Anda di halaman 1dari 7

Laporan Novel Sejarah

I. Identitas buku
Buku ini berjudul ‘Douwes Dekker: Sang Inspirator Negara’. Buku
ini ditulis oleh kelompok KPG. Buku ini memiliki jumlah halaman xi+188
halaman. Buku ini diterbitkan oleh Tempo Publishing, di Jakarta pada
Agustus 2017. Novel ini memiliki cover yang sederhana dan berwarna
cokelat, serta terdapat gambar tokoh Douwes Dekker dan di bawahnya
terdapat judul buku yang ditulis dengan besar. Buku ini menggunakan kertas
kalender untuk bagian cover dan kertas koran untuk bagian isi.

II. Sinopsis

Kehadiran indische partij merupakan roh awal masa pergerakan.


Kemunculanya disambut dengan gegap-gempita. Takashi Shiraishi, dalam
Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat Jawa 1912-1926, melukiskan tur
propaganda yang digerakan Douwes Dekker merupakan rapat akbar politik
pertama di Hindia.

Tak bisa dipungkiri indische partij meletakkan fondasi penting bagi


nasionalisma Hindia. Organisasi politik ini jauh lebih radikal dari Boedi
Oetomo. Tak Cuma menyerukan perombakan di bidang pelayanan
administrasi, Douwes Dekker mengusung reformasi politik pertanian dan
perpajakan sebagai salah satu program partai. Tindak tanduk indische partij
diawasi karena menolak diskriminasi. Mereka dicap sebagai agitator
berbahaya bagi Pemerintah Kolonial. Indische partij tidak gentar karena
gerak gerik mereka telah diawasi oleh pemerintah kolonial pada saat itu.
Mereka semakin melancarkan semua gerakan propaganda politik untuk
membakar semangat para pemuda. Peran pemuda sangat penting untuk
kemerdekaan Hindia.
III. Fakta Sejarah

Adapun fakta sejarah yang terdapat buku ini, yaitu pada halaman 11
“Pada tanggal 21–23 Maret 1913, kongres indische partij yang
pelaksanaannya menggunakan nama insulinde digelar di Semarang, dihadiri
1.000 orang”. Pada halaman 19 paragraf pertama kalimat pertama “Tur
propaganda berakhir pada hari kedelapan. Rombangan tersebut singgah di
Tegal dan Cirebon sebelum kembali ke Bandung pada 22 September 1912.”.

Pada halaman 52 “Pada 7 Mei 1919, Misbach ditangkap atas tuduhan


menghasut rakyat untuk mogok kerja.”. Pada halaman 59 “Pada 2 Juni 1919,
sekitar 1.500 petani berbondong-bondong menuju Surakarta dengan berjalan
kaki.”. Fakta sejarah juga terdapat pada halaman 163 “Pada 1942 bersama
tahanan lain ia di bawa kepenjara Fort Nieuw Amsterdam, Suriname”. Pada
halaman 54 paragraf kedua “pada 10 April 1923, pemerintah resmi menutp
NIP”.
IV. Analisis Unsur Instrinsik

Unsur intrinsik yang pertama pada buku ini adalah Tema. Tema pada
buku ini adalah Pergerakan Revolusi Nasional.Lalu, unsur yang kedua
adalah Tokoh atau Penokohan. Tokoh pertama adalah Douwes Dekker. Ia
adalah seorang keturunan Belanda, Perancis, Jerman, dan Jawa. Meski
bukan penduduk Hindia, Ia sangat mencintai Hindia. Tokoh kedua adalah
Tjipto Mangoenkusoemo.

Ia adalah kawan lama Douwes Dekker yang berhasil menarik


perhatian Soerjaningrat untuk membangun indishe partij. Tokoh ketiga
adalah Soerjaningrat. Ia adalah pria yang pantang mernyerah untuk
memerdekakan negaranya yaitu Hindia.

Unsur instrinsik yang ketiga Latar. Latar meliputi latar tempat dan
latar waktu. Latar tempat pada buku ini adalah Perkebunan Polanharjo. Latar
tempat tersebut terbukti pada halaman 12 “Belanda menahan mereka karena
dianggap memprovokasi gerakan buruh di Perkebunan Polanharjo, Klaten.” .
Latar tempat kedua pada buku ini adalah Den Haag. Latar tempat tersebut
terbukti pada halaman 119 “ Kereta api itu akhirnya tiba di Den Haag pada 2
Oktober 1913”. Lalu, latar waktu. Latar waktu pada buku ini adalah pada
awal abad 20.

Unsur instrinsik yang keempat adalah Alur. Alur pada buku ini adalah
campuran. Alur campuran pada buku ini terbukti karena adanya flashback
yang sering terjadi pada kisah ini. Unsur instrinsik yang kelima adalah sudut
pandang. Sudut pandang pada buku ini adalah sudut pandang orang ketiga.
Sudut pandang orang ketiga terbukti pada halaman 53 pargraf kedua “Dalam
NIP, Douwes Dekker terpilih menjadi skretaris komite central, tjipto sebagai
komensaris dan ketuanya G.L.Topee.”. Pada halaman 93 “ ‘tak begitu
menyenangkan berada di ruanagn yang tak lebih besar dari kandang burung,
mendapat jatah makan rutin, tapi dengan pengawasan yang extra ketat’ kata
Douwes Dekker”.

Unsur instrinsik yang keenam adalah Gaya bahasa. Gaya bahasa pada
buku ini adalah Majas simile. Majas simile adalah majas yang
membandingkan sesuatu hal dengan hal yang lainnya dengan menggunakan
kata penghubng atau kata pembanding. Kata penghubung yang digunakan
contohnya seperti, bagaikan, bak, layaknya, laksana,dll.
V. Analisis Unsur Ekstrinsik

Unsur ektrinsik yang pertama adalah latar belakang masyarakat. Latar


belakang masyarakat meliputi Ideologi negara, kondisi politik, kondisi
social, dan kondisi ekonomi. Ideologi Negara pada novel ini adalah
kolinialisme. Kolonialisme adalah keridakbebasan rakyat untuk memberikan
pendapat secara bebas.

Kondisi politik pada novel ini adalah banyaknya propaganda


dikalangan kaum nasionalis. Kondisi sosial pada novel ini adalah
ketidaksetaraan hak bagi semua ras yang berada di Hindia. Kondisi ekonomi
pada novel ini adalah kesengsaraan penduduk pribumi Hindia karena sumber
alam mereka dikeruk habis-habisa oleh pemrintah kolonial.

Unsur ekstrinsik yang kedua adalah latar balakang penulis. Latar


belakang penulis meliputi riwayat penulis. Penulis pada buku ini adalah
kelompok KPG. Riwayat kelompok KPG, yaitu lahir pada tahun 1994 di
Jakarta dan berkantor di jalan Proklamasi no 72. Pada tahun 2010 hingga
sekarang kelompok KPG berkantor jalan Palmerah Barat, NO 29-37, Jakarta
10270.

Unsur ektrinsik yang ketiga adalah Nilai-nilai dalam novel. Nilai-nilai


dalam novel meliputi nilai sosial, nilai moral,dan nilai budaya. Nilai social
pada novel ini tetera pada halaman 97 “Belakangan, kesulitan ekonomi
mengakibatkan keduanya bercerai”. Nilai moral pada novel ini tertera pada
halaman 20 “Dia berbicara dengan tenang, sopan, dan penuh kepercayaan
diri”. Nilai budaya pada novel ini tertara pada halaman 17 “Camrades! Nay
indier, salam khas pada setiap sambutannya”.
VI. Sejarah Pribadi

Kelompok KPG(Kepustakaan Populer Gramedia) berdiri pada tahun


1914 di Jakarta. Pada tahun itulah mereka hiatus dan untuk terbit kembali
setelah mati suri empat tahun. Pascabredel 1994 tak semua awak redaksi
lama memilih bergabung kembali. Sebagian jurnalis adlah wartawan baru
lulus universitas atau direkrut dari media lain. Pada terbitan pertama setelah
hiatus kelompok KPG menerbitkan buku berjudul “Sukarno” pada tahun
1998. Hingga sekarang kelompok KPG telah menerbitkan enam buku
sejarah.
VII. Menghubungkan Latar Belakang Penulis dengan Hasil
Karya
Penulis novel memiliki latarbelakang sabagai jurnalis investigasi.
Mereka memulai menulis novel ini dengan melakukan jurnalis investigasi
dengan mendatangi keluarga para tokoh yang akan mereka tulis. Dengan
yang mereka lakukan untuk tulisnnya berhubungan pada novel ini. Pada
novel ini terdapat biografi tokoh yang mereka ceritakan

Anda mungkin juga menyukai