data atau
fakta khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat
mewakili. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan
peristiwa-peristiwa yang khusus kemudian menuju peristiwa-
peristiwa yang umum. Contohnya adalah :
Bensin merupakan jenis bahan bakar apabila terkena api
akan mudah terbakar. Demikian juga minyak tanah,
termasuk bahan bakar yang mudah terbakar. Solar pun
demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah
terbakar. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa semua jenis bahan bakar apabila
terkena api akan mudah terbakar.
B Analogi
Penalaran ini membandingkan dua hal yang berbeda,
tetapi memiliki kesamaan. Berdasarkan banyaknya kesamaan
tersebut ditariklah suatu kesimpulan. Penalaran jenis ini
berdasarkan dari dua peristiwa khusus yang mempunyai
kesamaan satu dengan yang lain untuk diambil kesimpulan :
apakah apa yang berlaku pada satu hal itu berlaku pada
sesuatu hal lainnya. Contohnya adalah :
5
Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas
putih. Bayi akan dibentuk pribadinya sesuai dengan
didikan yang diterimanya seperti kertas putih dapat diisi
dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya.
Bila bayi dididik dengan baik maka akan seperti kertas
yang terisi dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi
siapa pun yang membacanya. Jadi, membentuk
kepribadian baik seseorang anak ibarat menulis kertas
putih dengan hal-hal yang bermanfaat.
C Hubungan kausalitas
Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa
sebab kemudian disusul dengan kesimpulan yang berupa
akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan
peristiwaperistiwa sampai dengan kesimpulan peristiwa itu
merupakan akibat dari suatu fenomena. Penalaran Induksi
hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
6
Pada awalnya dikemukakan peristiwa yang
menjadi akibat selanjutnya dikemukakan peristiwa-
peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contohnya
adalah :
7
2.3.2 Deduktif
Penalaran deduksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa-
peristiwa yang umum mengarah pada kesimpulan yang khusus. Pada
dasarnya merupakan penguraian atau pembuktian sebuah kesimpulan
kedalam data-data khusus.
Contoh :
A Silogisme
Silogisme merupakan suatu proses penarikan
kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 premis dan 1 kesimpulan. Dua
8
premis itu terdiri dari premis umum (mayor) dan premis
khusus (minor)
1) Silogisme kategorial
Contohnya:
Premis umum : Semua profesor pandai
Premis Khusus : Pak Habibi adalah profesor
Simpulan : Pak Habibi Pandai
2) Silogisme hipotesis
9
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya
membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan
konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya
juga menolak konsekuen.
Contohnya:
Contoh:
10
Premis umum : Indah membawa coklat atau
susu.
Premis khusus : Indah membawa susu.
Simpulan : Indah tidak membawa coklat.
B Entimen
Entimen adalah suatu silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara
umum, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
11
Premis Khusus : Boim Siswa SMAN 1
Semarang.
Simpulan : Boim masuk universitas
favorit yang di impikan
12
3. Pemilihan Terbatas Pada Dua alternatif
Dilandasi penalaran alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan jawaban yang ada.
Contoh: Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan
serba kekurangan dan hidup di kampung dengan menanggung malu.
4. Penyebab Salah Nalar
Disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.
Contoh: Sugiman mendapat kenaikan jabatan setelah ia
memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya
5. Analogi Yang Salah
Apabila orang menganologikan sesuatu denagn yang lain dan
beranggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi lainnya.
Contoh: Shiren, seorang alumni Universitas Indonesia,
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu,
Tarisya, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
6. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat
seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Kamu tidak boleh kawin dengan Vernon karena orang
tua Vernon itu bekas penjahat.
7. Meniru-niru Yang Sudah Ada
Salah nalar ini adalah anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita
lakukan jika atasan kita melakukan hal itu.
Contoh: Peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya
karena para undangan yang menghadiri acara pembukaan itu sudah
pulang semua.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
14
Daftar Pustaka
Aleka & H. Ahmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kencana
Prenada : Jakarta
15