Nike Hanna/01012180099
Yoren/01012180102
Jeanne Natalie Putri/01012180113
Karin Zaneta/01012180124
A. Pendahuluan
Hingga saat ini masalah pendidikan masih menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. Menurut
Staf Ahli Kemendikbud Prof. Dr. Kacung Marijan, Indonesia mengalami masalah pendidikan yang
komplek. Selain angka putus sekolah, pendidikan di Indonesia juga menghadapi berbagai masalah lain,
mulai dari buruknya infrastruktur hingga kurangnya mutu guru. Masalah utama pendidikan di
Indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah, kualitas kurikulum yang belum standar, dan
kualitas infrastruktur yang belum memadai.
Pada dasarnya masalah yang dihadapi Indonesia saat ini yaitu berkaitan dengan pemerataan
pendidikan tiap warganya dan masalah mutu, relevansi serta efisiensi pendidikan. Bagaimanakah
pendidikan tersebut dapat membekali peserta didik untuk dapat terjun di masyarakat.
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan dengan
kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas,
efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan.
Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk
dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat
meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.
Shelly Yolanda/01012180130
Nike Hanna/01012180099
Yoren/01012180102
Jeanne Natalie Putri/01012180113
Karin Zaneta/01012180124
Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi
formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil
pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang
tinggi dan dapat dianggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan
efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya
masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan
hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.
Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu
yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan
kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia.
Mengenai biaya pendidikan, tidak hanya berbicara mengenai biaya sekolah, kursus atau
lembaga pendidikan yang lain baik itu formal maupun informal, tetapi juga mengenai biaya lain seperti
buku, seragam, transportasi, dll. Pembebasan biaya pendidikan seperti di sekolah dasar hanya sebatas
pembebasan biaya pengajaran, sementara untuk buku dan alat penunjang lain masih dibebankan
pada peserta didik.
Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu
pengajaran. Waktu pengajaran di Indonesia saya rasa terlalu lama. Contohnya misalkan di SMA.
Sekolah dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 15.00. Bahkan ada yang hingga pukul 16.00.
Belum lagi ditambah jam-jam intensif ketika menjelang ujian nasional. Hal tersebut jelas tidak efisien,
karena banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis,
bahasa, dsb. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif, karena
peserta didik banyak yang mengikuti pendidikan informal atau bimbel untuk melengkapi pendidikan
formal yang dinilai kurang.
Mengenai mutu pengajar pun dirasa masih kurang. Terkadang pendidik tidak mendidik sesuai
dengan keahlian kompeten yang dimilikinya. Pendidik juga kurang dapat menciptakan bagaimana
pengajaran yang menarik dan mudah dimengerti oleh peserta didik.
Beberapa tahun belakangan, kita juga sering berganti kurikulum. Hal ini juga dapat berpengaruh
karena ketika mengganti kurikulum, tujuan, metode, strategi serta system evaluasi juga berubah dan
pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga
hal tersebut sebenarnya kurang efisien. Bahkan saat ini sudah disosialisasikan mengenai kurikulum
2013 sementara untuk kurikulum sebelumnya saja masih banyak pertanyaan dan tugas yang belum
terselesaikan dengan baik.
Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun
informal terlihat hanya berpaku pada standar dan kompetensi. Hal ini berpotensi menimbulkan
kemungkinan adanya pendidikan yang terpaku oleh standar kompetensi saja sehingga kehilangan
makna dan tujuan pendidikan tersebut.
Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaimana agar mencapai standar
pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak
Shelly Yolanda/01012180130
Nike Hanna/01012180099
Yoren/01012180102
Jeanne Natalie Putri/01012180113
Karin Zaneta/01012180124
perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang
terpenting adalah memenuhi nilai di atas standar saja. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya
mutu pendidikan di Indonesia.
Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan dipaparkan
pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu::
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya
rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap.
Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki
perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya
sebagaimana mestinya. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak
mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri.
Namun saat ini pemerintah sudah berupaya mengatasi hal tersebut yaitu dengan mengharuskan
pendidik meneruskan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Walaupun guru dan pengajar bukan
satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan, tetapi pengajaran merupakan titik sentral
pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas.
Dengan adanya permasalahan seperti rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan
guru, pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Peserta didik di Indonesia ternyata
masih banyak yang belum mampu memenuhi kriteria kompetensi yang diharapkan. Kelemahan
mereka terutama terletak pada ketergantungan pada materi hafalan, sehingga untuk soal-soal yang
membutuhkan penalaran mereka masih kesulitan.
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Sementara
itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya
tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu
Shelly Yolanda/01012180130
Nike Hanna/01012180099
Yoren/01012180102
Jeanne Natalie Putri/01012180113
Karin Zaneta/01012180124
diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Setiap tahunnya ada jutaan
anak yang putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah
ketenagakerjaan tersendiri. Hal ini disebabkan kurangnya materi keterampilan yang diberikan pada
peserta didik untuk menghadapi dunia luar.
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT)
membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Namun saat ini
pemerintah sudah berusaha meminimalisir tingkat angka putus sekolah dengan mengupayakan
bantuan operasional sekolah maupun perguruan tinggi, meskipun pada prakteknya masih kurang
terorganisir dengan baik karena ulah beberapa pihak.
8. Keterbelakangan budaya.
Upaya untuk mengatasi masalah tersebut di atas, perlu dilakukan antara lain :
yaitu upaya pemecahan masalah dengan cara yang biasa dilakukan. Upaya ini antara lain :
artinya pemecahan masalah dengan cara baru, yang dilakukan dengan pendayagunaan hasil
creativitas tertentu terutama yang baru, yang berbeda dengan cara-cara sebelumnya. Upaya
pemecahan masalah pendidikan secara inovatif antara lain:
Daftar Pustaka
ᴥ http://mediapengawas.blogspot.com/2012/01/faktor-faktor-penyebab-masalah.html
ᴥ http://zaifbio.wordpress.com/2010/01/14/ciri-ciri-dan-masalah-pendidikan-di-indonesia/