Anda di halaman 1dari 29

ANALISIS KESULITAN SISWA SMA NEGERI 4 PALU

DALAM MENYELESAIKAN SOAL FISIKA PADA MATERI


FLUIDA STATIS BERDASARKAN TAHAPAN
IDEAL PROBLEM SOLVING

PROPOSAL

LESTARI

A 241 17 021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1


1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
1.5 Batasan Istilah 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Penelitian yang Relevan 6


2.2 Kajian Pustaka 7
2.3 Kerangka Pemikiran 17

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian 18


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 18
3.3 Rancangan Penelitian 18
3.4 Tahap Penelitian 19
3.5 Subjek, Responden, dan Teknik Pengambilan Responden 19
3.6 Jenis dan Sumber Data Penelitian 20
3.7 Instrumen Penelitian 20
3.8 Teknik Pengumpulan Data 21
3.9 Teknik Analisa Data 22

DAFTAR PUSTAKA 26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fisika merupakan disiplin ilmu yang mempelajari gejala alam dan

menerangkan bagaimana gejala tersebut terjadi (Bektiarso, 2000). Dalam

pembelajaran fisika siswa tidak hanya dituntut untuk mampu memahami konsep,

prinsip, maupun hukum, akan tetapi juga dituntut untuk memiliki kemampuan

dalam menyelesaikan masalah.

Pada pembelajaran fisika, seringkali terdapat hambatan yang dialami oleh

siswa. Salah satu diantaranya yaitu mereka cenderung mengalami kesulitan pada

mata pelajaran fisika. Hal ini dikarenakan pada mata pelajaran fisika banyak

menggunakan rumus sehingga dalam menyelesaikan suatu masalah fisika mereka

bingung untuk memilih rumus mana yang harus digunakan. Selain itu tidak sedikit

pula siswa yang mengalami kesulitan dalam menerima materi yang diajarkan dan

tidak dapat memahami konsep fisika dengan baik, serta lemahnya kemampuan

siswa dalam perhitungan matematis (Charli dkk., 2018).

Menurut Ikhwanuddin (2010), Kesulitan pemecahan masalah disebabkan

oleh pemahaman yang lemah tentang prinsip dan aturan fisika, kekurangan dalam

memahami soal, dan tidak cukup motivasi dari siswa. Pemecahan masalah dapat

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan analisisnya, dan secara

konsisten menerapkan kemampuan itu di dalam berbagai situasi termasuk dalam

1
2

fakta matematis, kemampuan, konsep serta prinsip dengan menggambarkan

ilustrasi matematika serta hubungan saling keterkaitan antar objek (Adolphus dan

Aderonmu, 2012).

Kebanyakan siswa dalam mengerjakan soal kurang sistematis dan kurang

memperhatikan langkah-langkah penyelesaiannya sehingga banyak langkah-

langkah tidak ditempuh padahal merupakan langkah yang menentukan hasil akhir

jawaban (Rahmad dkk., 2015). Selain itu, ketika siswa diberikan soal latihan hanya

sebagian kecil siswa tersebut yang dapat menyelesaikan soal dengan baik

sedangkan yang lainnya tidak tahu apa yang harus dilakukan, dikarenakan siswa

tidak memahami soal yang ditanyakan.

Dengan demikian, penyebab kesulitan siswa harus segera mendapat

pemecahan yang tuntas. Pemecahan ini dapat ditempuh dengan cara menganalisis

akar permasalahan yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam mengerjakan

soal. Dengan diketahuinya jenis kesulitan yang dihadapi siswa, maka guru dapat

memberikan langkah dengan menggunakan metode pembelajaran yang dapat

mengatasi kesulitan belajar siswa yang berdampak pada peningkatan hasil belajar

siswa (Andriani dkk., 2016).

Materi fluida statis berhubungan erat dengan kehidupan sehari-hari. Materi

ini mengajarkan siswa untuk berpikir, menemukan masalah dalam keseharian dan

memecahkannya berdasarkan teori dan konsep yang relevan. Materi fluida statis

dipilih sebagai materi yang diteliti karena masih banyak ditemukan kesulitan siswa

dalam memahami materi. Berdasarkan hasil penelitian Chen, dkk. (2013)

menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan menjelaskan peristiwa tenggelam


3

dan terapung dan tidak dapat mengidentifikasi gaya yang diberikan pada objek oleh

zat cair. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Azizah, dkk. (2015) tentang

analisis pemecahan masalah fisika pada siswa SMA, menunjukkan hasil bahwa

21% siswa mengalami kesulitan pada materi Fluida Statis.

Salah satu langkah yang dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan

siswa dalam menyelesaikan soal yaitu menggunakan langkah IDEAL Problem

Solving. Menurut Indriyani, dkk. (2018), IDEAL Problem solving memiliki

langkah yang lebih rinci dan sistematis sehingga dapat dengan mudah menganalisis

kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah.

Tahapan IDEAL Problem solving berdasarkan pada singkatan dari setiap

huruf yang membentuk IDEAL yang terdiri dari 5 tahapan pemecahan masalah

yaitu I-Identify problem (Mengidentifikasi masalah), D-Define and represent the

problem (Menentukan tujuan), E-Explore possible strategies (Mengeksplorasi

kemungkinan strategi), A-Act on the strategy (Melaksanakan strategi), dan L-Look

back and Evaluate (Melihat kembali dan mengevaluasi).

Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian mengenai

“Analisis Kesulitan Siswa SMA Negeri 4 Palu Dalam Menyelesaikan Soal Fisika

Pada Materi Fluida Statis Berdasarkan Tahapan IDEAL Problem Solving”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu.


4

1. Bagaimana kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal

fisika berdasarkan tahapan IDEAL Problem Solving pada materi fluida statis di

SMA Negeri 4 Palu ?

2. Apa yang menyebabkan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal terkait

materi Fluida Statis ditinjau dari setiap langkah penyelesaian?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas maka tujuan

dari penelitian ini yaitu

1. Mendeskripsikan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal fisika pada materi

Fluida Statis berdasarkan tahapan IDEAL Problem Solving

2. Mendeskripsikan faktor penyebab kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal

fisika pada materi Fluida Statis ditinjau dari setiap langkah penyelesaian.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun beberapa manfaat yang akan diharapkan dapat diperoleh dari

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Memberikan gambaran tentang kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal fisika

berdasarkan tahapan IDEAL Problem Solving pada materi Fluida statis

2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan

dengan kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal fisika dan dapat dijadikan
5

pertimbangan guru dalam menentukan tindakan dan metode pembelajaran yang

sesuai untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal.

1.5 Batasan Istilah

Adapun batasan istilah dalam penelitian ini adalah:

1. Kesulitan siswa pada penelitian ini yaitu kesulitan yang dialami oleh siswa

dalam menyelesaikan soal fisika dalam bentuk essay pada materi Fluida Statis

pada setiap tahapan IDEAL Problem Solving

2. IDEAL problem solving merupakan model pemecahan masalah yang terdiri 5

tahapan yaitu I-Identify problem (Mengidentifikasi masalah), D-Define and

represent the problem (Menentukan tujuan masalah), E-Explore possible

strategies (Mengeksplorasi strategi yang mungkin), A- Act on the strategy

(Melaksanakan strategi), dan L-Look back and Evaluate (Melihat kembali dan

mengevaluasi hasil pekerjaan).

3. Fluida statis adalah fluida yang tidak bergerak atau berada dalam keadaan

diam.
BAB II

PENELITAN YANG RELEVAN, KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1 Penelitian Yang Relevan

Yuntiaji, (2019) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa masih banyak

siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan soal berdasarkan tahapan

IDEAL Problem Solving yaitu pada tahap menentukan alternatif pemecahan

masalah dan juga penerapan dari pemecahan masalah yang sudah dipilih sehingga

kemampuan siswa dalam memecahkan masalah masih sangat rendah.

Indriyani, dkk. (2018) dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa

siswa masih terkendala pada tahapan pelaksanaan strategi yaitu terdapat kesalahan

dalam melakukan perhitungan. Selain itu, siswa juga mengalami kesulitan dalam

menuliskan informasi yang ada pada soal dan sebagian besar siswa tidak mengkaji

atau melihat kembali jawaban mereka setelah mereka mengerjakan soal.

Azizah, dkk. (2015) kesulitan pemecahan masalah fisika pada siswa

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu minat mereka terhadap mata pelajaran

fisika, materi yang dipelajari, kegiatan pembelajaran yang dialami siswa, dan gaya

mengajar guru.

Ogunleye, (2009) meneliti tentang kesulitan siswa dalam memecahkan

masalah fisika. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswa belum memiliki

kemampuan untuk memecahkan masalah fisika, hal ini disebabkan karena

6
7

kurangnya pemahaman dan keterampilan siswa merupakan hambatan dalam

menyelesaikan kesulitan dalam memecahkan masalah fisika.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar merupakan suatu kondisi dimana peserta didik tidak dapat

belajar dengan baik, disebabkan karena adanya gangguan, baik berasal dari faktor

internal siswa di batasi faktor intelegensi maupun faktor eksternal siswa. Faktor-

faktor ini menyebabkan siswa tidak mampu berkembang sesuai dengan

kapasitasnya.

Penyebab kesulitan belajar juga perlu dipahami, karena dengan mengetahui

kesulitan yang dialami tersebut dapat dilakukan usaha-usaha untuk mencegah agar

tidak terjadinya kesulitan belajar, baik sebelum maupun sesudah belajar. Oleh

karena itu, guru terlebih dahulu perlu memahami kesulitan belajar siswa sebelum

melakukan penyelidikan yang lebih mendalam tentang pendidikan siswa tersebut.

Kesulitan yang dihadapi siswa pada penelitian ini yaitu kesulitan siswa

dalam menyelesaikan soal fisika berdasarkan tahapan IDEAL Problem Solving pada

materi Fluida Statis

2.2.2 Kemampuan Pemecahan Masalah

Kemampuan pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang untuk

menemukan solusi melalui suatu proses yang melibatkan pemerolehan dan

pengorganisasian informasi. Pemecahan masalah adalah usaha untuk dapat


8

menemukan jawaban atau penyelesaian atas suatu persoalan dengan terlebih dahulu

mengetahui gambaran dan karakteristik masalah yang dihadapi. Menurut Chi dan

Glaser (1985), kemampuan pemecahan masalah sebagai aktivitas kognitif

kompleks yang di dalamnya termasuk mendapatkan informasi dan

mengorganisasikan dalam bentuk struktur pengetahuan.

Soal berisi serangkaian pertanyaan dan permasalahan yang memberikan

tantangan kepada siswa agar mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi

menggunakan pengetahuan informasi yang dimiliki . Menurut Suroto (2013:99)

suatu soal merupakan penyelesaian bagi seseorang apabila memiliki pengetahuan

dan kemampuan untuk menyelesaikannya. Kemampuan menyelesaikan soal sangat

diperlukan dalam bidang fisika, namun demikian tidak semua siswa memiliki

kemampuan menyelesaikan soal yang baik, kemampuan menyelesaikan soal bagi

setiap siswa berbeda-beda, untuk itu perlu dilakukan latihan sehingga kemampuan

menyelesaikan soal siswa meningkat.

2.2.3 IDEAL Problem Solving.

IDEAL Problem Solving merupakan model pemecahan masalah yang

dikenalkan oleh Bransford dan Stein (1993). IDEAL adalah singkatan dari I-

Identify the problem, D-Define and represent the problem, E-Explore possible

strategies, A-Act on the strategies, L-Look back and evaluate the effects. Bransford

dan Stein (dalam Brookhart, 2010:99) mengemukakan tahap- tahap kemampuan

menyelesaikan masalah ke dalam 5 tahapan, yaitu:


9

1. Mengidentifikasi Masalah (Identify the problem)

Tahap pertama dari IDEAL yaitu mengidentifikasi masalah. Artinya tahap

ini merupakan tahap awal dalam menyelesaikan masalah. Pada tahap identify the

problem, siswa melakukan identifikasi terhadap persoalan yang diberikan,

identifikasi yang dimaksud dapat berupa mendaftar data-data pada persoalan atau

bahkan turut menghubungkan data-data yang diketahui.

2. Menentukan Tujuan masalah (Define and represent the problem)

Tahap kedua dari IDEAL yaitu siswa harus menyaring segala informasi

yang telah diketahui dan menganalisisnya untuk menentukan tujuan dari persoalan

yang diberikan. Menentukan tujuan merupakan hal yang sangat penting, karena

kesalahan dalam langkah ini akan berdampak pada hasil dalam menyelesaikan

masalah. Perbedaan dalam penentuan tujuan dapat menjadi penyebab yang sangat

kuat terhadap kemampuan seseorang memahami masalah, berpikir dan

menyelesaikan masalah.

3. Mengeksplorasi Strategi yang Mungkin (Explore Possible strategies)

Tahap ketiga dari IDEAL yaitu mengeksplorasi (explore) strategi yang

mungkin atau straegi yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Beberapa

strategi dalam penyelesaian masalah sangatlah umum dan dapat digunakan hampir

semua masalah yang ada. Pada tahap ini merupakan kelanjutan pada tahap

sebelumnya yaitu melaksanakan strategi yang telah dipilih, sehingga persoalan

dapat ditemukan jawabannya.


10

4. Melaksanakan Strategi (Act on the strategies)

Pada tahap keempat dari IDEAL merupakan kelanjutan pada tahap

sebelumnya. Artinya setelah menentukan tujuan persoalan langkah selanjutnya

adalah mencari dan menyeleksi strategi yang cocok dan yang bisa digunakan untuk

menemukan tujuan yang sudah ditentukan pada langkah sebelumnya.

5. Melihat Kembali dan Mengevaluasi Hasil Pekerjaan (Look Back And

Evaluate The Effect)

Pada tahap ini siswa melihat kembali dan mengevaluasi efek dari pekerjaan

persoalan menggunakan strategi yang telah dipilih. Tahap ini perlu dilakukan guna

mengkoreksi kembali apa yang telah siswa kerjakan. Selain itu langkah ini juga

mempunyai manfaat sehingga dapat menguatkan daya ingat akan permasalahan

yang diberikan.

Tabel 2.1 Indikator Tahapan IDEAL Problem Solving

Tahapan Indikator
Identify the Problem Menuliskan apa yang diketahui dalam
(Identifikasi Masalah) soal
Define and represent the problem Menuliskan apa yang ditanyakan dalam
(Menentukan Tujuan Masalah) soal
Explore Possible strategies Menuliskan strategi untuk
(Mengeksplorasi Strategi yang menyelesaikan
mungkin)
Act on the strategies Mensubsitusi nilai besaran yang
(Melaksanakan Strategi) diketahui ke dalam persamaan dan
melakukan perhitungan dengan
menggunakan persamaan yang dipilih
Lock back and evaluate the effect Melakukan evaluasi terhadap hasil
(Melihat kembali dan mengevaluasi pekerjaannya
hasil pekerjaan)
(Maharani, 2018)
11

2.2.4 Materi Fluida Statis

1. Fluida Statis

Fluida statis adalah fluida yang tidak bergerak atau berada dalam keadaan

diam atau dapat dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut bergerak dengan

kecepatan seragam atau homogen sehingga tidak memiliki gaya geser.

2. Tekanan dalam fluida

Tekanan didefiniskan sebagai gaya per satuan luas, di mana gaya F di

pahami bekerja tegak lurus terhadap permukaan A atau dapat di tulis persamaan

gaya F seperti berikut


𝐹
P= (2.1)
𝐴

Satuan SI untuk tekanan adalah newton per meter persegi (N/m2 ), yang

dinamakan pascal (Pa).

1 Pa = 1 N/m2 . (2.2)

Satuan tekanan lain yang biasa digunakan adalah atmosfer (atm), yang mendekati

tekanan udara pada ketinggian laut.

1 atm = 101,325 kPa (2.3)

Seperti diketahui para penyelam, tekanan menigkat menurut kedalaman di bawah

batas udara-air. Para pendaki, tekenan menurun bersamaan dengan ketinggian saat

seseorang mendekati atmosfer. Tekanan yang dialami penyelam dan pendaki

biasa disebut tekanan hidrostatis, karena berhubungan dengan fluida statis (diam).

Dapat di tulis persamaan tekanan P seperti di bawah ini

𝑃 = 𝑃0 + 𝜌𝑔ℎ (2.4)
12

Keterangan :

P = Tekanan total atau tekanan absolut (Pa)

P0 = Tekanan atmosfer yang memiliki nilai sebesar 1 atm atau 1,01325 × 10 5 Pa

𝜌 = Massa jenis air (kg/m3 )

g = Percepatan gravitasi bumi (m/s2 ) h adalah kedalaman suatu benda (m)

3. Hukum-hukum yang berlaku pada fluida statis

a) Hukum pascal

Bunyi hukum pascal adalah tekanan yang diberikan pada fluida dalam

suatu ruangan tertutup akan di teruskan kesegala arah dengan sama besar.

Sejumlah alat praktis dalam kehidupan sehari-hari yang menggunakan prinsip

pascal seperti rem hidrolik, lift hidrolik, pompa hidrolik, dan lain-lain. Pada

kasus lift hidrolik sebuah gaya kecil dapat digunakan untuk memberikan gaya

besar dengan membuat luas satu piston lebih besar dari luas piston yang lainnya.

Dapat di rumuskan sebagai berikut

𝑷𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓 = 𝑷𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌

𝑭𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓 𝑭𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌
=
𝑨𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓 𝑨𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌

Atau dapat ditulis dengan persamaan

𝑭𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓 𝑨𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓
= (2.5)
𝑨𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝑨𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌

b) Hukum Archimedes

Hukum Archimedes ialah hukum yang menyatakan bahwa setiap benda

yang tercelup baik keseluruhan maupun sebagian dalam fluida akan menerima
13

dorongan gaya ke atas (atau gaya apung). Besarnya gaya apung yang diterima

nilainya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh benda (berat = massa

benda x percepatan gravitasi) dan memiliki arah gaya yang bertolak belakang

(arah gaya berat kebawah, arah gaya apung ke atas).

Gambar 2.1. Balok kayu yang dimasukkan ke dalam air

Fa = ρf g Vb (2.6)

Keterangan :

Fa = gaya tekan ke atas atau gaya Archimedes (N)

ρf = massa jenis fluida air (kg/𝑚3 )

g = percepatan gravitasi (9,8 m/𝑠 2 )

Vb = volume fluida yang dipindahkan atau volume benda tercelup (𝑚3 )

Akibat adanya gaya apung, berat benda dalam zat cair akan berkurang. Benda

yang diangkat dalam zat cair akan terasa lebih ringan dibandingkan diangkat di

darat. Hal ini karena adanya gaya ke atas yang ditimbulkan oleh air dan diterima

benda. Resultan gaya antara gaya berat dengan gaya ke atas merupakan berat benda

dalam air. Hubungan antara berat benda di udara (Wu), gaya ke atas (Fa) dan berat

di air (Wa) adalah :

Wa = Wu – Fa (2.7)
14

a. Keadaan Benda

• Apabila sebuah benda padat dicelupkan ke dalam zat cair, maka ada tiga

kemungkinan yang terjadi pada benda, yaitu tenggelam, melayang, atau

terapung. Benda tenggelam

Benda dikatakan tenggelam, jika benda berada di dasar zat cair. Sebuah benda

akan tenggelam ke dalam suatu zat cair apabila gaya ke atas yang bekerja pada

benda lebih kecil daripada berat benda.

Gambar 2.2. Benda yang Tenggelam

𝑉𝑏 𝜌𝑏 g > 𝑉𝑏 𝜌𝑓 g (2.8)

• Benda melayang

Benda dikatakan melayang jika seluruh benda tercelup ke dalam zat cair,

tetapi tidak menyentuh dasar zat cair. Sebuah benda akan melayang dalam zat cair

apabila gaya ke atas yang bekerja pada benda sama dengan berat benda.

Gambar 2.3. Benda yang melayang

𝑉𝑏 𝜌𝑏 g = 𝑉𝑏 𝜌𝑓 g (2.9)
15

• Benda terapung

Benda dikatakan terapung jika sebagian benda tercelup di dalam zat cair.

Sebuah benda akan terapung dalam zat cair apabila gaya ke atas yang bekerja pada

benda lebih besar daripada berat benda

Gambar 2.4. Benda yang terapung

𝑉𝑏 𝜌𝑏 g < 𝑉𝑏 𝜌𝑓 g (2.10)

4. Tegangan permukaan dan kapilaritas

Tegangan permukaan zat cair merupakan kecenderungan permukaan zat

cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu lapisan

tipis yang elastis. Hal ini disebabkan adanya gaya kohesi, yaitu gaya tarik-menarik

antara sebuah molekul di dalam cairan dan molekul-molekul lainnya. Dirumuskan

dengan:
𝐹
𝛾= (2.11)
𝑙

Kapilaritas adalah gejala merambatnya partikel zat cair ketika bersentuhan

dengan suatu benda. Secara mateamtis kapilaritas dirumuskan dengan :

(2.12)

Keterangan:
ℎ = kenaikan / penurunan permukaan zat cair dalam pipa (m)
𝛾 = tegangan permukaan zat cair (N/m)
𝜃𝑐 = sudut kontak
16

𝜌 = massa jenis zat cair (kg/m3)


𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)
𝑟 = jari-jari penampang pipa (m)

Viskositas ialah ukuran yang menyatakan kekentalan dari suatu cairan atau

fluida. Kekentalan merupakan sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan

agar mengalir. Viskositas zat cair itu dapat ditentukan secara kuantitatif yaitu

dengan besaran yang disebut koefisien viskositas.

Jika sebuah bola bergerak pada fluida, bola akan mengalami gaya gesek

sebesar:

𝑓 = 6𝜋𝜂𝑟𝑣 (2.13)

Keterangan:

η = koefisien viskositas (N s/𝑚2 )

r = jari-jari bola (m)

v = laju gerak bola (m/s)

2.3 Kerangka Pemikiran

Pada penelitian ini peneliti ingin mengungkap kesulitan siswa dalam

menyelesaikan soal pada materi Fluida Statis. Kesulitan menyelesaikan soal

disebabkan oleh pemahaman yang lemah tentang prinsip dan aturan fisika, kurang

sistematis dalam menyelesaikan soal dan tidak memahami soal.

Untuk mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal pada materi

Fluida Statis peneliti memberikan tes essay kemudian dipilih dari 6 orang

responden dengan kategori yang telah ditetapkan yaitu berdasarkan kategori tinggi,
17

sedang dan rendah lalu dari jawaban yang diperoleh peneliti menganalisis

menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Kesulitan siswa Tidak


Kurang Sistematis
menyelesaikan soal fisika memahami soal

Analisis Kesulitan

Profil Kesulitan

Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran


18

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif

dimana semua data dikumpulkan berdasarkan fakta-fakta yang diperoleh di

lapangan. Sebagaimana diungkapkan Sukmadinata (2010), bahwa penelitian

deskriptif ditujukan untk mendekskripsikan atau menggambarkan fenomena-

fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa

manusia.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 4 Palu. Waktu penelitian

dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2020/2021

3.3. Rancangan Penelitian

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian


19

3.4. Tahap Penelitian

Adapun tahapan penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah

berikut:

3.4.1 Tahap Perencanaan

1. Mencari literatur yang berkaitan dengan topik penelitian

2. Menentukan lokasi penelitian

3. Menentukan subjek penelitian

3. Menyusun instrumen yang digunakan dalam penelitian.

3.4.2 Tahap Pelaksanaan

1. Memberikan tes essay kepada subjek penelitian

2. Melakukan wawancara kepada responden yang dipilih dari subjek penelitian

3.4.3 Tahap Akhir

Tahap akhir pada penelitian ini meliputi kegiatan pengolahan data, analisis

data dan penyajian data dalam bentuk laporan penelitian

3.5. Subjek, Responden, dan Teknik Pengambilan Responden

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA SMA Negeri 4

Palu. Responden dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang diambil

menggunakan teknik purposive sampling. Teknik Purposive Sampling merupakan

teknik pengambilan responden berdasarkan tujuan atau acuan tertentu. Acuan

dalam penelitian ini yaitu berdasarkan kategori tinggi, sedang, dan rendah.
20

Penentuan ketiga kategori tersebut menggunakan hasil dari nilai rata-rata dan

standar deviasi.

• Kategori Tinggi diperoleh dengan rumus

Nilai > 𝑋̅ + SD (3.1)

• Kategori sedang, diperoleh dengan rumus

𝑋̅ − 𝑆𝐷 ≤Nilai ≤ 𝑋̅ + SD (3.2)

• Kategori rendah, diperoleh dengan rumus

Nilai > 𝑋̅ - SD (3.3)

3.6. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu jenis data primer. Data

primer merupakan data yang didapat dari responden langsung yaitu siswa dan

sumber data diperoleh dari siswa dengan cara memberikan tes yang digunakan

untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan

soal.

3.7. Instrumen Penelitian

3.7.1 Tes

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrumen tes dalam bentuk

essay yang berjumlah 5 nomor dan berfokus pada materi fluida statis yang telah

di validasi.
21

3.7.2. Wawancara

Wawancara dimaksudkan untuk mengetahui lebih jauh mengenai letak

kesulitan dan faktor penyebab kesulitan yang dihadapi siswa serta untuk

melengkapi data yang tidak terungkap pada tes tertulis.

3.8 Teknik Pengumpulan Data

3.8.1 Tes

Tes ini dirancang untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dialami

siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika pada materi Fluida statis. Tes yang

diberikan dalam bentuk essay berjumlah 5 nomor. Kemudian dari tes tersebut di

analisis kemampuan pemecahan masalah siswa per butir soal berdasarkan tahapan

IDEAL. Setiap tahapan mempunyai indikator dan skor maksimum yang berbeda-

beda. Kriteria pengelompokkan siswa yang mengalami kesulitan atau tidak

mengalami kesulitan pada setiap tahapan yaitu dengan menggunakan batas

kelulusan dari tiap tahap yang dinyatakan sebagai batas minimum ( X minimum ).

Batas minimum yang ditetapkan pada setiap tahap berdasarkan skor maksimum

dari tahapan tersebut. Siswa dianggap mengalami kesulitan pada tahap tertentu jika

pada tahap itu siswa memperoleh nilai kurang dari X minimum yang telah

ditetapkan atau tidak memberikan jawaban.


22

3.8.2 Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian

dengan cara mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak

langsung. Pertanyaan dalam wawancara ini disesuaikan dengan hasil tes essay yang

telah dikerjakan siswa. Siswa yang mengikuti wawancara berjumlah 6 orang yang

telah dipilih melalui kategori tinggi, sedang dan rendah.

3.9. Teknik Analisa Data

1) Teknik analisa data kualitatif

Analisa data dalam penelitian ini dilakukan selama dan setelah

pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif yaitu:

(1) Mereduksi data

Tahap reduksi data dalam penelitian ini meliputi :

1. Mengoreksi hasil pekerjaan siswa dengan cara penskoran yang digunakan

untuk menentukan responden penelitian (wawancara)

2. Menyederhanakan hasil wawancara dengan siswa yang dijadikan sumber

data kualitatif menjadi susunan bahasa yang baik.

(2) Penyajian Data

Tahap penyajian data dalam penelitan ini meliputi :

1. Menyajikan hasil pekerjaan siswa yang telah dipilih sebagai responden

penelitian

2. Menyajikan hasil wawancara yang telah direduksi


23

(3) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifiikasi data adalah sebagian dari satu

kegiatan dari konfigurasi yang utuh sehingga mampu menjawab pertanyaan

penelitian dan tujuan penelitian. Dengan cara menganalisis tingkat kemampuan

pemecahan masalah siswa kelas XI MIA saat menyelesaikan soal tes essay dan

hasil wawancara maka dapat ditarik kesimpulan dan penyebab kesulitan.

2) Teknik Analisis Deskriptif

Data yang telah dikumpulkan selama dan setelah penelitian kemudian

selanjutnya diolah dengan menggunakan teknik analisa data deskriptif. Teknik

analisa data deskriptif digunakan untuk menggambarkan kemampuan pemecahan

masalah siswa per butir soal dan keseluruhan butir soal menurut tahapan IDEAL

Problem Solving

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengolahan data ini adalah sebagai

berikut .

(1) Menghitung nilai kemampuan pemecahan masalah per butir soal per tahapan

IDEAL Problem Solving

(2) Mengelompokkan siswa yang mengalami kesulitan pada setiap tahapan IDEAL

Problem Solving

Untuk mengelompokkan siswa yang mengalami kesulitan pada setiap

tahapan IDEAL yaitu menggunakan batas lulus yang dinyatakan sebagai batas

minimum. Batas kelulusan yang digunakan menggunakan rumus:

X minimum = X ideal + 0,25 . SD ideal (3.4)


24

X ideal = nilai rata-rata ideal

= ½ Skor maksimum

SDideal = simpangan baku ideal (Standar Deviasi)

= 1/3 X ideal

(Musiri, 2000)

(3) Menghitung persentase kesulitan siswa per butir soal pada setiap tahapan IDEAL

Problem Solving

Untuk menghitung persentase siswa yang mengalami kesulitan setiap

tahap dari soal yang diberikan, maka digunakan rumus sebagai berikut .

𝑇𝑖
𝑃𝑖 = x 100%, i = 1,2,3,4,5 (3.5)
𝑁

(Musiri, 2000)

Keterangan : Pi = Persentase siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ke-i

Ti = Jumlah siswa yang mengalami kesulitan pada tahap ke-i

N = Jumlah total siswa

Untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan

soal fisika pada materi Fluida Statis diperoleh setelah menghitung persentase.

Dalam penelitian ini akan digunakan pedoman penafsiran data dari

kuntjaraningrat sebagai berikut.


25

Tabel 3.1 Pedoman penafsiran Data

Presentase Kriteria

0% Tidak ada kesulitan

1% - 25% Sebagian kecil mengalami


kesulitan

26% - 49% Hampir setengahnya mengalami


kesulitan

50% Setengahnya mengalami kesulitan

51% - 75% Sebagian besar mengalami


kesulitan

76% - 99% Pada umumnya mengalami


kesulitan

100% Seluruhnya mengalami kesulitan

(Musiri, 2000)
DAFTAR PUSTAKA

Adolphus, T., & Aderonmu, T. (2012). Comparative analysis of problem-solving


ability among JSS mathematics students using computer-assisted instruction
blended with problem-solving approach (CAI-PS) versus traditional teaching
approach (TTP) in teaching basic statistics. American Journal of Scientific
and Industrial Research, 3(2), 81–85.

Andriani, N. L. Y., & Darsikin, D. (2016). Analisis Kesulitan Siswa dalam


Menyelesaikan Soal Gerak Lurus. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako
(JPFT). 4 (3) : 36-41

Azizah, R., Yuliati, L., & Latifah, E. (2015). Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika
Pada Siswa Sma. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). 5(2), 44-
50.

Bektiarso, S. (2000). Efektifitas Model CLIS dalam Pembelajaran Fisika. Jurnal


Pembelajaran Fisika. 2(1). September 2012. ISSN: 2301-9794.

Bransford , J., and B.S. Stein. (1993). The IDEAL Problem Solver: A Guide for
Improving Thinking, Learning, and Creativity (2nd ed). New York: W.H.
Freeman.

Brookhart, S. M. (2010). How To Assess Higher-Order Thinking Skills In Your


Classroom. USA: ASCD Alexandria Virginia USA.

Charli, L., Amin, A., & Agustina, D. (2018). Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Fisika pada Materi Suhu dan Kalor di Kelas X SMA Ar-Risalah
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Journal of Education and
Instruction (JOEAI).

Chen, Y., P. W. Irving., E. C. Sayre. (2013). Epistemic game for answer making in
lerning about hydrostatic. Manhattan: Departemen of Physics, Kansas State
University.

Chi, M. T. H., & Glaser, R. (1985). Problem-solving ability. Dalam RJ Sternberg


(Ed.), Human abilities: An inf ormation-processing approach (hlm. 227–
250).

26
27

Ikhwanuddin, I. (2010). Problem Solving dalam Pembelajaran Fisika untuk


Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Berpikir Analitis. Jurnal
Kependidikan: Penelitian Inovasi Pembelajaran, 40(2).

Indriyani, F., Nurcahyono, N. A., & Agustiani, N. (2018). Analisis Kemampuan


Pemecahan Masalah Siswa Berdasarkan Langkah IDEAL Problem Solving.
PYTHAGORAS: Jurnal Program Studi Pendidikan Matematika, 7(2), 56–67.

Maharani, F. W. (2018). Analisis Kemampuan Siswa SMA Dalam Menyelesaikan


Soal Ujian Nasional Fisika Berdasarkan Tahapan Model IDEAL Pada Materi
Listrik Statis. Skripsi. Sumatera Utara. Medan, 9–35.

Musiri, M. (2000). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal-Soal


Fisika Pada Pokok Bahasan Rangkaian Arus Listrik Searah Dengan
Pendekatan Pemecahan Masalah Menurut Teori G. Polya. Skripsi.
Bandung:FPMIPA UPI Bandung

Ogunleye, A. O. (2009). Teachers' And Students' Perceptions Of Students'


Problem-Solving Difficulties In Physics: Implications For Remediation.
Journal of College Teaching and Learning, 6(7), 85.

Rahmad, M., Irianti, M., & Riau, U. (2015). The Application Of Problem Based
Learning To Improve Ability Of Problem Solving Physics In XI IPA Class
At SMA N 2 Teluk Kuantan. Jom-Unri, 2(1), 1–15.

Sukmadinata. (2010). Metode penelitian pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya

Suroto, D. S. N. A. (2013). Identifikasi Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan


Soal Aritmatika Sosial Ditinjau dari Perbedaan Kemampuan Matematika.
Journal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo. 1(1): 99.

Yuntiaji, D. A. (2019). Analisis Kesulitan Siswa dalam Memecahkan Soal


Matematika Berdasarkan IDEAL Problem Solving pada Materi Limit Fungsi.
MAJAMATH: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 2(2), 102.

Anda mungkin juga menyukai