Anda di halaman 1dari 18

Makalah Bahasa Indoneisa

Penalaran Bahasa

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Bahasa


Indonesia

Disusun Oleh Kelompok 1 (5G)

1. Annisa Hadita (1903421024)


2. Aulia Wahyuni (1903421035)
3. Reza Fadilah Rohman (1903421021)
4. William Immanuel (1903421042)

Prodi D4-Broadband Multimedia-1B

Jurusan Teknik Elektro

Politeknik Negeri Jakarta

2019/2020

i
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan
Rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah Bahasa
Indonesia dengan judul “Penalaran Bahasa” tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan


dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak yang
sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah ini.

Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek-aspek lainnya. Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-
luasnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya
demi penyempurnaan makalah ini.

Penyusun sangat berharap semoga dari makalah yang sederhana ini bisa
bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat berbagai permasalahan lainnya yang masih berhubungan pada makalah-
makalah berikutnya.

Jakarta, 2 November 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................................... ii


Daftar Isi ................................................................................................................................. iii
Bab I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2
BAB II .......................................................................................................................... 3
Pembahasan ............................................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Penalaran ................................................................................................. 3
2.2 Ciri-ciri penalaran ...................................................................................................... 3
2.3 Metode Penalaran ....................................................................................................... 4
2.3.1 Induktif ................................................................................................................ 4
2.3.2 Deduktif ............................................................................................................... 8
2.4 Salah Nalar ................................................................................................................ 12
BAB III................................................................................................................................... 14
PENUTUP.............................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 14
Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 15

iii
Bab I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai suatu
topik kita harus berpikir, menghubung-hubungkan berbagai fakta,
membandingkan dan sebagainya. Setiap saat selama hidup kita, terutama
dalam keadaan jaga (tidak tidur), kita selalu berpikir. Pada waktu kita berfikir,
dalam benak kita timbul serangkaian gambar sesuatu yang tidak hadir secara
nyata. Kegiatan ini mungkin tidak terkendali, terjadi dengan sendirinya, dan
tanpa kesadaran misalnya melamun. Kegiatan yang lebih tinggi dilakukan
secara sadar, tersusun dalam urutan yang saling berhubungan, dan bertujuan
untuk sampai kepada suatu kesimpulan. Jenis kegiatan berpikir yang terakhir
inilah yang disebut kegiatan bernalar. Bisa dicatat bahwa proses bernalar atau
singkatnya penalaran merupakan proses berpikir yang sistematis untuk
mem[eroleh kesimpulan berupa pengetahuan. Kegiatan penalaran mungkin
bersifat ilmiah atau tidak ilmiah. Dari prosesnya, penalaran itu dibedakan
menjadi penalaran induktif dan deduktif.

Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran


tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan
dilaksanakan dalam suatu wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode
ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

1
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembuatan makalah ini, yakni:

1. Apa pengertian penalaran ?


2. Apa ciri-ciri penalaran ?
3. Apa saja metode penalaran ?
4. Apa yang dimaksud salah nalar ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini, yakni:
1. Untuk mengetahui pengertian penlaran,
2. Untuk mengetahui ciri-ciri penalaran,
3. Untuk mengetahui metode penalaran, dan
4. Untuk mengetahui salah nalar.

2
BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Penalaran

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan


indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan
pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang
sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar,
orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui.
Menurut KBBI penalaran adalah Cara (perihal) menggunakan nalar;
pemikiran atau cara berpikir logis; jangkauan pemikiran.
Jadi penalaran dapat diartikan sebagai proses berpikir yang
menghubungkan sesuatu dengan yang lain yang dapat diartikan masuk akal
atau tidak berdasarkan jangkauan pemikiran seseorang.

2.2 Ciri-ciri penalaran


Penalaran memiliki ciri ciri secara detail, yakni:

 Logis, suatu penalaran harus memenuhi unsur logis, artinya pemikiran


yang ditimbang secara objektif dan didasarkan pada data yang sahih.
 Analitis, berarti bahwa kegiatan penalaran tidak terlepas dari daya
imajinatif seseorang dalam merangkai, menyusun atau menghubungkan
petunjuk-petunjuk akal pikirannya ke dalam suatu pola tertentu.

3
 Rasional, artinya adalah apa yang sedang di nalar merupakan suatu fakta
atau kenyataan yang memang dapat dipikirkan secara mendalam.

2.3 Metode Penalaran

Penalaran memiliki dua jenis metode, yaitu induktif dan deduktif

2.3.1 Induktif
Metode penalaran induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal yang bersifat khusus untuk
menentukan kesimpulan yang bersifat umum, prosesnya disebut
Induksi. Dalam penalaran induktif ini, kesimpulan ditarik dari
sekumpulan fakta peristiwa atau pernyataan yang bersifat umum.
Penalaran induktif terkait dengan empirisme. Secara empirisme, ilmu
memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang
tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan
hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada
empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah
yang berlaku umum.

Contoh:

Bukti 1 : logam 1 apabila dipanaskan akan memuai

Bukti 2 : logam 2 apabila dipanaskan akan memuai

Bukti 3 : logam 3 apabila dipanaskan akan memuai

Kesimpulan : Semua logam apabila dipanaskan akan


memuai

4
Penalaran Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis, yaitu:

A Generalisasi
Penarikan penalaran berdasarkan data yang sesuai
dengan fakta (data). Fakta atau data dapat diperoleh melalui
penilaian, pengamatan, atau hasil survei. Jumlah data atau
fakta khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat
mewakili. Jenis penalaran ini dimulai dengan mengemukakan
peristiwa-peristiwa yang khusus kemudian menuju peristiwa-
peristiwa yang umum. Contohnya adalah :
 Bensin merupakan jenis bahan bakar apabila terkena api
akan mudah terbakar. Demikian juga minyak tanah,
termasuk bahan bakar yang mudah terbakar. Solar pun
demikian pula halnya, bila terkena api akan mudah
terbakar. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa semua jenis bahan bakar apabila
terkena api akan mudah terbakar.

B Analogi
Penalaran ini membandingkan dua hal yang berbeda,
tetapi memiliki kesamaan. Berdasarkan banyaknya kesamaan
tersebut ditariklah suatu kesimpulan. Penalaran jenis ini
berdasarkan dari dua peristiwa khusus yang mempunyai
kesamaan satu dengan yang lain untuk diambil kesimpulan :
apakah apa yang berlaku pada satu hal itu berlaku pada
sesuatu hal lainnya. Contohnya adalah :

5
 Seorang bayi dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas
putih. Bayi akan dibentuk pribadinya sesuai dengan
didikan yang diterimanya seperti kertas putih dapat diisi
dengan berbagai hal sesuai dengan keinginan pemiliknya.
Bila bayi dididik dengan baik maka akan seperti kertas
yang terisi dengan hal-hal yang baik dan bermanfaat bagi
siapa pun yang membacanya. Jadi, membentuk
kepribadian baik seseorang anak ibarat menulis kertas
putih dengan hal-hal yang bermanfaat.

C Hubungan kausalitas
Penalaran dimulai dengan mengemukakan fakta berupa
sebab kemudian disusul dengan kesimpulan yang berupa
akibat. Penalaran jenis ini dimulai dengan mengemukakan
peristiwaperistiwa sampai dengan kesimpulan peristiwa itu
merupakan akibat dari suatu fenomena. Penalaran Induksi
hubungan sebab akibat dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :

1) Hubungan Sebab Akibat

Pertama-tama dikemukakan peristiwa-peristiwa


yang menjadi sebab, sampai kemudian pada
kesimpulan yang menjadi akibat. Contohnya adalah :

 Karena warga sering buang sampah sembarangan,


maka daerah cijantung sering banjir.
 Karena kemarin Ica kehujanan, maka hari ini Ica
sakit.

2) Hubungan Akibat Sebab

6
Pada awalnya dikemukakan peristiwa yang
menjadi akibat selanjutnya dikemukakan peristiwa-
peristiwa yang menjadi penyebabnya. Contohnya
adalah :

 Cijantung termasuk daerah yang sering banjir, hal


itu disebabkan warganya sering buang sampah
sembarangan.
 Reza mendapat IPK 3.81, karena Reza rajin
belajar.

3) Hubungan Sebab Akibat 1 – Akibat 2

Dalam hubungan ini dikemukakan sebab dapat


menimbulkan lebih dari satu akibat. Akibat yang
pertama dapat menjadikan sebab yang akan
menimbulkan akibat yang kedua dan seluruhnya.
Contohnya adalah :

 Gunung semeru mulai aktif dan mengeluarkan gas


panas, para penduduk yang hidup di kaki gunung
semerupun akhirnya harus mengungsi dari sana.
Rapenam organisasi pencinta alam SMAN 105
harus mengundur jadwalnya ke gunung semeru
setelah mendengar kabar bahwa gunung semeru
mulai mengeluarkan gas panas.

7
2.3.2 Deduktif
Penalaran deduksi adalah penalaran yang dimulai dari peristiwa-
peristiwa yang umum mengarah pada kesimpulan yang khusus. Pada
dasarnya merupakan penguraian atau pembuktian sebuah kesimpulan
kedalam data-data khusus.

Contoh :

Ada beberapa penyebab siswa tidak menyukai mata pelajaran


matematika. Pertama, metode pengajaran yang digunakan guru tidak
menarik. Kedua, anak merasa bosan dengan mata pelajaran
matematika. Ketiga, guru tidak menguasai materi matematika.
Keempat, bahasa yang digunakan oleh guru cenderung sulit dipahami
para siswa

Penjelasan : Dalam paragraf tersebut yang menjadi pernyataan umum


adalah “Ada beberapa penyebab siswa tidak menyukai mata
pelajaran matematika” yang kemudian menjadi inti yang dijabarkan
dengan kalimat selanjutnya.

Paragraf deduktif memiliki dua pola pengembangan, yaitu Silogisme


dan Entimen.

A Silogisme
Silogisme merupakan suatu proses penarikan
kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 premis dan 1 kesimpulan. Dua

8
premis itu terdiri dari premis umum (mayor) dan premis
khusus (minor)

Silogisme dibagi menjadi tiga macam:

1) Silogisme kategorial

Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.

 Premis umum : Premis Mayor (My)


 Premis khusus : Premis Minor (Mn)
 Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)

Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek


simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut
term minor.

Contohnya:
Premis umum : Semua profesor pandai
Premis Khusus : Pak Habibi adalah profesor
Simpulan : Pak Habibi Pandai

Premis umum : Semua mahasiswa lulusan


SLTA
Premis khusus : William adalah mahasiswa
Simpulan : William lulusan SLTA

2) Silogisme hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang


berproposisi konditional hipotesis.

9
Konditional hipotesis yaitu, bila premis minornya
membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan
konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya
juga menolak konsekuen.

Contohnya:

Premis Umum :Jika tidak ada udara, makhluk


hidup akan mati.
Premis khusus :Makhluk hidup itu mati.
Simpulan :Makhluk hidup itu tidak
mendapat udara.

Premis umum :Jika tidak ada makanan,


manusia akan kelaparan.
Premis khusus : Makanan tidak ada.
Simpulan : Manusia akan kelaparan.
3) Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa


proposisi alternatif.

Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya


membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan
menolak alternatif yang lain.

Contoh:

Premis umum :Ibu Ineu berada di Bandung atau


Sukabumi.
Premis khusus :Ibu Ineu tidak berada di
Sukabumi.
Simpulan :Ibu Ineu berada di Bandung.

10
Premis umum : Indah membawa coklat atau
susu.
Premis khusus : Indah membawa susu.
Simpulan : Indah tidak membawa coklat.

B Entimen
Entimen adalah suatu silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara
umum, yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.

Contoh:

silogisme : Premis umum :Semua sarjana adalah


orang cerdas.

Premis Khusus :Ali adalah seorang


sarjana.

Simpulan :Jadi, Ali adalah orang


cerdas.

Entimen : “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah


seorang sarjana”.

Silogisme : Premis Umum : Semua siswa SMAN 1


Indramayu masuk di
universitas favorit yang
diimpikan.

11
Premis Khusus : Boim Siswa SMAN 1
Semarang.
Simpulan : Boim masuk universitas
favorit yang di impikan

Entimen : Boim masuk universitas favorit yang


diimpikan karena Ia siswa SMAN 1
Semarang.

2.4 Salah Nalar


Salah nalar adalah kekeliruan atau kesalahan pada gagasan, pikiran,
kepercayaan, atau simpulan. Pada salah nalar ini disebabkan oleh
ketidaktepatan orang mengikuti tata cara pikirannya. Salah nalar dapat
disebabkan oleh beberapa macam, yaitu:

1. Deduksi Yang Salah


Deduksi yang salah terjadi karena orang salah mengambil
simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah
atau tidak memenuhi syarat.
Contoh: Pak ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di sini
karena dia miskin.
2. Generalisasi Terlalu Luas
Generalisasi terlalu luas disebabkan oleh jumlah premis yang
mendukung generalisasinya tidak seimbang dengan besarnya
generalisasi itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah.
Contoh: Setiap orang yang telah mengikuti Penataran P4 akan
menjadi manusia Pancasilais sejati.

12
3. Pemilihan Terbatas Pada Dua alternatif
Dilandasi penalaran alternatif yang tidak tepat dengan
pemilihan jawaban yang ada.
Contoh: Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta dengan
serba kekurangan dan hidup di kampung dengan menanggung malu.
4. Penyebab Salah Nalar
Disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu sehingga
mengakibatkan terjadi pergeseran maksud.
Contoh: Sugiman mendapat kenaikan jabatan setelah ia
memperhatikan dan mengurusi makam leluhurnya
5. Analogi Yang Salah
Apabila orang menganologikan sesuatu denagn yang lain dan
beranggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi lainnya.
Contoh: Shiren, seorang alumni Universitas Indonesia,
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh sebab itu,
Tarisya, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
6. Argumentasi Bidik Orang
Salah nalar ini disebabkan oleh sikap menghubungkan sifat
seseorang dengan tugas yang diembannya.
Contoh: Kamu tidak boleh kawin dengan Vernon karena orang
tua Vernon itu bekas penjahat.
7. Meniru-niru Yang Sudah Ada
Salah nalar ini adalah anggapan bahwa sesuatu itu dapat kita
lakukan jika atasan kita melakukan hal itu.
Contoh: Peserta penataran boleh pulang sebelum waktunya
karena para undangan yang menghadiri acara pembukaan itu sudah
pulang semua.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk


menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu
kesimpulan berupa pengetahuan. Terdapat dua jenis metode penalaran yaitu
penalaran deduktif dan induktif.
Metode induktif adalah suatu penalaran yang berpangkal dari peristiwa
khusus sebagai hasi pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan
atau pengetahuan baru yang bersifat umum.
Metode deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu
peristiwa umum yang kesimpulannya berupa pengetahuan baru yang bersifat
lebih khusus.
Pada intinya penalaran berguna untuk menambah daya berpikir logika
sehingga menimbulkan disiplin intelektual untuk memperoleh kebenaran dan
menghindari kesesatan.

14
Daftar Pustaka

Aleka & H. Ahmad H.P. 2010. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Kencana
Prenada : Jakarta

https://kbbi.web.id/nalar-2 diakses pukul 13.34 WIB tanggal 2 November


2019.
Penalaran.2012.https://sepitri.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/14524/pe
nalaran.pdf. diakses pukul 13.57 WIB tanggal 2 November 2019

15

Anda mungkin juga menyukai