Oleh :
SKRIPSI
OLEH :
Menyetujui
Mengetahui
Ariffuddin, S.Pd.
NIP. 19640820 198603 1 005
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala rahmat dan karuniaNya serta atas kemurahanNya untuk memberikan
kesehatan, kesempatan, dan kemudahan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan ini dengan baik dan dengan waktu yang tepat.
Laporan ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika di
SMP Negeri 3 Medan T.P 2022/2023”, yang disusun untuk memenuhi tugas
Pendidikan Profesi Guru (PPG) prajabatan, Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga laporan ini dapat
diselesaikan dengan baik. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Abil Mansyur, S.Si., M.Si. selaku Koordinator Pendidikan
Profesi Guru (PPG) Prajabatan Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga
selesainya pelaksanaan penelitian ini.
3. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Profesi Guru (PPG) Prajabatan
Universitas Negeri Medan yang telah banyak membekali penulis
ilmu pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.
4. Bapak Ariffuddin, S.Pd. selaku Plt Kepala SMP Negeri 3 Medan
yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian
di SMP Negeri 3 Medan
5. Ibu Karnace A H Sirait, S.Pd. selaku Guru Pamong dan Guru Bidang
Studi Matematika SMP Negeri 3 Medan yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis pada saat melaksanakan
penelitian.
6. Teristimewa untuk Inong Pagintubu Hamidda Simangunsong dan
Among Parsinuan Master Sitorus yang telah banyak berjuang untuk
mendoakan, memotivasi, memberi semangat, sabar dan mendukung
secara moril dan materil dalam menyelesaikan laporan ini.
iii
Penulis,
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1
2
posisi 41 dari 45 negara peserta dengan perolehan nilai 386. Hasil TIMSS yang
dicapai oleh Indonesia yang rendah ini dapat disebabkan antara lain karena peserta
didik Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal- soal konstekstual,
menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam menyelesaikannya. Untuk
kemampuan matematika peserta didik Indonesia dalam International Benchmark
TIMSS tahun 2011, pada level rendah (low), persentase yang dicapai oleh
Indonesia masih jauh di bawah rata- rata Internasional, peserta didik Indonesia
berhasil mencapai level sebesar 43%. Pada level menegah (intermemediate),
peserta didik Indonesia yang berhasil mencapai level ini sebesar 15%, berada pada
peringkat 40 dari 45 peserta. Sedangkan pada level tinggi (High), peserta didik
Indonesia yang berhasil mencapai level ini sebesar 2%, berada pada peringkat 41
dari 45 peserta. Pada level mahir (advance), peserta didik Indonesia belum ada
yang berhasil. Dengan kata lain, peserta didik Indonesia masih kesulitan untuk
dapat memberikan alasan dengan berbagai jenis bilangan (bilangan bulat, angka
negatif, pecahan dan persentase) dalam situasi rutin dan non-rutin dan masih
belum mampu menganalisis untuk memberikan alasan atas kesimpulan mereka.
Mereka belum dapat mengekspresikan generalisasi aljabar dan masih mengalami
kesulitan dalam memahami konsep matematika yang melibatkan persamaan,
rumus dan fungsi.
Persepsi siswa bahwa pembelajaran matematika merupakan pelajaran
yang sulit dan kurang menyenangkan menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan kurang baiknya prestasi belajara matematika siswa. Sulitnya
matematika disebabkan oleh konsep yang dikaji dalam matematika bersifat
abstrak. Siswa yang sulit memahami konsep akan cenderung menghapalkan
konsep yang diberikan guru tanpa memahami maksud dari isinya. Selain itu, guru
juga jarang mengaitkan konsep yang sudah dimiliki siswa untuk menemukan
konsep baru. Hal tersebut menambah kebingungan siswa. Sebagaimana
dinyatakan oleh Dahar (2006:97) bahwa : “guru dan bahan-bahan pelajaran sangat
jarang menolong para siswa dalam menentukan dan menggunakan konsep-konsep
relevan dalam struktur kognitif mereka untuk mengasimilasikan pengetahuan
baru, akibatnya pada para siswa hanya terjadi belajar hapalan”. Belajar hapalan
membuat siswa tidak benar-benar memahami konsep matematika. Padahal,
3
pemahaman akan konsep adalah salah satu kecakapan matematika yang sangat
perlu untuk dicapai. Sebagaimana tercantum pada standart isi mata pelajaran
matematika “agar siswa mampu memahami konsep matematika, menjelaskan
keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara
luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah” (Wardhani, 2008 : 2).
Masalah di atas dapat dilihat dengan hasil observasi dan wawancara yang
penulis lakukan 07 September dan 16 September 2022 di SMP Negeri 3 Medan.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mata pelajaran
matematika kelas VII di SMP Negeri 3 Medan (Karnace Sirait) diketahui bahwa
masih banyak siswa yang sulit memahami pelajaran matematika. Fakta dalam
matematika pada dasarnya merupakan kesepakatan-kesepakatan yang terkait
dengan lambang, notasi, ataupun aturan-aturan tertentu. Kurangnya siswa dalam
memahami konsep terlihat dengan banyaknya kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal bilangan bulat, siswa terkadang salah dalam
menggunakan konsep yang sesuai dengan soal yang mereka hadapi dan terlebih
lagi jika mereka diberikan soal dengan sedikit bervariasi yang membutuhkan
pemahaman lebih maka yang terjadi ialah siswa sulit mencari penyelesaiannya.
Selain melakukan wawancara, penulis juga memberikan tes awal
mengenai materi bilangan bulat yang merupakan materi dasar pada pelajaran
matematika kepada 32 orang siswa di kelas VII-B dan diperoleh hasil yang tidak
memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh di lapangan. Dari 32
siswa, 4 siswa (12,5%) memiliki tingkat pemahaman konsep matematika dalam
kategori “tinggi”, 3 siswa (9,375%) dalam kategori “cukup”, 2 siswa (6,25%)
dalam kategori “rendah” dan 23 siswa (71,875%) dalam kategori “sangat rendah”.
Jadi dapat dilihat bahwa pemahaman konsep matematika siswa masih sangat
rendah. Hal ini dapat dilihat dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa ketika
menjawab soal yang diberikan :
1) Saat diberikan soal agar siswa menyatakan ulang konsep bilangan bulat,
siswa menjawab :
Tidak setuju, karena bilangan asli mulai dari 1 sampai 10.
Tidak setuju, karena 0 bukan bilangan asli.
Ya, karena bilangan asli dari 0 sampai 99.
4
Bilangan positif adalah bilangan yang dimulai dari kanan apabila pakai
garis bilangan.
Bilangan positif adalah bilangan yang lebih dari 1.
Bilangan positif adalah bilangan yang genap.
Bilangan negatif adalah bilangan yang dimulai dari kiri apabila pakai
garis bilangan.
Bilangan negatif adalah bilangan ganjil dari 1 sampai 10.
Dari jawaban tersebut dapat dilihat bahwa siswa tidak mengetahui
konsep apa yang sedang ditanyakan pada soal sehingga banyak siswa
menyampaikan alasan yang tidak sesuai dan tidak tepat mendefinisikan konsep
yang diminta.
2) Memberikan contoh operasi bilangan sesuai dengan ketentuan yang
diberikan, yaitu memberikan contoh bilangan negatif yang lebih dari -6, siswa
menjawab:
−2+5=7 ;−2 (−5 ) =7
5+ (−6 )=−1 ;−2+ 5=3
Dari jawaban tersebut dapat dilihat bahwa siswa tidak paham dengan
permintaan soal yang diharapkan.
3) Menyajikan operasi penjumlahan bilangan bulat kedalam bentuk garis
bilangan, kebanyakan siswa yang hanya menyajikan sketsa hasilnya saja
bukan proses operasinya.
Hal ini menunjukkan siswa belum dapat menyatakan soal cerita ke dalam
bentuk representasi lain. Siswa belum mampu mengubah bentuk soal cerita
kedalam operasi matematikanya.
4) Menyelesaiakan masalah operasi bilangan bulat. Pada soal seperti berikut :
Pada ulangan harian matematika, guru memberika 10 soal. Jawaban benar
diberikan nilai 1 dan untuk soal yang tidak dijawab atau dijawab salah
diberikan nilai 0. Reza hanya mampu menjawab 8 soal, dan 2 diantaranya
salah, bearapakah nilai Reza?
Siswa menjawab :
Guru memberikan =10 soal
Dijawab salah / tidak dijawab nilainya = 0
5
guru dan membuat prestasi siswa menjadi kurang memuaskan. Anggapan siswa
bahwa pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang sulit
mengakibatkan kurang berminat dalam mempelajari matematika. Guru perlu
memberikan motivasi kepada siswa dan tak henti memberikan bimbingan jika
siswa mengalami kesulitan.
Berdasarakan masalah-masalah tersebut perlu adanya perbaikan proses
pembelajaran. Guru harus memilih suatu model pembelajaran yang berbeda
dimana model pembelajaran yang diterapkan nantinya harus mampu
menghadirkan situasi belajar bermakna bagi siswa sehingga tidak hanya
mendengarkan dan menghapalkan materi yang disampaikan guru namun
memaknai pelajaran dengan baik yang diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa. Siswa harus dilibatkan dalam
mengkontruksikan sendiri pengetahuan berdasarkan dengan pengetahuan
sebelumnya yang dimilikinya. Dengan mengkontruksi sendiri pengetahuannya
maka siswa akan lebih memahami kosep jika dibandingkan dengan guru yang
harus memberikan langsung konsep secara utuh. Model yang digunakan juga
harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dan menjadi
pusat pembelajaran bukan hanya sekedar mendengarkan serta mampu
meningkatkan motivasi belajar siswa agar tidak mengganggap matematika sebagai
pembelajaran yang sulit namun menjadikan matematika sebagai pembelajaran
yang mudah dan menyenangkan.
Salah satu model yang dianggap sejalan dengan keinginan di atas, yakni
yang memungkinkan siswa untuk mengkontruksi sendiri pengetahuannya,
berpusat pada siswa, mampu membentuk siswa menjadi pribadi yang mandiri,
mampu memunculkan ide dan gagasan, lebih aktif, meningkatkan motivasi siswa
serta meningkatkan motivasi siswa serta meningkatkan kemampuan berpikir
dalam belajara matematika sehingga menigkatkan pemahaman konsep siswa
adalah model pembelajaran problem based learning. Model problem based
learning menekankan pentingnya pemahaman struktur atau ide ide penting
terhadap suatu disiplin ilmu, melalui keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran. Siswa yang merupakan subjek pembelajaran memiliki kemampuan
secara aktif mencari, mengolah, mengkontruksikan, dan menggunakan
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
pada apa yang harus dilakukan oleh peserta didik sebagai subjek yang berperan
membangun pengetahuan, sedangkan proses mengajar berorientasi pada apa yang
harus dilakukan oleh guru sebagai fasilitator pembelajaran.
Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan pola
pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran suatu
hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran matematika,
para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman
tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek
(abstraksi).
Wardhani (2008:8) menyatakan bahwa tujuan mata pelajaran matematika
diuraikan sama untuk semua satuan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI,
SMP/MTs, SMA/MA, SMK/MAK), yaitu agar siswa memiliki kemampuan :
(1)memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan atarkonsep,
dan mengaplikasikan konsep dan algoritma secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat dalam pemecahan masalah; (2) menggunakan penalaran pada
pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika; (3) memecahakan masalah yang meliputi kemampuan
memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaiakn
model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan
gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian,
dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.
Dari uraian tersebut dapat kita lihat bahwa pembelajaran matematika
penting dalam kehidupan manusia. Matematika dapat mengembangkan
kemampuan berpikir, membentuk karakter, dan sikap yang positif. Melalui
pembelaran matematika digharapkan membuat siswa cermat dalam melakukan
pekerjaan, kritis dan konsisten dalam bersikap, jujur dan disiplin.
Tujuan pembelajaran matematika tersebut dapat dicapai melalui proses
pembelajaran matematika yang dilakukan. Tetapi belum tentu setiap pembelajaran
efektif, mengingat kemampuan yang dimiliki siswa dalam menangkap pelajaran
berbeda-beda. Maka diperlukan keterampilan dari guru mata pelajaran matematika
dalam memilih dan menggunakan model dengan media pembelajaran yang tepat
agar siswa dapat menguasai materi yang diajarkan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
12
dilakukan secara melompat-lompat tetapi harus tahap demi tahap, dimulai dengan
pemahaman ide dan konsep yang sederhana sampai ke tahap yang lebih kompleks.
Menurut S. Nasution (2005) apabila siswa telah memahami suatu konsep
maka ia akan dapat menggeneralisasikan suatu objek dalam berbagai situasi lain
yang tidak digunakan dalam situasi belajar.
Menurut Suhendra, seseorang dikatakan memahami konsep matematika
bila ia telah mampu melakukan beberapa hal di bawah ini, antara lain:
1. Menemukan kembali suatu konsep yang sebelumnya belum diketahui
berlandaskan pengetahuan dan pengalaman yang telah diketahui dan
dipahami sebelumnya.
2. Mendefenisikan atau mengungkapkan suatu konsep dengan cara membuat
kalimat sendiri namun tetap memenuhi ketentuan berkenaan dengan gagasan
konsep tersebut.
3. Mengidentifikasi hal-hal yang lebih relevan dengan suatu konsep dengancara-
cara yang tepat.
4. Memberikan contoh dan non contoh atau ilustrasi yang berkaitan dengan
suatu konsep guna memperjelas konsep tersebut.
Menurut NCTM (2000), pemahaman matematika merupakan aspek yang
sangat penting dalam prinsip pembelajaran matematika. Siswa dalam belajar
matematika harus disertai dengan pemahaman, hal ini merupakan visi dari belajar
matematika. Hal tersebut berakibat bahwa dalam setiap pembelajaran matematika
harus ada unsure pemahaman matematikanya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep
matematika merupakan suatu kemampuan siswa dalam memahasi suatu konsep
yang telah dipelajari sebelumnya.
Beberapa pakar menggolongkan tingkat kedalaman tuntutan kognitif
pemahaman matematik dalam beberapa tahap. Polya dalam (Hendriana, 2014)
merinci kemampuan pemahamnan ada empat tingkat, yaitu:
1. Pemahaman mekanikal yang dicirikan oleh kegoatan mengingat dan
menerapkan rumus secara rutindan menghitung secara sederhana.
2. Pemahamn induktif; menerapkan rumus atau konsep dalam kasus sederhana
atau dalam kasus serupa.
15
dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan
yang logis. Hal ini sejalan dengan Ngalimun (2016:24) yang mengungkapkan
bahwa : “model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas”.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menyajikan prosedur yang sistematika dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Guru perlu mengembangkan kemampuan pemahaman konsep peserta
didik secara terencana yang tertuang dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian guru perlu memilih berbagai langkah seperti model dan pendekatan
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Pemilihan model serta
pendekatan pembelajaran yang baik akan berpengaruh terhadap tercapainya tujuan
pembelajaran. Perlu diperhatikan untuk memilih model pembelajaran yang
berpusat pada siswa bukan guru. Model pembelajaran yang berpusat pada guru
akan membuat proses belajar siswa rendah karena guru yang lebih berperan
aktifdaripada siswa. Dalam interaksi kegiatan belajar mengajar, guru berperan
sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa sebagai penerima yang
dibimbing. Proses interaksi akan berjalan dengan baik jika siswa lebih banyak
aktif daripada guru. Oleh sebab itu, model pembelajaran yang baik adalah model
yang dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa. Selain itu, pemilihan model
juga harus disesuaikan dengan materi dan kemampuan siswa. Tidak semua model
pembelajaran dapat diterapkan pada semua materi, disinilah perlu kecakapan guru
dalam memilih dan mengaplikasikan model pembelajaran. Atas dasar tersebut
dipilihlah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
siswa tersebut ke tujuan yang akan dicapai. Tanpa pengarahan dari guru, siswa
akan memiliki kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut.
27
28
Permasalahan
Perencanaan Perencanaan
Pelaksanaan
SIKLUS Refleksi Refleksi
SIKLUS Pelaksanaan
I II
Pengamatan Pengamatan
Berdasarkan gambar 3.1 dapat terlihat bahwa satu siklus terdiri dari
empat tahap. Jika pada siklus pertama penelitian berhasil, maka penelitian
dihentikan, tetapi jika pada siklus pertama indikator keberhasilan belum
sepenuhnya tercapai maka penelitian dilanjutkan ke siklus berikutnya. Begitu
seterusnya sampai hasil penelitian memenuhi indikator keberhasilan.
SIKLUS I
Pelakasanaan penelitian tindakan pada siklus I ini dilakukan dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
3.4.1. Tahap Permasalahan I
Dalam siklus ini permasalahannya adalah rendahnya kemampuan
pemahaman konsep matematika. Permasalahan diperoleh peneliti dari hasil tes tes
awal siswa, wawancara terhadap guru yang mengampu mata pelajaran
29
matematika. Berdasarkan tes awal yang diberikan, dari 32 siswa, 4 siswa (12,5%)
memiliki tingkat pemahaman konsep matematika dalam kategori “tinggi”, 3 siswa
(9,375%) dalam kategori “cukup”, 2 siswa (6,25%) dalam kategori “rendah” dan
23 siswa (71,875%) dalam kategori “sangat rendah”. Jadi dapat dilihat bahwa
pemahaman konsep matematika siswa masih sangat rendah. Hal ini dapat dilihat
dari kesulitan-kesulitan yang dialami siswa setelah melihat hasil observasi, yaitu :
1) Menyatakan Ulang Konsep
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes awal, skor kemampuan siswa dalam
menyatakan ulang konsep adalah 352 dari skor maksimal 512 dengan
persentase 68,75%. Dari hasil yang diperoleh, tingkat kemampuan
pemahaman konsep siswa di kelas VII-B SMP Negeri 3 Medan dalam
menyatakan ulang konsep adalah sangat rendah.
2) Memberikan Contoh dan Non Contoh dari Suatu Konsep
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes awal, total skor kemampuan siswa
dalam memberikan contoh dan non contoh dari suatu konsep adalah 349
dari skor maksimal 512 dengan persentase 68,16% . Dari hasil yang
diperoleh, tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas VII-B
SMP Negeri 3 Medan dalam memberikan contoh dan non contoh adalah
sangat rendah.
3) Menyajikan Konsep dalam Berbagai Bentuk Representasi Matematika
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes awal, total skor kemampuan siswa
dalam menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika
adalah 246 dari skor maksimal 512 dengan persentase 48,05%. Dari hasil
yang diperoleh, tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas VII-
B SMP Negeri 3 Medan dalam menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematika adalah sangat rendah.
4) Mengaplikasikan Konsep atau Algoritma dalam Penyelesaian Masalah
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes awal, total skor kemampuan siswa
dalam mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam penyelesaian masalah
adalah 267 dari skor maksimal 512 dengan persentase 52,15%. Dari hasil
yang diperoleh, tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas VII-
30
problem based learning. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru,
sedangkan guru mata pelajaran matematika kelas VII-B SMP Negeri 3
Medan bertindak sebagai observer yang memberikan masuka selama
pembelajaran berlangsung.
2. Memberikan LKPD yang sudah disiapkan oleh peneliti kepada siswa.
3. Meminta siswa untuk mengerjakan permasalahan yang terdapat pada
LKPD.
4. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya jawab
tentang soal yang diberikan ataupun materi yang bersangkutan dengan
soal.
5. Pada akhir tindakan, peneliti memberikan tes kepada siswa untuk melihat
hasil pemahaman konsep matematika yang dicapai siswa setelah
pemberian tindakan I.
3.4.4. Pengamatan I
Tahap pengamatan atau observasi ini dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru yang diamati
dan guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 3 Medan sebagai pengamat
(observator). Adapun yang diamatinya adalah proses belajar mengajar yang
berlangsung dan keaktifan siswa. Setelah selesai melakukan observasi, peneliti
berdiskusi dengan guru untuk memperoleh balikan untuk memperbaiki
penyelenggaraan tindakan. Hasil dari observasi bisa berupa data kuallitatif
maupun data kuantitatif.
3.4.5. Refleksi I
Pada tahap refleksi ini, peneliti melakukan perenungan untuk mengkaji
seluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari
instrumen penelitian. Pada tahap ini, peneliti akan mengidentifikasi kembali
permasalahan apa yang timbul dan bagaimana cara untuk mengatasinya. Hasil
refleksi ini menjadi acuan untuk memberikan tindakan-tindakan apa yang
diperlukan untuk mengatasi permasalahan tersebut di siklus selanjutnya.
32
SIKLUS II
Pada siklus II diadakan perencanaan kembali dengan mengacu pada hasil
refleksi pada siklus I. Siklus II merupakan hasil kesatuan dari kegiatan
perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan, analisis, serta refleksi seperti
yang dilakukan pada siklus I. Banyaknya pertemuan dalam satu siklus tergantung
dari materi pelajaran yang dibawakan peneliti.
Dari setiap tes yang diberikan, diharapkan ada pertambahan nilai rata-
rata yang diperoleh siswa tetapi jika hasil tes pada siklus I tidak mencapai nilai
rata-rata yang ditetapkan, maka dilakukan kaji tindak terhadap masalah tersebut
untuk diperbaiki pada siklus berikutnya yaitu siklus II. Jika nilai rata-rata untuk
setiap tes yang diberikan sesuai dengan apa yang ditetapkan maka dapat dikatakan
aktivitas dan pemahaman konsep matematika siswa meningkat pada pokok
bahasan himpunan dengan model pembelajaran problem based learning.
Untuk memberikan skor tes pemahaman konsep dalam penelitian ini, maka
diperlukan panduan penskoran kemampuan pemahaman konsep matematika
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Panduan Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Matematika
Aspek yang Dinilai Skor Keterangan
0 Tidak ada jawaban sama sekali
1 Menyatakan ulang konsep tetapi salah
Menyatakan ulang konsep dengan
Kemampuan 2
lengkap tapi sebagian tidak benar
menyatakan ulang
Menyatakan ulang konsep dengan benar
sebuah konsep 3
tetapi tidak lengkap
Menyatakan ulang konsep dengan benar
4
dan lengkap
0 Tidak ada jawaban sama sekali
1 Menuliskan contoh dan bukan contoh
tetapi salah
2 Menuliskan contoh dan bukan contoh
Kemampuan memberi
dengan lengkap tapi sebagian tidak benar
contoh dan non contoh
3 Menuliskan contoh dan bukan contoh
dengan benar tetapi tidak lengkap
4 Menuliskan contoh dan bukan contoh
dengan benar dan lengkap
Kemampuan 0 Tidak ada jawaban sama sekali
34
( ) pada baris dan kolom yang tersedia. Penilaian terdiri dari 5 kriteria yaitu,
tidak baik (nilai 1), kurang baik (nilai 2), cukup baik (nilai 3), baik (4), sangat
baik (5).
cara menjawab;
bergantian;
menjawab pertanyaan.
36
(5) Pengkondisian suasana kelas, yang meliputi antusiasme siswa dan guru.
4.1.1. Permasalahan I
Sebelum memberikan tindakan terhadap siswa, diawal observasi
diberikan tes awal pada siswa. Tujuan diberikan tes awal tersebut ialah untuk
mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman konsep matematika siswa
tersebut. berikut ini letak kesulitan yang dialami siswa pada setiap indikator :
1) Menyatakan Ulang Konsep
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes awal, skor kemampuan siswa dalam
menyatakan ulang konsep adalah 352 dari skor maksimal 512 dengan
persentase 68,75%. Dari hasil yang diperoleh, tingkat kemampuan
pemahaman konsep siswa di kelas VII-B SMP Negeri 3 Medan dalam
menyatakan ulang konsep adalah sangat rendah.
2) Memberikan Contoh dan Non Contoh dari Suatu Konsep
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes awal, total skor kemampuan siswa
dalam memberikan contoh dan non contoh dari suatu konsep adalah 349
dari skor maksimal 512 dengan persentase 68,16% . Dari hasil yang
diperoleh, tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas VII-B
SMP Negeri 3 Medan dalam memberikan contoh dan non contoh adalah
sangat rendah.
3) Menyajikan Konsep dalam Berbagai Bentuk Representasi Matematika
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes awal, total skor kemampuan siswa
dalam menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika
adalah 246 dari skor maksimal 512 dengan persentase 48,05%. Dari hasil
39
40
4.1.2. Siklus I
Pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus I ini dilakukan dengan
tahapan-tahapan seperti dijelaskan berikut :
4.1.2.1. Perencanaan Tindakan I
41
Apersepsi:
4. Guru menanyakan dan mengingatkan kembali materi bilangan yang telah
mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya kepada peserta didik,
“Masih ingatkah kalian mengenai materi bilangan yang kita pelajari
sebelumnya? Dapatkah kalian menyebutkan bilangan-bilangan ganjil
antara 1-10 ?”.
Motivasi:
5. Guru memotivasi peserta didik dengan menyampaikan manfaat himpunan
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kegiatan Inti
Fase 1 : Mengorientasikan peserta didik kepada masalah
Mengamati:
1. Guru menampilkan masalah kehidupan sehari-hari yang berkaitan
dengan materi himpunan (Bahan Tayang 1: Slide 2) dan peserta didik
memperhatikan masalah tersebut.
Menanya:
2. Peserta didik menanya terkait masalah yang ditampilkan.
Jika tidak ada yang bertanya, guru mengajukan pertanyaan seperti:
“Apa yang dapat kita ketahui dari permasalahan tersebut?”
“Dapatkah kita menyajikan nama-nama di kelas tersebut berdasarkan
abjadnya?”
3. Guru menyampaikan bahwa beberapa pertanyaan terakhir dari
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya akan terjawab setelah
mereka menguasai materi pokok himpunan.
4. Guru memberitahukan definisi “himpunan” dengan menampilkan
contohnya di bahan tayang dan mengatakan bahwa “himpunan adalah
kumpulan objek yang memiliki sifat yang dapat didefinisikan dengan
jelas”
5. Guru memberikan contoh anggota dan bukan anggota himpunan.
Fase 2 : Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar
1. Guru mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok
diskusi dengan mempertimbangkan heterogenitas kemampuan akademik
dan gender.
Kegiatan Literasi:
43
2. Guru membagikan bahan ajar kepada tiap kelompok dan meminta peserta
didik untuk memahami bahan ajar halaman 3-13, serta menanyakan jika
ada yang tidak dipahami.
3. Guru membagikan LKPD I kepada setiap kelompok dan meminta peserta
didik menuliskan nama anggota kelompoknya.
4. Guru meminta peserta didik membaca dan memahami LKPD I dan
mengamati permasalahan pada LKPD I.
Critical Thinking:
5. Guru meminta peserta didik mendiskusikan permasalahan pada LKPD I
dan menuliskan informasi yang mereka peroleh pada permasalahan
tersebut.
Fase 3 : Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Collaboration:
Menalar:
1. Dengan diskusi kelompok, peserta didik menalar memecahkan masalah
pada permasalahan LKPD I. (gotong royong/bekerjasama)
Mengumpulkan informasi:
2. Dengan diskusi kelompok, peserta didik mengumpulkan informasi untuk
menemukan langkah-langkah memecahkan masalah matematika secara
kreatif pada LKPD I.
3. Selama peserta didik bekerja dalam kelompok, guru berkeliling untuk
memeriksa aktivitas peserta didik dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
4. Setelah memastikan bahwa setiap kelompok berhasil menyelesaikan
permasalahan pada LKPD I dan setiap individu tidak mengalami
kesulitan, guru meminta peserta didik untuk menuliskan kesimpulan
yang mereka peroleh pada LKPD I.
Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Communication:
Mengkomunikasikan:
1. Guru meminta salah satu perwakilan dari kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi mengenai permasalahan yang ada pada LKPD I. (tanggung
jawab)
2. Guru meminta tiap kelompok lain untuk memberikan apresiasi dan
tanggapan pada hasil kerja kelompok penyaji.
44
2. Pertemuan Kedua
A. Kegiatan Pendahuluan
Orientasi:
1. Guru masuk ke kelas.
2. Guru memberi salam dan meminta seorang peserta didik untuk
memimpin doa. (religius)
3. Guru memeriksa kehadiran dan menanyakan kabar peserta didik.
(disiplin)
Apersepsi:
4. Guru menanyakan dan mengingatkan kembali materi bilangan yang telah
mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya kepada peserta didik,
“Masih ingatkah kalian konsep himpunan yang kita pelajari sebelumnya?
Dapatkah kalian menyebutkan kumpulan negara di Asia Tenggara”.
Motivasi:
5. Guru memotivasi peserta didik dengan menyampaikan manfaat himpunan
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kegiatan Inti
45
4. Guru meminta peserta didik untuk memimpin doa penutup dan mengakhiri
kegiatan belajar dengan salam. (religius)
4.1.2.3. Pengamatan I
Data yang diperoleh selama pelaksanaan siklus I kemudian dianalisis
sehingga diperoleh :
Tes Pemahaman Konsep I
Dari hasil tes pemahaman konsep matematika siklus I yang diberikan
kepada 32 orang siswa, diperoleh rata-rata 69,30 atau 69,30 % dengan jumlah
siswa yang memperoleh nilai ketuntasan belajar lebih besar atau sama dengan
70 sebanyak 20 orang (62,5 %) dan yang tidak mencapai ketuntasan belajar
ialah 12 orang (37,5%).
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Persentase Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus I
Tingkat Rata-Rata
Banyak Persentase
Interval Nilai Pemahaman Kemampuan
Siswa Siswa
Konsep Siswa
90 ≤ x<100 Sangat Tinggi 3 9,375%
80 ≤ x< 90 Tinggi 5 15,625%
69,30 %
70 ≤ x <80 Cukup 12 37,500%
(Rendah)
60 ≤ x<70 Rendah 7 21,875%
¿ 60 Sangat Rendah 5 15,625%
Berdasarkan tes pemahaman konsep matematika I yang memuat
empat indikator pemahaman konsep matematika, diperoleh sebagai berikut :
1) Menyatakan Ulang Konsep
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes kemampuan pemahaman konsep I,
total skor kemampuan siswa dalam menyatakan ulang konsep adalah 434
dari skor maksimal 512 dengan persentase 84,77%. Dari hasil yang
diperoleh, tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas VII-B
SMP Negeri 3 Medan dalam menyatakan ulang konsep adalah tinggi.
2) Memberikan Contoh dan Non Contoh dari Suatu Konsep
48
kurang baik yaitu dengan nilai 2,5. Pada pertemuan ini guru tidak baik
dalam mengoptimalkan interaksi siswa dalam bekerja yang merupakan
dari bagian kegiatan inti. Sedangkan bagian yang lainnya mendapat
kriteria kurang baik dan baik.
2) Pada pertemuan pertemuan kedua siklus II setelah dilakukan penilaian,
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mendapat kriteria
kurang baik yaitu dengan nilai 2,56. Pada pertemuan ini guru tidak baik
dalam mengamati cara siswa siswa dalam menyelesaiakan soal yang
merupakan dari bagian kegiatan inti. Sedangkan bagian yang lainnya
mendapat kriteria kurang baik dan baik.
Setelah dirata-ratakan, hasil pengamatan pada siklus I menunjukkan
bahwa tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kurang baik
yaitu dengan rerata skor 2,53. Perolehan ini akan jadi bahan perbaikan untuk
kedepannya.
4.1.2.4. Refleksi I
Adapun hasil penelitian yang diperoleh pada pelaksanaan siklus I adalah
sebagai berikut :
1. Peneliti belum maksimal dalam memberikan instruksi maupun motivasi
selama proses pembelajaran.
2. Hanya beberapa siswa yang memberikan pendapatnya saat diskusi
kelompok sedangkan yang lainnya hanya mendengarkan saja.
3. Guru belum mampu mengkondisikan siswa dalam proses pembelajaran.
4. Masih banyak siswa yang kesulitan dalam mengerjakan tes kemampuan
pemahaman konsep. Hal tersebut terlihat dari hasil tes di mana masih
banyak siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan kemampuan
pemahaman konsep.
Disamping kegagalan yang terjadi selama pembelajaran, ternyata
diperoleh peningkatan pemahaman konsep siswa didalam menyelesaiakan soal-
soal setelah diterapkannya model problem based learning selama proses
pembelajaran berlangsung.
50
4.1.3. Permasalahan II
Berdasarkan analisis data dari tes kemampuan pemahaman konsep
matematika siswa I dan hasil pencapaian kemampuan guru mengelola
pembelajaran, maka masalah yang akan diatasi pada pelaksanaan siklus II adalah
sebagai berikut :
1) Siswa masih kesulitan dalam memahami konsep. Hal tersebut dapat
diperhatikan dari hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa I.
2) Guru belum mampu maksimal dalam pemberian bimbingan dan motivasi
dalam pembelajaran.
3) Guru belum maksimal dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran dan belum
maksimal dalam menggunakan waktu yang efisien sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
4.1.4. Siklus II
Berikut ini ialah deskripsi hasil penelitian kemampuan pemahaman
konsep matematika siswa dengan model problem based learning di siklus II :
4.1.4.1. Perencanaan Tindakan II
Pada tahap ini guru membuat perencanaan tindakan (alternatif
pemecahan) terhadap permasalahan atau kesulitan yang dialami siswa adalah
sebagi berikut :
1) Guru memberikan masalah-masalah kontekstual yang lebih bervariasi dan
membantu siswa untuk memahaminya serta memberikan latihan soal kepada
siswa.
2) Guru mengarahkan siswa untuk tetap fokus pada pembelajaran.
3) Guru memotivasi dan membantu siswa untuk memahami masalah pada soal.
4) Guru lebih memantau siswa, memberikan penjelasan dan memperhatikan tiap
catatan siswa
51
Creativity:
1. Guru mengarahkan peserta didik untuk mendiskusikan jawaban-jawaban
tersebut dan menentukan jawaban yang tepat.
2. Guru memberikan latihan mandiri kepada peserta didik. (mandiri)
C. Kegiatan Penutup
1. Guru mengarahkan semua peserta didik pada poin-poin penting mengenai
permasalahan yang telah dibahas agar diperoleh kesimpulan.
2. Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik karena terlibat aktif pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
3. Guru menginformasikan peserta didik untuk mempelajari materi selanjutnya.
4. Guru meminta peserta didik untuk memimpin doa penutup dan mengakhiri
kegiatan belajar dengan salam. (religius)
2. Pertemuan Kedua
A. Kegiatan Pendahuluan
Orientasi:
1. Guru masuk ke kelas.
2. Guru memberi salam dan meminta seorang peserta didik untuk
memimpin doa. (religius)
3. Guru memeriksa kehadiran dan menanyakan kabar peserta didik.
(disiplin)
Apersepsi:
4. Guru menanyakan dan mengingatkan kembali materi bilangan yang telah
mereka pelajari pada pertemuan sebelumnya kepada peserta didik,
“Masih ingatkah kalian konsep himpunan yang kita pelajari sebelumnya?
Dapatkah kalian menyebutkan kumpulan negara di Asia Tenggara?
Dapatkah kalian menyebutkan semesta dari kumpulan negara di Asia
Tenggara?”
Motivasi:
5. Guru memotivasi peserta didik dengan menyampaikan manfaat himpunan
dalam kehidupan sehari-hari.
B. Kegiatan Inti
Fase 1 : Mengorientasikan peserta didik kepada masalah
Mengamati:
55
Collaboration:
Menalar:
1. Dengan diskusi kelompok, peserta didik menalar memecahkan masalah
pada permasalahan LKPD IV. (gotong royong/bekerjasama)
Mengumpulkan informasi:
2. Dengan diskusi kelompok, peserta didik mengumpulkan informasi untuk
menemukan langkah-langkah memecahkan masalah matematika secara
kreatif pada LKPD IV.
3. Selama peserta didik bekerja dalam kelompok, guru berkeliling untuk
memeriksa aktivitas peserta didik dan memberikan bantuan jika
diperlukan.
4. Setelah memastikan bahwa setiap kelompok berhasil menyelesaikan
permasalahan pada LKPD IV dan setiap individu tidak mengalami
kesulitan, guru meminta peserta didik untuk menuliskan kesimpulan
yang mereka peroleh pada LKPD IV.
Fase 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Communication:
Mengkomunikasikan:
1. Guru meminta salah satu perwakilan dari kelompok untuk menyajikan
hasil diskusi mengenai permasalahan yang ada pada LKPD IV.
(tanggung jawab)
2. Guru meminta tiap kelompok lain untuk memberikan apresiasi dan
tanggapan pada hasil kerja kelompok penyaji.
“Tiap kelompok harus memberikan pertanyaan ataupun tanggapan
kepada kelompok penyaji”.
Fase 5 : Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Creativity:
1. Guru mengarahkan peserta didik untuk mendiskusikan jawaban-jawaban
tersebut dan menentukan jawaban yang tepat.
2. Guru memberikan latihan mandiri kepada peserta didik. (mandiri)
C. Kegiatan Penutup
1. Guru mengarahkan semua peserta didik pada poin-poin penting mengenai
permasalahan yang telah dibahas agar diperoleh kesimpulan.
2. Guru memberikan apresiasi kepada peserta didik karena terlibat aktif pada
saat proses pembelajaran berlangsung.
57
4.1.4.3. Pengamatan II
Data yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II kemudian dianalisis
sehingga diperoleh :
Tes Pemahaman Konsep II
Dari hasil tes pemahaman konsep matematika siklus II yang
diberikan kepada 32 orang siswa, diperoleh rata-rata 77,81 atau
77,81%dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai ketuntasan belajar lebih
besar atau sama dengan 70 sebanyak 25 orang (78,125%) dan yang tidak
mencapai ketuntasan belajar ialah 7 orang (21,875%).
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Persentase Pemahaman Konsep Matematika Siswa Siklus II
Tingkat Rata-Rata
Banyak Persentase
Interval Nilai Pemahaman Kemampuan
Siswa Siswa
Konsep Siswa
90 ≤ x<100 Sangat Tinggi 5 15,625%
80 ≤ x< 90 Tinggi 12 37,500%
77,81%
70 ≤ x <80 Cukup 8 25,000%
(Cukup)
60 ≤ x<70 Rendah 5 15,625%
¿ 60 Sangat Rendah 2 6,250%
Berdasarkan tes pemahaman konsep matematika I yang memuat
empat indikator pemahaman konsep matematika, diperoleh sebagai berikut :
1) Menyatakan Ulang Konsep
Berdasarkan jawaban siswa dalam tes kemampuan pemahaman konsep I,
total skor kemampuan siswa dalam menyatakan ulang konsep adalah 228
dari skor maksimal 256 dengan persentase 89,06%. Dari hasil yang
diperoleh, tingkat kemampuan pemahaman konsep siswa di kelas VII-B
SMP Negeri 3 Medan dalam menyatakan ulang konsep adalah tinggi.
2) Memberikan Contoh dan Non Contoh dari Suatu Konsep
58
cukup baik yaitu dengan nilai 3,25. Pada pertemuan ini guru melakukan
semua yang meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup, pengelolaan
waktu, dan pengkondisian suasana kelas dengan kriteria cukup baik dan
baik.
2) Pada pertemuan kedua pertama siklus II setelah dilakukan penilaian,
kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran mendapat kriteria baik
yaitu dengan nilai 3,62. Pada pertemuan ini guru melakukan semua yang
meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup, pengelolaan waktu, dan
pengkondisian suasana kelas dengan kriteria cukup baik dan baik.
Setelah dirata-ratakan, hasil pengamatan pada siklus II menunjukkan
bahwa tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran baik yaitu
dengan rata-rata skor 3,43.
4.1.4.4. Refleksi II
Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran dan tes pemahaman konsep matematika II, berikut ini diuraikan
keberhasilan dan kegagalan dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II, yaitu :
1) Hasil pengamatan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
matematika dengan model problem based learning pada siklus II ini berada
pada kategori baik. Artinya peneliti telah mapu menerapkan model
pembelajaran problem based learning dengan maksimal dalam proses
pembelajaran. Hal ini didasarakan pada hasil pengamatan kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran yang menunjukkan peningkatan dengan
semakin baiknya proses pembelajaran yang dilakukan.
2) Tes pemahaman konsep matematika II menunjukkan bahwa dari 32 orang
siswa yang mengikuti tes, 25 orang (78,125%) diantaranya mencapai
ketuntasan belajar, yaitu mencapai nilai lebih besar atau sama dengan 70.
Namun, 7 orang (21,875%) tidak mencapai syarat ketuntasan belajar. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam memahami materi koordinat
katesius sudah baik.
Rata-rata nilai kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada tes awal
adalah 59,28. Setelah mengetahui kemampuan pemahaman konsep matematika
siswa pada tes awal, guru melakukan tindakan yang dapat meningkatakan
pemahaman konsep matematika siswa, yaitu dengan menerapakan model
pembelajaran problem based learning. Rata-rata kemampuan pemahaman konsep
matematika menjadi 69,30 pada siklus I dengan kategori rendah. Pada siklus I
diperoleh bahwa kemampuan siswa pada indikator ketiga yaitu menyajikan
konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika dalam kategori rendah dan
indikator keempat yaitu mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam
penyelesaian masalah dalam kategori cukup.
Berdasarkan hasil pada siklus I, dilalukan perbaikan tindakan di siklus II
yaitu dengan membagi LKPD satu untuk setiap orang dan LKPD yang diberikan
lebih memuat permasalahan mengenai menyajikan konsep dalam berbagai bentuk
representasi matematika dan mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam
penyelesaian masalah. Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika
menjadi 77,81 pada siklus II dengan kategori cukup. Peningkatan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa dapat dilihat pada diagram 4.2.
77.81
80 69.3
59.28
60
40
20
0
al I II
ep ep
Aw ons ns
an K K o
pu an an
am am am
em ah ah
sK em em
Te sP sP
Te Te
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka diperoleh kesimpulan
bahwa kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dapat ditingkatkan
dengan model pembelajaran problem based learning. Hal ini dapat dilihat dari :
1. Terdapat peningkatan skor untuk setiap indikator pemahaman konsep dari
siklus I ke siklus II diperoleh kemampuan menyatakan ulang konsep dari
84,77 menjadi 89,06, kemampuan memberikan contoh dan noncontoh dari
80,47 menjadi 84,38, kemampuan menyajikan konsep dalam bentuk
representasi matematika dari 68,36 menjadi 71,09 dan kemampuan
mengaplikasikan konsep dari 71,48 menjadi 78,52.
2. Peningkatan ketuntasan belajar siswa dari siklus I ke siklus II diperoleh dari
69,3 dengan kategori rendah menjadi 77,81 dengan kategori cukup.
3. Hasil observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran meningkat
dari siklus I ke siklus II diperoleh dari 2,53 dengan kategori kurang baik
menjadi 3,43 dengan kategori baik.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang diujikan sebagai upaya meningkatkan
pemahaman konsep matematika siswa adalah sebagai berikut:
1 Bagi guru, dapat menerapkan model pembelajaran problem based learning
sebagai salah satu alternatif meningkatakan kemampuan kemampuan
menytakan ulang konsep dalam kategori tinggi, kemampuan memberikan
contoh dan nintoh dalam kategori tinggi, kemampuan menyajikan konsep
dalam bentuk represetasi matematika dalam kategori cukup dan kemampuan
mengaplikasikan konsep dalam kategori cukup..
2 Bagi sekolah, dapat menerapkan model pembelajaran problem based learning
sebagai salah satu alternatif pembelajaran untuk meningkatakan kemampuan
pemahaman konsep matematika siswa dalam proses pembelajaran
matematika.
64
65
DAFTAR PUSTAKA