Disusun oleh:
Nandaning Tryas Apriliani (17204163024)
Linda Yuni Istiqomah (17204163033)
Sela Oktaviani (17204163037)
Alvina Hawin Rizkya (17204163039)
Alfi Zahrotul Faida (17204163040)
Pathul Khaer (17204163043)
Shinta Wahyu Ningrum (17204163072)
Vicky Saputra (17204163296)
Kelompok 5
TMT 6A
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 1
i
PEMBAHASAN
Penelitian Grounded Theory dikembangkan pertama kali pada tahun 1960 oleh dua
sosiologis, Barney Glaser dan Anselm Strauss.Meskipun masing-masing berasal dari
latar belakang filsafat dan penelitian yang berbeda, mereka memberi sumbangsih yang
sama-sama penting. Keduanya bekerja sama menyusun teknik-teknik untuk menganalisis
data kualitatif yang sesuai dengan pendidikan dan latar belakang mereka. Latar
belakangnya itu memberi kontribusi bagi desain penelitian grounded theory ini, antara
lain:1
a. Perlunya memasuki lapangan jika ingin mengetahui apa yang terjadi;
b. Pentingnya teori, yang berdasar kenyataan, bagi pengembangan suatu disiplin;
c. Sifat terus berlanjutnya pengalaman masa lalu ke masa kini;
d. Peranan aktif manusia dalam membentuk dunia yang mereka tempati;
e. Penekanan pada proses dan perubahan, keragaman serta kompleksitas hidup; dan
f. Hubungan timbal balik antara kondisi, makna, dan tindakan.
Menurut (Denzin & Lincoln, 1994), grounded theory adalah “In this approach,
researchers are responsible for developing other theories that emerge from observing a
group. The theories are “grounded” in the group’s observable experiences, but researchers add their
own insight into why those experiences exist. In essence, grounded theory attempts to “reach
a theory or conceptual understanding through stepwise, inductive process”
Intinya: “Dalam pendekatan ini, peneliti bertanggung jawab untuk mengembangkan
teori-teori lain yang muncul dari pengamatan terhadap suatu kelompok. Teori-teori itu
bersifat “grounded” dalam pengalaman-pengalaman kelompok yang diamati; tetapi
peneliti menambahkan pemahamannya sendiri ke dalam pengalaman-pengalaman itu.
Esensinya, grounded theory berusaha mencapai suatu teori atau pemahaman konseptual
melalui proses bertahap dan induktif.”2
Grounded theory adalah teori yang diperoleh secara induktif dari penelitian tentang
fenomena yang dijelaskannya. Karenanya, teori ini ditemukan, disusun, dan dibuktikan
1
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2013).
2
A Aprinalistria, “Grounded Theory dan Pengodean (coding),” n.d., https://www.academia.edu/-
4739199/BAB_V_GROUNDED_THEORY_DAN_PENGODEAN_CODING_.
1
2
untuk sementara melalui pengumpulan data yang sistematis dan analisis data yang
berkenaan dengan fenomena itu.3
Pada dasarnya, tujuan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan
suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu. Situasi di mana individu saling
berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu
peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang
berhubungan erat dengan konteks peristiwa yang dipelajari atau teoretisasi data.
Teoretisasi data adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi
tindakan/interaksi. grounded theory tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji
teori seperti paradigma penelitian kuantitatif, melainkan bertolak dari data menuju suatu
teori. Hal yang diperlukan untuk mencapai semua itu adalah prosedur yang terencana
dan teratur.4
1. Ciri-Ciri Grounded Theory
Ciri-ciri grounded theorysebagaimana penjelasan Strauss dan Corbin adalah sebagai
berikut:5
a. Grounded theory dibangun dari data tentang suatu fenomena, bukan suatu hasil
pengembangan teori yang sudah ada.
b. Penyusunan teori tersebut dilakukan dengan analisis data secara induktif bukan
secara deduktif seperti analisis data yang dilakukan pada penelitian kuantitatif.
c. Agar penyusunan teori menghasilkan teori yang benar disamping harus dipenuhi
4 (empat) kriteria yaitu:
1) Cocok (fit), yaitu apabila teori yang dihasikan cocok dengan kenyataan sehari-
hari sesuai bidang yang diteliti.
2) Dipahami (understanding), yaitu apabila teori yang dihasilkan
menggambarkan realitas (kenyataan) dan bersifat komprehensif, sehingga
dapat dipahami oleh individu-individu yang diteliti maupun oleh peneliti.
3) Berlaku umum (generality), yaitu apabila teori yang dihasilkan meliputi
berbagai bidang yang bervariasi sehingga dapat diterapkan pada fenomena
dalam konteks yang bermacam-macam.
4) Pengawasan (controll), yaitu apabila teori yang dihasilkan mengandung
hipotesis-hipotesis yang dapat digunakan dalam kegiatan membimbing secara
3
Strauss dan Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif.
4
Baren Bamabas, “Grounded Theory (Metode Penelitian Grounded),” n.d.
5
Aprinalistria, “Grounded Theory dan Pengodean (coding).”
3
6
Bamabas, “Grounded Theory (Metode Penelitian Grounded)”, 57.
4
Proses penyusunan teori meliputi analisis dari hubungan yang terjadi pada
keseluruhan kategori yang telah ditemukan sebelumnya. Teori dapat dituliskan
dalam bentuk narasi yang menggambarkan kesalingterkaitan antarkategori.
e. Memvalidasi teori
Proses validasi ini dilakukan setelah teori selesai dirumuskan dengan cara
membandingkannya dengan proses-proses sejenis yang terdapat dalam penelitian
sebelumnya. Creswell (2008: 450) mengemukakan bahwa penilai luar, seperti
partisipan, juga dapat diminta untuk memeriksa keabsahan teori maupun validitas
dan kredibilitas data.
f. Menyusun laporan penelitian
Creswell (2008: 450) mengemukakan bahwa struktur laporan dalam penelitian
grounded theory sangat tergantung pada desain yang digunakan. Jika desain yang
digunakan adalah pendekatan sistematik, laporan penelitian relatif mirip dengan
struktur laporan penelitian kuantitatif, yang mencakup bagian-bagian perumusan
masalah, metode penelitian, analisis dan diskusi, dan hasil penelitian. Jika desain
yang digunakan adalah pendekatan emerging atau konstruktivis, struktur laporan
penelitikan bersifat fleksibel.
3. Metode Pengumpulan Data dalam Grounded Theory 7
Pada umumnya, metode pengumpulan data dalam grounded theory
menggunakan interview /wawancara dan observasi. Hasil interview atau
pencatatan/perekaman (audio atau video) interaksi dan atau kejadian dijelaskan atau
dituliskan kembali (ditulis dalam format teks atau ditangkap dalam bentuk
identifikasi yang jelas dari sub-elemen).Sebagai contoh, video dapat dianalisis detik
per detik. Elemen data kemudian diberi kode dalam kategori apa yang sedang
diobservasi.
Dalam pengumpulan data, dibedakan antara empiri dengan data.Hanya empiri
yang relevan dengan objek dan dikumpulkan oleh peneliti dapat disebut data. Maka
diperlukan proses seleksi dalam kewajaran menangkap semua empiri. Sesudah
melakukan observasi atau wawancara, peneliti harus segera membuat catatan hasil
rekaman observasi partisipan atau wawancara.
4. Kelebihan dan kekurangan Grounded Theory 8
a. Kelebihan Grounded Theory
7
Ibid.,58.
8
Ibid., 58.
5
Dalam kamus bahasa inggris historis berasal dari kata history artinya sejarah, atau
peristiwa.9Kata sejarah dari bahasa Arab yang berarti pohon.Pengambilan istilah ini
agaknya berkaitan dengan kenyataan, bahwa sejarah setidaknya dalam pandangan orang
pertama yang menggunakan kata ini menyangkut tentang, antara lain, syajarat al-nasab,
pohon geneologis yang dalam masa sekarang agaknya bisa disebut sejarah keluarga
(family history).10
Historis adalah asal usul, silsilah, kisah, riwayat, dan peristiwa.Historis merupakan
suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai peristiwa dengan memperhatikan unsur
tempat, waktu, objek, dan latar belakang peristiwa tersebut.11
Penelitian historis adalah penelitian yang mempelajari dan menggali fakta-fakta dan
menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa lampau. Peneliti dituntut menemukan
fakta, menilai dan menafsirkan fakta yang diperoleh secara sistematik dan obyektif.12
Tujuan penelitian historis adalah untuk membuat rekonstruksi masa lampau secara
sistematis dan obyektif, dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, memverifikasi dan
mensintesiskan bukti-bukti untuk memperoleh kesimpulan yang kuat.13
Studi historis meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu. Penelitian ini
menggunakan pendekatan, metode dan materi yang hampir sama dengan etnografis,
tetapi dengan fokus tekanan dan sistematika yang berbeda. Salah satu ciri khas dari
penelitian historis adalah periode waktu kegiatan, peristiwa, karakteristik, nilai-nilai,
kemajuan bahkan kemunduran, dilihat dan dikaji dalam konteks waktu.14
Pendekatan sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas berbagai
peristiwa dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, obyek, latar belakang, dan pelaku
dari peristiwa tersebut. Menurut ilmu ini segala peristiwa dapat dilacak dengan melihat
9
Desi Anwar, Kamus Lengkap Inggris – Indonesia, (Surabaya: 2015), 177
10
Badri Yatim, Historiografi Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), 1
11
Yatimin Abdullah. Studi Islam Kontemporer. (Jakarta: Amzah, 2006) , 59
12
Nasution, Metode Research (Bandung: Jemmars, 1982).
13
Nana Sudyana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan (Bandung: Sinar Baru, 1989).
14
Sukmadinata N.S, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011).
7
kapan peristiwa itu terjadi, di mana, apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa
tersebut.15
Pendekatan sejarah (historical approach) adalah cara pandang untuk melihat sesuatu
dengan mendasarkan pada analisis rekonstruksi peristiwa masa lampau (sejarah)
berdasarkan data-data dan fakta/ bukti historis untuk mengungkap peristiwa sejarah
secara ilmiah (objektif dan valid). Unsur pengaruh hasil kajian (penulisan) sejarah adalah
sebagai berikut.
a. Sumber sejarah (evident/bukti historis)
b. Informasi/ data sejarah (lisan dan tulisan)
c. Persepsi dan sikap peneliti/sejarawan (subjektif, objektif)
d. Kemampuan analisis historis (daya kritis, critical historis).16
Dengan menggunakan pendekatan sejarah terdapat teori yang bisa digunakan yaitu: 17
a. Idealist approach adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan
menafsirkan fakta sejarah dengan mempercayai secara penuh fakta yang ada
tanpa keraguan.
b. Reductionalist approach adalah seorang peneliti yang berusaha memahami dan
menafsirkan fakta sejarah dengan penuh keraguan.
c. Diakronik adalah penelusuran sejarah dan perkembangan satu fenomena yang
sedang diteliti. Misalnya kalau sedang meneliti konsep riba menurut Muhammad
Abduh, diakroniknya adalah harus lebih dahulu membahas kajian-kajian orang
sebelumnya yang pernah membahas tentang riba.
d. Sinkronik adalah kontekstualisasi atau sosiologis kehidupan yang mengitari
fenomena yang sedang diteliti. Kembali pada contoh konsep riba menurut
Muhammad Abduh, maka sosial kehidupan Muhammad Abduh dan sosial
kehidupan tokoh-tokoh yang pernah membahas fenomena yang sama juga harus
dibahas.
e. Sistem nilai adalah sistem nilai atau budaya sang tokoh dan budaya di mana dia
hidup.
Maka penelitian dengan teori diakroni, sinkronik dan sistem budaya adalah penelitian
yang menelusuri latar belakang dan perkembangan fenomena yang diteliti lengkap
15
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta:RajaGrafindo Persada, 1999) Cet. Ke-3. 46.
16
Ahmad Arifi, “Pendekatan Historis”. Disampaikan dalam Kuliah Mata Kuliah Pendekatan dalam
Pengkajian Islam.
17
Ibid.,206.
8
dengan sejarah sosio-historis dan nilai budaya yang mengitarinya.Maka menjadi wajar
kalau alat analisis ini dikenal sebagai alat analisis sejarah atau sosial(sosiologi).18
Suatu prosedur yang tidak boleh di lupakan oleh peneliti saat menggunakan penelitian
historis adalah suatu kronologis dinamika pengalaman hidup seseorang atau keluarga
informan .dalam hal ini peneliti dapat di bimbing oleh saat-saat penting yang membawa
perubahan dalam kehidupan.Seperti umpamanya seseorang yang memperoleh hadiah
jutaan rupiah membuat seseorang mengalami perunahan perilaku konsumtif, perubahan
perilaku social dengan kelompoknya. Bahkan kebangkrutan yang mendadak secara
drastic dapat mengubah perilaku seseorang, dapat mengubah pperilaku dan interaksi
kelompok,pandangan hidup, persepsi, bahkan dapat mengubah tentang hidupnya.
Turning point juga dapat seperti kematian suatu anggota keluarga yang mengakibatkan
perubahan anggot keluarga mengalami perubahan radikal. Keputusan untuk menikan
kejadian traumaticdan sebagaianya bias menjadi pengalaman di mulainya sebuah drama
kehidupan baru bagi informan.
18
Nasution, Khoiruddin. Pengantar Studi Islam.(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016).
19
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1977).
9
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial.
Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan dan cara
hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Etnografi adalah
suatu bentuk penelitian yang terfokus pada makna sosiologi melalui observasi lapangan
tertutup dari fenomena sosiokultural.
Menurut Haris seperti yang dikutip oleh Cresswell, etnografi adalah suatu desain
kualitatif dimana seorang peneliti menggambarkan dan menginterpretasikan pola nilai,
perilaku, kepercayaan dan bahasa yang dipelajari dan dianut oleh suatu kelompok
budaya.Suatu penelitian etnografi adalah penelitian kualitatif yang melakukan studi
terhadap kehidupan suatu kelompok masyarakat secara alami untuk mempelajari dan
menggambarkan pola budaya satu kelompok tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan
pandangan yang dianut bersama dalam kelompok itu. Sebagai sebuah proses, etnografi
melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, sehingga peneliti
memahami betul bagaimana kehidupan keseharian subjek penelitian tersebut (Participant
observation, life history), yang kemudian diperdalam dengan indepth interview terhadap
masing-masing individu dalam kelompok tersebut.
Penelitian etnografi khusus menggunakan tiga macam metode pengumpulan data:
wawancara, observasi, dan dokumen dan menghasilkan tiga jenis data: kutipan, uraian,
dan kutipan dokumen tergabung dalam satu produk yaitu uraian naratif. Pemilihan
informan dilakukan kepada mereka yang mengetahui yang memiliki sudut
pandang/pendapat tentang berbagai kegiatan masyarakat.Para informan tersebut diminta
untuk mengidentifikasi informan - informan lainnya yang mewakili masyarakat
tersebut.Informan - informan tersebut diwawancarai berulang - ulang, menggunakan
informasi dari informan - informan sebelumnya untuk memancing klarifikasi dan
tanggapan yang lebih mendalam terhadap wawancara ulang. Proses ini dimaksudkan
untuk melahirkan pemahaman–pemahaman kultur umum yang berhubungan dengan
fenomena yang sedang diteliti. Dengan demikian penelitian etnografi menghendaki
etnografer /peneliti : (1) mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan
interaksi dalam kelompok dalam situasi budaya tertentu, (2) memahami budaya atau
10
aspek budaya dengan memaksimalkan observasi dan interpretasi perilaku manusia yang
berinteraksi dengan manusia lainnya, (3) menangkap secara penuh makna realitas budaya
berdasarkan perspektif subjek penelitian ketika menggunakan simbol-simbol tertentu
dalam konteks budaya yang spesifik.
a. Asumsi penelitian etnografis
1. Etnografi mengasumsikan kepentingan penelitian yang prinsip terutama
dipengaruhi oleh pemahaman kultural masyarakat. Metodologi secara
sungguhsungguh menjamin bahwa pemahaman kultural umum akan diidentifikasi
untuk kepentingan peneliti. Interpretasi menempatkan tekanan besar pada
kepentingan kausal dari pemahaman kultual seperti itu. Fokus etnografi
mempertimbangkan secara berlebihan peran persepsi budaya dan tidak
mempertimbangkan peran kausal kekuatan-kekuatan objektif.
2. Etnografi mengasumsikan suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat secara
relevan dari kepentingan. Masyarakat, organisasi formal, kelompok non formal
dan persepsi tingkat lokal semuanya mungkin memainkan peran dalam banyak
subjek yang diteliti, dan kepentingan ini mungkin bervariasi menurut waktu,
tempat dan masalah.
3. Etnografi mengasumsikan peneliti mampu memahami kelebihan kultural dari
masyarakat yang diteliti, menguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan
tersebut, dan memiliki temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif
dari budaya tersebut.
4. Penelitian etnografi lintas budaya menghindari risiko asumsi yang keliru bahwa
pengukuran yang ada memiliki makna yang sama lintas budaya.
b. Ciri-ciri Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi memiliki ciri khas yaitu penelitian bersifat holistik,
integrative, thick description dan menggunakan analisis kualitaif dalam mencari sudut
pandang yang semula (native’s point of view).Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan obeservasi-partisipasi dan wawancara secara terbuka dan
mendalam, sehingga penelitian etnografi memerlukan waktu yang lama.
Penelitian etnografi secara umum dilakukan secara bertahap dengan dimulai
tahap perkenalan yang meliputi mempelajari bahasa penduduk yang sedang
diteliti.Selanjutnya pembelajaran terhadap bahasa asli dipakai untuk membantu dalam
menganilis permasalahan-permasalahan yang muncul dari aktivitas sehari-hari.
11
Beberapa karakteristik penelitian etnografi baik yang dirangkum dari Wolcott dan
Gay, Mills dan Airasian.
Studi kasus merupakan jenis penting dari etnografi, meskipun berbeda dari
etnografi dalam beberapa cara penting. Peneliti studi kasus dapat fokus pada
kejadian, acara, atau kegiatan yang melibatkan individu, bukan hanya kelompok
(Stake, 1995). Juga, ketika penulis studi kasus penelitian kelompok, mereka
mungkin lebih tertarik untuk menggambarkan kegiatan kelompok bukannya
mengidentifikasi pola perilaku bersama yang ditunjukkan oleh kelompok. Peneliti
studi kasus cenderung untuk mengidentifikasi tema budaya pada awal studi,
terutama salah satu dari antropologi;,mereka fokus pada eksplorasi "kasus" yang
sebenarnya (Yin, 2008) secara mendalam. Sebuah studi kasus adalah eksplorasi
mendalam tentang sistem yang dibatasi (misalnya, kegiatan, acara, proses, atau
individu) berdasarkan pengumpulan data luas (Creswell, 2007).Batasan berarti
bahwa kasus ini dipisahkan untuk penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batas-
batas fisik.
3. Etnografi kritis
Pendekatan etnografi kritis ini penelitian yang mencoba merespon isu-isu sosial
yang sedang berlangsung misalnya dalam masalah gender/emansipasi,
kekuasaan, ketidaksamaan hak, pemerataan dan lain sebagainya.
4. Etnografi Konfensional
Laporan mengenai pengalaman pekerjaan lapangan yang dilakukan etnografer.
5. Autoetnografi
Refleksi dari seseorang mengenai konteks budayanya sendiri.
6. Mikroetnografi
Studi yang memfokuskan pada aspek khusus dari latar dan kelompok budaya.
7. Etnografi feminis
Studi mengenai perempuan dalam praktek budaya yang yang merasakan
pengekangan akan hak-haknya.
8. Etnografi postmodern
Suatu etnografi yang ditulis untuk menyatakan keprihatinan mengenai masalah-
masalah sosial terutama mengenai kelompok marginal.
d. Kelebihan dan kekurangan
1. Kelebihan
Penelitian etnografi memiliki keunggulan dibandingkan dengan penelitian yang
lain kelebihan etnografi oleh Anne Suryani (2008, 124) dijelaskan bahwa
etnografi menyediakan kesempatan yang lebih dalam mengumpulkan data yang
14
Mengapa melakukan studi fenomenologis? Salah satu poin penting yang menjadi
kelebihan studi fenomenologis adalah pengalaman yang tersembunyi di dalam aspek
filosofis dan psikologis individu dapat terungkap melalui narasi sehingga peneliti dan
pembaca seolah dapat mengerti pengalaman hidup yang dialami oleh subjek penelitian.
20
Abdul Main, Fenomenologi dalam Penelitian Ilmu Sosial (Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), hal.
1.
18
Bila kita melakukan studi fenomenologi, maka cerita oral tentang pengalaman
hidup menjadi bentuk data primer yang wajib dikumpulkan. Untuk memperoleh data
tersebut tentu saja dibutuhkan keterbukaan informan untuk mengungkapkan apa yang
dialaminya di masa lalu. Beberapa langkah perlu dipahami ketika melaksanakan riset
fenomenologis. Saya merujuk pada pendapat pakar metodologi Creswell dalam
pemaparan langkah-langkah ini:
1. Pertama, peneliti memastikan bahwa apakah rumusan masalah yang dibuat relevan
untuk diteliti menggunakan pendekatan fenomenologis. Rumusan masalah penelitian
yang relevan menerapkan fenomenologi adalah masalah penelitian dimana sangat
penting untuk memahami pengalaman pribadi yang dirasakan sekelompok individu
terhadap suatu fenomena yang dialaminya. Pemahaman terhadap pengalaman
tersebut sekiranya nanti dapat membantu proses mengembangkan kebijakan atau
untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam terhadap fenomena yang
diteliti.
2. Kedua, dalam menyusun masalah penelitian, peneliti menangkap fenomena untuk
dipertanyakan maknanya bagi sekelompok individu yang mengalaminya. Misalnya,
19
21
http://sosiologis.com/fenomenologi diakses pada tanggal 13 April 2019 pukul 18:30.
20
Dari berbagai kelebihan tersebut, fenomenologi sebenarnya juga tidak luput dari
berbagai kelemahan, seperti :
1. Tujuan fenomenologi untuk mendapatkan pengetahuan yang murni objektif tanpa ada
pengaruh berbagai pandangan sebelumnya, baik dari adat, agama ataupun ilmu
pengetahuan, merupakan suatu yang absurd.
2. Pengetahuan yang di dapat tidak bebas nilai (value-free), tapi bermuatan nilai (value-
bound).
Dari kelebihan dan kekurangan tersebut maka kebenaran yang dihasilkan cenderung
subjektif, yang hanya berlaku pada kasus tertentu, situasi dan kondisi tertentu pula serta
dalam waktu tertentu. Dengan ungkapan lain pengetahuan dan kebenaran yang
dihasilkan tidak dapat digeneralisasikan.23
22
Tjipto Subadi, Metode Penelitian Kualitatif (Surakarta: Muhammadiyah University Press Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2006), hal. 24.
23
http://popiamalia21.blogspot.com/2015/12/kelebihan-dan-kelemahan-filsafat.html diakses pada
tanggal 13 April 2019 pukul 18:41.
21
➢ Konsep fenomenologi
Konsep utama dalam fenomenologi adalah makna.Makna merupakan isi penting
yang muncul dari pengalaman kesadaranmanusia. Konsep lain fenomenologis yaitu
Intensionalitas danIntersubyektifitas.27
24
Mami Hajaroh, “Paradigma Pendekatan dan Metode Penelitian Fenomenologi,” n.d., 8.
25
Hajaroh.
26
Ibid., 9.
27
Ibid., 9.
22
28
Ibid., 10.
29
Ibid., 10.
30
Ibid., 13.
23
35
Ibid.,16.
36
Ibid., 16.
37
Ibid., 17.
25
antar catatan eksploratori. Pada tahap ini analisis terutama pada catatatan awal
lebih yang dari sekedar transkrip.Komentar eksploratori yang dilakukan secara
komprehensip sangat mendekatkan pada simpulan dari transktip yang asli.Analisis
komentar-komentar eksploratori untuk mengidentifikasi munculnya tema-tema
termasuk untuk memfokuskan sehingga sebagian besar transkrip menjadi jelas.38
4. Searching for connection a cross emergent themes
Partisipan penelitian memegang peran penting semenjak mengumpulkan data dan
membuat komentar eksploratori. Atau dengan kata lain pengumpulan data dan
pembuatan komentar eksploratori di lakukan dengan berorientasi pada partisipan.
Mencari hubungan antar tema-tema yang muncul dilakukan setelah peneliti
menetapkan seperangkat tema-tema dalam transkrip dan tema-tema telah
diurutkan secara kronologis. Hubungan antar tema-tema ini dikembangkan dalam
bentuk grafik atau mapping/pemetaan dan memikirkan tema-tema yang
bersesuaian satusama lain. Level analisis ini tidak ada ketentuan resmi yang
berlaku.Peneliti didorong untuk mengeksplore dan mengenalkan sesuatu yang
baru dari hasil penelitiannya dalam term pengorganisasian analisis. Tidak semua
tema yang muncul harus digabungkan ] dalam tahap analisis ini, beberapa tema
mungkin akan dibuang. Analisis ini tergantung pada keseluruhan dari pertanyaan
penelitian dan ruang lingkup penelitian.39
Mencari makna dari sketsa tema-tema yang muncul dan saling bersesuaian dan
menghasilkan struktur yang memberikan pada peneliti hal-hal yang penting dari
semua data dan aspek-aspek yang menarik dan penting dari keterangan-
keterangan partisipan. Hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi yang mungkin
muncul dalam Interpretative Pheno-menology Analysis selama proses analisis
meliputi: Abstraction, Subsumtion, Polarization, Contextualization, Numeration,
dan Function.
5. Moving the next cases
Tahap analisis 1- 4 dilakukan pada setiap satu kasus/partisipan.Jika satu kasus
selesai dan dituliskan hasil analisisnya maka tahap selanjutnya berpindah pada
kasus atau partisipan berikutnya hingga selesai semua kasus. Langkah ini
dilakukan pada semua transkrip partisipan, dengan cara mengulang proses yang
sama.
38
Ibid., 18.
39
Ibid., 18.
26
40
Ibid., 19
DAFTAR PUSTAKA
Main, Abdul. Fenomenologi dalam Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: Prenadamedia Group,
2018.
Nasution, Khoiruddin. (2016). Pengantar Studi Islam. Raja Grafindo Persada, Jakarta
Nata, Abuddin. (1999). Metodologi Studi Islam. Raja Grafindo Persada. Cetakan Ketiga.
Jakarta
Strauss, Anselm, dan Juliet Corbin. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013.
Sudyana, Nana, dan Ibrahim. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru,
1989.
26
28
Kuswarno, Engkus. (2008). Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya. Bandung: Widya
Padjadjaran.
Suryani, Anne. (2008). Comparing Case Stury and Ethnography as Qualitative Research
Approaches. Jurnal Ilmu Komunikasi. Vol. 5, No. 1. September
2008.Yogyakarta: Universitas Atma Jaya
htmlhttp://dwipur_sastra.staff.uns.ac.id/2009/06/03/etnografi-komunikasi-dan-register/
http://cyberticket.blogspot.com/2011/11/metode-penelitian-komunikasi-
kualitatif.html#ixzz3VKDTGPch
http://popiamalia21.blogspot.com/2015/12/kelebihan-dan-kelemahan-filsafat.html diakses
pada tanggal 13 April 2019 pukul 18:41.