Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi, dalam bahasa Indonesia berarti penilain. Evaluasi pendidikan


dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu (Edwin Wandt dan Gerald W. Brown, 1997).
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan
tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan
dimiliki siswa setelah menyelesaiakan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap siswa.
Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah untuk mengetahui seberapa
jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan guru sekaligus
mengukur keberhasilan peserta didik dalam menguasai materi yang telah diajarkan.
Dengan demikian, maka seorang guru memerlukan alat evaluasi pembelajaran yang
instrument penilaian.
Instrument penilaian harus memenuhi syarat-syarat tertentu antara lain
harus valid dan reliable. Dengan instrument penilaian yang valid dan reliable akan
menghasilkan informasi tingkat penguasaan komptensi peserta didik yang akurat
dan terpercaya. Begitupula sebaliknya, jika instrument yang digunakan tidak
disusun sesuai dengan kaidah penulisan instrument maka data yang diperoleh
subjektif dan tidak bisa dipergunakan sebagai informasi yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Tes, evaluasi dan alat evaluasi?

2. Apa fungsi dan tujuan pengembangan alat-alat evaluasi hasil belajar?

1
3. Bagaimana petunjuk pengembangan evaluasi serta bagaimana jenis-jenis
tes sebagai alat evaluasi?

4. Bagaimana Kriteria tes yang baik sebagai pengembangan alat evaluasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari tes, evaluasi dan alat evaluasi


pembelajaran.
2. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari pengembangan alat-alat evaluasi
hasil belajar.
3. Untuk mengetahui bagaimana cara mengembangkan alat serta jenis-jenis alat
evaluasi pendidikan
4. Untuk mengetahui Kriteria tes yang baik sebagai pengembangan alat evaluasi

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini yaitu :
1. Untuk mengukur keberhasilan penilaian baik tes maupun non tes dalam
evaluasi pembelajaran
2. Untuk mempermudah interaksi pengembanagan alat evaluasi yang layak
digunakan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengembangan Alat Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Evaluasi pendidikan


dapat diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Adapun dari segi istilah,
sebagaimana dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald W. Brown (1977) :
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari
sesuatu.
Alat Evaluasi berarti keseluruhan alat yang dapat digunakan untuk
melakukan kegiatan evaluasi, dalam hal ini adalah berkaitan dengan pendidikan
berupa tes dan non tes. Jadi pengembangan alat evaluasi adalah bagaimana cara
mengembangkan alat-alat evaluasi untuk tujuan memajukan serta meningkatkan
mutu pendidikan itu sendiri.

2. Fungsi dan Tujuan pengembangan alat evaluasi

Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses memiliki


beberapa fungsi pokok sebagai berikut :

a. Mengukur kemajuan
b. Menunjang penyusunan rencana
c. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali
d Memperoleh informasi tentang hasil – hasil yang telah dicapai dalam
rangka pelaksanaan program pendidikan
e. Mengetahui relevansi antara program pendidikan yang telah dirumuskan
dengan tujuan yang hendak dicapai

3
Evaluasi yang dilaksanakan secara berkesinambungan, akan membuka
peluang bagi evaluator untuk membuat perkiraan (estimasi), apakah tujuan yang
telah dirumuskan akan dapat dicapai pada waktu yang telah ditentukan ataukah
tidak.

Tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut :


 Menghimpun bahan – bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti
mengenai taraf perkembangan / kemajuan peserta didik.
 Mengetahui tingkat efektivitas metode pengajaran yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
 Merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.
 Mencari dan menemukan faktor – faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik.

3. Pengertian Tes
Test berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk
menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan
sebagainya. Dalam Bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Tes yang berarti ujian
atau percobaan. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk
menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan
mengukur dan menemukan peserta Tes yang memenuhi kriteria tertentu.
Dari pengertian diatas, dapat dipahami bahwa test adalah cara yang dapat
digunakan atau prosedur yang dapat ditempuh dalam rangka pengukuran dan
penilaian yang dapat berbetuk pemberian tugas, atau serangkaian tugas sehingga
dapat dihasilkan nilai yang dapat melambangkan prestasi.

B. Alat-alat Evaluasi Hasil Belajar

Alat – alat yang digunakan dalam rangka melakukan evaluasi hasil belajar
mencakup teknik tes dan teknis nontes.

4
1. Teknik Tes

Dalam evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara/prosedur


dalam rangka pengukuran dan penilaian yang berupa pemberian tugas sehingga
dihasilkan nilai yang menunjukkan prestasi siswa. Secara umum, fungsi tes adalah
mengukur tingkat perkembangan / kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik,
dan mengukur keberhasilan program pengajaran.

a. Penggolongan dari segi bentuk soal dan kemungkinan jawabannya

a) Tes Essay (uraian)

Tes essay adalah tes yang disusun dalam bentuk pertanyaan terstruktur dan
siswa menyusun, mengorganisasikan sendiri jawaban tiap pertanyaan itu dengan
bahasa sendiri. Tes essay ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan
kemampuan dalam menjelaskan atau mengungkapkan suatu pendapat dalam
bahasa sendiri. Tes uraian dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
Bentuk uraian disebut juga bentuk subjektif karena dalam pelaksanaannya
sering dipengaruhi oleh faktor subjektivitas guru. Dilihat dari luas sempitnya
materi yang ditanyakan, maka tes bentuk uraian ini dapat dibagi menjadi dua
bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian bebas.
1. Uraian terbatas
Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus
mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat
jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting
yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang
telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.
2. Uraian bebas
Dalam bentuk ini peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan
sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan
kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan
sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan atau

5
patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti. Berdasarkan pada
pendekatan atau cara pemberian skor bentuk uraian dibagi menjadi dua, yaitu
bentuk uraian objektif dan bentuk uraian non objektif.

a. Bentuk Uraian objektif


Uraian seperti ini memiliki sehimpunan jawaban dengan rumusan
yang relatif lebih pasti sehingga dapat dilakukan penskoran secara objektif.
Anthony J. Nitko ( 1996 ) menjelaskan bentuk uraian terbatas dapat
digunakan untuk menilai hasil belajar yang kompleks, yaitu berupa
kemampuan-kemampuan, menjelaskan hubungan sebab-akibat, melukiskan
pengaplikasian prinsip-prinsip, mengajukan argumentasi-argumentasi yang
relevan, merumuskan hipotesis dengan tepat, merumuskan asumsi yang
tepat, melukiskan keterbatasan data, merumuskan kesimpulan secara tepat,
menjelaskan metode dan prosedur, dan hal-hal sejenis yang menuntut
kemampuan peserta didik untuk melengkapi jawabannya.
Dalam penskoran bentuk soal uraian objektif, skor hanya
dimungkinkan menggunakan dua kategori, yaitu benar atau salah. Untuk
setiap kata kunci yang benar diberi skor 1 (satu) dan untuk kata kunci yang
dijawab salah atau tidak di jawab diberi skor 0 (nol). Dalam satu rumusan
jawaban dapat mengandung lebih dari satu kata kunci sehingga skor
maksimum jawaban dapat lebih dari satu. Kata kunci tersebut dapat berupa
kalimat, kata, bilangan, symbol, gambar, grafik, ide, gagasan atau
pernyataan. Diharapkan dengan pembagian yang tegas seperti ini, unsure
subjektivitas dapat dihindari atau dikurangi.
b.. Bentuk Uraian Non objektif
Bentuk soal seperti ini memiliki rumusan jawaban yang sama
dengan rumusan jawaban bebas, yaitu menuntut peserta didik untuk
mengingat dan mengorganisasikan (menguraikan dan memadukan)
gagasan-gagasan pribadi atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk
uraian tertulis sehingga dalam penskorannya sangat memungkinkan adanya

6
unsure subjektivitas. Bentuk uraian bebas dapat digunakan untuk menilai
hasil belajar yang bersifat kompleks, seperti kemampuan menghasilkan,
menyusun dan menyatakan ide-ide, memadukan berbagai hasil belajar dari
berbagai bidang studi, merekayasa bentuk-bentuk orisinal ( seperti
mendesain sebuah eksperimen ), dan menilai arti atau makna suatu ide.
Dalam penskoran soal bentuk uraian nonobjektif, skor dijabarkan dalam
rentang. Besarnya rentang skor ditetapkan oleh kompleksitas jawaban,
seperti 0 – 2, 0 – 4, 0 – 6, 0 – 8, 0 – 10 dan lain – lain. Skor minimal harus
0, karena peserta didik yang tidak menjawab pun akan memperoleh skor
maksimum ditentukan oleh penyusun soal dan keadaan jawaban yang
dituntut dalam soal tersebut.

b) Tes Objektif
Tes objektif adalah tes yang disusun sedemikian rupa dan telah disediakan
alternatif jawabannya. Tes ini terdiri dariberbagai macam bentuk, antara lain ;

 Tes Benar-Salah (TrueFalse)

 Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice)

Ketika Anda mengembangkan tes pilihan ganda hendaknya


memperhatikan sepuluh pedoman penulisannya yaitu: (1) soal harus jelas, (2) isi
pilihan jawaban homogen dalam arti isi, (3) panjang kalimat pilihan jawaban
relatif sama, (4) tidak ada petunjuk jawaban benar, (4) hindari mengggunakan
pilihan jawaban “semua benar “ atau “semua salah”, (6) pilihan jawaban angka
diurutkan, (7) pilihan jawaban logis dan tidak menggunakan negatif ganda, (8)
kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes, (9)
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan baku, dan (10) letak pilihan
jawaban benar ditentukan secara acak.
 Tes Menjodohkan (Matching)
Pengerjaan tes ini dilakukan dengan menjodohkan atau
memasangkan suatu premis dengan daftar kemungkinan jawaban, dan suatu
petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan satu

7
kemungkinan jawaban. Bila Anda menuliskan soal bentuk ini perhatikan
bahwa: (1) soal harus sesuai dengan indikator, (2) jumlah alternatif jawaban
lebih banyak dari pada premis, (3) alternatif jawaban berhubungan secara
logis dengan premisnya, (4) rumusan kalimat soal harus komunikatif, dan
(5) butir soal menggunakan Bahasa Indonesiayang baik dan benar.

 Tes Analisa Hubungan (Relationship Analysis)

Tes jawaban singkat, Tes ini mengharuskan siswa menuliskan


jawaban singkatnya sesuai dengan petunjuk. Ada tiga jenis soal bentuk ini,
yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau isian, dan jenis identifikasi
atau asosiasi. Ketika Anda menyusun tes bentuk ini perhatikan
keharusannya yaitu; (1) soal mengacu pada indikator, (2) rumusan kalimat
soal harus komunikatif, dan (3) tidak menimbulkan interpretasi ganda.

b. Penggolongan Dari segi fungsi tes di sekolah

a) Tes Formatif
Tes Formatif, yaitu tes yang diberikan untuk memonitor kemajuan belajar
selama proses pembelajaran berlangsung. Tes ini diberikankan dalam tiap
satuan unit pembelajaran. Manfaat tes formatif bagi peserta didik adalah :

 Untuk mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai materi dalam tiap
unit pembelajaran.
 Merupakan penguatan bagi peserta didik.
 Merupakan usaha perbaikan bagi siswa, karena dengan tes formatif peserta
didik mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya.
 Peserta didik dapat mengetahui bagian dari bahan yang mana yang belum
dikuasainya.
b) Tes Summatif
Tes sumatif diberikan dengan maksud untuk mengetahui penguasaan atau
pencapaian peserta didik dalam bidang tertentu. Tes sumatif dilaksanakan pada
tengah atau akhir semester.

8
c) Tes Penempatan
Tes penempatan adalah tes yang diberikan dalam rangka menentukan
jurusan yang akan dimasuki peserta didik atau kelompok mana yang paling
baik ditempati atau dimasuki peserta didik dalam belajar.
d) Tes Diagnostik
Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mendiagosis penyebab
kesulitan yang dihadapi seseorang baik dari segi intelektual, emosi, fisik dan
lain-lain yang mengganggu kegiatan belajarnya.
b. Penggolongan berdasarkan alat pelaksanaannya
a. Tes Tertulis
Tes tertulis adalah suatu teknik penilaian yang menuntut jawaban secara
tertulis, baik berupa pilihan maupun isian. Tes tertulis dapat digunakan pada
ulangan harian atau ulangan tengah dan akhir semester atau ulangan kenaikan
kelas. Tes tertulis dapat berbentuk pilihan ganda, menjodohkan, benar-salah,
isian singkat, atau uraian (essay).
b. Tes Lisan
Tes lisan adalah teknik penilaian hasil belajar yang pertanyaan dan
jawabannya atau pernyataannya atau tanggapannya disampaikan dalam bentuk
lisan dan spontan. Tes jenis ini memerlukan daftar pertanyaan dan pedoman
pensekoran.
c. Tes Praktik/Perbuatan
Tes praktik/perbuatan adalah teknik penilaian hasil belajar yang menuntut
peserta didik mendemontrasikan kemahirannya atau menampilkan hasil belajarnya
dalam bentuk unjuk kerja. Tes praktik/perbuatan dapat berupa tes identifikasi, tes
simulasi dan tes petik kerja. Tes identifikasi dilakukan untuk mengukur kemahiran
mengidentifikasi sesuatu hal berdasarkan fenomena yang ditangkap melalui alat
indera. Tes simulasi digunakan .untuk mengukur kemahiran bersimulasi
memperagakan suatu tindakan. Tes petik kerja digunakan untuk mengukur
kemahiran mendemonstrasikan pekerjaan yang sesungguhnya.
2. Teknik Nontes

9
Dilakukan dengan tanpa menguji peserta didik, malainkan dengan
melakukan pengamatan (observasi), wawancara (interview), menyebarkan angket
(questionnaire), dan memeriksa / meneliti dokumen (documentary analysis), serta
dengan sosiometri.

a. Pengamatan (Observation).
Observasi adalah cara menghimpun bahan – bahan keterangan/data yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis.
Observasi dapat mengukur hasil dan proses belajar, misalnya tingkah laku peserta
didik. ) Observasi dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1) Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi
(observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang
diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil
bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada
“diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi
partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi
nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2) Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah
mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati.
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak
terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-
anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah
membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan,
kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian
ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam
bunga. Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-
kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.

3) Observasi Eksperimental

10
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara
nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat
perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:

a) Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
b) Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
c) Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa
dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan
juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1) Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2) Direncanakan secara sistematis
3) Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4) Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya

b. Wawancara (Interview).

Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan


dalam evaluasi untuk mendapatkan informasi tentang peserta didik dengan cara
mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara lisan (Wiyono dan Sunarni, 2009:22).
Sedangkan menurut Arifin (2011:157-158) wawancara merupakan salah satu
bentuk alat evaluasi jenis non-tes yang dilakukan melalui percakapan dan Tanya
jawab. Baik langsung maupun tidak langsung dengan peserta didik. Pengertian
wawancara langsung adalah wawancara yang dilakukan secara langsung antara
pewawancara (interviewer) atau guru dengan orang yang diwawancarai
(interviewee) atau peserta didik tanpa melalui perantara, sementara wawancara
tidak langsung artinya adalah pewawancara atau guru menanyakan sesuatu kepada
peserta didik melalui perantara orang lain atau media. Jadi, tidak menemui langsung
kepada sumbernya. Evaluator melakukan wawancara dengan pihak – pihak yang
terkait, misalnya wawancara dengan peserta didik, orang tua / wali murid, dll.

c. Angket (Questionnaire).

11
Tujuan penggunaan angket / kuesioner dalam proses pembelajaran
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai
salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
d. Pemeriksaan dokumen (Documentary analysis).
Menurut Wiyono dan Sunarni (2009:23) selain ketiga teknik
tersebut, teknik nontes lain yang dapat digunakan dapat mengumpulkan data
adalah melalui analisis dokumen. Evaluasi mengenai kemajuan atau
keberhasilan belajar siswa, selain diperoleh melalui tes, juga dapat diperkaya
dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap dokumen, misalnya dokumen
tentang riwayat hidup (auto biografi) siswa.
Analisis dokumen ini memuat informasi mengenai riwayat hidup
peserta didik dan orang tua peserta didik. Bentuk analisis dokumen, ada
bermacam-macam. Salah satu bentuk yang sering dilakukan adalah
pemeriksaan daftar pribadi (personality inventory) atau pemeriksaan daftar
riwayat hidup. Beberapa informasi yang telaah dalam daftar pribadi antara
lain data tentang diri, baik keadaan tubuh maupun riwayat kesehatan, data
tentang kepandaian dan kecakapan yang dimiliki, data tentang sifat dan tabiat,
data tentang cita-cita dan hari depan, data keluarga, baik ayah maupun ibu,
pekerjaan orang tua, penghasilan atau alamat, data yang berhubungan dengan
sekolah, dan data lain yang dianggap perlu, misalnya kegiatan yang pernah
dilakukan.
Melalui analisis dokumen data pribadi, disamping memberikan
sumber keterangan untuk mengadakan penilaian tentang pribadi siswa, juga
dapat membantu guru untuk memberikan bimbingan belajar yang optimal,
dan mengarahkan ke pemilihan karier jabatan di masa depan

e. Sosiometri

Digunakan untuk mengungkapakan tingkat sosiometri siswa.


Dengan kata lain, teknik sosiometri merupakan teknik nontes yang digunakan
untuk menelaah struktur hubungan sosial di antara siswa di dalam kelas atau
sekolah. Sedangkan menurut Arifin (2009:170) sosiometri adalah suatu

12
proseur untuk merangkum, menyusun dan sampai batas tertentu dapat
menguantifikasi pendapat-pendapat peseta didik tentang penerimaan teman
sebayanya serta hubungan diantara mereka. Seperti diketahui, disekolah
banyak peserta didik kurang mampu menyesuaikan diri dengan lingkunganya.

C. Petunjuk Pengembangan Alat Evaluasi

1. Beberapa factor yang harus di perhatikan dalam mengembangkan tes alat


evaluasi:

a. Menentukan tujuan penilaian


Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta
ditentukan sejak awal, karena menjadi dasar untuk menentukan arah, ruang
lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian. Dalam penilaian
hasil belajar, ada emapat kemungkinan tujuan penelitian, yaitu untuk
memperbaiki kinerja tau proses pembelajaran (formatif), untuk menentukan
keberhasilan peserta didik (sumatif), untuk mengidentifikasi kesulitan
belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik), atau untuk
menempatkan posisi peseta didik sesuai dengan kemampuannya
(penempatan).
b . Mengindentifikasi hasil belajar
Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Peserta didik
dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan keterampilan, sikap
dan nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, semua jenis kompetensi dan hasil
belajar sudah dirumuskan oleh tim pengembang kurikulum, seperti standar
kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, dan indikator. Guru tinggal
mengidentifikasi kompetensi mana yang akan dinilai.
c. Menyusun Kisi-kisi
Menyusun kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul
representatif dan relevan dengan materi pelajaran yang sudah diberikan oleh
guru kepada peserta didik. Jika materi penilaian tidak relevan dengan materi

13
pelajaran yang telah diberikan, maka akan berakibat hasil penilaian itu
kurang baik. Begitu juga jika materi penilaian terlalu banyak dibandingkan
dengan materi pelajaran, maka akan berakibat sama. Untuk melihat apakah
materi penilaian relevan dengan materi pelajaran atau apakah penilaian
terlalu banyak atau kurang, guru harus menyusun kisi-kisi.
d. Mengembangkan draf intrumen
Mengembangkan draf instrumen penilaian merupakan salah satu
langkah penting dalam prosedur penilaian. Instrumen penilaian dapat
disusun dalam bentuk tes maupun nontes, dalam bentuk tes, berarti guru
harus membuat soal. Penilaian sosial adalah penjabaran indikator menjadi
pertanyaan-pertanyaan yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-
kisi. Setiap pertanyaan harus jelas dan terfokus serta menggunakan bahasa
yang efektif, baik bentuk pertanyaan maupun bentuk jawabannya. Kualitas
butir soal akan menentukan kualitas tes secara keseluruhan. Setelah semua
soal ditulis, sebaiknya soal tersebut dibaca lagi, jika perlu didiskusikan
kembali dengan tim penelaah soal, baik dari ahli bahasa, ahli bidang studi,
ahli kurikulum, dan ahli evaluasi.
e. Uji coba dan analisis soal
Jika semua soal sudah disusun dengan baik, maka perlu di uji
cobakan terlebih dahulu dilapangan. Tujuannya untuk mengetahui soal-soal
mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta soal-
soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Soal yang baik adalah
soal yang sudah mengalami beberapa kali uji coba dan revisi, yang
didasarkan atas analisis empiris dan rasional. Analisis empiris dimaksudkan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap soal yang diginakan.
f. Revisi dan merakit soal (instrument baru)
Setelah soal diuji coba dan dianalisis, kemudian direvisi sesuai
dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan daya pembeda. Dengan demikian,
ada soal yang masih dapat diperbaiki dari segi bahasa, ada juga soal yang
harus direvisi total, baik yang menyangkut pokok soal (stem) maupun
alternatif jawaban (option), bahkan ada soal yang harus dibuang atau

14
disisihkan. Berdaarkan hasil revisi soal ini, barulah dilakukan perkaitan soal
menjadi suatu instrumen yang terpadu. Untuk itu, semua hal yang dapat
mempengaruhi validitas skor tes, seperti nomor urut soal, pengelompokan
bentuk soal,penataan soal, dan sebagainya haruslah diperhatikan

2. Prinsip dan Prosedur Penilaian

Mengingat pentingnya penilaian dalam menentukan kualitas pendidikan,


maka upaya merencanakan dan melaksanakan penilaian hendaknya memperhatikan
beberapa prinsip dan prosedur penilaian sebagai berikut:

a. Dalam menilai hasil belajar, hendaknya dirancang sedemikian rupa sehingga


jelas abilitas yang harus dinilai, materi penilaian, alat penilaian, dan interpretasi
hasil penilaian.
b. Penilaian hasil belajar hendaknya menjadi bagian integral dari proses belajra-
mengajar. Artinya, penilaian senantiasa dilaksanakan pada tiap saat proses
belajar-mengajar sehingga pelaksanaannya berkesinambungan.
c. Agar diperoleh hasil belajar yang obyektif dalam pengertian menggambarkan
prestasi dan kemampuan siswa sebagaimana adanya, penilaian harus
menggunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif (mencakup
berbagai ranah, sepesrti kognitif, afektif, dan psikomotorik).
d. Penilaian hasil belajar hendaknya diikuti dengan tindak lanjutnya. Data hasil
penilaian sangat bermanfaat bagi guru maupun bagi siapapun.

3. Kriteria Tes

Ciri – ciri tes hasil belajar yang baik adalah sebagai berikut[4] :

a. Bersifat valid. Tes hasil belajar secara tepat dan benar dapat mengukur hasil
belajar yang telah dicapai oleh peserta didik.
b. Memiliki reliabilitas. Menunjukkan hasil yang sama dan stabil.
c. Bersifat obyektif. Materi tes bersumber dari materi yang telah diajarkan.
d. Bersifat praktis. Tes hasil belajar dapat dilaksanakan dengan mudah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan mengenai pengembangan alat evaluasi diatas kita dapat


menarik kesimpulan bahwa pengembangan alat evaluasi sangat dibutuhkan dalam
pendidikan guna mengetahui kemajuan peserta didik dan untuk mengetahui tingkat
efisiensi metode-metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik. Karena tanpa
adanya pengembangan maka alat evaluasi dikhawatirkan tidak sesuai lagi dengan
kemajuan di bidang pendidikan sekarang ini. Adapun dalam pengembangannya
lebih ditekankan dalam penggunaan alat-alat evaluasi hasil belajar seperti tehnik tes
dan non tes dengan tetap memerhatikan petunjuk-petunjuk atau kriteria yang baik
dalam pengembangannya.

16
17

Anda mungkin juga menyukai