Anda di halaman 1dari 102

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA DALAM IMPLEMENTASI TEORI POLYA PADA


KELAS XI SMA NEGERI 1 KISARAN

Oleh:

Esra Ayu Lamria Simatupang


NIM 4161111026
Program Studi Pendidikan Matematika

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2021

i
PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS


SISWA DALAM IMPLEMENTASI TEORI POLYA PADA KELAS XI
SMA NEGERI 1 KISARAN

T.A 2020/2021

Nama : Esra Ayu Lamria Simatupang


NIM : 4161111026
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Matematika

Menyetujui:
Dosen Pembimbing Skripsi,

Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd


NIP. 19650910 199102 1 001

Mengetahui:

Jurusan Matematika Prodi Pendidikan Matematika


Ketua, Ketua,

Dr. Pardomuan Sitompul, S.Si., M.Si Nurhasanah Siregar, M.Pd


NIP. 19691126 199702 1 001 NIP. 19831111 2008 2 001

i
DAFTAR ISI

Daftar Isi i
Daftar Gambar iii
Daftar Tabel iv
Daftar Lampiran v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian 1
1.2 Identifikasi Masalah 13
1.3 Batasan Masalah 13
1.4 Rumusan Masalah 13
1.5 Tujuan Penelitian 13
1.6 Manfaat Penelitian 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kerangka Teori 15
2.1.1 Konsep dasar Pendidikan 15
2.1.2 Belajar dan Pembelajaran 16
2.2 Pengertian Matematika 17
2.2.1 Objek-objek matematika 20
2.3 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah 20
2.3.1 Masalah matematika 20
2.3.2 Perbedaan Masalah dan Soal Rutin 21
2.3.3 Pengertian Pemecahan Masalah 23
2.3.4 Manfaat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 25
2.3.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan 26
2.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Teori Polya 28
2.4.1. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis 31
2.4.2. Strategi Pemecahan Masalah Model Polya 32
2.5 Kajian Materi Barisan dan Deret 33
2.6 Penelitian yang Releven 36
2.7 Kerangka Berpikir 39

ii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian 31
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 42
3.3 Subjek dan Objek Penelitian 42
3.3.1 Subjek Penelitian 42
3.3.2 Objek Penelitian 43
3.3.3 Fokus Penelitian 43
3.4 Teknik Pengumpulan Data 43
3.5 Teknik Analisis Data 48
3.5.1 Analisis Data 48
3.5.2 Pengecekan Keabsahan Data 50
3.5.3 Tahap-tahap Penelitian 51
Daftar Pustaka 53

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Hasil kerja siswa S 1A 7


Gambar 1.2 Hasil kerja siswa S 1B 8
Gambar 1.3 Hasil kerja siswa S 1C 8
Gambar 1.4 Hasil kerja siswa S 2A 9
Gambar 1.5 Hasil kerja siswa S 2B 10
Gambar 1.6 Hasil kerja siswa S 3A 10
Gambar 1.7 Hasil kerja siswa S 3B 11
Gambar 2.1 Tahap – Tahap Pemecahan Masalah Menurut G.Polya 32
Gambar 2.2 Susunan Piramida Jeruk 38
Gambar 2.3 Susunan Bulatan Bentuk Segitiga 38
Gambar 2.4 Pola Susunan Jumlah Jeruk dalam Tumpukan 39
Gambar 2.5 Pola Turunan Jumlah Jeruk dalam Tumpukan 39
Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data (Flow Model) 52

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Pemecahan Masalah Berdasarkan Tahap


Pemecahan Masalah oleh Polya 35
Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 46
Tabel 3.2 Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah 46
Tabel 3.3 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa 48

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 55


Lampiran 2 Lembar Aktivitas siswa 74
Lampiran 3 Alternatif Penyelesaian 86
Lampiran 4 Lembar Tugas 91

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang dalam proses berkembang di
berbagai aspek kehidupan. Pendidikan menjadi salah satu dari aspek tersebut. Pendidikan
merupakan salah satu pilar penyangga untuk suatu negara dapat maju. Melalui
pendidikan, dapat ditingkatkan sumber daya manusia yang menjadi salah satu kunci
kemajuan suatu negara. Seperti yang dikemukakan (Ibnu, 2014) yaitu Pendidikan yang
mampu mendukung perkembangan dimasa depan adalah pendidikan yang mampu
mengembangan potensi peserta didik, sehingga siswa mampu menghadapi dan
memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya.

Menurut Oemar Hamalik, pendidikan adalah suatu proses dalam rangka


mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap
lingkungannya, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang
memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan bukanlah
suatu hal yang statis atau tetap melainkan suatu hal yang dinamis, dalam pendidikan
diupayakan adanya perubahan-perubahan atau perbaikan secara terus menerus.
Pendidikan di Indonesia banyak mengalami perubahan, seperti perubahan kurikulum dari
kurikulum 1994, KTSP sampai kurikulum 2013. Perubahan kurikulum akan lebih
bermakna bila diikuti oleh perubahan proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar
kelas.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut seseorang untuk dapat


menguasai informasi dan pengetahuan. Kurikulum 2013 atau lebih dikenal dengan K-13
saat ini telah mulai diterapkan pada tiap jenjang satuan pendidikan di Indonesia.
Pembelajaran yang diharapkan adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana
siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran dan peran guru adalah sebagai
penuntun dan fasilitator. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran secara tidak
langsung menuntut siswa untuk dapat menyelesaikan dan memecahkan permasalahan
dengan kemampuannya sendiri dan disamping itu dibantu oleh guru. Salah satu program

1
pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, sistematis, dan
kreatif adalah matematika.

Menurut Hasratnuddin (2018), bahwa matematika merupakan salah satu ilmu


bantu yang sangat penting dan berguna dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
menunjang perkembangan sumber daya manusia serta memuat sarana berpikir untuk
menambuh kembangkan pola pikir logis, sistematis, objektif, kritis, dan rasional serta
sangat kompeten membentuk kepribadian seseorang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah salah satu bidang studi yang menduduki peran penting dalam
pendidikan, hal itu dapat dilihat dari matematika sebagai bidang studi yang dipelajari oleh
semua siswa Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) dan
bahkan juga sampai Perguruan Tinggi.

Ada banyak alasan pentingnya pembelajaran matematika, salah satu pendapat


yang mengemukakan tentang hal tersebut yaitu Cornellius yang dikutip oleh
Abdurrahman (2009:253): Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika
merupakan:

1. Sarana berpikir yang jelas dan logis,


2. Sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari,
3. Sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman,
4. Sarana untuk mengembangkan kreativitas,
5. Sarana untuk meningkatan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Dari uraian berikut dapat disimpulkan bahwa matematika sangat diperlukan oleh
setiap orang dalam kehidupan sehari-hari. Maka tidak salah jika dibangku sekolah,
matematika menjadi salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan dari bangku taman
kanak-kanak hingga perguruan tinggi.

Namun, bukan rahasia lagi bahwa mata pelajaran matematika merupakan mata
pelajaran yang tidak disenangi hampir setiap peserta didik. Matematika dianggap sebagai
pelajaran yang sulit dan membingungkan. Anggapan bahwa matematika itu
menyeramkan akibatnya terwariskan dan tertanam pada pemikiran sebagian besar anak,
dan menjadikan matematika sebagai pelajaran membosankan yang hanya berkutat dengan
angka dan perhitungan.

2
Disekolah, kebanyakan guru matematika memiliki image yang tidak jauh beda
dengan matematika itu sendiri. Kebanyakan guru matematika memiliki ekspresi serius
dan lebih banyak menjalin komunikasi satu arah dengan siswanya sehingga siswa kurang
aktif dalam menyampaikan ide-idenya. Maka, pelajaran matematika pun semakin sulit
diterima. Penumpukan informasi dari guru tanpa menuangkan apa yang ada dibenaknya
menjadikan gaya belajar siswa cenderung menghapal. Selain itu, banyak guru matematika
lebih mengutamakan hasil yang diperoleh oleh siswa dan kemampuan komputasinya
dibandingkan proses yang ditempuhnya. Seharusnya, guru memahami bahwa siswa
adalah subjek dan objek dalam kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan
kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan.

Sebagaimana tujuan pembelajaran matematika (dalam National Council Of


Teacher Mathematic, 2000), menetapkan ada 5 (lima) standar proses yang harus dikuasai
siswa melalui pembelajaran matematika, yaitu: (1) pemecahan masalah (problem
solving); (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and proof); (3) koneksi (connection);
(4) komunikasi (communication); serta (5) representasi (representation). Kelima standar
proses mengarahkan metode-metode atau proses-proses untuk mengerjakan seluruh
matematika.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah


salah satu kompetensi yang sangat penting dimiliki siswa dalam pembelajaran
matematika. Menurut Hartono (2014), bahwa pemecahan masalah merupakan bagian dari
kurikulum matematika yang sangat penting. Hal ini dikarenakan pemecahan masalah
adalah proses menerapkan pengetahuan matematika yang telah diperoleh sebelumnya
kedalam situasi baru yang belum diketahui.

Russefendi (2006), mengatakan bahwa kemampuan pemecahan masalah amat


penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan
mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan
menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena
itu perlu terus diasah kepada siswa untuk mempermudah siswa menghadapi permasalahan
baik dibidang studi matematika maupun dibidang studi lainnya sehingga kedepannya
mudah dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari

3
Bahkan, dibeberapa Negara maju pemecahan masalah matematika memiliki peran
yang sangat penting, diantaranya kurikulum Singapura menempatkan pemecahan masalah
sebagai tujuan utama pembelajaran matematika dengan menempatkan lima komponen
yang saling berkaitan dalam pemecahan masalah yaitu: keterampilan, konsep, proses,
sikap dan metakognisi. Kurikulum dinegara Hongkong menempatkan pemecahan
masalah sebagai alat, sehingga hampir setiap proses pembelajaran dikelas menggunakan
pendekatan pemecahan masalah. Kurikulum Inggris menempatkan pemecahan masalah
sebagai jantungnya matematika dan refresentasi sebagai sebuah siklus proses yang
didalamna terdapat representasi, komunikasi-refleksi, interpretasi-evaluasi, dan
penggunaan prosedur analisis penalaran (Amam, 2017).

Berdasarkan uraian diatas, maka muncul apa yang dimaksud dengan istilah
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, atau dipandang sebagai alat (tool)
dalam menyelesaikan masalah jika pada saat pembelajaran dimulai dengan menyajikan
permasalahan. Tetapi, tidak semua pertanyaan matematika adalah masalah. Masalah
dalam matematika adalah suatu persoalan yang tidak langsung diketahui bagaimana cara
menyelesaikannya. Tugas matematika apapun dapat diklasifikasikan salah satunya
sebagai latihan atau masalah bagi siswa.

Namun, kenyataannya siswa disekolah terbiasa hanya diberikan rumus, contoh


soal, dan latihan soal. Sehingga mereka hanya mampu mengerjakan soal secara mekanik
saja, namun akan mengalami kesulitan apabila diberi soal yang berbeda dengan yang
dicontohkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa belum sepenuhnya menguasai materi
yang diajarkan, sehingga siswa cenderung hanya dapat menyelesaikan soal yang rutin
diajarkan guru namun membuat kesalahan apabila diberikan soal non rutin. Padahal,
kegiatan memecahkan masalah non rutin penting bagi semua siswa. manfaatnya banyak
yaitu memusatkan perhatian pada aplikasi matematika dalam dunia nyata, melakukan
kegiatan berdasarkan pengalamannya sendiri, memupuk kreativitas memecahkan
masalah.

Berdasarkan paparan diatas, terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah


sangat penting dan harus dikembangkan dalam pembalajaran matematika. Namun,
meskipun kemampuan pemecahan masalah ini penting, pada kenyataannya kemampuan
pemecahan masalah ini belum dikuasai oleh siswa. Rendahnya kemampuan pemecahan

4
masalah siswa dibuktikan dengan adanya hasil tes yang dilakukan oleh dua studi
internasional yaitu Programme For International Student Assessment (PISA) dan Trends
in for Internasional Mathematics and Scinece Study (TIMSS).

Menurut laporan Programme For International Student Assessment (PISA)


(Fathani, 2016), dimana survey PISA tersebut bertujuan untuk mengevaluasi sistem
pendidikan dari 76 negara diseluruh dunia dengan memberikan siswa tes pada
matapelajaran utama seperti membaca, matematika dan sains. Pencapaian Indonesia di
PISA 2015 baru bisa menduduki peringkat 69 dari 76 negara. Survei ini dilakukan
berdasarkan pada hasil tes matematika dan ilmu pengetahuan alam. Dalam kompetensi
matematika, Indonesia memperoleh skor 386, sementara rata-rata skor internasional
adalah 490 dan skor tertinggi yaitu 564 yang diperoleh oleh Negara tetangga yaitu
singapura.

Hasil tersebut dapat menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah


matematika siswa di Indonesia tergolong rendah, karena pada studi PISA, soal-soal
matematika yang diberikan lebih banyak mengukur kemampuan penalaran, pemecahan
masalah, dan berargumentasi dibandingkan soal-soal yang mengukur kemampuan teknis
baku yang berkaitan dengan ingatan atau perhitungan yang dengan mudah dilakukan oleh
siswa (Jurnal Pendidikan Matematika Undiksha, 2019). Laporan PISA tersebut
menunjukkan bahwa diperlukan solusi agar mampu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa.

Selain itu temuan dari Trends International Mathematic and Science Study sebuah
riset international untuk mengukur kemapuan siswa dibidang matematika menunjukkan
Indonesia masih berada pada urutan bawah, skor matematika 397 menempatkan
Indonesia dinomor 45 dari 50 negara. Hasil survey tersebut merupakan stimulus yang
mengharuskan adanya usaha untuk memperbaiki pembelajaran matematika, khususnya
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Nissa (2015), menjelaskan bahwa ada dua hal yang menyebabkan guru mengalami
kesulitan dalam mengajarkan pemecahan masalah matematika yaitu (1) banyak guru yang
tidak benar- benar mengerti apa itu pemecahan masalah. Kebanyakan guru pada saat
mengajar belum menempatkan pemecahan masalah sebagai bagian dari program
pembelajaran matematika dan merasa bahwa pemecahan ma salah membutuhkan banyak
5
waktu dalam menerapkannya. (2) siswa akan kesulitan untuk memahami pembelajaran
matematika yang dimulai dengan memberikan masalah. Beberapa guru yang terbiasa
mengajar dengan cara-cara konvensional akan selalu memberikan siswa soal-soal
perhitungan dasar, kemudian siswa memperhatikan bagaimana guru menyelesaikannya
dan mengikuti guru.

Berdasarkan hal di atas, maka diperlukan sebuah alternative pemecahan masalah


yang dapat mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Upaya yang
dapat dilakukan guru untuk mencapai keberhasilan pemecahan masalah matematika
adalah dengan menggunakan teori pemecahan masalah menurut Polya.

Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan
keluar dari satu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera
untuk dicapai. Siswa yang bisa memecahkan masalah matematika apabila mampu
memahami maksud dari soal, merencanakan pemecahan masalah, mampu melakukan
penyelesaian dan perhitungan, serta mengecek kembali hasil yang sudah diselesaikan
sebelumnya. Hal tersebut sesuai dengan indikator pemecahan masalah yang diungkapkan
oleh Polya (dalam Hartono, 2010: 3) terdapat empat tahapan penting yang harus ditempuh
siswa dalam memecahkan masalah matematika yaitu (1) memahami masalah, (2)
menyusun rencana penyelesaian, (3) melaksanakan rencana penyelesaian dan, (4)
memeriksa kembali. Melalui tahapan yang terorganisir tersebut, siswa akan memperoleh
hasil dan manfaat yang optimal dari pemecahan masalah. Untuk penelitian ini, tahapan
yang digunakan untuk mengidentifikasi kemampuan pemecahan masalah menggunakan
tahapan Polya.

Salah satu materi yang esensial dan sering digunakan untuk melatih kemampuan
pemecahan masalah adalah barisan dan deret. Barisan ialah suatu himpunan bilangan
yang diurutkan menurut suatu aturan tertentu, dan deret ialah jumlah suku-suku pada
barisan aritmatika. Materi ini juga merupakan materi yang sangat sering keluar dalam
soal-soal Ujian Nasional (UN). Soal barisan dan deret aritmatika ini dapat diaplikasikan
untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga sangat tepat
digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa.

Sehubungan dengan hal-hal yang terjadi tentang kemampuan pemecahan masalah


matematika siswa, maka guru sangat berperan penting dan aktif untuk menciptakan
6
peserta didik yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, sehingga
memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan
tercapai. Sumarmo mengatakan agar pembelajaran dapat memaksimalkan proses dan
hasil belajar matematika, guru perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam
berdiskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kristis, menjelaskan
setiap jawaban yang diberikan dan memberikan alasan untuk jawaban yang diajukan.

Hal ini sejalan dengan hasil observasi awal yang dilakukan di SMA Negeri 1
Kisaran,yang berjumlah 36 orang. Diberikan 3 tes soal, adapun materi soal yang
diberikan adalah materi yang sudah dipelajari sisswa sebelumnya. Berdasarkan hasil
observasi awal ini kemampuan pemecahan masalah siswa tergolong lemah hal ini peneliti
dapatkan dari jawaban siswa, yaitu sebagai berikut:

1. Tentukan persamaan garis A


yang memotong sumbu y=2
dan tegak lurus dengan baris
B yang melalui titik pusat O
dan titik (3,2)

Gambar 1.1 Hasil kerja siswa S 1A

S 1A yang merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab soal 1 benar tetapi
tidak memenuhi indikator pemecahan masalah. Dari hasil kerja siswa pada soal tersebut,
terlihat bahwa siswa belum memenuhi indikator-indikator dari kemampuan pemecahan
masalah yaitu: memahami masalah dan menarik kesimpulan. Dalam proses memahami
masalah, seharusnya siswa menjabarkan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal, lalu
merencanakan proses dalam memecahkan masalah. Namun, pada hasil kerja siswa S 1A,
siswa langsung melakukan perencanaan pemecahan masalah dengan cara menentukan
rumus yang akan digunakan, dan menyelesaian soal. Tetapi di akhir jawaban, siswa tidak
melakukan proses menarik kesimpulan dari jawaban yang diberikan.

7
1. Tentukan persamaan garis A
yang memotong sumbu y=2
dan tegak lurus dengan baris
B yang melalui titik pusat O
dan titik (3,2)

Gambar 1.2 Hasil kerja siswa S 1B

S 1B yang merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab soal salah. Dari
hasil kerja siswa pada soal tersebut, terlihat bahwa siswa belum memenuhi indikator-
indikator dari kemampuan pemecahan masalah yaitu: memahami masalah, melaksanakan
pemcahan masalah dan menarik kesimpulan. Dalam proses memahami masalah, siswa
tidak menjabarkan apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal, dalam merencanakan
pemecahan masalah, siswa S 1B dapat memilih strategi yang digunakan. Namun, saat
menjalankan rencana pemecahan masalah, siswa tidak teliti sehingga hasil yang
didapatkan adalah salah. Lalu, di akhir jawaban, siswa juga tidak melakukan proses
menarik kesimpulan dari jawaban yang diberikan.

1. Tentukan persamaan garis A


yang memotong sumbu y=2
dan tegak lurus denan baris B
yang melalui titik pusat O dan
titik (3,2)

Gambar 1.3 Hasil kerja siswa S 1C

8
S 1C yang merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab soal benar dan
memenuhi indikator pemecahan masalah. Dari hasil kerja siswa pada soal tersebut,
terlihat bahwa siswa sudah memenuhi indikator-indikator dari kemampuan pemecahan
masalah yaitu: memahami masalah , merencanakan pemecahan masalah, menjalankan
rencana pemecahan masalah dan menarik kesimpulan.

2. Persamaan garis melalui


(-1,2) dan tegak lurus
terhadap garis 3y=-2x+5
adalah

Gambar 1.4 Hasil kerja siswa S 2A

S 2A yang merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab soal benar dan
memenuhi indikator pemecahan masalah. Dari hasil kerja siswa pada soal tersebut,
terlihat bahwa siswa sudah memenuhi indikator-indikator dari kemampuan pemecahan
masalah yaitu: memahami masalah , merencanakan pemecahan masalah, menjalankan
rencana pemecahan masalah dan menarik kesimpulan.

9
2. Persamaan garis melalui
(-1,2) dan tegak lurus
terhadap garis 3y=-2x+5
adalah

Gambar 1.5 Hasil kerja siswa S 2B

S 2B yang merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab soal salah. Dari
hasil kerja siswa pada soal tersebut, terlihat bahwa siswa belum memenuhi indikator-
indikator dari kemampuan pemecahan masalah yaitu: melaksanakan rencana pemecahan
masalah dan menarik kesimpulan. Dalam merencanakan pemecahan masalah, siswa S 2B
dapat memilih strategi yang digunakan. Namun, saat menjalankan rencana pemecahan
masalah, siswa tidak teliti sehingga hasil yang didapatkan adalah salah. Lalu, di akhir
jawaban, siswa juga tidak melakukan proses menarik kesimpulan dari jawaban yang
diberikan.

3. Tentukan persamaan garis


yang sejajar dengan garis
x+3y-6=0 dan melalui titik
(-2,5)

Gambar 1.6 Hasil kerja siswa S 3A

10
S 3A yang merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab soal benar dan
memenuhi indikator pemecahan masalah. Dari hasil kerja siswa pada soal tersebut,
terlihat bahwa siswa sudah memenuhi indikator-indikator dari kemampuan pemecahan
masalah yaitu: memahami masalah , merencanakan pemecahan masalah, menjalankan
rencana pemecahan masalah dan menarik kesimpulan.

3. Tentukan persamaan garis


yang sejajar dengan garis
x+3y-6=0 dan melalui titik
(-2,5)

Gambar 1.7 Hasil kerja siswa S 3B

S 3B yang merupakan perwakilan dari subjek yang menjawab soal salah. Dari
hasil kerja siswa pada soal tersebut, terlihat bahwa siswa belum memenuhi indikator-
indikator dari kemampuan pemecahan masalah yaitu: melaksanakan rencana pemecahan
masalah dan menarik kesimpulan. Dalam merencanakan pemecahan masalah, siswa S 3B
dapat memilih strategi yang digunakan. Namun, saat menjalankan rencana pemecahan
masalah, siswa tidak teliti sehingga hasil yang didapatkan adalah salah. Lalu, di akhir
jawaban, siswa juga tidak melakukan proses menarik kesimpulan dari jawaban yang
diberikan.

Dan peneliti juga melalakukan wawancara dengan guru matematika di SMA


Negeri 1 Kisaran. Menurut guru yang peneliti wawancarai, kemampuan pemecahan
masalah matematis siswa menjadi salah satu yang harus diperhatikan. Hal ini dikarenakan
ketika siswa diberikan soal pemecahan masalah yang berbentuk rutin, siswa mampu
menyelesaikan persoalan tersebut, akan tetapi jika muncul suatu permasalahan yang non
rutin, maka siswa akan mengalami kesulitan dalam mengerjakannya. Pada saat kegiatan

11
belajar mengajar, siswa mampu menyelesaikan permasalahan apabila disajikan soal-soal
dengan tipe yang sama. Akan tetapi, jika diberikan soal yang bervarisi, sebagian siswa
akan mengalami kesulitan. Guru juga menjelaskan bahwa siswa juga menganggap
pembelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit, bahkan masih banyak siswa
yang cenderung pasif dalam pembelajaran mateematika dan menganngap pembelajaran
matematika itu membosankan.

Sehubungan dengan hal-hal yang terjadi tentang kemampuan pemecahan masalah


matematika siswa, maka guru sangat berperan penting dan aktif untuk menciptakan
peserta didik yang memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik, sehingga
memperoleh hasil belajar yang memuaskan dan tujuan pembelajaran yang ditetapkan
tercapai. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
pembelajaran matematika yang telah dipaparkan di atas adalah dengan menerapkan
pembelajaran menurut Polya. Dengan mengikuti keempat langkah tersebut, harapannya
siswa akan terbantu dalam memetakan proses berpikirnya, memandang masalah
berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, sehingga mampu menyelesaikan masalah
yang diberikan dengan baik.

Untuk menguatkan pendapat diatas, dapat dilihat melalui hasil penelitian yang
dilakukan oleh Sumargiyani (2018), yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan siswa kelas XI IPA B MA Ali Maksum dalam memecahkan masalah pada
materi barisan dan deret yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari menggunakan
langkah-langkah dalam memecahkan masalah yang disampaikan oleh Polya. Dengan
menerapkan pembelajaran menggunakan langkah-langkah Polya, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa di SMA yang diteliti tergolong baik
walaupun masih banyak yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah
disebabkan oleh kurang memahami masalah yang diberikan , melakukan perencanaan
yang tidak tepat, tidak teliti dalam perhitungan, ragu-ragi jika bertemu dengan hasil yang
jarang ditemui. Sehingga, dalam penelitian ini, peneliti termotivasi melakukan penelitian
untuk menganalisa kesulitan siswa SMA dalam memecahkan masalah pada materi
barisan dan deret yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari menggunakan langkah-
langkah Polya.

12
Berdasarkan uraian diatas, agar penelitian ini terarah maka peneliti melakukan
penelitian tentang “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam
Implementasi Teori Polya pada Kelas XI SMA Negeri 1 Kisaran”.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Siswa menganggap bahwa matematika adalah suatu mata pelajaran yang
menakutkan dan sulit dimengerti
2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
3. Siswa kurang mampu menyelesaikan soal-soal non rutin
4. Kegiatan pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru sehingga menyebabkan
siswa kurang aktif dalam pembelajaran
5. Penerapan teori Polya dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

1.3 Batasan Masalah


Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas,
agar masalah yang dikaji dalam penelitian ini lebih terarah, efektif dan efisien, serta
memudahkan dalam melaksanakan penelutian, maka peneltian ini dibatas pada kajian
“Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam Implementasi
Teori Polya kelas XI di SMA Negeri 1 Kisaran”.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan
penerapan teori Polya?
2. Apa saja kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika setelah
diterapkan teori polya?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
13
1. Untuk mengetahui tingkat kemampuan pemecahan masalah matematis siswa
dalam penerapan teori polya
2. Untuk menganalisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika
setelah diterapkan teori Polya

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun identifikasi masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pemikiran
terhadap upaya peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal
pemecahan masalah matematika
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis yang ingin dicapai adalah sebagai berikut:
a. Bagi siswa
Diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa khususnya pada pokok bahasan
b. Bagi orang tua
Sebagai bahan acuan untuk memberikan arahan kepada anaknya agar terus
semangat
c. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui minat dan kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa sehingga guru diharapkan untuk
memahami dan mengarahkan siswanya dalam belajar matematika seperti
menganalisis soal, memonitor proses penyelesaian dan mengevaluasi hasil
d. Bagi sekolah

Sebagai masukkan dalam pembaharuan proses pembelajaran untuk


meningkatkan prestasi belajar dan sekolah agar memperhatikan fasilitas
prndidikan yang mendukung kegiatan belajar mengajar peserta didik terutama
dalam pembelajaran matematika

14
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Konsep Dasar Pendidikan

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang
dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya
kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu
terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan.
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang
sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu
bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM)
yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi
sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan. Pendidikan
yang mampu mendukung pembangunan dimasa mendatang adalah pendidikan yang
mempu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mampu menghadapi dan
memecahkan problema kehidupan yang dihadapinya (Trianto, 2014).
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pemerintah telah menyelenggarakan
perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Pada situasi
masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa
lalu dan masa kini, tetapi seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan
merancangkan masa depan, sehingga dapat dikatakan pendidikan hendaknya melihat jauh
kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi siswa dimasa yang akan datang.

15
2.1.2 Belajar dan pembelajaran

Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi
melalui pengalaman. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar
memiliki kompetensi berupa keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan. Proses
belajar pada dasarnya dilakukan untuk meningkatkan kemampuan atau kompetensi
personal.
Trianto (2014), mengatakan bahwa proses belajar terjadi melalui banyak cara,
baik disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu perubahan pada
diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud yaitu perubahan perilaku tetap berupa
pengetahuan pemahaman, keterampilan dan kebiasaan yang baru diperoleh individu.
Adapun pengalaman merupakan interaksi antara individu dan lingkungan sebagai sumber
belajarnya. Jadi, belajar disini diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari
belum tau menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi
lebih terampil dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi
lingkungan maupun individu itu sendiri.
Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa
belajar. Dalam sistem pendidikan yang baik dan benar, belajar mempunyai sifat aktif dan
terarah yang diwujudkan dalam bentuk tujuan instruksional yang jelas dan operasional.
Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang
berhubungan dengan belajar.
Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu
menggunakan kemampuan pada ranah-ranah: (1) kognitif yaitu kemampuan yang
berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan evaluasi. (2) afektif yaitu kemampuan yang
mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang
terdiri dari kategori pembentukan pola hidup, dan (3) psikomotorik yaitu kemampuan
yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan
terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan
kreatifitas. Orang dapat mengamati tingkah laku orang telah belajar setelah
membandingkan sebelum belajar.
Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik,
dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju

16
pada suatu target yang telah ada sebelumnya. Dalam makna yang lebih kompleks,
pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan
siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka
mencapai tujuan yang diharapkan. Cara mengajar guru yang baik merupakan kunci
prasyarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa
telah belajar dengan baik ialah jika siswa itu dapat mempelajari apa yang seharusnya
dipelajari, sehingga indikator yang diinginkan dapat di capai oleh siswa

2.2 Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa latin, yaitu “mathein” atau “mathema” yang
berarti “belajar atau yang dipelajari”, juga “mathematikos” yang diartikan sebagai “suka
belajar”. Jika menilik artinya secara harafiah, sebenarnya tidak ada alasan untuk tidak
suka atau takut dengan matematika. Karena kalau suka matematika berarti suka belajar.
Namun, seringkali siswa menganggap matematika sulit, padahal sebenarnya karena siswa
belum mengenal matematika lebih dekat, siswa juga harus mengetahui ciri – ciri
matematika yang paling penting yaitu matematika memiliki bahasa dan aturan yang
terdefenisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur serta keterkaitan
antara konsep adalah kuat. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang
menduduki peranan penting dalam pendidikan. Penyebab utama pentingnya matematika
adalah kemampuan siswa bermatematika merupakan landasan dan wahana pokok yang
menjadi syarat mutlak yang harus dikuasai untuk dapat melatih siswa berpikir dengan
jelas, logis, sistematis dan kreatif serta memiliki kepribadian dan ketrampilan untuk
menyelesaikan masalah dalm kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan karakteristik matematika, dapat dipahami bahwa matematika
merupakan suatu ilmu yang sangat kompleks dalam semua ilmu eksak lain. Hampir
semua bidang ilmu dan kehidupan selalu berhubungan dengan matematika baik secara
langsung maupun dengan tersirat. Hal inilah yang menjadikan matematika ilmu
kehidupan yang sangat besar manfaatnya. Banyak hal disekitar kita yang selalu
berhubungan dengan matematika, seperti mencari nomor rumah seseorang, menelepon,
jual beli barang, menukar uang, mengukur jarak dan waktu, dan lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa matematika adalah
ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang
digunakan dalam penyelesaian masalah mengenal bilangan. Banyak juga para ahli yang
17
mengartikan tentang matematika baik secara umum maupun secara khusus. Russefendi
(1988:23), matematika terorganisir dari unsur − unsur yang tidak didefenisikan,
defenisi-defenisi, aksioma-aksioma, dan dalil-dalil setelah dibuktikan kebenarannya
berlaku secara umum, karema itulah matematika sering disebut ilmu deduktif. Kline
(1973), matematika itu bukan pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena
dirinya sendiri. Tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan lainnya.
Sehingga dapat dikatakan bahwa hakekat belajar matematika adalah suatu aktifitas
mental agar siswa dapat memahami makna dan hubungan-hubungan serta symbol-simbol,
kemudian mengaplikasikannya pada kehiduapan sehari-hari. Seperti yang dikemukakan
oleh Hudojo (dalam Hasratnuddin, 2018:34) menyatakan bahwa matematika merupakan
ide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya
deduktif. Sehingga belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi.

Adapun tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan Pemerintah melalui


Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2006 tentang standar isi :
1. memahami konsep matematika, menjelaskankan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi menyusun bukti, atau menjelaskan
gagasan dan pernyataan matematika
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperolehnya
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah
5. Memilih sikap menghargai kegunaan matematika dalam mempelajari
masalah, serta sikap ulet dan percaya diri di dalam pemecahan masalah

Secara lebih terinci, menurut (Permendiknas:2006), tujuan pembelajaran


matematika sebagai berikut: (1) melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik
18
kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen,
menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkondidtensi. (2) Mengembangkan
aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingtin tahu, membuat prediksi dan
dugaan, serta mencoba-coba. (3) Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. (4)
Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atai mengkomunikasikan
gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan
gagasan
Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika
mempelajari tentang struktur yang terorganisasikan, konsep-konsep matematika tersusun
secara hirarkis, berstruktur dan sistematika, mulai dari konsep paling sederhana sampai
pada konsep paling kompleks. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan
kekuatan berpikir dan ketepatan berpikir, juga membantu siswa untuk dapat terbiasa
dalam memecahkan masalah.

2.2.1 Objek – Objek Matematika


Sampai saat ini belum ada kesepakatan bulat untuk mendefenisikan apa itu
matematika. Meskipun belum ada defenisi tunggal mengenai matematika, bukan berarti
matematika tidak dapat dikenali. Seperti apa yang telah diutarakan oleh Soedjaji (dalam
Ellin, 2018) bahwa didalam ilmu matematika terdapat beberapa karakteristik yaitu bahwa
objek matematika tidaklah konkrit/nyata tetapi abstrak. Mengenai objek matematika,
Russenfendi membedakan bahwa objek matematika terdiri dari dua tipe yaitu: 1) objek
langsung, yakni: fakta, konsep, prinsip, prosedur; 2) objek tak langsung meliputi: hal-hal
yang mempengaruhi hasil belajar misalnya, kemampuan menyelidiki dan memecahkan
masalah, mandiri, bersikap positif, kemampuan mentransfer pengetahuan.
Menurut Begle, bahwa sasaran objek penelaahan matematika adalah:
1. Fakta
Fakta dalam matematika adalah kesepakatan yang disajikan atau dilambangkan
dengan simbol tertentu. Fakta dalam matematika bisa berupa aksioma atau
postulat. Aksioma merupakan suatu bahasan yang diandaikan benar pada suatu
sistem dan diterima tanpa pembuktian sebagai titik awal logika.
2. Konsep

19
Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan
sekumpulan objek, apakah objek tertentu merupakan contoh konsep atau bukan.
3. Prinsip
Prinsip adalah objek matematika yang secara khusus dapat didefenisikan. Prinsip
matematika ada dua yaitu dapat berupa teorema atau dalil. Teorema adalah
pernyataan matematika yang dirumuskan secara logika dan matematis dan dapat
dibuktikan kebenarannya
4. Prosedur
Prosedur dalam matematika adalah cara yang digunakan untuk menyelesaikan
persoalan atau permasalahan matematika. Sebagai contoh misalnya penjumlahan,
perkalian, pengurangan, pembagian, gabungan, irisan dan lain-lain.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam suatu


pembelajaran matematika antara fakta, konsep, prinsip dan prosedur saling berhubungan,
karena didalam prosedur terdapat prinsip, didalam prinsip terdapat konsep, dan didalam
konsep terdapat fakta. Dari keempat objek matematika tersebut merupakan saling
berhubungan karena merupakan objek langsung dalam matematika, keempat tersebut
digunakan dalam memecahkan masalah, penyelesaian soal dan sebagainya.

2.3 Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

2.3.1 Masalah Matematika


Menurut perspektif psikologi, masalah (problem) pada dasarnya adalah situasi
yang mengandungu kesulitan bagi seseorang dan mendorongnya untuk mencari
solusinya. Lencher (dalam hartono, 2014:2), mendeskripsikan masalah sebagai soal
matematika yang strategi penyelesaiannya tidak langsung terlihat. Sehingga dalam
penyelesaiannya memerlukan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman yang telah
dipelajari sebelumnya. Hal ini sejalan dengan Krulik dan Rudnik (dalam Hasratnuddin,
2018:83), yaitu masalah adalah situasi yang memerlukan pemecahan tetapi seseorang
tidak mengetahui alat atau alur yang jelas untuk memperoleh pemecahannya.
Dalam hal ini, tidak semua soal dapat disebut “problem” atau masalah. Sebuah
soal matematika disebut masalah tergantung pada pengetahuan dalam menjawab soal
yang diberikan. Matematika tidak akan menjadi masalah jika seseorang bisa menjawab
sesuai dengan prosedur rutin yang diberikan, tetapi bagi orang lain, itu akan menjadi
masalah karena membutuhkan pengorganisasian pengetahuan yang tidak biasa dan
20
seeorang merasa tertantang untuk menjawabnya. Selanjutnya, menurut Strenberg dan
Been-Zeev, suatu masalah disebut masalah matematika jika prosedur matematika seperti
prosedur aritmatika dan aljabar dibutuhkan untuk memecahkannya.

Lebih lanjut, polya (dalam Hartono,2014) mengemukakan dua macam masalah


matematika yaitu:

1. Masalah untuk menemukan (problem to find) dimana kita mencoba untuk


mengkontruksi semua jenis objek atau informasi yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut
2. Masalah untuk membuktikan (problem to prove) dimana kita akan menunjukkan
salah satu kebenaran pernyataan, yakni pernyataan itu benar atau salah. Masalah
jenis ini mengutamakan hipotesis ataupun konklusi dari suatu teorema yang
kebenarannya harus dibuktikan.

Syarat suatu masalah bagi siswa (Hudojo, 2005:124) adalah:


1) Pertanyaan yang dihadapkan kepada seorang siswa haruslah dapat dimengerti oleh
siswa tersebut, namun pertanyaan itu harus merupakan tantangan baginya untuk
menjawab pertanyaan tersebut.
2) Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab dengan prosedur rutin yang telah
diketahui siswa.

2.3.2 Perbedaan Masalah dan Soal Rutin


Masalah dalam matematika pada umumnya adalah berupa soal-soal. Soal-soal
matematika dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu soal rutin dan nonrutin. Soal rutin
adalah sooal latihan biasa yang dapat diselesaikan dengan prosedur yang dipelajari
dikelas. Sedangkan soal nonrutin adalah soal yang untuk menyelesaikannya diperlukan
pemikiran lebih lanjut karena prosedurnya tidak sejelas atau tidak sama dengan prosedur
yang dipelajari dikelas (Aisyah, dkk 2007:5-4)

Hal prinsip dari masalah matematika adalah cara penyelesaiannya tidak dapat
dilihat langsung oleh siswa. Makna dari “tidak dapat dilihat langsung” dapat
diilustrasikan sebagai berikut. Guru memberi kesempatan kepada siswa tersebut untuk
membaca dan memahami soal tersebut. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk

21
menceritakan rencananya dalam menyelesaikan soal tersebut sebelum ia mulai
menuliskan penyelesaiannya. Ada beberapa respon siswa Ketika diminta untuk
menceritakan rencananya.
1. Siswa segera dapat menceritakan langkah-langkah yang akan dikerjakan untuk
mencari jawaban dari soal tersebut. Dengan kata lain, siswa tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk mulai menjelaskan cara menjawabnya.
Sebagai contoh, ketika siswa SMA ditanya bagaimana cara mencari akar-akar
dari persamaan kuadrat 𝑥 2 + 𝑥 − 6?. Siswa tersebut segera atau langsung
dapat menjawab “dengan memfaktorkan” atau dengan menggunakan rumus
kuadratik.
2. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama. Pada waktu diam tersebut,
siswa terlihat sedang memikirkan sesuatu, menggerakkan tangannya, atau
menulis sesuatu. Kemudian, ia dapat menjelaskan langkah-langkah untuk
menyelesaikan masalah tersebut dengan cukup baik.
3. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama, akan tetapi pada waktu siswa
tersebut menjelaskan langkah-langkahnya, terkadang siswa terlihat ragu atau
mengubah rencana penyelesaiannya karena merasa ada sesuatu yang kurang
atau salah
4. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, ia berusaha
menceritakan langkah-langkah penyelesaiannya, tetapi rencananya itu tidak
membawa pada jawaban yang benar (cara penyelesaiannya salah)
5. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama, tetapi ia tidak dapat membuat
rencana untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Jika respon siswa pada nomor 1, maka soal yang dihadapinya bukanlah masalah
matematika kerna ia segera dapat melihat cara untuk menyelesaikannya. Caranya dengan
menggunakan rumus/prosedur /aturan tertentu yang langsung dapat digunakan untuk
memperoleh jawaban. Soal yang demikian disebut soal rutin atau soal biasa. Jika respon
siswa adalah nomor 2-5, maka soal tersebut merupakan masalah matematika bagi siswa
tersebut. Selain itu, masalah atau soal rutin juga dapat dilihat dari apakah ada rumus yang
dapat digunakan secara langsung untuk menjawab soal. Jika ada rumus tersebut, maka
soal tersebut adalah soal rutin. (Pasini, 2017)

22
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa masalah matematika (soal
nonrutin) menyajikan situasi baru yang belum pernah dijumpai oleh siswa sebelumnya.
Dalam situasi baru itu, ada tujuan yang jelas yang ingin dicapai, tetapi cara mencapainya
tidak langsung muncul dalam benak siswa. Soal non rutin inilah yang dapat digunakan
sebagai soal pemecahan masalah. Beberapa karakteristik masalah (soal non rutin) adalah
sebagai berikut:
1. Memiliki lebih dari satu cara penyelesaian
2. Memiliki lebih dari satu jawaban
3. Melibatkan logika, penalaran dan uji coba
4. Sesuai dengan situasi nyata dan minat siswa

2.3.3 Pengertian Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah dibanyak Negara termasuk Indonesia secara eksplisit menjadi


tujuan pembelajaran matematika dan tertuang dalam kurikulum matematika. Hal ini
sesuai dengan National Council Of Teacher Mathematic (NCTM, 2000), menetapkan ada
5 (lima) standar proses yang harus dikuasai siswa melalui pembelajaran matematika,
yaitu: (1) pemecahan masalah (problem solving); (2) penalaran dan pembuktian
(reasoning and proof); (3) koneksi (connection); (4) komunikasi (communication); serta
(5) representasi (representation). Kelima standar proses tersebut tidak harus dipandang
sebagai sesuatu yang terpisah dari standar isi dalam kurikulum matematika. Kelima
standar proses mengarahkan metode-metode atau proses-proses untuk mengerjakan
seluruh matematika. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemecahan
masalah merupakan salah satu tujuan dari belajar matematika

Beberapa defenisi dari para ahli mengenai pemecahan masalah (Pasini, 2017: 33-
34):
1. Pemecahan masalah adalah suatu proses kognitif yang membuka peluang
memecahkan masalah untuk bergerak dari suatu keadaan yang tidak diketahui
bagaimana pemecahannya ke suatu keadaan tetapi tidak mengetahi bagaimana
cara memecahkannya (Hasratnuddin,2018)
2. Memecahkan masalah berarti melakukan sekumpulan tindakan tersebut (Polya,
1981)

23
3. Pemecahan masalah adalah berpikir yang diarahkan untuk menyelesaikan suatu
masalah tertentu yang melibatkan pembentukan respons-respons yang mungkin,
dan pemilihan diantara respons-respons tersebut (solso, 1995)
4. Pemecahan masalah adalah suatu proses yang dimulai dengan siswa menghadapi
masalah sampai suatu jawaban (answer) diperoleh, dan siswa telah menguji
penyelesaiannya (solution) (Krulik., dkk, 2003).

Pemecahan masalah sebagai suatu upaya berpikir yang diarahkan untuk


memperoleh jawaban dari masalah. Berpikir adalah suatu proses sehingga pemecahan
masalah dapat dipandang sebagai suatu proses. Dengan demikian proses siswa dalam
memperoleh jawaban dalam pemecahan masalah lebih diperhatikan dibandingkan
jawabannya. Implikasi dalam pembelajaran adalah guru seharusnya lebih memperhatikan
bagaimana siswa memperoleh jawaban (prosesnya). Guru tidak boleh berhenti dengan
hanya menanyakan jawaban siswa benar atau salah, tanpa bertanya lebih lanjut mengenai
prosesnya. Begitu pula dalam mengukur kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
guru seharusnya lebih memperhatikan prosesnya dibandingkan dengan jawabannya.

Sependapat dengan pernyataan tersebut, lencher (dalam hartono, 2014: 3)


mendefenisikan pemecahan masalah matematika sebagai proses menerapkan pengetahuan
matematika yang telah diperoleh sebelumnya kedalam situasi baru yang belum dikenal.
Sebagai implikasinya, aktivitas pemecahan masalah dapat menunjang perkembangan
kemampuan matematika yang lain seperti komunikasi dan penalaran matematika.

Pembicaraan mengenai pemecahan masalah matematika tidak dapat terlepas dari


tokoh utamanya, yakni George Polya. Menurut Polya terdapat empat tahapan penting
yang harus ditempuh siswa dalam memecahkan masalah matematika yaitu memahami
masalah, menyusun rencana penyelesaian, melaksanakan rencana penyelesaian dan
memeriksa kembali. Melalui tahapan yang terorganisir tersebut, siswa akan memperoleh
hasil dan manfaat yang optimal dari pemecahan masalah.

Pemecahan masalah dapat juga membantu siswa mempelajari fakta-fakta, konsep,


prinsip matematika dengan mengilustrasikan obyek matematika dan realisasinya.
Pemecahan masalah merupakan aktifitas yang memberikan tantangan bagi kebanyakan
siswa serta dapat memotivasi siswa untuk belajar matematika. Memecahkan masalah

24
adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi
baru yang belum dikenal.

Tujuan mengajar untuk pemecahan masalah (Teaching For Problem Solving)


adalah untuk menanamkan konsep matematika agar siswa dapat menerapkan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah. Sejalan dengan NTCM (2000),
menyebutkan bahwa memecahkan masalah bukan saja merupakan suatu sasaran belajar
matematika, tetapi sekaligus merupakan alat utama untuk melakukan belajar matematika
itu sendiri.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah


adalah sebuah proses terencana yang dilakukan dengan menggunakan pengetahuan,
keterampilan dan pemahaman untuk memperoleh suatu solusi. Sedangkan kemampuan
pemecahan masalah adalah kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tindakan yang
menggunakan pemahaman dan pengetahuan matematika untuk menyelesaikan masalah
yang juga merupakan metode penemuan solusi. Pembelajaran matematika dengan
pemecahan masalah akan menjadi hal yang sangat menentukan dalam keberhasilan
pembelajaran matematika di kelas. Oleh karenanya, penerapan pembelajaran pemecahan
masalah menjadi suatu keharusan. Dalam memecahkan masalah matematika, tidak hanya
memperhatikan konsep atau strategi yang baik, namun juga karakteristik masalah yang
sedang dihadapi.

2.3.4 Manfaat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Ketika siswa belajar untuk menyelesaikan masalah matematis, dalam hal ini
peserta didik akan berhadapan dengan bermacam aneka soal dan menemui tingkat
kesukitan dari soal yang berbeda, siswa akan berfikir untuk mencari solusi dari jawaban
pemecahan masalah soal tersebut, sehingga ketika siswa mendapatkan solusi dari jawaban
soal tersebut maka siswa akan mengetahui begitu banyak cara untuk menyelesaikan soal
sehingga pengetahuan peserta didik dalam pemecahan masalah matematis semakin
meningkat. Ada beberapa manfaat yang akan diperoleh oleh siswa melalui pemecahan
masalah (Junal Ilmiah Didakya, 2017), yaitu:

1. Siswa akan belajar bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan suatu soal
(berpikir divergen dan ada lebih dar satu solusi yang mungkin dari suatu soal

25
2. Siswa terlatih untuk melakukan eksplorasi, berpikir komperehensif dan
bernalar secara logis
3. Mengembangkan kemampuan komunikasi dan membentuk nilai – nilai sosial
melalui kerja kelompok

2.3.5 Faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah

Guru yang ingin siswa – siswanya memiliki kemampuan pemecahan masalah


perlu mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhinya. sikap siswa terhadap
matematika berpengaruh langsung terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.
Beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa (Pasini, 2017: 120-132) yaitu:

1. Sikap siswa dalam memecahkan masalah


Siswa yang memiliki sikap positif terhadap pemecahan masalah lebih mampu
dalam menyelesaikan masalah dibandingkan yang memiliki sikap negatif. Sikap
positif akan memberikan kepercayaan bahwa ia mampu menyelesaikan maalah
matematika. Sikap siswa itu sendiri dipengaruhi oleh sikap dan perilaku guru
dalam pemecahan masalah matematika
2. Sikap dan perilaku guru
Guru seharusnya mengajukan masalah matematika dengan antusias dan
menunjukkan sikap senang pada waktu menyelesaikan masalah bersama – sama
dengan siswanya. Sikap positif guru terhadap matematika dan pemecahan masalah
merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah
3. Metode belajar yang diterapkan guru dalam kelas
Penerapan metode – metode yang menekankan pada pemahaman konsep secara
bermakna dapat membantu siswa memiliki kemampuan pemecahan masalah.
Metode – metode tersebut adalah metode penemuan, pembelajaran kontekstual,
dan pembelajaran dengan pendekatan induktif
4. Motivasi siswa
Motivasi adalah suatu proses diinisiasikannya dan dipertahankannya aktivitas
yang diarahkan pada pencapaian tujuan. Motivasi menuntut siswa untuk
melakukan aktivitas baik fisik maupun mental. Terkadang siswa yang belum dapat
26
menyelesaikan suatu masalah tertentu pada usahanya yang pertama. Siswa yang
termotivasi, akan mencoba kembali untuk menyelesaikannya dengan membaca
dan memahami kembali masalahnya lalu mencoba dan membuat rencana baru
secara berulang- ulang. Dengan demikian, guru perlu mendorong siswa –
siswanya memiliki motivasi dalam memecahkan masalah matematika untuk
meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah matematika.
5. Efikasi diri
Ciri siswa memiliki efikasi diri yang tinggi adalah memiliki kepercayaan diri
bahwa ia mampu menyelesaikan masalah matematika yang dihadapinya.
Keyakinan ini membuatnya antusias dalam menyelesaikan masalah – masalah
matematika.
6. Skema pemecahan masalah
Pemecahan masalah menuntut siswa membentuk jaringan bermakna yang
mengaitkan antara pemahaman terhadap masalah, konsep – konsep relevan yang
ada dalam masalah, pengetahuan mengenal strategi – stategi pemecahan masalah,
dan pengetahuan yang diinternalisasi dri pengalaman sebelumnya dalam
memecahkan masalah – masalah matematika.
7. Keahlian
Keahlian disini bukan berarti pintar. Ahli karena sering dan selalu berlatih
memecahkan masalah. Jadi, guru dapat meningkatkan keahian siswa – siswanya
dalam memecahkan masalah dengan sering dan selalu memberikan pengalaman
beragam bagi siswanya untuk memecahkan masalah – masalah.

Dalam memecahkan masalah kita dituntut untuk berpikir dan bekerja keras
menerima tantangan agar mampu memecahkan masalah yang kita hadapi. Rumus,
teorema, hukum, aturan pengerjaan, tidak dapat secara langsung digunakan dalam
pemecahan masalah, karena masalah yang satu dan masalah yang lain tidak selalu sama
dalam penyelesaiannya. Untuk memecahkan masalah kita perlu merencanakan langkah-
langkah apa saja yang harus ditempuh guna memecahkan masalah tersebut secara
sistematis.

27
2.4 Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Langkah-Langkah Polya
Untuk memecahkan masalah, kita perlu merencanakan langkah-langkah apa saja
yang harus ditempuh guna memecahkan masalah tersebut secara sistematis. Secara garis
besar tahap-tahap pemecahan masalah menurut Polya dapat digambarkan dalam diagram
sebagai berikut:
Tahap-Tahap Pemecahan Masalah Menurut G. Polya

Pemahaman Soal (Understanding The Problem)

Perencanaan Cara Penyelesaian (Devising a plan)

Pelaksanaan Suatu Rencana (Carrying out the plan)

Peninjauan Kembali (Looking Back)

Diagram 2.1 Pemecahan Masalah Polya

Dari diagram diatas, Polya mengembangkan model, prosedur, atau heuristic


pemecahan masalah yang dikelompokkan atas tahapan-tahapan pemecahan masalah, yaitu
memahami masalah (understanding the problem), membuat rencana pemecahan masalah
(devising a plan), melaksanakan rencana pemecahan masalah (carrying out the plan), dan
memeriksa kembali solusi (looking back). Tahapan pemecahan masalah matematis yang
dikemukakan oleh polya (1973) dapat dipandang sebagai aspek-aspek kemampuan
pemecahan masalah matematis.

Adapun penjabaran dri keempat langkah yang diajukan Polya (dalam


Hasratnuddin, 2018) yang digunakan sebagai landasan dalam memecahkan suatu masalah
dapat diuraikan sebagai berikut:

28
1. Tahap memahami masalah (understanding the problem).
Siswa harus memahami masalah yang dihadapinya agar dapat menyelesaikannya.
Langkah-langkah berikutnya tidak dapat dilakukan kalau siswa tidak memahami
masalah. Tahap memahami siswa menurut Polya ialah bahwa siswa harus dapat
memahami kondisi soal atau masalah yang ada pada soal tersebut. Memahami
masalah merujuk pada identifikasi fakta, konsep, atau informasi yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah. Sehingga, kemampuan dituntut pada tahap ini
dalam menyelesaikan masalah antara lain mengidentifikasi:
a) Apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan
b) Data apa yang diberikan
c) Bagaimana kondisi soal? mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk
persamaan atau hubungan lainnya? Apakah kondisi yang ditanyakan cukup
untuk mencari yang ditanyakkan? Apakah kondisi itu cukup atau kondisi itu
berlebihan atau kondisi itu saling bertentangan?
d) Buatlah gambar atau tulislah notasi yang sesuai
2. Tahap merencanakan pemecahan (devising a plan).
Menurut G. Polya pada tahap pemikiran suatu rencana, siswa harus dapat
memikirkan langkah-langkah apa saja yang penting dan saling menunjang untuk
dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Menurutnya pula, kemampuan
berpikir yang tepat hanya dapat dilakukan jika siswa telag dibekali sebelumnya
dengan pengetahuan-pengetahuan yang cukup memadai dalam arti masalah yang
dihadapi siswa bukan hal yang baru sama sekali tetapi sejenis atau mendekati.
Membuat rencana merujuk pada penyusunan model matematika dari masalah.
Dengan demikian, dalam menyelesaikan masalah dibutuhkan kemampuan untuk
menganalisis masalah, apakah:
a) Pernah ada soal ini sebelumnya dan ada soal yang sama atau serupa dalam
bentuk lain atau tidak
b) Pernah ada solusi masalah yang mirip dengan soal ini? Teori mama yang
dapat digunakan dalam masalah ini
c) Perhatikan yang ditanyakan! Coba pikirkan soal yang pernah diketahui dengan
pertanyaan yang sama atau serupa
d) Jika ada soal yang serupa, dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam
masalah sekarang? Dapatkah hasil atau metode yang lalu digunakan? Apakah
29
harus dicari unsur lain agar memanfaatkan soal semula? Dapatkah anda
menyatakannya dalam bentuk lain? Kembalikan kedefenisi!
e) Andaikan soal baru belum dapat diselesaikan, coba pikirkan soal serupa dan
selesaikan?
3. Tahap melaksanakan rencana pemecahan masalah (carrying out the plan).
Melaksanakan rencana merujuk pada penyelesaian model matematika. Siswa telah
siap melakukan perhitungan dengan segala macam data yang diperlukan termasuk
konsep dan rumus atau persamaan yang sesuai. Sehingga, kemampuan yang
dituntut pada tahap ini antara lain:
a) Melaksanakan rencana pemecahan, dan memeriksa tiap langkah
pemecahannya
b) Memeriksa apakah semua langkah sudah benar
c) Dapatkah dibuktikan apakah langkah tersebut sudah benar
4. Tahap pengecekan kembali (looking back)
Menelaah kembali berkaitan dengan pemeriksaan solusi apakah sudah sesuai atau
benar, apakah ada jawaban lain atau apakah ada cara lain? Maka perlu
diperhatikan:
a) Bagaimana cara memeriksa kebenaran hasil yang diperoleh?
b) Dapatkah diperiksa sanggahannya?
c) Dapatkah dicari hasil itu dengan cara lain?
d) Dapatkah anda mecari hasilnya dengan cara yang berbeda?
e) Dapatkah hasil atau cara itu digunakan untuk masalah lain?

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan


masalah matematik adalah kemampuan untuk mengatasi kesulitan bermatematika dengan
menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan matematika yang telah diperoleh
sebelumnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Empat tahap pemecahan masalah
dari polya tersebut merupakan satu kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan.
Memahami masalah (membaca masalah) tentunya tidak hanya sekedar membaca, tetapi
juga mencerna materi yang disajikan dan memahami apa yang sedang terjadi. Dengan
kata lain memahami masalah/membaca masalah merupakan kegiatan mengidentifikasi
apa yang ditanya untuk dipecahkan dan fakta-fakta yang diberikan.

30
Kegiatan menyusun rencana, pemecah masalah menemukan hubungan antara
yang diberikan (yang diketahi) dan yang tidak diketahui (yang ditanya). Jika hubungan
diantara keduanya tidak segera diperoleh, pemecah masalah dapat menggunakan masalah
bantu sehingga diperoleh rencana penyelesaian. Pada tahap ini juga berkaitan dengan
strategi apa yang akan digunakan. Melaksanakan rencana berkaitan dengan memeriksa
setiap tahapan dari rencana yang sudah dibuat sebelumnya, kegiatan memeriksa kembali
berkaitan dengan kebenaran/kepastian dari solusi yang diperoleh (Baiduri, 2005)

2.4.1. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis


Indikator-indikator pemecahan masalah digunakan sebagai acuan menilai
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Melalui kegiatan pemecahan masalah,
aspek-aspek yang penting dalam pembelajaran matematika seperti penerapan aturan pada
masalah yang mengarah pada proses, penemuan pola, komunikasi matematika dan lain-
lain dapat dikembangkan dengan baik.
Adapun indicator yang menunjukkan pemecahan masalah matematika menurut
polya adalah:

Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah

Tahap Pemecahan Masalah oleh


Indikator
Polya

Memahami Masalah 1. Siswa mampu menentukan apa yang


diketahui dari soal
2. Siswa mampu menentukan apa yang
ditanyakan dari soal
Merencanakan Pemecahan 1. Siswa mampu membuat model matematika
Masalah 2. Siswa mampu menetapkan langkah-langkah
atau strategi penyelesaian soal
Melakukan Rencana Pemecahan 1. Siswa mampu menetapkan konsep
Masalah matematika yang dibutuhkan
2. Siswa mampu menyelesaikan soal sesuai
dengan langkah-langkah yang telah
dirancang

31
Memeriksa Kembali 1. Siswa mampu mengevaluasi hasil yang
didapatkan, apakah langkah-langkah
penyelesaian telah terealisasi sesuai rencana
sehingga dapat memeriksa kembali
kebenaran jawaban
2. Siswa mampu membuat interpretasi dari
hasil yang didapatkan

Berdasarkan uraian diatas, kemampuan pemecahan masalah matematis yang


baik berpengaruh kepada hasil belajar matematika untuk menjadi lebih baik dan ini
merupakan tujuan umum dari pembelajaran matematika. Oleh karena itu, kemampuan
pemecahan masalah matematis yang masih rendah atau kurang, perlu dikaji lanjut untuk
mengetahui apa sebenarnya penyebab rendahnya tingkat kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa. Pada penelitian ini indikator pemecahan masalah matematis yang
digunakan adalah indikator menurut Polya yang terdiri dari memahami masalah,
merencanakan penyelesaian, menjalankan rencana dan melakukan pemeriksaan.

2.4.2. Strategi Pemecahan Masalah Model Polya


Secara umum strategi pemecahan masalah yang sering digunakan adalah
strategi yang dikemukakan oleh George Polya (dalam Aisyah., dkk, 2007), yaitu
sebagai berikut:
a. Beraksi (Act It Out)
Strategi ini menuntut kita melihat apa yag ada dalam masalah dan
membuat hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui
serangkaian aksi fisik atau manipulasi objek
b. Membuat gambar atau diagram
Strategi ini digunakan untuk menyederhanakan masalah dan memperjelas
hubungan yang ada
c. Mencari pola
Siswa diminta untuk membuat tabel dan kemudian menggunakannya
untuk menemukan pola uang relevan dengan permasalahan yang ada
d. Membuat tabel

32
Strategi ini membantu dalam mengklasifikasikan dan menyusun informai
atau data dalam jumlah besar
e. Menghitung semua kemungkinan secara sistematis
Strategi ini sering digunakan bersamaan dengan strategi “mencari pola”
dan “membuat tabel”. Kita dapat menyederhanakan pekerjaan kita dengan
mengkategorikan semua kemungkinan tersebut kedalam beberapa bagian.
f. Menebak dan Menguji
Strategi menebak yang “terdidik” ini didasarkan pada aspek-aspek yang
relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah pengetahuan dari
pengalaman sebelumnya.
g. Bekerja mundur
Strategi ini cocok untuk menjawab permasalahan yang menyajikan kondisi
(hasil) akhir dan menanyakan sesuatu yang terjadi sebelumnya
h. Mengidentifikasi informasi yang diinginkan, diberikan dan diperlukan
Strategi ini perlu menentukan permasalahan yang akan dijawab, menyortir
informasi-informasi penting untuk menjawabanya, dan memilih langkah-
langkah penyelesaian yang sesuai dengan soal
i. Menulis kalimat terbuka
Untuk menyederhanakan permasalahan, kita dapat menggunakan variabel
sebagai pengganti kalimat dalam soal
j. Menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa
Suatu masalah yang rumit dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan
masalah yang serupa tetapi lebih sederhana
k. Mengubah pandangan
Strategi ini bisa digunakan setelah beberapa strategi lain telah dicoba tanpa
hasil. Masalah yang dihadapi perlu didefenisikan dengan cara yang sama
sekali berbeda

2.5 Kajian Materi Barisan dan Deret


1. Barisan dan Deret
Barisan bilangan adalah himpunan bilangan yang diurutkan menurut suatu
aturan tertentu, setiap bilangan disebut dengan suku-suku barisan. Barisan dapat ditulis

33
dengan:𝑈1 , 𝑈2 , 𝑈3 , … … , 𝑈𝑛 . Deret adalah jumlah yang diperoleh dari penjumlahan suku-
suku suatu barisan. Deret dapat ditulis dengan:
𝑈1 + 𝑈2 + 𝑈3 + ⋯ . . +𝑈𝑛 = ∑𝑛𝑖=1 𝑈𝑖
2. Barisan Aritmatika

Gambar 2.1 Susunan piramida jeruk

Jika diperhatikan gambar diatas maka diperoleh susunan jeruk yang membentuk
sebuah piramida. Jumlah jeruk pada bagian bawah tumpukan lebih banyak dibandingkan
susunan paling atas. Misalkan susunan jeruk tersebut disederhanakan menjadi sebuah
susunan segitiga, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 2.2 Susunan bulatan bentuk segitiga

Banyaknya bulatan yang tersusun dari setiap kelompok dapat dituliskan dengan
bilangan yaitu 1,3,6,10,15. Bilangan tersebut membentuk barisan. Perhatikan polanya
pada gambar 2.1
1 3 6 10 15

+2 +3 +4 +5

Gambar 2.3 Pola susunan jumlah jeruk dalam tumpukan


Ternyata beda antara setiap dua bilangan yang berdekatan membentuk barisan
yang baru yaitu 2 , 3, 4, 5, … perhatikan skema berikut.

1 3 6 10 15

34
+2 +3 +4 +5
+1 +1 +1

Gambar 2.4 Pola turunan jumlah jeruk dalam tumpukan

Beda setiap dua bilangan yang berdekatan pada barisan 2,3,4,5 … adalah tetap
yaitu 1. Dengan demikian barisan 2,3,4,5,…. Disebut “barisan aritmatika” dan barisan
1,3,6,10,15, … disebut “barisan aritmatika tingkat dua”. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa barisan aritmatika atau barisan hitung adalah barisan yang mempunyai selisih
suatu suku dengan suku sebelumnya selalu sama. Selisih tersebut dinamakan beda (b).
Bentuk umum barisan aritmatika adalah:
𝑈1 , 𝑈2 , 𝑈3 , … … , 𝑈𝑛

Beda (b) = 𝑈2 − 𝑈1

= 𝑈3 − 𝑈2

= 𝑈𝑛 − 𝑈𝑛−1

b = 𝑈𝑛 − 𝑈𝑛−1

Rumus suku ke-n barisan aritmatika:

𝑼𝒏 = 𝒂 + (𝒏 − 𝟏) 𝒃

Dengan:

𝑈𝑛 = suku ke-n

a = Suku pertama = 𝑈1

b = beda (selisih)

4. Deret Aritmatika
Deret aritmatika adalah nilai yang diperoleh dari penjumlahan suku-suku barisan
aritmatika. Rumus yang digunakan pada deret aritmatika:

35
- Untuk menentukan suku ke-n gunakan rumus:
𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1) 𝑏
- Untuk jumlah suku ke-n gunakan rumus:
𝒏 𝒏
𝑺𝒏 = (𝟐𝒂 + (𝒏 − 𝟏) 𝒃) = (𝑼𝟏 + 𝑼𝒏 )𝟕𝟐
𝟐 𝟐

Keterangan:

𝑆𝑛 = Jumlah suku ke-n


𝑈𝑛 = Suku ke-n
a = suku pertama = 𝑈1
b = beda (selisih)
4. Barisan Geometri
Barisan bilangan yang nilai pembandingnya (rasio) antara dua suku yang
berurutan selalu tetap “Pembanding atau rasio” yang biasa dilambangkan
dengan huruf r, sehingga:
𝑼𝒏
𝒓=
𝑼𝒏−𝟏

Dengan: 𝑈1 = suku pertama


𝑈2 = suku kedua
𝑈𝑛 = suku ke-n
Secara umum untuk menentukan suku ke-n dari suatu barisan geometri adalah
sebagai berikut:
𝑼𝒏 = 𝒂𝒓𝒏−𝟏
5. Deret Geometri
Jika 𝑈1 , 𝑈2 , 𝑈3 , … … , 𝑈𝑛 merupakan barisan geometri , maka untuk
𝑈1 + 𝑈2 + 𝑈3 + ⋯ . . +𝑈𝑛 disebut deret geometri
𝒂(𝟏−𝒓𝒏 )
Rumus yang menentukan deret ke-n suatu barisan geometri adalah 𝑺𝒏 =
𝟏−𝒓

Untuk r ≠ 1 dan r < 1


Atau
𝒂(𝒓𝒏 −𝟏)
𝑺𝒏 = Untuk r ≠ 1 dan r > 1
𝒓−𝟏

6. Deret Geometri tak hingga

36
Deret geometri dengan banyakanya sukunya tak terhingga (tak terbatas). Jika
jumlah suku pertama deret geometri tak hingga dilambangkan dengan 𝑺∞ , maka
𝑺∞ dapat ditentukan dengan:
𝒂
𝑺∞ =
𝟏−𝒓

2.6 Penelitian yang Relevan


1. Sumargiyani (2018), jurnal dengan judul penelitian “Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa Pada Materi Barisan dan Deret Siswa kelas IX IPA
MA Ali Maksum”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan
siswa kelas XI IPA B MA Ali Maksum dalam memecahkan masalah pada
materi barisan dan deret yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
menggunakan langkah-langkah dalam memecahkan masalah yang
disampaikan oleh Polya. Pada penelitian ini memberi penjelasan kemampuan
pemecahan masalah siswa dalam setiap langkah-langkah dianalisis untuk
didiskripsikan, dicatat dan diinterprestasikan kemampuan pemecahan masalah
siswa pada langkah Polya. Sehingga dari hasil penelitian, dapat disimpulkan
bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa di SMA yang diteliti tergolong
baik walaupun masih banyak yang mengalami kesulitan dalam memecahkan
masalah disebabkan oleh kurang memahami masalah yang diberikan ,
melakukan perencanaan yang tidak tepat, tidak teliti dalam perhitungan, ragu-
ragu jika bertemu dengan hasil yang jarang ditemui.
2. Yana (2020), jurnal dengan judul “Analisis Kesulitan siswa SMA dalam
Menyelesaikan Soal Pemecahan Masalah pada Materi Barisan dan Deret
dengan Langkah-langkah Menurut Polya”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kesulitan siswa SMA dalam menyelesaikan soal berbasis
pemecahan masalah berdasarkan pemecahan masalah pada materi barisan dan
deret dengan langkah pemecahan masalah berdasarkan indikator menurut
Polya yang terdiri dari memahami masalah, merencanakan penyelesaian,
menyelesaikan masalah, serta memeriksa kembali. Dari hasil analisis dapat
disimpulkan bahwa kemampuan memehami masalah tergolong rendah yaitu
sekitar 28%, kemampuan merencanakan penyelesaian rendah sekitar 32% ,
kemampuan menyelesaikan masalah sangat rendah sekitar 16%, dan

37
kemampuan memeriksa kembali sangat rendah yaitu sekitar 8%. Hal ini
dikarenakan siswa cenderung terbiasa mengerjakan soal yang cenderung
bersifat konvergen, dan siswa cenderung untuk menghapal rumus sehingga
menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam menyelesaikan soal yang diberikan.
3. Meylia (2018). dengan artikel dengan judul “Kemampuan Pemecahan
Masalah Kontekstual Siswa SMA pada Materi Barisan dan Deret”. Artikel ini
merupakan suatu kajian yang bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan
pemecahan masalah kontekstual siswa SMA dengan menggunakan indikator
kemampuan pemecahan masalah Polya. Hasil kajian menunjukkan pada tahap
memahami masalah sebesar 8% siswa dapat memahami setiap kata pada soal
tetapi beberapa siswa salah paham dalam menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dari soal. Pada tahap menyusun rencana penyelesaian sebesar 43%
siswa dapat menyusun rencvana penyelesaian dari soal tersebut. Pada tahap
melaksanakan rencana sebesar 33% siswa mampu menyelesaikan semua
langkah yang telah disusun untuk menyelesaian soal tersebut dengan runtut
dan sistematis. Dan pada tahap memeriksa kembali hasil jawaban sebesar 16%
siswa mampu melakukan pengecekan jawaban, tetapi beberapa siswa kurang
mampu dalam mengecek kembali jawaban yang didapatkannya.
4. Dewi (2019), Jurnal dengan judul “Analisis Kesalahan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tabanan”, bertujuan untuk
mengidentifikasi jenis kesalahan dan mendeskripsikan penyebab terjadinya
kesalahan pemecahan masalah matematika siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dalam memecahkan masalah matematika, subjek
penelitian melakukan jenis kesalaham yaitu memahami masalah, kesalahan
transformasin kesalahan ketrampilan proses, dan kesalahan memahami
jawaban. Jenis kesalahan yang paling banyak dilakukan adalah kesakahan
penulisan masalah dan kesalahan transformasi, yang disebabkan karena subjek
penelitian jarang berlatih mengerjakan soal yang berupa masalah verbal atau
memerlukan penafsiran masalah, sehingga mereka tidak terbiasa dengan
kondisi tersebut.
5. Arjuna (2020). Skripsi tersebut meneliti mengenai “Analisis Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi
Barisan dan Deret di Kelas XI MAN Labuhan Batu Tahun Ajaran 2019/2020”,
38
diperoleh bahwa terdapat tiga kategori kemampuan pemecahan masalah siswa
yaitu: tinggi, sedang dan rendah. Pada tahap memahami masalah, hanya siswa
dengan kemampuan tinggi dan sedang yang dapat menyelesaikan dengan
benar. Pada tahap merencanakan masalah, siswa dengan kemampuan rendah
mengalami kesalahan dalam menentukan rencana penyelesaian yang akan
digunakan. Pada tahap melaksanakan pemecahan masalah, siswa dengan
kemampuan pemecahan masalah yang tinggi yang mampu melaksanakan
dengan baik, sedangkan kemampuan sedang dan rendah belum mampu
melaksanakan dengan benar. Pada tahap memeriksa kembali, hanya siswa
dengan kemampuan pemecahan tinggi yang mampu untuk melaksanakannya.
Sedangkan siswa dengan kemampuan sedang dan rendah tidak mampu
melaksanakan pemeriksaan kembali.

2.7 Kerangka Berpikir

Kemampuan pemecahan masalah matematis merupakan kemampuan seorang


siswa dalam menyelesaikan permasalahan matematika dengan cara menggunakan unsur-
unsur yang telag diketahui untuk menentukan rumus yang digunakan sebafgai strategi
penyelesaiannya. Kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting dimiliki oleh
siswa, karena kemampuan pemecahan masalah dapat membantu siswa berpikir analitis
dalam mengambil keputusan dikehidupan sehari-hari dan membantu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis dalam menghadapu situasi baru. Pemecahan masalah juga
merupakan proses inti dalam kurikulum matematika, bahkan bisa disebut jantungnya
matematika.

Keberhasilan suatu pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa
nilai. Beberapa hal dapat mempengaruhi hasil belajar siswa seperti halnya dengan model
pembelajaran yang digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran akan
efektif jika siswa juga ikut berperan aktif selama proses pembelajaran. Sumber belajar dan
informasi yang diperoleh siswa tidak hanya berasal dari guru saja. Model pembelajaran
yang efektif akan membantu siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran.

Barisan dan Deret merupakan salah satu cabang matematika yang harus dipelajari
dalam jenjang SMA. Salah satu subbab dalam barisan dan deret adalah aplikasi atau

39
penerapan barisan dan deret aritmatika, dimana materi tersebut diajarkan pada kelas XI.
Penyelesaian soal yang berhubungan dengan aplikasi barisan dan deret aritmatika dapat
menuntut kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, karena dalam proses
penyelesaiannya , dibutuhkan identifikasi unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan,
rancangan penyelesaian dan hasil penyelesaian soal.

Peneliti bermaksud mengkaji proses pembelajaran menggunakan teori Polya


dengan menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di kelas XI
dengan materi barisan dan deret aritmatika, dengan cara menerapkan proses pembelajaran
teori pola dengan model pembelajaran berbasis masalah, lalu memberikan soal tes
kemampuan pemecahan masalah matematis kepada siswa kelas XI yang kemudian
dianalisis berdasarkan langkah-langkah Polya. Karena Polya membantu siswa
mengembangkan kemampuannya dalam memecahkan suatu masalah matematik melalui
tahapan-tahapan pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, membuat rencana
pemecahan masalah, melaksanakan rencana pemecahan masalah dan memeriksa kembali
solusi.

40
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan metode studi kasus. Jenis penelitian kualitatif ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dalam implementasi
teori Polya. Data yang dihasilkan berupa kata- kata atau ucapan-ucapan yang diperoleh
dari hasil wawancara dan tulisan atau bilangan yang diperoleh dari hasil wawancara.
Berdasarkan pendekatan kualitatif deskriptif dalam penelitian ini, semua fakta baik
tulisan maupun lisan dari sumber data manusia yang telah diamati dan dokumen terkait
lainnya yang diuraikan apa adanya dikaji seringkas mungkin untuk menjawab
permasalahan
Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah. Dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2016:22).
Selanjutnya, penelitian deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
kondisi dilapangan secara detail dengan mendeskripsikan subyek secara menyeluruh
melalui pengamatan. Penelitian ini akan mendeskripsikan fakta-fakta yang terjadi selama
penelitian berlangsung. Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada
penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan memanipulasi variabel penelitian.
Menurut Moleong (dalam Suharsimi, 2014:22), sumber data penelitian kualitatif
adalah tampilan yang berupa kata-kata lisan atau tertulis yang dicermati oleh peneliti, dan
benda-benda yang diamati sampai detailnya agar dapat ditangkap makna yang tersirat
dalam dokumen atau bendanya. Dengan adanya berbagai sumber data tersebut, maka
metode yang digunakan juga harus bermacam-macam yaitu melalui angket, wawancara,
pengamatan, pencermatan dan lain-lain..
Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Kualitatif karena data yang
dikumpulkan merupakan hasil pengamatan, hasil tes tertulis dan hasil wawancara yang
diolah secara deskriptif dalam tulisan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah
41
matematis siswa dalam implementasi teori Polya dalam menyelesaikan soal materi
barisan dan deret di kelas XI SMA Negeri 1 Kisaran.

3.2 Tempat dan waktu penelitian


Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kisaran di Jl. Madong Lubis No.5,
Kisaran kota, Kec. Kisaran Timur, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara pada siswa kelas
XI tahun ajaran 2019/2020. Jadwal pelaksanaan penelitian ini akan dikoordinasikan
dengan jadwal dan kegiatan sekolah. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini
karena pentingnya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, dan belum adanya
penelitian sejenis ini disekolah tersebut, yaitu penelitian mengenai analisis kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa dalam implementasi teori Polya pada kelas XI,
khususnya pada materi barisan dan deret aritmatika

3.3 Subjek dan objek penelitian


3.3.1 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas XI SMA Negeri 1
Kisaran, Tahun Ajaran 2020/2021 yang berjumlah 40 orang mendapatkan
pembelajaran dengan teori Polya pada pokok bahasan barisan dan deret aritmatika.
Alasannya karena ditemukan masih rendahnya kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara dengan guru, dan
belum pernah diadakan penelitan yang serupa dikelas tersebut. Kemudian pemilihan
subjek penelitian ini juga dipilih atas saran dari guru matematika yang didasari oleh
pertimbangan bahwa siswa kelas XI telah memiliki pengalaman belajar yang cukup
sehingga diharapkan dapat menyelesaikan soal-soal tentang pemecahan masalah.
Kriteria pengambilan subjek pada penelitian ini adalah dengan menggunakan 4
kriteria yaitu berdasarkan indikator kemampuan siswa yang berpedoman pada kriteria
dan skala penilaian penetapan KKM. Pengelompokkan siswa terdiri atas empat
kategori jawaban, yaitu: tingkat A (Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan D (Kurang
Baik). Setelah hasil tes dikelompokkan menjadi empat kategori, selanjutnya peneliti
akan mengambil subjek dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Teknik purposive sampling adalah teknik pengembilan subjek dari sumber data
dengan pertimbangan tertentu (sugiyono, 2016: 85).

42
Pertimbangan tertentu yang dimaksud disini yaitu pengelompokkan yang
dilakukan oleh peneliti, subjek yang diambil yaitu sebanyak 2 orang untuk setiap
kategori yang kemudian akan dilakukan wawancara. Setelah pemilihan subjek, maka
dilakukan wawancara terhadap subjek tersebut untuk memperoleh data penelitian
secara jelas, terperinci dan akurat. Apabila data yang diperoleh belum lengkap, maka
dipilih lagi subjek lain dengan harapan bisa memberikan informasi yang lebih lengkap,
demikian seterusnya subjek akan terus dipilih sampai data yang dikumpulkan jenuh,
sehingga dapat ditarik kesimpulan dari analisis kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.

3.3.2 Objek penelitian


Objek penelitian yang akan diteliti yaitu kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kisaran yang diajar dengan penerapan teori
Polya. Objek penelitian diperoleh peneliti melalui tes digunakan untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah matematika melalui pendekatan Polya berdasarkan
lembar jawaban siswa, dan melalui wawancara yaitu transkip rekaman terhadap siswa dan
wawancara terhadap guru matematika.

3.4 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data. Tanpa
pengetahuan teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan. Agar dalam penelitian nantinya diperoleh
informasi dan data-data yang sesuai dengan topik yang diteliti, maka penelitian
menggunakan teknik antara lain:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati objek penelitian seperti lokasi sekolah,
tempat khusus suatu organisasi atau sekelompok orang dan aktivitas yang
dilakukan. Metode ini dilakukan dalam penelitian untuk memperoleh data-data
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran baik diruang kelas maupun diluar
kelas. Berkaitan dengan hal tersebut, data yang dapatkan adalah catatan hasil
observasi
b. Pedoman Wawancara
43
Wawancara adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog baik
secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara
pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.
a. Salah satu guru bidang studi matematika disekolah tersebut. Dengan tujuan
untuk mendapatkan informasi mengenai kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa.
b. Siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kisaran, dimana siswa yang akan
diwawancarai hanya beberapa siswa. Yaitu siswa yang dipilih berdasarkan
hasil tes dan pengelompokkan kemampuan pemecahan masalah.

Pedoman wawancara yang dihasilkan pada penelitian ini disusun


berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis. Ketercapaian
indikator mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, yang ditanyakan dan
kecukupan unsur yang diperlukan diperoleh melalui langkah-langkah.

Langkah-langkah pokok dalam pelaksanaan wawancara:


1. Meminta subjek mengingat kembali hal yang dipahami dalam soal saat
dalam pengerjaan soal waktu tes kemampuan pemecahan masalah
matematis
2. Meminta subjek menyebutkan apa yang diketahui dan yang ditanyakan
dalam soal
3. Meminta subjek menjelaskan konsep atau operasi matematika yang
diperlukan untuk menyelesaikan soal (membuat model matematika)
4. Meminta subjek menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam
menyelesaikan soal, dalam hal ini peneliti menanyakan subjek tentang
langkah-langkah yang ditempuh untuk menyelesaikan soal
5. Menanyakan subjek tentang alasan mengapa langkah-langkah yang
dituliskan dalam penyelesaian soal pada lembar jawaban diperoleh
demikian
6. Meminta subjek menerjemahkan hasil matematika yang didapat dalam
penyelesaian model matematika kedalam konteks permasalahan dalam
soal.

44
Wawancara dilakukan kepada subjek yang terpilih secara langsung antara
peneliti dengan para imforman secara dialogis, tanya jawab dan diskusi. Teknik
wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, sesuai dengan
bentuk wawancara ini maka peneliti tidak terikat secara ketat pada pedoman
wawancara. Pelaksanaannya dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja selama
berhubungan dengan fenomena dan fokus penelitian. Tipe wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara mendalam.
Secara umum wawancara terhadap subjek penelitian bertujuan:

1. Untuk menelusuri secara mendalam tentang kemampuan pemecahan


masalah matematis subjek ditinjau melalui implementasi teori Polya
2. Sebagai Triangulasi terhadap keabsahan data yang diperoleh dari hasil
tes kemampuan pemecahan masalah matematis
3. Untuk mendapatkan informasi awal yang dapat membantu siswa
dalam mengatasi kesulitan yang mereka hadapi bagi siswa yang
berada pada kategori memiliki kemampuan komunikasi matematis
rendah
c. Tes kemampuan pemecahan masalah
Metode pemberian tes ini menggunakan instrumen berupa soal esai/uraian.
Tes uraian adalah tes yang jawabannya diberikan dalam bentuk menuliskan
pendapat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. Data hasil kemampuan
pemecahan masalah diperoleh melalui pemberian test tertulis setelah pembelajaran
dengan penerapan teori polya berbasis masalah pada pokok materi barisan dan
deret di kelas XI SMA Negeri 1 Kisaran. Intsrument ini digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah siswa pada materi barisan dan deret.
Metode test adalah salah satu metode penelitian untuk mengetahui
kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau juga untuk menilai suatu
program. Metode test adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok
Dengan metode inilah akan didapatkan data atau hasil yang akan dianalisis
untuk mentehaui bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kisaran. Data yang diperoleh adalah data yang

45
berupa hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui
indikator pemecahan masalah teori Polya. Pada tabel berikut kisi-kisi tes
kemampuan pemecahan masalah:
Tabel 3.1 Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Aspek yang dinilai Indikator Nomor soal

1 Memahami masalah  Menuliskan yang diketahui 1,2,3,4,5


 Menuliskan yang ditanyakan
2 Menyusun Rencana  Menuliskan teori atau metode yang 1,2,3,4,5
Pemecahan dapat digunakan dalam masalah

3 Melaksanakan  Melaksanakan perhitungan, diukur 1,2,3,4,5


Rencana Pemecahan dengan melaksanakan rencana yang
Masalah sudah dibuat serta membuktikan
bahwa langkah yang dipilih sudah
benar

4 Memeriksa kembali  Memeriksa kembali 1,2,3,4,5

Untuk memudahkan dalam pemberian skor kemampuan pemecahan masalah


disajikan suatu alternatif pemberian skor dan digunakan dalam penelitian ini,
seperti pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.2 Penyekoran Kemampuan Pemecahan Masalah
Aspek Yang Skor
Indikator
Dinilai
1 Memahami Tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa 0
masalah yang ditanyakan
Menuliskan yang diketahui, ditanyakan dengan 1
benar tapi tidak lengkap
Menuliskan yang diketahui, ditanyakan dengan 2
benar dan lengkap
2 Menyusun Tidak merencanakan penyelesaian sama sekali 0

46
Rencana Strategi yang digunakan kurang dapat 1
Pelaksanaan dilaksanakan dan tidak dapat dilanjutkan
Strategi yang digunakan benar tapi mengarah 2
pada jawaban yang salah atau tidak mencoba
strategi yang lain
Menggunakan beberapa prosedur yang mengarah 3
pada jawaban yang benar
3 Penyelesaian Tidak ada jawaban sama sekali 0
Masalah Melaksanakan rencana dengan menuliskan 1
jawaban tetapi jawaban salah atau hanya
sebagaian kecil jawaban benar
Melaksanakan rencana dengan menuliskan 2
jawaban setengah atau sebagaian besar jawaban
benar
Melaksanakan rencana dengan menuliskan 3
jawaban dengan lengkap dan benar
4 Memeriksa Tidak ada menuliskan kesimpulan 0
kembali
Menafsirkan hasil yang diperoleh dengan 1
membuat kesimpulan tetapi kurang tepat
Menafsirakan hasil yang diperoleh dengan 2
membuat kesimpulan secara tepat

Adapun cara perhitungan nilai akhir adalah sebagai berikut:


𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛
𝑁= 𝑥100
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
Nilai kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dari perhitungan kemudian
dikualifikasikan dengan tabel berikut ini:

47
Tabel 3.3 Kriteria Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
Nilai Kriteria

85 ≤ skor ≤ 100 Sangat baik (A)

70 ≤ skor < 85 Baik (B)

55 ≤ skor < 70 Cukup (C)

< 55 Kurang (D)

d. Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data-data
yang berguna untuk menguiatkan bukti dari penelitian yang dilakukan. Dalam
penelitian ini peneliti menggunakan media elektronuk sebagai alat seperti
handphone, yang akan memudahkan peneliti untuk memberikan dokumentasi
yang dapat mendukung dan menguatkan data yang dikumpulkan oleh peneliti.

3.5 Teknik Analisis Data


3.5.1 Analisis Data

Setelah data yang dikumpulkan terkumpul dengan menggunakan teknik


pengumpulan data atau instrumen yang ditetapkan, maka kegiatan selanjutnya adalah
melakukan analisis data. Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatis untuk
mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah
matematika. Menurut Miles dan Hubereman dalam Sugiyono (2012), Aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction
, data display, dan conclusion drwaing/verification.

48
Langkah-langkah analisis ditunjukkan pada gambar berikut:

Periode Pengumpulan

Reduksi data
Antisipasi Selama Setelah

Display data ANALISIS


Selama Setelah

Kesimpulan/ verifikasi
Selama Setelah

Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data (Flow Model)

Berdasarkan gambar diatas, maka didapat:

1 Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting. Data yang telah direduksi akan memiliki gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
bila diperlukan. Reduksi data dalam penelitian ini adalah kegiatan menyeleksi,
memfokuskan, mengabstraksi dan memformulasikan semua data yang diperoleh dari
lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah:
a Memeriksa hasil tes dan mengadakan analisis untuk mendapatkan kategori dan
pengelompokan jawaban siswa ditinjau dari indikator kemampuan dan
kesalahan-kesalahan siswa
b Membuat transkip rekaman hasil wawancara setiap subjek penelitian dan
wawancara terhadap guru. Rekaman hasil wawancara subjek dipadukan dengan
catatan-catatan selama wawancara. Hasil wawancara dianalisis untuk
menentukan deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui
penerapan teori polya.
2 Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data, penyajiam
data adalah kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
49
penarikan kesimpulan. Melalui penyajian data, maka data akan terorganisasi,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga mudah dipahami. Dalam penelitian ini,
peneliti menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, yang berisi perpaduan data
analisis hasil tes dengan hasil wawancara dengan siswa (subjek penelitian) dan
wawancara dengan guru didalam tabel dari masing-masing aspek yang dinilai.
3 Penarikan kesimpulan dan verifikasi data
Langkah terakhir pada analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Pada
penelitian ini, penarikan kesimpulan akan dilakukan dengan membandingkan hasil
tes siswa dengan hasil wawancara, dengan demikian dapat diambil kesimpulan
bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas XI pada materi
barisan dan deret aritmatika di SMA Negeri 1 Kisaran.

3.5.2 Pengecekan Keabsahan Data


Setelah data dianalisis , langkah selanjutnya adalah menguji keabsahan data yang
telah didapat. Uji keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji
kreadibilitas. Uji kreadibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif
antara lain dapat dilakukan dengan (1) perpanjangan pengamatan, (2) peningkatan
ketekunan, (3) triangulasi, (4) diskusi dengan teman, (5) analisis kasus negatif, (6)
member check
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sebagai uji kreadibilitas
keabsahan data. Menurut Sugiyono, Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data
yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumnber data
yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kreadibilitas data yaitu
mengecek kreadibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan dari berbagai
sumber data. Tujuan dari triangulasi bukan mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih pada pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan.
Dalam penelitian ini, triangulasi akan dilakukan dengan membandingkan hasil
wawancara tes/kuis,. Dan angket dengan catatan peneliti selama melakukan pengumpulan
data dilapangan. Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap siswa dan guru yang
menjadi responden.

50
3.5.3 Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi lapangan
Peneliti melakukan observasi terhadap pihak sekolah, guru kelas mata
pelajaran matematika SMA Negeri 1 Kisaran, kegiatan pembelajaran
disekolah dan melaksanakan penelitian pendahuluan dengan memberi tes
kemampuan pemecahan masalah pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1
Kisaran
2. Menyusun Proposal Penelitian
Penyusunan proposal penelitian meliputi penyusunan rancangan
pelaksanaan penelitian dan instrumen penelitian yang dterlebih dahulu
berkonsultasi dengan dosen pembimbing skripsi
3. Validasi terhadap instrumen penelitian
4. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan pembelajaran berbasis
masalah model Polya
5. Pemberian tes kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dan
wawancara sekaligus triangulasi
Seluruh subjek penelitian akan dikelompokkan berdasarkan hasil tes
kemampuan pemecahan masalah matematis yang dilakukan peneliti. Kriteria
pengambilan subjek adalah dengan menggunakan 4 kriteria yaitu :tingkat A
(Sangat Baik), B (Baik), C (Cukup), dan D (Kurang Baik). Setelah hasil tes
dikelompokkan menjadi empat kategori, selanjutnya peneliti akan mengambil
subjek dengan menggunakan teknik purposive sampling. Kemudian
berdasarkan pola jawaban yang dominan akan dipilih siswa sebagai subjek
yang dikenai wawancara.
Wawancara dilakukan terhadap subjek yang terpilih dengan pertimbangan
subjek tersebut dapat memberikan informasi sesuai dengan tujuan penelitian.
Wawancara juga dilakukan terhadap guru yang mengajar dalam tahap
pelaksanaan penelitian. Subjek wawancara yang dipilih berdasarkan peninjauan
dari setiap masing-masing klarifikasi jawaban, kemudian dilakukan wawancara
terhadap siswa tersebut dengan pertimbangan siswa tersebut dianggap orang
yang memberikan data dengan jelas, benarm dan terpercaya. Apabila data
yang diperoleh belum lengkap maka dipilih lagi subjek lain yang dikenai
51
wawancara dengan harapan memberi keterangan yang lebih lengkap. Setelah
itu, dilakukan triangulasi data dengan memanfaatkan data, diluar data itu untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.
6. Analisis data dan temuan hasil penelitian
7. Penulisan laporan

52
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2009). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka


Cipta

Amam, Asep. (2017). Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa


SMP. Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA). 6(1):3943. Ditinjau dari
jurnal.unigal.ac.id

Arikunto, Suharsimi. (2014). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta

Dwi, Meylia, dkk. (2018).Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual Siswa SMA


pada Materi Barisan dan Deret. Jurnal Pendidikan. 3/(5).Hal 671-678. Ditinjau dari
http://journal.um.ac.id/index.php/jptpp/

Depdiknas, (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006


Tentang Standart Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Dirjen
Dikdasmen

Dewi.,dkk.(2019). Analisis Kesalahan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas


XI SMA Negeri 1 Tabanan. Jurnal Pendidikan Matematika Undiksha. X/(2)

Fathani, A. (2016). Pengembangan Literasi Matematika Sekolah dalam Perspektif


Multiple Intelligences. Edu Sains: Jurnal Pendidikan Sains & Matematika. 4/(2).
Ditinjau dari https://doi.org/10.23971/EDS.V412.524

Hamalik, Oemar. (2016). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hartono, Jusuf. (2013). Strategi Pemecahan Masalah Matematika.Palembang: Graha


Ilmu,

Hasratuddin. (2018). Mengapa Harus Belajar Matematika. Medan: Perdana


Publishing

Ibnu,trianto. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan


Kontekstual. Jakarta: Prenamedia Group

53
Jurnal Ilmiah Dikdaya, (2016), Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Kota Jambi, Universitas
Batanghari

Pasini, Jackson. (2016), Pemecahan Masalah Matematika Cara Siswa Memperoleh


Jalan Untuk Berpikir Kreatif dan Sikap Positif. Bandung: ALFABETA

Pirmanto,Yana, dkk. (2020). Analisis Kesulitan siswa SMA dalam Menyelesaikan


Soal Pemecahan Masalah pada Materi Barisan dan Deret dengan
Langkah-langkah Menurut Polya. Jurnal Pembelajaran Matematika
Inovatif. 3/(4). Hal 371-382.

Ditinjau dari https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/jpmi

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatis, Kualitatis dan


R & D. Bandung: Alfabeta

Sumargiyani, dkk. (2018). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada


Materi Barisan dan Deret Siswa kelas IX IPA MA Ali Maksum. Jurnal
Prosiding Seminar Nasional Etnomatematika. Hal 891-899. Ditinjau dari:
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/etnomatnesia/article/view/2433

Yahdil,Arjuna.(2020). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa


dalam Menyelesaikan Soal Materi Barisan dan Deret di Kelas XI MAN Labuhan
Batu Tahun Ajaran 2019/2020. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika
Universiras Islam Negeri Sumatera Utara,Medan.

54
Lampiran 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama sekolah : SMA Negeri 1 Kisaran


Mata pelajarn : Matematika / wajib
Kelas/ Program : XI/MIPA
Semester : Genap
Materi Pokok : Barisan dan Deret Aritmatika
Total alokasi waktu : 10 x 45 menit
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit

A. Kompetensi Inti (KI):


1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan
proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan, faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi (seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural dan
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya disekolah secara
mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif serta mampu menggunakan
metode sesuai kaidah keilmuan.

61
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi:
Kompetensi Dasar Indikator pencapaian kompetensi
3.6. Menggenaralisasi pola 3.6.1. Siswa mampu memahami dan
bilangan dan jumlah pada menentukan pola bilangan dan
barisan Aritmatika dan barisan bilangan
Geometri 3.6.2. Siswa mengenal unsur-unsur barisan
bilangan seperti suku pertama, suku
berikutnya, beda dan rasio
3.6.3. Siswa mampu menjelaskan konsep
barisan dan deret aritmatika
3.6.4. Siswa mampu menjelaskan konsep
barisan dan deret geometri
3.6.5. Siswa mampu menentukan suku
ke-n dan jumlah n suku suatu deret
aritmatika dan geometri
4.6. Menggunakan pola barisan 4.6.1. siswa mampu menggunakan
aritmatika atau geometri untuk prosedur dan menyelesaikan
menyajikan dan masalah kontekstual berkaitan
menyelesaikan masalah dengan (pertumbuhan, peluruhan,
kontekstual (termasuk bunga majemuk dan anuitas) dengan
pertumnbuhan, peluruhan, pola barisan aritmatika dan
bunga majemuk, dan anuitas) geometrri
4.6.2. Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan barisan dan deret
aritmatika dan geometri
4.6.3. Menyajikan penyelesaian masalah
yang berkaitan dengan barisan dan
deret aritmatika dan geometri

62
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui penerapan teori polya dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah), Peserta didik
diharapkan dapat :
1. Menggenaralisasi pola bilangan dan jumlah pada barisan Aritmatika
dan Geometri
2. Menggunakan pola barisan aritmatika atau geometri untuk menyajikan
dan menyelesaikan masalah kontekstual (termasuk pertumnbuhan,
peluruhan, bunga majemuk, dan anuitas)

D. Materi Ajar
1. Pola bilangan
2. Barisan dan deret aritmatika
3. Barisan dan deret geometri

E. Metode Pembelajaran
Model Pembelajaran : Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis
Masalah) model Polya
Pendekatan : Scientific

F. Media Pembelajaran
1. Lembar kerja siswa (LKS)
2. Lembar penilaian
3. Laptop dan infocus

G. Sumber Belajar
1. Buku Matematika SMA/MA/SMK/MAK kelas X Semester 1 (Edisi Revisi
2014), Jakarta: Kementerian Pendidikan dan kebudayaan
2. Buku Penunjang kurikulum 2013, mata pelajaran Matematika kelas XI
kemendikbud, tahun 2017 halaman 180 s.d 215

63
H. Langkah-langkah Pembelajaran:
(Pertemuan 1)

Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
waktu
10 Menit
Pendahuluan
Menyampaikan salam dan Memberi salam dan memulai
memulai kegitan kegitan pembelajaran dengan
pembelajaran dengan berdoa berdoa
Mengecek kesiapan siswa dan Mengeluarkan peralatan belajar
mengarahkan siswa untuk yang diperlukan
mengeluarkan peralatan
belajar yang diperlukan
Memotivasi siswa dengan Mendengarkan dan menanggapi
menyampaikan kegunaan dari penjelasan guru tentang
pemahaman siswa terhadap permasalahan sehari-hari yang
permasalahan sehari-hari berkaitan dengan barisan dan deret
yang berkaitan dengan pola bilangan
bilangan
Mengingatkan materi Mengingat kembali materi
sebelumnya himpunan bilangan, bilangan
kuadrat dan akar pangkat dua
Menyampaikan tujuan Mendengarkan penjelasan guru
pembelajaran dan hasil terkait tujuan pembelajaran materi
belajar yang diharapkan akan yang akan dipelajari
dicapai
Kegiatan Inti 70 Menit

Fase Menayangkan materi Memperhatikan tayangan materi


Memahami masalah sehari-hari yang dengan seksama dan memberikan
Masalah berkaitan dengan pola barisan tanggapan masalah sehari-hari
(Understanding) bilangan menggunakan yang berkaitan dengan barisan
power point bilangan
Memberi umpan Membaca masalah dengan
permasalahan menyatakan seksama sehingga memahami
masalah sehari-hari yang kondisi masalah yang ada pada
berkaitan dengan pola barisan LKS (01)
bilangan berupa LKS (1A)

64
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
waktu
Membimbing siswa untuk Merumuskan apa yang diketahui,
menuliskan apa yang apa yang ditanya dan menyatakan
diketahui dan ditanya. atau menuliskan masalah dalam
Disediakan 2 masalah yang bentuk yang lebih mudah
berkaitan dengan pola dipahami
bilangan
Memberi motivasi kepada Ada ketertarikan dalam
siswa menghadapi tantangan dan
kemauan untuk menyelesaikan
masalah
Fase Memberi kesempatan kepada Memberi kesempatan kepada
Merencanakan kelompok untuk membaca kelompok untuk membaca buku
Pemecahan buku siswa atau sumber lain siswa atau sumber lain guna
Masalah guna memperoleh informasi memperoleh informasi yang
(Planning) yang berkaitan dengan berkaitan dengan masalah yang
masalah yang diberikan diberikan
Melakukan tanya jawab dan Mencermati masalah yang terkait
membimbing kelompok yang dengan barisan bilangan kemudian
menemukan kesuilitan siswa diminta untuk menentukan
langkah-langkah penyelesaian dari
permasalahan tersebut
Fase Mengingatkan siswa untuk Memeriksa tiap langkah dalam
Melaksanakan memeriksa tiap langkah- rencana dan menuliskannya secraa
Rencana langkah sebelumnya, apakah detail untuk memastikan bahwa
(Solving) sudah benar atau belum tiap langkah sudah benar
Memantau sisswa dan Siswa melaksanakan langkah-
membimbing seperlunya langkah penyelesaian pola
kepada siswa yang bilangan dengan teliti,
mengalami kesulitan bersungguh-sungguh, dan kreatif
menurut cara mereka masing-
masing berdiskusi dengan
temannya dalam menyelesaikan
lembar kerja

65
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
waktu
Fase Mengkritisi hasil serta Melihat atau mengkoreksi kembali
Memeriksa melihat kelemahan dari cara-cara pemecahan masalah
Kembali penyelesaian yang didapat yang telah dilakukan apakah sudah
(Checking) oleh siswa (misalnya langkah benar, sudah lengkap atau sudah
penyelesaian yang tidak tepat
benar)
Membimbing siswa Dengan bimbingan guru 10 Menit
menganalisis proses hasil memperbaiki langkah-langkah
pemecahan masalah Pola penyelesaian masalah yang belum
bilangan dengan cara tepat .
membahas bersama-sama dan
mengevaluasi secara
keseluruhan keberhasilan
pemecahan masalah
Penutup Memberikan kuis sebagai Menyelesaikan kuis yang
umpan balik diberikan guru
Membimbing siswa membuat Membuat rangkuman
rangkuman
Memberikan PR dibuku Mencatat perintah guru
siswa
Memberikan informasi Mendengarkan arahan guru
kegiatan pada pertemuan
selanjutnya

(Pertemuan 2): 2 x 45 menit


Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
10 Menit
Pendahuluan
Menyampaikan salam dan Memberi salam dan memulai
memulai kegitan pembelajaran kegitan pembelajaran dengan
dengan berdoa berdoa
Mengecek kesiapan siswa dan Mengeluarkan peralatan belajar
mengarahkan siswa untuk yang diperlukan
mengeluarkan peralatan belajar
yang diperlukan

66
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Memotivasi siswa dengan Mendengarkan dan menanggapi
menyampaikan kegunaan dari penjelasan guru tentang
pemahaman siswa terhadap permasalahan sehari-hari yang
permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan barisan
berkaitan dengan barisan aritmatika dan menentukan suku
aritmatika dan menentukan ke-n dari barisan aritmatika
suku ke-n dari barisan aritmatika
Mengingatkan materi Mengingat kembali materi
sebelumnya sebelumnya yatu mengenai Pola
bilangan
Menyampaikan tujuan Mendengarkan penjelasan guru
pembelajaran dan hasil belajar terkait tujuan pembelajaran materi
yang diharapkan akan dicapai yang akan dipelajari
Kegiatan Inti 70 Menit

Fase Menayangkan materi masalah Memperhatikan tayangan materi


Memahami sehari-hari yang berkaitan dengan seksama dan memberikan
Masalah dengan barisan aritmatika dan tanggapan masalah sehari-hari
(Understanding) menentukan suku ke-n dari yang berkaitan dengan barisan
barisan aritmatika menggunakan aritmatika dan menentukan suku
power point ke-n dari barisan aritmatika
Memberi umpan permasalahan Membaca masalah dengan
menyatakan masalah sehari-hari seksama sehingga memahami
yang berkaitan dengan barisan kondisi masalah yang ada pada
aritmatika dan menentukan suku LKS (2A)
ke-n dari barisan aritmatika
berupa LKS (2A)
Membimbing siswa untuk Merumuskan apa yang diketahui,
menuliskan apa yang diketahui apa yang ditanya dan menyatakan
dan ditanya. Disediakan 3 atau menuliskan masalah dalam
masalah yang berkaitan dengan bentuk yang lebih mudah
barisan aritmatika dan dipahami
menentukan suku ke-n dari
barisan aritmatika

67
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Memberi motivasi kepada siswa Ada ketertarikan dalam
menghadapi tantangan dan
kemauan untuk menyelesaikan
masalah

Fase Memberi kesempatan kepada Memberi kesempatan kepada


Merencanakan kelompok untuk membaca buku kelompok untuk membaca buku
Pemecahan siswa atau sumber lain guna siswa atau sumber lain guna
Masalah memperoleh informasi yang memperoleh informasi yang
(Planning) berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan masalah yang
diberikan diberikan
Melakukan tanya jawab dan Mencermati masalah yang terkait
membimbing kelompok yang dengan barisan bilangan kemudian
menemukan kesuilitan siswa diminta untuk menentukan
langkah-langkah penyelesaian dari
permasalahan tersebut
Fase Mengingatkan siswa untuk Memeriksa tiap langkah dalam
Melaksanakan memeriksa tiap langkah-langkah rencana dan menuliskannya secraa
Rencana sebelumnya, apakah sudah detail untuk memastikan bahwa
(Solving) benar atau belum tiap langkah sudah benar
Memantau sisswa dan Siswa melaksanakan langkah-
membimbing seperlunya kepada langkah penyelesaian pola
siswa yang mengalami kesulitan bilangan dengan teliti,
bersungguh-sunggu, dan kreatif
menurut cara mereka masing-
masing berdiskusi dengan
temannya dalam menyelesaikan 10 Menit
lembar kerja
Fase Mengkritisi hasil serta melihat Melihat atau mengkoreksi kembali
Memeriksa kelemahan dari penyelesaian cara-cara pemecahan masalah
Kembali yang didapat oleh siswa yang telah dilakukan apakah sudah
(Checking) (misalnya langkah penyelesaian benar, sudah lengkap atau sudah
yang tidak benar) tepat

68
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Membimbing siswa Dengan bimbingan guru
menganalisis proses hasil memperbaiki langkah-langkah
pemecahan masalah barisan penyelesaian masalah yang belum
aritmatika dan menentukan suku tepat .
ke-n dari barisan aritmatika
dengan cara membahas
bersama-sama dan
mengevaluasi secara
keseluruhan keberhasilan
pemecahan masalah Polya
Penutup Memberikan kuis sebagai Menyelesaikan kuis yang
umpan balik diberikan guru
Membimbing siswa membuat Membuat rangkuman
rangkuman
Memberikan PR dibuku siswa Mencatat perintah guru

Memberikan informasi kegiatan Mendengarkan arahan guru


pada pertemuan selanjutnya

(Pertemuan 3): 2 x 45 menit


Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
10 Menit
Pendahuluan
Menyampaikan salam dan Memberi salam dan memulai
memulai kegitan pembelajaran kegitan pembelajaran dengan
dengan berdoa berdoa
Mengecek kesiapan siswa dan Mengeluarkan peralatan belajar
mengarahkan siswa untuk yang diperlukan
mengeluarkan peralatan belajar
yang diperlukan

69
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Memotivasi siswa dengan Mendengarkan dan menanggapi
menyampaikan kegunaan dari penjelasan guru tentang
pemahaman siswa terhadap permasalahan sehari-hari yang
permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan deret aritmatika
berkaitan dengan deret dan penerapan barisan aritmatika
aritmatika dan penerapan barisan
aritmatika
Mengingatkan materiMengingat kembali materi
sebelumnya sebelumnya yatu mengenai deret
aritmatika dan penerapan barisan
aritmatika
Menyampaikan tujuan Mendengarkan penjelasan guru
pembelajaran dan hasil belajar terkait tujuan pembelajaran materi
yang diharapkan akan dicapai yang akan dipelajari
Kegiatan Inti 70 Menit

Fase Menayangkan materi masalah Memperhatikan tayangan materi


Memahami sehari-hari yang berkaitan dengan seksama dan memberikan
Masalah dengan deret aritmatika tanggapan masalah sehari-hari
(Understanding) menggunakan power point yang berkaitan dengan deret
aritmatika
Memberi umpan permasalahan Membaca masalah dengan
menyatakan masalah sehari-hari seksama sehingga memahami
yang berkaitan dengan deret kondisi masalah yang ada pada
aritmatika dan penerapannya LKS (3A)
berupa LKS (3A)

Membimbing siswa untuk Merumuskan apa yang diketahui,


menuliskan apa yang diketahui apa yang ditanya dan menyatakan
dan ditanya. Disediakan 3 atau menuliskan masalah dalam
masalah yang berkaitan dengan bentuk yang lebih mudah
deret aritmatika dan dipahami
penerapannya berupa LKS (3A)

Memberi motivasi kepada siswa Ada ketertarikan dalam


menghadapi tantangan dan
kemauan untuk menyelesaikan
masalah

70
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Fase Memberi kesempatan kepada Memberi kesempatan kepada
Merencanakan kelompok untuk membaca buku kelompok untuk membaca buku
Pemecahan siswa atau sumber lain guna siswa atau sumber lain guna
Masalah memperoleh informasi yang memperoleh informasi yang
(Planning) berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan masalah yang
diberikan diberikan

Melakukan tanya jawab dan Mencermati masalah yang terkait


membimbing kelompok yang dengan barisan bilangan kemudian
menemukan kesuilitan siswa diminta untuk menentukan
langkah-langkah penyelesaian dari
permasalahan tersebut

Fase Mengingatkan siswa untuk Memeriksa tiap langkah dalam


Melaksanakan memeriksa tiap langkah-langkah rencana dan menuliskannya secraa
Rencana sebelumnya, apakah sudah detail untuk memastikan bahwa
(Solving) benar atau belum tiap langkah sudah benar
Memantau siswa dan Siswa melaksanakan langkah-
membimbing seperlunya kepada langkah penyelesaian pola
siswa yang mengalami kesulitan bilangan dengan teliti,
bersungguh-sunggu, dan kreatif
menurut cara mereka masing- 10 Menit
masing berdiskusi dengan
temannya dalam menyelesaikan
lembar kerja
Fase Mengkritisi hasil serta melihat Melihat atau mengkoreksi kembali
Memeriksa kelemahan dari penyelesaian cara-cara pemecahan masalah
Kembali yang didapat oleh siswa yang telah dilakukan apakah sudah
(Checking) (misalnya langkah penyelesaian benar, sudah lengkap atau sudah
yang tidak benar) tepat

71
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Membimbing siswa Dengan bimbingan guru
menganalisis proses hasil memperbaiki langkah-langkah
pemecahan masalah deret penyelesaian masalah yang belum
aritmatika dan penerapannya tepat .
dengan cara membahas
bersama-sama dan
mengevaluasi secara
keseluruhan keberhasilan
pemecahan masalah Polya
Penutup Memberikan kuis sebagai Menyelesaikan kuis yang
umpan balik diberikan guru
Membimbing siswa membuat Membuat rangkuman
rangkuman
Memberikan PR dibuku siswa Mencatat perintah guru

Memberikan informasi kegiatan Mendengarkan arahan guru


pada pertemuan selanjutnya

(Pertemuan 4): 2 x 45 menit


Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
10 Menit
Pendahuluan
Menyampaikan salam dan Memberi salam dan memulai
memulai kegitan pembelajaran kegitan pembelajaran dengan
dengan berdoa berdoa

Mengecek kesiapan siswa dan Mengeluarkan peralatan belajar


mengarahkan siswa untuk yang diperlukan
mengeluarkan peralatan belajar
yang diperlukan

72
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Memotivasi siswa dengan Mendengarkan dan menanggapi
menyampaikan kegunaan dari penjelasan guru tentang
pemahaman siswa terhadap permasalahan sehari-hari yang
permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan barisan geometri
berkaitan dengan barisan
geometri

Mengingatkan materi Mengingat kembali materi


sebelumnya sebelumnya yatu mengenai barisan
geometri
Menyampaikan tujuan Mendengarkan penjelasan guru
pembelajaran dan hasil belajar terkait tujuan pembelajaran materi
yang diharapkan akan dicapai yang akan dipelajari
Kegiatan Inti 70 Menit

Fase Menayangkan materi masalah Memperhatikan tayangan materi


Memahami sehari-hari yang berkaitan dengan seksama dan memberikan
Masalah dengan barisan geometri tanggapan masalah sehari-hari
(Understanding) menggunakan power point yang berkaitan dengan barisan
geometri
Memberi umpan permasalahan Membaca masalah dengan
menyatakan masalah sehari-hari seksama sehingga memahami
yang berkaitan dengan barisan kondisi masalah yang ada pada
geometri dan penerapannya LKS (4A)
berupa LKS (4A)

Membimbing siswa untuk Merumuskan apa yang diketahui,


menuliskan apa yang diketahui apa yang ditanya dan menyatakan
dan ditanya. Disediakan 3 atau menuliskan masalah dalam
masalah yang berkaitan dengan bentuk yang lebih mudah
barisan geometri dipahami

Memberi motivasi kepada siswa Ada ketertarikan dalam


menghadapi tantangan dan
kemauan untuk menyelesaikan
masalah

73
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Fase Memberi kesempatan kepada Memberi kesempatan kepada
Merencanakan kelompok untuk membaca buku kelompok untuk membaca buku
Pemecahan siswa atau sumber lain guna siswa atau sumber lain guna
Masalah memperoleh informasi yang memperoleh informasi yang
(Planning) berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan masalah yang
diberikan diberikan
Melakukan tanya jawab dan Mencermati masalah yang terkait
membimbing kelompok yang dengan barisan geometri
menemukan kesuilitan kemudian siswa diminta untuk
menentukan langkah-langkah
penyelesaian dari permasalahan
tersebut

Fase Mengingatkan siswa untuk Memeriksa tiap langkah dalam


Melaksanakan memeriksa tiap langkah-langkah rencana dan menuliskannya secraa
Rencana sebelumnya, apakah sudah detail untuk memastikan bahwa
(Solving) benar atau belum tiap langkah sudah benar

Memantau sisswa dan Siswa melaksanakan langkah-


membimbing seperlunya kepada langkah penyelesaian pola
siswa yang mengalami kesulitan bilangan dengan teliti,
bersungguh-sunggu, dan kreatif
menurut cara mereka masing-
masing berdiskusi dengan
temannya dalam menyelesaikan
lembar kerja
Fase Mengkritisi hasil serta melihat Melihat atau mengkoreksi kembali
Memeriksa kelemahan dari penyelesaian cara-cara pemecahan masalah
Kembali yang didapat oleh siswa yang telah dilakukan apakah sudah
(Checking) (misalnya langkah penyelesaian benar, sudah lengkap atau sudah
yang tidak benar) tepat

74
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Membimbing siswa Dengan bimbingan guru
menganalisis proses hasil memperbaiki langkah-langkah
pemecahan masalah barisan penyelesaian masalah yang belum
geometri dengan cara membahas tepat .
bersama-sama dan
mengevaluasi secara
keseluruhan keberhasilan
pemecahan masalah Polya
Penutup Memberikan kuis sebagai Menyelesaikan kuis yang
10 Menit
umpan balik diberikan guru
Membimbing siswa membuat Membuat rangkuman
rangkuman
Memberikan PR dibuku siswa Mencatat perintah guru

Memberikan informasi kegiatan Mendengarkan arahan guru


pada pertemuan selanjutnya

(Pertemuan 5): 2 x 45 menit

Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu

10 Menit
Pendahuluan
Menyampaikan salam dan Memberi salam dan memulai
memulai kegitan pembelajaran kegitan pembelajaran dengan
dengan berdoa berdoa

Mengecek kesiapan siswa dan Mengeluarkan peralatan belajar


mengarahkan siswa untuk yang diperlukan
mengeluarkan peralatan belajar
yang diperlukan

75
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Memotivasi siswa dengan Mendengarkan dan menanggapi
menyampaikan kegunaan dari penjelasan guru tentang
pemahaman siswa terhadap permasalahan sehari-hari yang
permasalahan sehari-hari yang berkaitan dengan deret geometri
berkaitan dengan deret geometri dan penerapannya
dan penerapannya

Mengingatkan materi Mengingat kembali materi


sebelumnya sebelumnya yatu mengenai deret
geometri dan penerapannya
Menyampaikan tujuan Mendengarkan penjelasan guru
pembelajaran dan hasil belajar terkait tujuan pembelajaran materi
yang diharapkan akan dicapai yang akan dipelajari
Kegiatan Inti 70 Menit

Fase Menayangkan materi masalah Memperhatikan tayangan materi


Memahami sehari-hari yang berkaitan dengan seksama dan memberikan
Masalah dengan deret geometri dan tanggapan masalah sehari-hari
(Understanding) penerapannya menggunakan yang berkaitan dengan deret
power point geometri dan penerapannya
Memberi umpan permasalahan Membaca masalah dengan
menyatakan masalah sehari-hari seksama sehingga memahami
yang berkaitan dengan deret kondisi masalah yang ada pada
geometri dan penerapannya LKS (5A)
berupa LKS (5A)
Membimbing siswa untuk Merumuskan apa yang diketahui,
menuliskan apa yang diketahui apa yang ditanya dan menyatakan
dan ditanya. Disediakan 3 atau menuliskan masalah dalam
masalah yang berkaitan dengan bentuk yang lebih mudah
deret geometri dan dipahami
penerapannya
Memberi motivasi kepada siswa Ada ketertarikan dalam
menghadapi tantangan dan
kemauan untuk menyelesaikan
masalah

76
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Memberi kesempatan kepada Memberi kesempatan kepada
Fase kelompok untuk membaca buku kelompok untuk membaca buku
Merencanakan siswa atau sumber lain guna siswa atau sumber lain guna
Pemecahan memperoleh informasi yang memperoleh informasi yang
Masalah berkaitan dengan masalah yang berkaitan dengan masalah yang
(Planning) diberikan diberikan

Melakukan tanya jawab dan Mencermati masalah yang terkait


membimbing kelompok yang dengan barisan dan deret geometri
menemukan kesuilitan kemudian siswa diminta untuk
menentukan langkah-langkah
penyelesaian dari permasalahan
tersebut
Fase Mengingatkan siswa untuk Memeriksa tiap langkah dalam
Melaksanakan memeriksa tiap langkah-langkah rencana dan menuliskannya secraa
Rencana sebelumnya, apakah sudah detail untuk memastikan bahwa
(Solving) benar atau belum tiap langkah sudah benar

Memantau sisswa dan Siswa melaksanakan langkah-


membimbing seperlunya kepada langkah penyelesaian pola
siswa yang mengalami kesulitan bilangan dengan teliti,
bersungguh-sunggu, dan kreatif
menurut cara mereka masing-
masing berdiskusi dengan
temannya dalam menyelesaikan
lembar kerja

Fase Mengkritisi hasil serta melihat Melihat atau mengkoreksi kembali


Memeriksa kelemahan dari penyelesaian cara-cara pemecahan masalah
Kembali yang didapat oleh siswa yang telah dilakukan apakah sudah
(Checking) (misalnya langkah penyelesaian benar, sudah lengkap atau sudah
yang tidak benar) tepat

77
Alokasi
Model Polya Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Waktu
Membimbing siswa Dengan bimbingan guru
menganalisis proses hasil memperbaiki langkah-langkah
pemecahan masalah deret penyelesaian masalah yang belum
geometri dan penerapannya tepat .
dengan cara membahas
bersama-sama dan
mengevaluasi secara
keseluruhan keberhasilan
pemecahan masalah Polya
Penutup Memberikan kuis sebagai Menyelesaikan kuis yang 10 Menit
umpan balik diberikan guru
Membimbing siswa membuat Membuat rangkuman
rangkuman
Memberikan PR dibuku siswa Mencatat perintah guru

Memberikan informasi kegiatan Mendengarkan arahan guru


pada pertemuan selanjutnya

A. Penilaian
Tehnik : Tes Tertulis dan Pengamatan
Bentuk instrumen : Uraian
Pedoman Penskoran : Terlampir

Mengetahui, Medan, 14 Maret 2021

Guru Mahasiswa

Nurlina, S,Pd Esra Ayu Lamria Simatupang

78
Lampiran 2

Kode: 1A

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mata Pelajaran : Matematika 1. Melatih sikap sosial berani bertanya,
Kelas/semester : XI/Genap berpendapat, mau mendengar orang lain,
Nama kelompok : ................... bekerja sama dalam diskusi dikelompok
Nama Anggota Kel. : dalam kehidupan sehari-hari
1. ......... 2. Menunjukkan rasa ingin tahu selama
2. ......... mengikuti proses pembelajaran
3. ......... 3. Menjelaskan dengan kata-kata dan
menyatakan masalah dalam sehari-hari
yang berkaitan dengan pola bilangan
4. Dapat memecahkan masalah dengan pola
bilangan

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN:
1. Isilah nama dan anggota kelompoknya pada tempat yang disediakan
2. Bacalah dan pahami pernyataan-pernyataan dari masalah yang disajikan dalam LAS
berikut, kemudian pikirkan kemungkinan jawabannya
3. Silahkan melakukan diskusi kelompok terhadap maslaah yang disajikan
4. Jika terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan, tanyakan kepada guru
5. Setelah diskusi kelompok selesai, maka salah seorang anggota kelompok dipilih untuk
mempresentasikan diri memberi jawaban atau tanggapan dari kelompok lain

74
MASALAH 1:

Reza akan mengikuti turnamen pencak silat pada bulan januari 2021 mendatang. Oleh
sebab itu, ia berlatih untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin. Cara yang dipilih Reza
untuk memantapkan persiapannya adalah dengan mengikuti les privat bersama pelatihnya
setiap hari rabu sore pukul 15.30-17.30 WIB selama bulan desember.

Dapatkah kamu membuat barisan bilangan yang terbentuk dari jadwal les privat
Reza? Tuliskan bentuk tanggal latihannya !

Pembahasan:

1. Coba tulis apa yang diketahui dari permasalahan diatas.


.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
2. Buatlah perkiraan jawabannmu dari permasalahan di atas.
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
3. Amatilah tanggal yang terbentuk dari jadwal les privat Reza. Jelaskan bagaimana
keteraturannya! Apa yang dapat kamu simpulkan mengenai pola bilangan?

.........................................................................................................................................
........................................................................................................................................

75
MASALAH 2:
Amati gambar berikut dan gambarlah bangun berikutnya yang mungkin

2 6 12 20 ............... ..............
a. Hitunglah banyaknya lingkaran pada masing-masing gambar yang telah
kalian gambar. Tuliskan dalam barisan bilangan berikut:
Jawab: 2,6,12,20, .... , .....
b. Coba perhatikan pola bilangan yang telah kalian peroleh:
Pola ke-1 ada sebanyak 2 lingkaran, maka:
2=1x2
Pola ke-2 ada sebanyak 6 lingkaran, maka:
6=2x3
Pola ke-3 ada sebanyak 12 lingkaran, maka:
12 = ... x ...
Pola ke-4 ada sebanyak 20 lingkaran, maka:
20 = ... x ...
Pola ke-5 ada sebanyak .... lingkaran, maka:
.... = ... x ...
Pola ke-6 ada sebanyak .... lingkaran, maka:
.... = ... x ...
Dengan memperhatikan urutan suku-sukunya, maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan tertentu yaitu pola bilangan persegi
panjang, sehingga diperoleh rumus suku ke-n adalah

𝑈𝑛 = ............

76
Kode: 2A

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mata Pelajaran: Matematika 1. Melatih sikap sosial berani bertanya,
Kelas/semester: XI/Genap berpendapat, mau mendengar orang lain,
Nama kelompok: ................... bekerja sama dalam diskusi dikelompok
Nama Anggota Kel. : dalam kehidupan sehari-hari
1. ......... 2. Menunjukkan rasa ingin tahu selama
2. ......... mengikuti proses pembelajaran
3. ......... 3. Menjelaskan dengan kata-kata dan
menyatakan masalah dalam sehari-hari
yang berkaitan dengan barisan Aritmatika
4. Dapat memecahkan masalah kontekstual
dengan barisan aritmatika

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN:
1. Isilah nama dan anggota kelompoknya pada tempat yang disediakan
2. Bacalah dan pahami pernyataan-pernyataan dari masalah yang disajikan dalam LAS
berikut, kemudian pikirkan kemungkinan jawabannya
3. Silahkan melakukan diskusi kelompok terhadap maslaah yang disajikan
4. Jika terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan, tanyakan kepada guru
5. Setelah diskusi kelompok selesai, maka salah seorang anggota kelompok dipilih untuk
mempresentasikan diri memberi jawaban atau tanggapan dari kelompok lain

77
MASALAH 1:

Pak damar menggeluti usaha tas rotan kualitas


ekspor selama 11 tahun. Dan respons pasar
terhadap produk buatanya sangat tinggi. Pada
awal usahanya, tas rotan yang diproduksi
sebanyak 50 tas pada bulan pertama, 55 tas
pada bulan ke dua, 60 tas pada bulan ketiga,
dan seterusnya. Prediksilah banyaknya tas
yang diperoleh pada bulan ke-8! Dan analisis
apakah banyaknya tas yang diproduksi setiap bulan mempunyai keteraturan?

Diketahui:

...................................................................................................................

....................................................................................................................

....................................................................................................................

Ditanya:

...................................................................................................................

Penyelesaian:

a Tabel dibawah ini menunjukkan banyaknya tas yang diproduksi setiap bulan
Bulan ke Banyaknya tas

1 50

2 ...

3 ...

4 ...

... ...

... ...

... ...

... ...

b Berdasarkan langkah di atas, produksi tas tiap bulan mempunyai keteraturan,


yaitu

78
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

Barisan bilangan yang suku berikutnya didapat dari penambahan suku sebelumnya
dengan bilangan tetap (tertentu) dinamakan barisan apakah?
.......................................................................................................................

MASALAH 2:

= Susunan 1

= Susunan 2

= Susunan 3

= Susunan 4

Anisa dan Yuli sedang bermain batang korek api, menyusun batang korek api
tersebut dengan pola seperti pada gambar di atas. Bantulah Anisa dan Yuli
untuk menghitung banyak batang korek api untuk menyusun susunan ke-20
dari batang korek api tersebut!

Penyelesaian:

Untuk membantu Anisa dan Yuli , maka kita harus menemukan rumus
barisan tersebut. Langkahnya yaitu:

Langkah 1: Buat susunan korek seperti gambar pola barisan

4, 7, 10, ..., ...

Langkah 2: Lengkapilah tabel berikut:

79
Susunan ke-2 Banyak batang korek api

1 4

2 7

3 ...

4 ...

5 ...

a Apakah selisih antara 2 suku yang berurutan selalu sama? Apakah susunan tersebut
termasuk barisan aritmatika?
.......................................................................................................................
b Menurut kalian, dapatkah kalian dengan cepat menentukan susunan ke-20?
.......................................................................................................................
c Secara umum, suatu barisan aritmatika dengan suku pertama 𝑈1 = 𝑎 dan beda antara
dua suku yang berurutan adalah b, maka suku ke-n (𝑈𝑛 ) barisan aritmatika. Untuk
menemukan banyak batang korek api pada pola ke-20, kalian harus menemukan pola
umum dari barisan di atas. Perhatikan langkah berikut:
Pola ke-1 (𝑈1 ) ada sebanyak 4 batang korek api, maka:
4 = 4 + (1-1) x 3
Pola ke-2 (𝑈2 ) ada sebanyak 7 batang korek api, maka:
7 = 4 + (2-1) x 3
Pola ke-3 (𝑈…. ) ada sebanyak 10 batang korek api, maka:
10 = ..... + (....-1) x 3
Pola ke-4 (𝑈… ) ada sebanyak ...... batang korek api, maka:
..... = ..... + (....-1) x 3
Pola ke-5 (𝑈…. ) ada sebanyak ...... batang korek api, maka:
..... = ..... + (....- ....) x .....
Dan seterusnya, sehingga untuk pola ke-n (𝑈𝑛 ), kita peroleh:

𝑈𝑛 = a + (........ - .........) x ............

Maka rumus suku ke-n barisan aritmatika adalah :

80
Jadi , banyak batang korek api untuk menyusun susunan ke-20 dengan menggunakan
rumus tersebut adalah
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

Tempat duduk gedung pertunjukan film diatur mulai dari baris depan kebelakang.
Dengan banyak baris kebelakang lebih dari 5 kursi baris didepannya. Bila dalam
gedung pertunjuksn itu terdapat 15 baris kursi dan baris terdepan ada 20 kursi, maka
berapa kursi pada baris ke 10?

Diketahui:

Ditanya :

Penyelesaian:

.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................
.......................................................................................................................

81
Kode: 3A

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mata Pelajaran: Matematika 1. Melatih sikap sosial berani bertanya,
Kelas/semester : XI/Genap berpendapat, mau mendengar orang
Nama kelompok : ................... lain, bekerja sama dalam diskusi
Nama Anggota Kel.: dikelompok dalam kehidupan sehari-
1. ......... hari
2. ......... 2. Menunjukkan rasa ingin tahu selama
3. ......... mengikuti proses pembelajaran
3. Menjelaskan dengan kata-kata dan
menyatakan masalah dalam sehari-hari
yang berkaitan dengan deret aritmatika
4. Dapat memecahkan masalah
kontekstual dengan pola bilangan
5.

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN:
1. Isilah nama dan anggota kelompoknya pada tempat yang disediakan
2. Bacalah dan pahami pernyataan-pernyataan dari masalah yang disajikan dalam LAS
berikut, kemudian pikirkan kemungkinan jawabannya
3. Silahkan melakukan diskusi kelompok terhadap maslaah yang disajikan
4. Jika terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan, tanyakan kepada guru
5. Setelah diskusi kelompok selesai, maka salah seorang anggota kelompok dipilih untuk
mempresentasikan diri memberi jawaban atau tanggapan dari kelompok lain

82
MASALAH 1:

Seorang karyawan sebuah perusahaan mendapat gaji pertama sebesar Rp.


2.000.000,00. Apabila gaji karyawan tersebut dinaikkan sebesar Rp.
50.000,00 setiap bulannya, Dapatkah kamu menghitung keseluruhan gaji
yang diterima karyawan tersebut selama 1 tahun pertamanya?

Pembahasan:

a Apa saja informasi yang dapat kamu peroleh dari permasalahan diatas, tuliskan
dalam konsep barisan (suku pertama, beda)

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

b Apa yang ditanayakan pada permasalahan diatas? Tuliskan dalam bentuk 𝑆𝑛 !

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

c Coba lengkapi dan selesaikan permasalahan diatas dengan menggunakan


rumus berikut:
𝑛
𝑆𝑛 = (2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏)
2
.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

83
.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

.......................................................................................................................

Jadi, gaji yang diterima karyawan tersebut selama 1 tahun pertamanya adalah
......................................................................................................................

MASALAH 2:

Diketahui deret aritmatika 10 suku. Jumlah tga suku pertama adalah 45 dan
jumlah dua suku terakhir adalah 105. Tentukan jumlah semua suku deret itu

Diketahui:

...................................................................................................................

....................................................................................................................

Ditanya:

...................................................................................................................

Penyelesaian:

Jadi jumlah semua suku deret itu adalah ............................................................

84
Kode: 4A

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mata Pelajaran: Matematika 1. Melatih sikap sosial berani bertanya,
Kelas/semester : XI/Genap berpendapat, mau mendengar orang
Nama kelompok : ................... lain, bekerja sama dalam diskusi
Nama Anggota Kel.: dikelompok dalam kehidupan sehari-
1. ......... hari
2. ......... 2. Menunjukkan rasa ingin tahu selama
3. ......... mengikuti proses pembelajaran
3. Menjelaskan dengan kata-kata dan
menyatakan masalah dalam sehari-hari
yang berkaitan dengan deret aritmatika
4. Dapat memecahkan masalah
kontekstual dengan barisan geometri

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN:
1. Isilah nama dan anggota kelompoknya pada tempat yang disediakan
2. Bacalah dan pahami pernyataan-pernyataan dari masalah yang disajikan dalam LAS
berikut, kemudian pikirkan kemungkinan jawabannya
3. Silahkan melakukan diskusi kelompok terhadap maslaah yang disajikan
4. Jika terdapat masalah yang tidak dapat diselesaikan, tanyakan kepada guru
5. Setelah diskusi kelompok selesai, maka salah seorang anggota kelompok dipilih untuk
mempresentasikan diri memberi jawaban atau tanggapan dari kelompok lain

85
Lampiran 3

No Alternatif Penyelesaian Kode 1A


1 a Coba tulis apa yang diketahui dari permasalahan diatas.
Diketahui:
 Reza akan berlatih pencak silat setiap hari Rabu pada bulan desember
b Buatlah perkiraan jawabannmu dari permasalahan di atas
Penyelesaian:
Berdasarkan kalender disamping , maka jadwal Reza berlatih pencak silat setiap
hari rabu, maka barisan tanggal yang terbentuk
2 , 9 , 16 , 23 ,30

+7 +7 +7 +7

Berdasarkan tanggal latihan Reza, terbentuk barisan bilangan 2, 9, 16, 23, 30 .


yang memiliki keteraturan yaitu beda tiap bilangan adalah sama yaitu 7 .
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola bilangan adalah keteraturan sifat yang
dimiliki oleh sederetan atau serangkaian objek

2.

a. Hitunglah banyaknya lingkaran pada masing-masing gambar yang telah kalian


gambar. Tuliskan dalam barisan bilangan berikut:
Jawab: 2,6,12,20, 30, 42
b. Coba perhatikan pola bilangan yang telah kalian peroleh:
Pola ke-1 ada sebanyak 2 lingkaran, maka:
2=1x2

86
Pola ke-2 ada sebanyak 6 lingkaran, maka:
6=2x3
Pola ke-3 ada sebanyak 12 lingkaran, maka:
12 = 3 x 4
Pola ke-4 ada sebanyak 20 lingkaran, maka:
20 = 4 x 5
Pola ke-5 ada sebanyak 30 lingkaran, maka:
30 = 5 x 6
Pola ke-6 ada sebanyak 42 lingkaran, maka:
42 = 6 x 7
Pola ke-n ada sebanyak n lingkaran, maka:
𝑈𝑛 = (n) x (n+1)
𝑈𝑛 = 𝑛(𝑛 + 1)
Dengan memperhatikan urutan suku-sukunya, maka akan tampak bahwa pola
bilangan tersebut mengikuti suatu aturan tertentu yaitu pola bilangan persegi
panjang, sehingga diperoleh rumus suku ke-n adalah
𝑈𝑛 = 𝑛(𝑛 + 1)

87
No Alternatif Penyelesaian Kode 2A

1 Memahami apa yang diketahui dan ditanyakan dengan benar.


Diketahui:
Produksi pada bulan 1 = 50
Produksi pada bulan 2 = 55
Produksi pada bulan 3 = 60
Ditanya:
a Prediksilah banyaknya tas yang diperoleh pada bulan ke-10
Apakah banyaknya tas yang diproduksi setiap bulan mempunyai keteraturan?
Jelaskan!

Pnyelesaian:
Dengan mengisi tabel banyaknya tas tiap bulan, maka didapat:
Bulan ke Banyaknya tas

1 50

2 55

3 60

4 65

5 70

6 75

7 80

8 85

9 90

10 95

a Maka banyaknya tas yang diperoleh pada bulan ke-10 adalah 95.
b Iya, banyaknya tas yang diproduksi pada bulan berikutnya diperoleh dari
banyaknya tas yang sebelumnya ditambah 5
c Barisan bilangan yang suku berikutnya didapat dari penambahan suku
sebelumnya dengan bilangan tetap (tertentu) dinamakan barisan aritmatika.

88
2 Diketahui: Anisa dan Yuli menyusun batang korek api sehingga terbentuk susunan
barisan 4,7,10, ...

Ditanya: Banyaknya batang korek api pada susunan ke-20.

Penyelesaian:

Susunan ke-2 Banyak batang korek api

1 4

2 7

3 10

4 13

5 16

a Apakah selisih antara 2 suku yang berurutan selalu sama? Apakah susunan
tersebut termasuk barisan aritmatika?
Ya, pada barisan tersebut, selisih 2 suku yang berurutan selalu sama yaitu 3, dan
pola bilangan ini termasuk barisan aritmatika
b Menurut kalian, dapatkah kalian dengan cepat menentukan susunan ke-20?
Tidak dapat, karena harus menyusun terlebih dahulu korek yang ada

Secara umum, suatu barisan aritmatika dengan suku pertama 𝑈1 = 𝑎 dan beda
antara dua suku yang berurutan adalah b, maka suku ke-n (𝑈𝑛 ) barisan
aritmatika. Untuk menemukan banyak batang korek api pada pola ke-20, kalian
harus menemukan pola umum dari barisan di atas. Perhatikan langkah berikut:
Pola ke-1 (𝑈1 ) ada sebanyak 4 batang korek api, maka:
4 = 4 + (1-1) x 3
Pola ke-2 (𝑈2 ) ada sebanyak 7 batang korek api, maka:
7 = 4 + (2-1) x 3
Pola ke-3 (𝑈3. ) ada sebanyak 10 batang korek api, maka:
10 = 4 + (3-1) x 3
Pola ke-4 (𝑈4 ) ada sebanyak 13 batang korek api, maka:
13 = 4 + (4 -1) x 3

89
Pola ke-5 (𝑈5. ) ada sebanyak 16 batang korek api, maka:
16 = 4 + (5- 1) x 3
Dan seterusnya, sehingga untuk pola ke-n (𝑈𝑛 ), kita peroleh:

𝑈𝑛 = a + (n – 1 ) x b

Maka rumus suku ke-n barisan aritmatika adalah :

𝑈𝑛 = a + (n – 1 ) x b

Jadi , banyak batang korek api untuk menyusun susunan ke-20 dengan
menggunakan rumus tersebut adalah
𝑈𝑛 = a + (n – 1) x b
𝑈20 = 4 + (20 – 1) x 3
𝑈20 = 4 + (19) x 3
𝑈20 = 4 + 57
𝑈20 = 61

Jadi , banyak batang korek api untuk menyusun susunan ke-20 adalah 61 batang

3 Diketahui: baris terdepan (a) = 20


Beda = 5
Terdapat 15 baris (𝑈15 )
Ditanya: Berapa kursi pada baris 10 (𝑈10 )
Penyelesaian:
𝑈𝑛 = a + (n – 1) x b
𝑈10 = 20 + (10 – 1) x 5
𝑈10 = 20 + (9) x 5
𝑈10 = 20 + 45
𝑈10 = 65

Jadi , banyak kursi pada baris ke-10 adalah 65

90
Lampiran 4
TES KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

MATEMATIS SISWA

Petunjuk:

1. Berdoalah terlebih dahulu sebelum mengerjakan


2. Tulislah identitas dengan lengkap pada lembar jawaban
3. Kerjakan soal menggunakan pulpen atau pensil dilembar jawaban yang
tersedia
4. Tidak dibenarkan saling bekerjasama
5. Periksa kembali pekerjan anda sebelum diserahkan kepada pengawas.

Kerjakan soal-soal dibawah ini!

1. Misalkan dipojok sebuah ruangan beberapa kubus diletakkan bersusun terdiri dari
4 lapisan perhatkkan gambar berikut! Pada lapisan keberapakah, jika banyak
kubus adalah 300 kubus?

2. Tempat duduk gedung pertunjukan film diatur mulai dari baris depan kebelakang.
Dengan banyak baris kebelakang lebih dari 5 kursi baris didepannya. Bila dalam
gedung pertunjuksn itu terdapat 15 baris kursi dan baris terdepan ada 20 kursi,
maka berapa kursi pada baris ke 10?
3. Pada awal Januari tahun 1995, Anita menabung Rp.6.000,00. Pada 2 bulan
berikutnya ia menabung Rp.8.500,00 ; Rp.11.000,00 dan begitu seterusnya.
Sampai Desember 2003. Berapa jumlah tabungan Anita?

91
4. Jumlah calon jamaah haji disuatu provinsi pada tahun pertama adalah 500 orang.
Jika setiap tahunnya bertambah 2 kali lipat dari tahun sebelumnya, maka
banyaknya calon jamaah haji pada tahun ke-5 adalah ...
5. Ayah akan membagikan sejumlah uang kepada lima anaknya. Uang yang
dibagikan terdiri dari lembaran dua ribuan. Banyak uang yang dibagikan ke
masing-masing anak membentuk barisan geometri. Jika dua anak terakhir
berturut-turut mendapat 8 lembar dan 4 lembar, total uang yang dibagikan ayah
adalah ….

92
Lampiran 5
PEDOMAN PENSKORAN

No Kunci Jawaban Skor

1 Diketahui:

Tumpukan kubus membentuk pola barisan bilangan segitiga


1,3,6,10,....
Ditanya:
a Pada lapisan keberapakah, jika banyak kubus adalah 300
kubus?
Penyelesaian:
Diketahui: merupakan pola barisan bilangan segitiga
Ditanya: Pada lapisan keberapakah jika banyak kubus adalah
300. 3
Penyelesaian:
Karena diketahui suku ke-n nya adalah 300, Jika
𝑛(𝑛+1)
𝑈𝑛 = , maka
2

𝑛(𝑛+1)
𝑈𝑛 = = 300
2
𝑛(𝑛 + 1) 3
= 300
2
𝑛(𝑛 + 1) = 300𝑥2
𝑛(𝑛 + 1) = 600
𝑛(𝑛 + 1) = 24(24+1)
Diperoleh:
n = 24

Jadi, jika banyak kubus 300 buah maka ia terletak pada lapisan ke 2
24.

93
2. Diketahui: baris terdepan (a) = 20 2
Beda = 5
Terdapat 15 baris (𝑈15 )
Ditanya: Berapa kursi pada baris 10 (𝑈10 )
Penyelesaian:
Karena barisan yang terbentuk pada tempat duduk gedung
pertunjukkan memiliki beda yang sama yaitu 5 maka, barisan yang
terbentuk adalah barisan aritmatika, sehingga: 3
𝑈𝑛 = a + (n – 1) x b
𝑈10 = 20 + (10 – 1) x 5
𝑈10 = 20 + (9) x 5 3
𝑈10 = 20 + 45
𝑈10 = 65
2
Jadi , banyak kursi pada baris ke-10 adalah 65
3 Diketahui:
 Anita menabung dari awal januari 1995 – desember 2003= 8
tahun 2
 Tabungan awal Anita (𝑈1 ) = 6.000,00
 Bulan ke (𝑈2 ) = 8.500,00
 Bulan ke (𝑈3 ) = 11.000
Ditanya:
Jumlah tabungan Anita sampai desember 2003?

Penyelesaian:

Anita menabung selama 8 tahun = 8 x 12 bulan = 96 Bulan


𝑈2 - 𝑈1 = 𝑈3 - 𝑈2 = 1.500 , 00
3
Karena barisan yang terbentuk memiliki beda yang sama yaitu
1.500 maka, barisan yang terbentuk adalah barisan aritmatika, dan
terdapat 96 bulan Anita menabung, sehingga:
𝑈96 = a + (n – 1) x b
𝑈96 = 6.000 + (96– 1) x 1.500 3
𝑈96 = 6.000 + (95) x 1.500
𝑈96 = 6.000 + 142.500
𝑈95 = 148.500

Jadi , jumlah tabungan Anita dari Januari 1998 sampai desenber 2


2003 yaitu Rp. 148.500,00
4. 6. Diketahui:

94
7. Jumlah calon jamaah haji tahun pertama (𝑈1 )= 500 orang 2
8. Bertambah 2 kali lipat / rasio ( r ) = 2
9. Ditanya:
10. Banyaknya calon jamaah haji pada tahun ke-5?
Penyelesaian:
Karena barisan yang terbentuk adalah barisan geometri, dan ditanya 3
pada tahun ke-5, sehingga:
𝑈𝑛 = 𝑎 𝑟 𝑛−1
𝑈5 = 500 (2)5−1 3
𝑈5 = 500 (2)4
𝑈5 = 500 𝑥 16
𝑈5 = 8.000

11. Jadi, Jumlah calon jamaah haji pada tahun ke-5 diprovinsi tersebut
2
adalah 8.000 orang

5. 12. Diketahui:
13. Ayah membagikan uang kepada lima anaknya (n)=5 2

14. 𝑈4 = 8 lembar
15. 𝑈5 = 4 lembar
𝑈5 4 1
𝑟= = =
𝑈4 8 2

16. Ditanya:
17. Total uang yang dibagikan Ayah?
18. Penyelesaian:
Karena yang terbentuk adalah barisan geometri, dan suku pertama
belum diketahui, maka:
𝑈5 = 𝑎𝑟 𝑛−1
1 3
4 = 𝑎( )5−1
2
1
4 = 𝑎( )4
2

95
1
4=𝑎( )
16
a= 4 x 16
a = 64
Uang yang dibagikan ayah sebagai berikut:
𝑎(1 − 𝑟 𝑛 )
𝑆𝑛 =
1−𝑟 3
1 5
64 (1 − ( ) )
2
𝑆5 = 1
1−( )
2

31
𝑆5 = 128.
32
𝑆5 = 124
Karena 1 lembar= 2 ribu, maka 124 lembar = 2 ribu x 124 yaitu Rp.
248.000,00.
Jadi banyaknya uang ayah yang dibagikan adalah Rp. 248.000,00 2

96

Anda mungkin juga menyukai