Anda di halaman 1dari 39

BAGIAN RADIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN MARET 2019


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

OSTEOMIELITIS

Disusun Oleh:
Kurnia Junita Sari Risal
111 2018 2037

Pembimbing
dr. Erlin Sjahril, Sp. Rad (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN RADIOLOGI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Referat yang berjudul “Osteomielitis” yang dipersiapkan dan disusun


oleh:

Nama : Kurnia Junita Sari Risal


NIM : 111 2018 2037

Telah diperiksa dan dianggap telah memenuhi syarat Tugas Ilmiah


Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter dalam disiplin ilmu Radiologi pada,

Waktu : Maret 2019


Tempat : RS. Bhayangkara Makassar

Makassar, Maret 2019

Menyetujui,
Pembimbing Penulis

dr. Erlin Sjahril, Sp.Rad (K) Kurnia Junita S. Risal, S.Ked


BAB I

PENDAHULUAN

Osteomielitis adalah penyakit tulang, yang ditandai dengan adanya


peradangan sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan sering
dikaitkan dengan hancurnya kortikal dan trabekula tulang. Penyakit ini
memiliki dua manifestasi yaitu osteomielitis hematogenous dan
osteomielitis dengan atau tanpa insufisiensi vaskular. Baik hematogenous
dan osteomielitis mungkin lebih lanjut diklasifikasikan sebagai akut dan
kronis. Osteomielitis paling sering timbul dari patah tulang terbuka, infeksi
pada kaki penderita diabetes, atau terapi bedah pada luka tertutup.
Penyebab osteomielitis bervariasi, dapat disebabkan oleh bakteri, jamur,
atau berbagai organisme lain, dan dapat idiopatik seperti osteomielitis
multifokal kronis yang berulang.1
Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I – II, tetapi dapat
pula pada bayi dan “infant”. Anak laki – laki lebih sering dibanding anak
perempuan (4 : 1). Lokasi yang tersering adalah tulang – tulang panjang
seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula. Prevalensi
keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak. Prevalensi neonatal adalah
sekitar 1 kasus per 1.000. kejadian tahunan pada pasien dengan anemia
sel sabit adalah sekitar 0,36%. Insiden osteomielitis vertebral adalah
sekitar 2,4 kasus per 100.000 penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara
berkembang. Tingkat mortalitas osteomielitis adalah rendah, kecuali jika
sudah terdapat sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari.1
Sangat penting mendiagnosis osteomielitis ini sedini mungkin,
terutama pada anak – anak, sehingga pengobatan dengan antibiotik dapat
dimulai, dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan dengan
pencegahan penyebaran infeksi yang masih terlokalisasi dan untuk
mencegah jangan sampai seluruh tulang mengalami kerusakan yang
dapat menimbulkan kelumpuhan. Radiologi merupakan salah satu
penunjang yang penting.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI TULANG
Tulang berasal dari embrionic hyaline cartilage yang mana
melalui proses “Osteogenesis” menjadi tulang. Proses ini dilakukan
oleh sel – sel yang disebut “Osteoblast”. Proses mengerasnya tulang
akibat penimbunan garam kalsium. Ada 206 tulang dalam tubuh
manusia, terbagi 4 kategori :2
1. Tulang panjang
Tulang ini agak melengkung tujuannya agar kuat menahan beban dan
tekanan. Contohnya humerus, radius, ulna, femur, tibia, dan fibula.
Bagian tulang panjang :
- Diafisis
Merupakan bagian tengah tulang berbentuk silinder dari tulang
kortikal yang memiliki kekuatan besar
- Matafisis
Merupakan bagian tulang yang melebar dekat ujung akhir batang.
Daerah ini terutama disusun oleh tulang trabekular atau tulang
spongiosa yang mengandung sumsum merah. Sumsum merah
terdapat juga dibagian epifisis dan diafisis tulang. Pada anak-anak
sumsum merah mengisi sebagian besar bagian dalam tulang
panjang tetapi kemudian diganti olah sumsum kuning setelah
dewasa.
- Epifisis
Lempeng epifisis adalah daerah pertumbuhan longitudinal pada
anak-anak. Bagian ini akan menghilang pada tulang dewasa.
Bagian epifisis yang letaknya dekat sendi tulang panjang bersatu
dengan metafisis sehingga pertumbuhan memanjang tulang
terhenti.2
Tulang-tulang panjang ditemukan pada ekstremitas. Contohnya
humerus, femur, ossa metacarpi, ossa metatarsai dan phalanges.
Tulang ini mempunyai corpus berbentuk tubular, diafisis dan biasanya
dijumpai epifisis pada ujung-ujungnya. Selama masa pertumbuhan,
diafisis dipisahkan dari epifisis oleh kartilago epifisis. Bagian diafisis
yang terletak berdekatan dengan kartilago epifisis disebut metafisis.
Corpus mempunyai cavitas medullaris di bagian tengah yang berisi
sumsum tulang (medulla ossium). Bagian luar corpus terdiri atas tulang
kompakta yang diliputi oleh selubung jaringan ikat yaitu periosteum.
Ujung-ujung tulang panjang terdiri atas tulang spongiosa yang
dikelilingi oleh selapis tipis tulang kompakta. Facies articularis ujung-
ujung tulang diliputi oleh kartilago hialin. Contoh-contoh tulang
panjang:2
1. Ulna
Ulna merupakan tulang medial lengan bawah. Ujung atasnya
bersendi dengan humerus pada articulatio cubiti dan dengan caput
radii pada articulatio radioulnaris proksimal. Ujung distalnya
bersendi dengan radius pada articulatio radioulnaris distalis, tetapi
dipisahkan dari articulatio radiocarpalis dengan adanya facies
articularis. Ujung atas ulna besar, dikenal sebagai processus
olecranii. Bagian ini membentuk tonjolan pada siku. Processus ini
mempunyai incisura di permukaan anteriornya, incisura trochlearis
yang bersendi dengan trochlea humeri. Di bawah trochlea humeri
terdapat processus coronoideus yang berbentuk segitiga dan pada
permukaan lateralnya terdapat incisura radialis untuk bersendi
dengan caput radii. Corpus ulnae mengecil dari atas ke bawah. Di
lateral mempunyai margo interosseus yang tajam untuk melekatnya
membrane interossea. Pinggir posterior membulat, terletak
subcutan dan mudah diraba seluruh panjangnya. Di bawah incisura
radialis terdapat lekukan, fossa supinator yang mempermudah
gerakan tuberositas bicipitalis radii. Pinggir posterior fossa ini tajam
dan dikenal sebagai crista supinator yang menjadi tempat origo
musculus supinator. Pada ujung distal ulna terdapat caput yang
bulat, yang mempunyai tonjolan pada permukaan medialnya,
disebut processus styloideus.
2. Humerus
Humerus bersendi dengan scapula pada articulatio humeri
serta dengan radius dan ulna pada articulatio cubiti. Ujung atas
humerus mempunyai sebuah caput, yang membentuk sekitar
sepertiga kepala sendi dan bersendi dengan cavitas glenoidalis
scapulae. Tepat di bawah caput humeri terdapat collum
anatomicum. Di bawah collum terdapat tuberculum majus dan
minus yang dipisahkan satu sama lain oleh sulcus bicipitalis. Pada
pertemuan ujung atas humerus dan corpus humeri terdapat
penyempitan disebut collum chirurgicum. Sekitar pertengahan
permukaan lateral corpus humeri terdapat peninggian kasar yang
disebut tuberositas deltoidea. Di belakang dan bawah tuberositas
terdapat sulcus spiralis yang ditempati oleh nervus radialis.
Ujung bawah humerus mempunyai epicondylus medialis dan
epicondylus lateralis untuk tempat lekat musculi dan ligamentum,
capitulum humeri yang bulat bersendi dengan caput radii, dan
trochlea humeri yang berbentuk katrol untuk bersendi dengan
incisura trochlearis ulnae. Di atas capitulum terdapat fossa radialis,
yang menerima caput radii pada saat siku difleksiokan. Di anterior,
di atas trochlea, terdapat fossa coronoidea, yang selama
pergerakan yang sama menerima processus coronoideus ulnae. Di
posterior, di atas trochlea, terdapat fossa olecrani, yang bertemu
dengan olecranon pada waktu sendi siku pada keadaan extensio.
3. Radius
Radius adalah tulang lateral lengan bawah. Ujung atasnya
bersendi dengan humerus pada articulatio cubiti dan dengan ulna
pada articulatio radio ulnaris proximal. Ujung distalnya bersendi
dengan os scaphoideu dan lunatum pada articulatio radiocarpalis
dan dengan ulna pada articulatio radioulnaris distal.
Pada ujung atas radius terdapat caput yang berbentuk bulat
kecil. Permukaan atas caput cekung dan bersendi dengan
capitulum humeri yang cembung. Circumferentia articulare radii
bersendi dengan incissura radialis ulnae. Di bawah caput tulang
menyempit membentuk collum. Di bawah collum terdapat
tuberositas bicipitalis/ tuberositas radii yang merupakan tempat
insertio musculus biceps.
Corpus radii berlainan dengan ulna, yaitu lebih lebar di
bawah dibandingkan dengan bagian atas. Corpus radii di sebelah
media mempunyai margo interossea yang tajam untuk tempat
melekatnya membrana interossea yang menghubungkan radius
dan ulna. Tuberculum pronator, untuk tempat insertio musculus
pronator teres, terletak di pertengahan pinggir lateralnya.
Pada ujung bawah radius terdapat processus styloideus;
yang menonjol ke bawah dari pinggir lateralnya. Pada permukaan
medial terdapat incisura ulnae, yang bersendi dengan caput ulnae
yang bulat. Permukaan bawah ujung radius bersendi dengan os
scaphoideum dan os lunatum. Pada permukaan posterior ujung
distal radius terdapat tuberculum kecil, tuberculum dorsalis, yang
pada pinggir medialnya terdapat sulcus untuk tendo musculi flexor
pollicis longus.
4. Femur
Merupakan tulang terpanjang dari rangka manusia.
Panjangnya kira-kira pada laki-laki 45 cm, sedangkan pada wanita
kira-kira 38 cm. Femur mempunyai dua ujung dan sebuah korpus.
Ujung atas mempunyai sebuah kaput, kollum, trokhanter mayor dan
sebuah trokhanter minor. Ujung bawah melebar dan mempunyai
dua buah kondilus yaitu medialis dan lateralis yang dipisahkan ke
sebelah posterior oleh insisura interkondilaris yang berbentuk U.
Sepertiga bagian tengah korpus femoris sedikit berbentuk
segitiga yang mempunyai tiga pinggir dan tiga permukaan. Tetapi
pada sepertiga bagian atas berbentuk silinder sedangkan sepertiga
bagian bawah mendatar di sebelah anteroposteriornya. Ujung
bawah femur mempunyai dua buah kondili yang tebal yang
menonjol ke arah posterior dan dibagi oleh fossa interkondilaris
atau insisura interkondilaris. Kedua kondili di sebelah anerior
disatukan dan permukaan anteriornya melanjutkan diri menjadi
permukaan anterior korpus femoris. Corak dari trabekula tulang
femur membutuhkan suatu kekhususan tertentu karena struktur
femur merupakan contoh dari suatu fakta bahwa trabekula tulang
ini diletakkan menurut aturan gaya-gaya tekanan dan tarikan.
Trabekula tulang pada kaput femoris diletakkan di sudut-sudut yang
tepat pada permukaan sendinya membentuk suatu pasak pada
kollum femoris yang berpusat di medialis pada sambungan kollum
dan korpus femoris.
5. Tibia
Merupakan tulang tungkai bawah yang lebih besar dan
terletak di sebelah medialis sesuai dengan os radius pada lengan
atas. Tetapi radius posisinya terletak di sebelah lateral karena
anggota badan atas selama perkembangan janin memutar ke arah
lateralis sedangakan anggota badan bawah memutar ke arah
medialis. Atas alasan yang sama maka ibu jari kaki terletak di
sebelah medialis berlawanan dengan ibu jari tangan yang terletak
di sebelah lateralis.
Tibia merupakan tulang yang paling panjang nomor dua
setelah os femur. Tibia mempunyai ujung atas dan ujung bawah
tulang serta sebuah korpus. Ujung atas tulang mempunyai: (1) dua
buah kondilus yaitu medialis (lebih besar) dan lateralis; (2) daerah
interkondilaris yang kasar terletak di antara permukaan- permukaan
superior dari kedua kondili, dan (3) tuberositas, yang menonjol ke
muka dari permukaan anterior ujung atas tulang.
Korpus tibia berbentuk prisma atau dalam potongan
melintang berbentuk segitiga. Melebar di sebelah atas dan
meruncing ke arah bawah, menyempit pada sambungan di dua
pertiga bagian atas dan sepertiga bagian bawah, lalu akan melebar
lagi di sebelah bawahnya. Tibia juga mempunyai tiga pinggir

2. Tulang pendek
Parbandingan tebal dan panjang hampir sama, terdapat pada
pergelangan tangan dan kaki, bentuknya seperti kubus.

3. Tulang pipih : iga, tengkorak, panggul dan scapula.


Bentuknya pipih berfungsi untuk perlindungan.
4. Tulang tak teratur, tulang pada wajah dan vertebra.
Tulang diliputi dibagian luar oleh membrane fibrus padat
dinamakan periosteum yang memberi nutrisi ke tulang dan
memungkinnya tumbuh, selain sebagai tempat perlekatan tendon dan
ligament.
Periosteum mengandung saraf, pembuluh darah dan limfatik.
Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung osteoblas
yang merupakan sel pembentuk tulang. Tulang tersusun atas sel,
matriks protein dan deposit mineral. Sel-sel tulang terdiri atas :
Osteoblast : yang berfungsi dalam pembentukan tulang dengan
mensekresikan matriks tulang. Matriks tersusun atas 98%
kolagen dan 2% substansi dasar
(glukosaminoglikan/asam polisakarida dan proteoglikan)
Osteosit : sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi
tulang yang terletak dalam osteon (unit matriks tulang)
Osteoklast : multinuclear yng berperan dalam penghancuran,
resorpsi dan remodelling tulang.

A. DEFINISI OSTEOMIELITIS
Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan
sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi
odontogenik. Osteomielitis terbagi menjadi beberapa jenis yaitu akut,
dan kronis yang memiliki gambaran klinis yang berbeda, tergantung
pada sifat alamiah penyakit tersebut.3
Gambar 1. Gambaran osteomielitis

B. ETIOLOGI OSTEOMIELITIS
Penyebab paling sering Staphylococcus, penyebab lain Streptococcus,
Pneumococcus, Salmonella, jamur dan virus.
Infeksi dapat terjadi secara :3
a. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
b. Kontaminasi dari luar :
- Fraktur terbuka
- Tindakan operasi pada tulang
c. Perluasan infeksi jaringan ke tulang di dekatnya

C. PATOGENESIS
Infeksi dalam sistem muskuloskletal bisa berkembang dalam satu
dari dua cara. Bakteri ditularkan melalui darah dari fokus infeksi yang
telah ada sebelumnya (infeksi saluran pernafasan atas, infeksi
genitourinarius, furunkel) bisa tersangkut di dalam tulang, sinovium
atau jaringan lunak ekstremitas serta membentuk abses. Bakteri bisa
juga mencapai sistem muskuloskletal dari lingkungan luar (luka
penetrasi, insisi bedah, fraktur terbuka). Infeksi hematogen lebih lazim
ditemukan dalam masa kanak-kanak, sedangkan infeksi eksogen lebih
sering ditemukan pada dewasa yang terpapar trauma. 4 Osteomyelitis
akut lebih sering terjadi anak-anak dan sering disebarkan secara
hematogen. Pada dewasa, osteomyelitis umumnya berupa infeksi
subakut atau kronik yang merupakan infeksi sekunder dari luka
terbuka pada tulang dan sekitar jaringan lunak.4
Pada osteomyelitis hematogen akut tulang yang sering terkena
adalah tulang panjang dan tersering femur, diikuti oleh tibia, humerus
radius, ulna, dan fibula bagian tulang yang terkena adalah bagian
metafisis dan penyebab tersering adalah Staphylococcus aureus.5
Predisposisi untuk infeksi pada metafisis dianggap berhubungan
dengan pola aliran darah setinggi sambungan lempeng fiseal metafisis.
Aliran darah yang lamban melalui vena eferen pada tingkat ini
memberikan tempat untuk penyebaran bakteri. Epifisis tulang panjang
mempunyai suplai aliran darah terpisah dan jarang terlibat
osteomyelitis akut. Dengan maturasi, ada osifikasi total lempeng fiseal
dan ciri aliran darah yang lamban dihilangkan. Sehingga osteomyelitis
hematogen pada orang dewasa merupakan suatu kejadian yang tak
lazim.
Pada osteomyelitis, bakteri mencapai daerah metafisis tulang
melalui darah dan tempat infeksi di bagian tubuh yang lain seperti
pioderma atau infeksi saluran nafas atas. Trauma ringan yang
menyebabkan terbentuknya hematoma diduga berperan dalam
menentukan timbulnya infeksi didaerah metafisis yang kaya akan
pembuluh darah. Hematoma tersebut merupakan media yang baik
bagi pertumbuhan bakteri yang mencapai tulang melalui aliran darah.
Di daerah hematoma tersebut terbentuk suatu fokus kecil infeksi
bakteri sehingga terjadi hiperemia dan edema. Tulang merupakan
jaringan yang kaku dan tertutup sehingga tidak dapat menyesuaikan
diri dengan pembengkakan yang terjadi akibat edema dan oleh karena
itu, edema akibat peradangan tersebut menyebabkan kenaikan
tekanan intraseus secara nyata dan menimbulkan rasa nyeri yang
hebat dan menetap, kemudian terbentuk pus, yang semakin
meningkatkan tekanan intraseus didaerah infeksi dengan akibat
timbulnya gangguan aliran darah. Gangguan aliran darah ini dapat
mengakibatkan terjadinya trombosis vaskuler dan kematian jaringan
tulang.6
Mula-mula terdapat fokus infeksi di daerah metafisis, lalu terjadi
hiperemia dan udem. Karena tulang bukan jaringan yang bisa
berekspansi maka tekanan dalam tulang yang hebat ini menyebabkan
nyeri lokal yang hebat. Biasanya osteomyelitis akut disertai dengan
gejala septikemia seperti febris, malaise, dan anoreksia. Infeksi dapat
pecah ke periost, kemudian menembus subkutis dan menyebar
menjadi selulitis, atau menjalar melelui rongga subperiost ke diafisis.
Infeksi juga dapat pecah ke bagian tulang diafisis melalui kanalis
medularis. Penjalaran subperiostal ke arah diafisis, sehingga
menyebabkan nekrosis tulang yang disebut sekuester. Periost akan
membentuk tulang baru yang menyelubungi tulang mati tersebut.
Tulang baru yang menyelubungi tulang mati disebut involukrum.
Osteomyelitis selalu dimulai dari daerah metafisis karena pada
daerah tersebut peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung
sinusoid. Penyebaran osteomyelitis dapat terjadi;6 (1) penyebaran ke
arah kortek, membentuk abses subperiosteal dan sellulitis pada
jaringan sekitarnya; (2) penyebaran menembus periosteum
membentuk abses jaringan lunak. Abses dapat menembus kulit melalui
suatu sinus dan menimbulkan fistel. Abses dapat menyumbat atau
menekan aliran darah ke tulang dan mengakibatkan kematian jaringan
tulang (sekuester); (3) penyebaran ke arah medula; dan (4)
penyebaran ke persendian, terutama bila lempeng pertumbuhannya
intraartikuler misalnya sendi panggul pada anak-anak. Penetrasi ke
epifisis jarang terjadi.
Tanpa pengobatan, infeksi selanjutnya dapat menyebar ketempat
lain. Penyebaran lokal terjadi melalui struktur trabekula yang porus ke
kortek metafisis yang tipis, sehingga melalui tulang kompakta. Infeksi
meluas melalui periosteum melalui kanal atau saluran haver dan
menyebabkan periosteum, yang tidak melekat erat ke tulang pada
anak-anak, mudah terangkat sehingga terbentuk abses
subperiosteum, terangkatnya periosteum akan menyebabkan
terputusnnya aliran darah ke kortek di bawah periosteum tersebut dan
hal ini semakin memperluas daerah tulang yang mengalami nekrosis.
Penyebaran infeksi ke arah kavum medular juga akan menggangu
aliran darah kebagian dalam kortek tulang. Gangguan aliran darah dari
2 arah ini yaitu dari kavum medulare dan periosteum mengakibatkan
bagian kortek tulang menjadi mati serta terpisah dari jaringan tulang
yang hidup, dan dikenal sebagai sekuestrum. Sekuestrum adalah awal
dari stadium kronik. Infeksi di daerah subperiosteum kemudian dapat
menjalar kejaringan lunak menyebabkan sellulitis dan kemudian abses
pada jaringan lemak. Pus akhirnya akan keluar menuju ke permukaan
kulit melalui suatu fistel.6
Pada tempat-tempat tertentu, infeksi d idaerah metafisis juga dapat
meluas ke rongga sendi dan mengakibatkan timbulnya arthritis septik,
keadaan semacam ini dapat terjadi pada sendi-sendi dengan tempat
metafisis tulang yang terdapat di dalam rongga sendi, seperti pada
ujung atas femur dan ujung atas radius, sehingga penyebaran melalui
periosteum mengakibatkan infeksi tulang kedalam sendi tesebut. Jika
bagian metafisis tidak terdapat di dalam sendi, namun sangat dekat
dengan sendi maka biasanya tidak terjadi arthritis septik dan lebih
sering berupa efusi sendi steril.7 Penyebaran infeksi melalui pembuluh
darah yang rusak akan menyebabkan septikemia dengan manifestasi
berupa malaise, penurunan nafsu makan dan demam. Septikemia
merupakan ancaman bagi nyawa penderita dan dimasa lalu
merupakan penyebab kematian yang lazim.
Pada infeksi yang berlangsung kronik terangkatnya periosteum
menyebabkan timbulnya reaksi pembentukan tulang baru yang di
dalamnya terdapat sekuestrum dan disebut involukrum. Reaksi ini
terutama terjadi pada anak-anak, sehingga disepanjang daerah diafisis
dapat terbentuk tulang baru dari lapisan terdalam periosteum. Tulang
yang baru terbentuk ini dapat mempertahankan kontinuitas tulang,
meskipun sebagian besar bagian tulang yang terinfeksi telah mati dan
menjadi sekuestrum.
Pada bayi, dapat mengenai seluruh tulang dan sendi di dekatnya.
Karena masih adanya hubungan aliran darah antara metefisis dan
epifisis melintasi growth plate, sehingga infeksi dapat meluas dari
metafisis ke epifisis serta kemudian kedalam sendi. Pada anak-anak
biasanya infeksi tidak meluas ke daerah epifisis karena growth plate
dapat bertindak sebagai barier yang elektif, disamping sudah tidak
terdapat hubungan aliran darah langsung antara metafisis dan epifisis.
Sementara pada orang dewasa growth plate yang menjadi penghalang
perluasan infeksi telah menghilang sehingga epifisis dapat terserang,
namun jarang terjadi abses subperiosteum, karena periosteum pada
orang dewasa telah merekat erat dengan kortek tulang. Infeksi yang
luas menyebabkan kerusakan growth plate akan menyebabkan
gangguan pertumbuhan yang serius di kemudian hari.
D. PATOLOGI
Berikut adalah stadium osteomielitis menurut Clerny-mader.7

Jenis Deskripsi
Tipe anatomis

Medullary osteomyelitis
Osteomielitis yang terbatas pada kavitas
medular tulang. Osteomielitis hematogen
Stadium 1 dan infeksi dalam intramedullary rod.

Superficial osteomyelitis
Osteomielitis yang hanya mengenai tulang
kortikal dan biasanya berasal dari inokulasi
Stadium 2 langsung atau focus infeksi yang
berdampingan.

Localized osteomyelitis
Osteomielitis yang biasanya mengenai
Stadium 3 kortikal dan medular tulang. Dalam stadium
ini, tulang tetap stabil karena proses infeksi
tidak mengenai seluruh diameter tulang.

Diffuse osteomyelitis
Stadium 4 Osteomielitis yang mengenai seluruh
ketebalan tulang, menghilangkan stabilitas
as in an infected nonunion

Kelas Fisiologis
A Host Normal (host tidak memiliki faktor
mencurigakan sistemik ataupun lokal)

B Host Dipengaruhi oleh satu atau lebih faktor


mencurigakan

Bs Systemic compromised

Bl Local Compromised

Bls Systemic and local compromised

C Host Treatment worse than disease (host is


so severely compromised that the
radical treatment necessary would have
an unacceptable risk-benefit ratio)

Gambar 2. Stadium Osteomielitis


E. KLASIFIKASSI OSTEOMIELITIS
1. Osteomielitis akut
Terutama pada anak – anak. Umumnya infeksi pada tulang
panjang yang dimulai pada metafisis.
Tulang yang sering terkena : femur distal, tibia proksimal,
humerus, radius dan ulna bagian proksimal dan distal, serta
vertebra. Penyebab : Staphylococcus (paling sering),
Streptococcus, Pneumococcus, salmonella, jamur dan virus. Infeksi
dapat terjadi secara : 8
1. Hematogen, dari fokus yang jauh seperti kulit, tenggorok.
2. Kontaminasi dari luar, seperti fraktur terbuka, tindakan
operasi pada tulang.
3. Perluasan infeksi jaringan ke tulang didekatnya.
 Patogenesis
Mikroorganisme memasuki tulang bisa dengan cara
penyebarluasan secara hematogen, bisa secara penyebaran
dari fokus yang berdekatan dengan infeksi, atau karena luka
penetrasi. Trauma, iskemia, dan benda asing meningkatkan
kerentanan tulang akan terjadinya invasi mikroba pada lokasi
yang terbuka (terekspos) yang dapat mengikat bakteri dan
menghambat pertahanan host. Fagosit mencoba untuk
menangani infeksi dan, dalam prosesnya, enzim dilepaskan
sehingga melisiskan tulang. Bakteri melarikan diri dari
pertahanan host dengan menempel kuat pada tulang yang
rusak, dengan memasuki dan bertahan dalam osteoblast, dan
dengan melapisi tubuh dan lapisan yang mendasari tubuh
mereka sendiri dengan pelindung biofilm yang kaya
polisakarida. Nanah menyebar ke dalam saluran pembuluh
darah, meningkatkan tekanan intraosseous dan mempengaruhi
aliran darah. Disebabkan infeksi yang tidak diobati sehingga
menjadi kronis, nekrosis iskemik tulang menghasilkan
pemisahan fragmen devaskularisasi yang besar
(sequester). Ketika nanah menembus korteks, subperiosteal
atau membentuk abses pada jaringan lunak, dan peningkatan
periosteum akan menumpuk tulang baru (involucrum) sekitar
sequester.
Osteomielitis hematogen akut merupakan infeksi tulang
dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen
dimana mikroorganisme berasal dari fokus ditempat lain dan
beredar melalui sirkulasi darah. Kelainan ini sering ditemukan
pada anak – anak dan sangat jarang pada orang dewasa.8

Gambar 3. Skematis Perjalanan Osteomielitis

 Skematis perjalanan penyakit osteomielitis


 Fokus infeksi pada lubang akan berkembang dan pada tahap
ini menimbulkan edema periosteal dan pembengkakan
jaringan lunak.(A)
 Fokus kemudian semakin berkembang membentuk jaringan
eksudat inflamasi yang selanjutnya terjadi abses subperiosteal
serta selulitis dibawah jaringan lunak.(B)
 Selanjutnya terjadi elevasi periosteum diatas daerah lesi,
infeksi menembus periosteum dan terbentuk abses pada
jaringan lunak dimana abses dapat mengalir keluar melalui
sinus pada permukaan kulit. Nekrosis tulang akan
menyebabkan terbentuknya sekuestrum dan infeksi akan
berlanjut kedalam kavum medula.(C)
 Patologi yang terjadi pada osteomielitis hematogen akut
tergantung pada umur, daya tahan penderita, lokasi infeksi
serta virulensi kuman. Infeksi terjadi melalui aliran darah dari
fokus tempat lain dalam tubuh pada fase bakterimia dan dapat
menimbulkan septikemia. Embolus infeksi kemudian masuk
kedalam juksta epifisis pada daerah metafisis tulang panjang.
Proses selanjutnya terjadi hiperemi dan edema didaerah
metafisis disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus
menyebabkan tekanan dalam tulang bertambah.
 Peninggian tekanan dalam tulang mengakibatkan
terganggunya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh
darah tulang yang akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.
Disamping itu pembentukan tulang baru yang ekstensif terjadi
pada bagian dalam periosteum sepanjang diafisis ( terutama
anak – anak ) sehingga terbentuk suatu lingkungan tulang
seperti peti mayat yang disebut involucrum dengan jaringan
sekuestrum didalamnya. Proses ini terlihat jelas pada akhir
minggu kedua. Apabila pus menembus tulang, maka terjadi
pengaliran pus ( discharge ) dari involucrum keluar melalui
lubang yang disebut kloaka atau melalui sinus pada jaringan
lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya akan berkembang
menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanselosa,
infeksi dapat terlokalisir serta diliputi oleh jaringan fibrosa yang
membentuk abses tulang kronik yang disebut abses Brodie.8
 Pemeriksaan Radiologis
 Pemeriksaan foto polos dalam sepuluh hari pertama, tidak
ditemukan kelainan radiologik yang berarti dan mungkin
hanya ditemukan pembengkakan jaringan lunak.9

Gambar 4.
Proyeksi lateral pada tibia terlihat gambaran
sklerotik didiametafisis tibia

Gambar 5.
Proyeksi AP pada tibia terlihat gambaran
s k l e r o t i k d i lateral diametafisis tibia
Gambar 6. Destruksi tulang Phalanx proksimal dan phalanx distal (panah putih). Ada juga
fraktur patologis melalui proksimal phalanx (panah kuning) 18

b) Osteomielitis Hematogen Subakut


Gejala osteomielitis hematogen subakut lebih ringan oleh
karena organisme penyebabnya kurang purulen dan penderita
lebih resisten. Osteomielitis hematogen subakut biasanya
disebabkan oleh Staphylococcus aureus dan umumnya
berlokasi dibagian distal femur dan proksimal tibia.9
 Patologi
Biasanya terdapat kavitas dengan batas tegas pada tulang
selosa dan mengandung cairan seropurulen. Kavitas
dilingkari oleh jaringan granulasi yang terdiri atas sel – sel
inflamasi akut dan kronik dan biasanya terdapat penebalan
trabekula.
 Pemeriksaan Radiologis
Dengan foto rontgen biasanya ditemukan kavitas
berdiameter 1-2 cm terutama pada daerah metafisis dari tibia
dan femur atau kadang- kadang pada daerah diafisis tulang
panjang.

Gambar 7. Radiologik dari abses Brodie yang dapat ditemukan pada


osteomielitis sub akut/kronik. Pada gambar terlihat kavitas yang dikelilingi oleh
daerah sklerosis.

2. Osteomielitis kronis
Terjadi apa bila :9
1. Pengobatan infeksi terlambat atau tidak adekuat.
2. Ada squester.
3. Terdapat osteomielitis yang kronis sejak dari permulaan,
misalnya pada abses Brodie.
 Patologi dan patogenesis
Infeksi tulang dapat menyebabkan terjadinya sekuestrum yang
menghambat terjadinya resolusi dan penyembuhan spontan
yang normal pada tulang. Sekuestrum ini merupakan benda
asing bagi tulang dan mencegah terjadinya penutupan kloaka
(pada tulang) dan sinus (pada kulit). Squestrum diselimuti oleh
involucrum yang tidak dapat keluar atau dibersihkan dari
medula tulang kecuali dengan tindakan operasi. Proses
selanjutnya terjadi destruksi dan sklerosis tulang yang dapat
terlihat pada foto rontgen.10

 Pemeriksaan Radiologis
Foto polos rontgen dapat ditemukan adanya tanda – tanda
porosis dan sklerosis tulang, penebalan periost, elevasi
periosteum dan mungkin adanya sequestrum

Gambar 8. Gambaran Radiologi Osteomielitis kronik


Gambar 9. Gambaran patologi dan komplikasi osteomielitis kronis dengan pembentukan
sequestrum, involucrum dan kloaka 17
Gambar 10. Gambaran patologi dan komplikasi osteomielitis kronis dengan pembentukan
sequestrum, involucrum dan kloaka 17

F. OSTEOMIELITIS PADA VERTEBRA


Paling sering mengenai corpus vertebrae. Pada stadium awal :
destruksi tulang yang lebih menonjol, baru sklerosis. Lesi bisa bermula
di sentral atau tepi corpus vertebrae.
Pada lesi yang bermula di tepi corpus vertebrae, diskus cepat
mengalami destruksi dan sela diskus akan menyempit. Dapat timbul
abses paravertebra yang terlihat sebagai bayangan berdensitas
jaringan lunak sekitar lesi.
Perbedaan dengan spondilitis tb adalah : adanya sklerosis,
destruksi diskus kurang, dan sering timbul penulangan antara vertebra
yang terkena proses dengan vertebra didekatnya (bone bridging).12
Gambar 11. Osteomielitis pada Vertebra

G. OSTEOMIELITIS PADA TULANG LAIN


1. Tengkorak
Biasanya osteomielitis pada tulang tengkorak terjadi sebagai
akibat perluasan infeksi di kulit kepala atau sinusitis frontalis.
Proses destruksi bisa setempat atau difus. Reaksi periosteal
biasanya tidak ada atau sedikit sekali.12

Gambar 12. Osteomielitis pada Tengkorak

2. Mandibula
Biasanya terjadi akibat komplikasi fraktur, abses gigi, atau
ekstraksi gigi. Namun, infeksi osteomielitis juga dapat
menyebabkan fraktur pada mulut. Infeksi terjadi melalui kanal pulpa
merupakan yang paling sering dan diikuti hygene oral yang buruk
dan kerusakan gigi.12

Gambar 13. Osteomielitis pada Mandibula

3. Pelvis
Osteomielitis pada tulang pelvis paling sering terjadi pada
bagian sayap tulang ilium dan dapat meluas ke sendi sakroiliaka.
Sendi sakroiliaka jarang terjadi. Pada foto terlihat gambaran
destruksi tulang yang luas, bentuk tak teratur, biasanya dengan
sekuester yang multipel. Sering terlihat sklerosis pada tepi lesi.
Secara klinis sering disertai abses dan fistula. Bedanya dengan
tuberkulosis, ialah destruksi berlangsung lebih cepat, dan pada
tuberkulosis abses sering mengalami kalsifikasi.12
Gambar 14. Radiograph of the os pubis showing an unclear lining of the
symphysis pubis and bony destruction. 19

H. OSTEOMIELITIS PADA NEONATUS DAN BAYI


Osteomielitis dan artritis septik pada bayi biasanya disertai
destruksi yang luas dari tulang, tulang rawan, dan jaringan lunak
sekitarnya. Tanda paling dini yang dapat ditemukan pada foto roentgen
ialah pembengkakan jaringan lunak dekat tulang yang terlihat kira kira
3 hari setelah infeksi. Demineralisasi tulang terlihat kira-kira 7 hari
setelah infeksi dan disebabkan hiperemia dan destruksi trabekula.
Destruksi korteks dan sebagai akibatnya pembentukan tulang
subperiosteal terlihat pada kira-kira 2 minggu setelah infeksi.13
Gambar 15. Lesi litik metafisis tibialis medial kanan atas; periostitis tebal
dan jaringan lunak sekitar terganggu 16

I. PENATALAKSANAAN

Terapi pada osteomyelitis akut melalui penyebaran hematogen


dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik parenteral (Tabel 4.)
selama 4 hari dan dilanjutkan dengan antibiotik oral sampai 4 minggu
tebukti mencegah rekurensi. Pada pasien-pasien immunocompromised,
transisi menuju antibiotik oral ditunda dan lama terapi ditambah menjadi
6 minggu.14
Tabel 1. Pilihan terapi antibiotik pada kasus osteomyelitis .

Terapi osteomyelitis kronis terdiri dari terapi antibiotik dan


pembedahan. Pilihan antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur, namun
jika tidak ada informasi hasil kultur, antibiotik spektrum luas dapat
diberikan. Antibiotik ini diberikan parenteral selama 2 – 6 minggu yang
kemudian dilanjutkan dengan antibiotik oral sampai total waktu terapi 4-8
minggu (tabel 1.). Adapun indikasi dilakukannya terapi pembedahan ialah
terapi antibiotik tidak menunjukkan perbaikan, terdapat peralatan

yang terpasang pada tulang dan mengalami infeksi, serta osteomyelitis


kronis dengan nekrosis tulang dan jaringan lunak.12

J. KOMPLIKASI
a. Abses tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur
d. Selulitis
K. DIAGNOSA BANDING
a. Osteosarcoma
Gambaran radiologik :
 Sering pada metafisis tulang panjang. Pembentukan tulang
baru lebih banyak. Adanya infiltrasi tumor. Penulangan
patologis ke jaringan lunak (ossifikasi).15
 Destruksi berawal dari medulla  lesi radiolusen batas tak
tegas
 Stadium dini : Reaksi periosteal lamellar / sunray (gambaran
lamellar atau seperti garis-garis tegak lurus pada tulang yang
merupakan reaksi peristeal).
 Lanjut : subperiosteal rusak perluasan ke luar tlng  reaksi
periosteal hanya sisanya (Codman triangle)/ tepi yang masih
dapat dilihat.
 Kalsifikasi (+)

Gambar 16. Sunburst appearance di daerah proksimal fibula


Gambar 17. Gambaran segitiga codman’s

b. Ewing sarcoma
Gambaran radiologik
 Sering pada diafisis tulang panjang.
 Lesi destruktif, infiltratif dari daerah medulla (tampak bayangan
radiolusen)
 Merusak cortex.
 Reaksi periosteal (onion peel appearance).
 Massa jaringan lunak yang besar.15

Gambar 18. Tampak lesi destruksi dengan reaksi periosteal


(onion skin/lamelar)
Gambar 19. Frontal radiograph and lateral radiographs of the femur
demonstrate mottled, osteolytic lesion (blue circle) with poorly marginated edges in the
diaphysis of the bone. There is sunburst periosteal reaction (red circle) and lamellated
periosteal reaction (white arrows). 20

Tabel 2. Diagnosis Banding Osteomielitis.15

KLINIS INSIDEN
GAMBARAN
RADIOLOGI
Rasa sakit/ nyeri Laki-laki: Akut:
yang memberat, Perempuan - Lesi
eritema, bengkak, (4:1), lebih periosteal
demam, tidak bisa banyak reaction (+)
menggerakkan pada anak- - Lesi osteolitik
lengan atau kaki anak, lebih banyak
eritema lokal, sering - Kortex tulang
ketidakmampuan mengenai lebih tipis
Osteomielitis menahan berat tulang-
badan. Peradangan tulang
low grade/ringan, panjang
adanya tulang yang seperti
mati ( sequestrum ) femur, Kronik:
aposisi tulang baru tibia, - Lesi
dan adanya fistula radius, periosteal
humerus, reaction (-)
ulna, dan - Lesi sklerotik
fibula. lebih banyak
- Kortex tulang
lebih tebal
disertai
penambahan
diameter
tulang.
Nyeri lokak yang Pria : Pembentukan
semakin progresif. Wanita tulang baru lebih
Osteosarkoma Nyeri pada saat (3:2), banyak. Adanya
malam hari. Sering banyak infiltrasi tumor.
terjatuh. Massa terkena Penulangan
edema pada jaringan pada anak- patologis ke
lunak (±) fraktur anak usia jaringan lunak
patologis, dekade ke- (ossifikasi).
keterbatasan gerak 2  Stadium dini :
(ROM), Penurunan kehidupan Reaksi
berat badan, Anemia. periosteal
lamellar /
sunray
(gambaran
lamellar atau
seperti garis-
garis tegak
lurus pada
tulang yang
merupakan
reaksi
peristeal).
 Stadium
Lanjut:
subperiosteal
rusak
perluasan ke
luar tlng 
reaksi
periosteal
hanya sisanya
(Codman
triangle)/ tepi
yang masih
dapat dilihat.
Nyeri dan terdapat Pria : Lesi destruktif,
benjolan: tegang, Wanita
infiltratif dari
elastis, keras, nyeri (3:2), orang
tekan (+), tumbuh kaukasoid daerah medulla
dengan cepat dan lebih
(tampak
Ewing Sarkoma terdapat peningkatan banyak
suhu lokal. Massa terkena bayangan
tidak melebar keluar daripada
radiolusen).
korteks. Jarang orang Asia
terjadi fraktur dan orang Terjadi reaksi
patologis. Demam, Amerika
periosteal
anemia, peningkatan berkulit
LED, Leukositosis, hitam yangmemberikan
dan peningkatan
gambaran (onion
lactatdehydrogenase.
peel
appearance).
BAB III
KESIMPULAN

Osteomielitis adalah penyakit tulang, yang ditandai dengan


adanya peradangan sumsum tulang dan tulang yang berdekatan dan
sering dikaitkan dengan hancurnya kortikal dan trabekula tulang.
Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum
tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik.
Osteomielitis bagi menjadi beberapa jenis yaitu akut, dan kronis yang
memiliki gambaran klinis yang berbeda.
Penyebab paling sering Staphylococcus, penyebab lain
Streptococcus, Pneumococcus, Salmonella, jamur dan virus.
Penyebab osteomielitis pyogenik adalah kuman Staphylococcus
aureus (89-90%), Escherichia coli, Pseudomonas, dan Klebsiella.
Pada periode neonatal, Haemophilus influenzae dan kelompok B
Streptokokus seringkali bersifat patogen.
Gambaran radiologi pada osteomielitis awal, tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan radiograf. Setelah 7-10 hari, dapat
ditemukan adanya area osteopeni, yang mengawali destruksi
cancellous bone. Seiring berkembangnya infeksi, reaksi periosteal
akan tampak, dan area destruksi pada korteks tulang tampak lebih
jelas. Osteomielitis kronik diidentifikasi dengan adanya detruksi tulang
yang masif dan adanya involukrum, yang membungkus fokus sklerotik
dari tulang yang nekrotik yaitu sequestrum.
DAFTAR PUSTAKA

1. David R, Barron BJ, Madewell JE. Osteomyelitis, acute and chronic.


Radio Clin North Am ;25:1171-1201.
2. Wibowo S. Daniel. Anatomi Tubuh Manusia. Singapore:Elsevier.2011.
3. Randall W King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni.
Osteomyelitis in Emergency Medicine. Available
from: http://emedicine.medscape.com/article/785020-
overview#showall
4. Adam, Greenspan. Orthopaedic Imaging: A practical Approach, 4th
Edition. Lippincott Williams & Wilkins. USA
5. Song, Kit M ; Sloboda, John F. Journal of the American Academy of
Orthopaedic Surgeons
6. Rasjad, Chairuddin Prof, MD, Ph.D. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Jakarta : Yarsif Watampone
7. Inusa BPD, Oyewo A, Brokke F, et al. Dilemma in Differentiating
between Acute Osteomyelitis and Bone Infarction in Children with
Sickle Cell Disease: The Role of Ultrasound. PLoS One. 2014; 8(6):
e65001.
8. Lee YJ, Sadigh S, Mankad K, et al. The imaging of osteomyelitis.
Quant Imaging Med Surg. 2016; 6(2): 184–98.
9. Giurato L, Meloni M, Izzo V, et al. Osteomyelitis in diabetic foot: A
comprehensive overview. World J Diabetes. 2017; 8(4): 135–42.
10. Hofmann, S. R., A. R. Wolff, G. Hahn, C. M. Hedrich. 2012. Update:
Cytokine Dysregulation in Chronic Nonbacterial Osteomyelitis (CNO).
International Journal of Rheumatology; 2012(10): 1-7 (Hofmann et al.,
2012)
11. Chowdhury, Veena.2012.Diagnostic Radiology Musculoskeletal and
Breast Imaging Third Edition.New Delhi : Jaypee Brothers Medical
Publisher. Halaman 80-91.
12. Nophrianta, Made. Firman P Sitanggang.Temuan radiologis pada
osteomielitis kronik.Bagian Radiologi FK Udayana.
13. Arias CA, Betancur MAT, Pinzón MA. Differences in the Clinical
Outcome of Osteomyelitis by Treating Specialty: Orthopedics or
Infectology. PLoS One. 2015; 10(12): e0144736.
14. Wu JS, Gorbachova T, Morison WB and Hains AH. AJR. 188: 1529-
1534.
15. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik FKUI edisi kedua. Jakarta
:2009. 62-68
16. Wael Nemattalla. Osteomyelitis. Access on March 2019.
https://radiopaedia.org/cases/osteomyelitis-13?lang=us
17. Dalia Ibrahim. 2014. Osteomyelitis.
https://radiopaedia.org/images/8108405
18. http://learningradiology.com/notes/bonenotes/osteomyeltispage.htm
19. S Pauli et al. Br J Sports Med 2002;36:71-73.
https://bjsm.bmj.com/content/36/1/71
20. Frank Gaillard. Ewing Sarcoma. https://radiopaedia.org/cases/ewing-
sarcoma-11?lang=us

Anda mungkin juga menyukai