Anda di halaman 1dari 57

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS PESERTA

DIDIK DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh seminar proposal


penelitian

Oleh
TAELA
172151040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SIIWANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS PESERTA


DIDIK DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR

Oleh
TAELA
172151040

Disahkan Oleh

Pembimbing I, Pembimbing II,

Siska Ryane Muslim M.Pd. Hetty Patmawati M.Pd


NIDN. 0428018102 NIDN. 0429017801

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Alhamdulillah Peneliti dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Analisis Kemampuan
Berpikir logis matematis Peserta Didik Ditinjau dari Kemandirian Belajar”
Tujuan Penelitian proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat dalam menempuh seminar proposal penelitian di jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada kesempatan ini
Peneliti menyampaikan ucapan terimkasih kepada:
1. Siska Ryane Muslim S.Pd., M.Pd., Selaku pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran dan tanggungjawab memberikan bimbingan dan arahan
sehingga Peneliti bisa menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Hetty Patmawati S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penyusunan
proposal penelitian ini.
3. H. Edi Hidayat, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Siliwangi.
4. Yayah Rodiyah, S.Pd., selaku guru matematika MAN 2 Kuningan yang
telah membantu dalam penelitian ini.
5. Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya
yang telah memberika bekal pengetahuan selama Peneliti menempuh
pendidikan di Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi.

Dalam penyusunan proposal penelitian ini peneliti menyadari sepenuhnya


banyak sekali kekurangan, karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun
sangat Peneliti harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang.
Tasikmalaya, Januari 2022

Peneliti,

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

1. Latar Belakang Masalah 1

2. Rumusan Masalah 5

3. Definisi Operasional 5

4. Tujuan Penelitian 6

5. Manfaat Penelitian 7

6. Landasan Teoretis 7

6.1 Kajian Teori 7

6.2 Hasil Penelitian yang Relevan 19

6.3 Kerangka Teoretis 21

6.4 Fokus Penelitian 23

7. Prosedur Penelitian 24

7.1 Metode Penelitian 24

7.2 Sumber Data Penelitian 25

7.3 Teknik Pengumpulan Data Penelitian 26

7.4 Instrumen Penelitian 27

7.5 Teknik Analisis Data 29

iii
7.6 Waktu dan Tempat Penelitian 32

DAFTAR PUSTAKA 34

7.7 LAMPIRAN-LAMPIRAN 38

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Indikator Kemampuan berpikir logis matematis 12

Tabel 2 Instrumen Soal Kemampuan berpikir logis matematis 27

Tabel 3 Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar Matematika 29

Tabel 4 Kategorisasi Kemandiran belajar 31

Tabel 5 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian 32

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 1 Kerangka Teoretis 23

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Wawancara Pra-Penelitian 36

Lampiran 2 Kisi-kisi Instumen Kemandirian Belajar 43

Lampiran 3 Angket Kemandirian Belajar Matematis 44

vii
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS PESERTA
DIDIK DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR

1. Latar belakang Masalah


Berpikir merupakan proses kognitif yang tidak dapat dilihat secara fisik,
hasil dari berpikir dapat berupa ide, pengetahuan, argumen, dan keputusan.
Berpikir matematik dapat diartikan sebagai aktivitas mental dalam melaksanakan
proses matematika atau tugas matematika (Abdullah, 2016). Matematika
merupakan pengetahuan yang memiliki obyek dasar yang abstrak, yang
berdasarkan kebenaran konsistensi, tersusun secara hirariks dan sesuai dengan
kaidah penalaran yang logis. Matematika sebagai ilmu pengetahuan dengan
penalaran deduktif mengandalkan logika dalam meyakinkan akan kebenaran suatu
pernyataan. Dalam pembelajaran matematika, kemampuan berpikir logis
matematismemerankan peran penting dalam pemahaman dan menyelesaikan soal
matematika (Imamah, 2017).
Berpikir logis matematis merupakan kemampuan cara menalar dengan
aturan logika sehingga dapat menarik kesimpulan dan membuktikannya
berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang sudah diketahui. Berpikir logis matematis
ini diartikan sebagai berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika
tertentu. Berpikir secara logis adalah suatu proses berpikir secara konsisten untuk
mengambil kesimpulan (Sumarmo 2017). Sependapat dengan Syafmen &
Marbun (Octaria, 2018). Berpikir logis matematis adalah proses penggunaan
penalaran secara konsisten untuk mengambil. Hal ini sejalan pula dengan (Hadi
dalam Octaria, 2018) yang menyatakan berpikir logis matematis merupakan cara
berpikir yang runtut, masuk akal, dan berdasarkan fakta-fakta objektif tertentu.
Pengertian berpikir logis matematisjuga dikemukakan oleh beberapa pakar
lainnya (Suryasumantri, Minderovic, Sponias dalam Septiati, 2016), berpikir logis
matematis merupakan berpikir menurut pola tertentu atau aturan inferensi logis
atau prinsip-prinsip logika untuk memperoleh kesimpulan. Sehingga bisa
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis matematis merupakan kemampuan
berpikir menurut pola atau aturan inferensi logis untuk mengambil kesimpulan.

1
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru matematika di
MA Negeri Ciawigebang Kuningan yang menyatakan bahwa masih terdapat
peserta didik yang belum mampu menyelesaikan soal dimensi tiga khususnya
dalam menghitung jarak antara titik, garis dan bidang, yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir logis, namun juga ada siswa yang sudah mampu
menyelesaikan permasalahan pada soal yang di berikan berkaitan dengan materi
tersebut. Hal ini terlihat dari kemampuan berpikir logis matematispeserta didik
masih belum memenuhi beberapa indikator diantaranya membuat makna tentang
jawaban argumen yang masuk akal; membuat hubungan logis diantara konsep dan
fakta yang berbeda; menduga dan menguji berdasarkan akal; menyelesaikan
masalah matematis secara rasional; dan menarik kesimpulan yang logis. Selain
itu kemandirian belajar siswa dalam mempelajari bangun ruang geometri belum
pernah diukur di sekolah tersebut. Sehingga, hal ini dapat menghambat peserta
didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan bangun ruang pada dimensi tiga.
Sedangkan dalam mamahami dan menyelesaikan persoalan dimensi tiga
memerlukan kemampuan berpikir logis matematis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Afida W, Yanuar dan Irkham (2021) dalam penelitiannya bahwa “peserta didik
yang kemampuan berpikir logisnya rendah masih kesulitan dan belum mampu
menarik kesimpulan yang logis. Berdasarkan fakta tersebut, peserta didik harus
memiliki kemampuan berpikir logis matematis yang memenuhi semua indikator,
khususnya pada mata pelajaran matematika yang berkaitan dengan geometri.
Siswa dengan kemampuan berpikir logis matematis tinggi, cenderung
menyukai kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Ia menyukai berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Siswa
semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan
tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami,
siswa tersebut akan bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang
dipahaminya. Strategi memecahkan masalah soal matematika ialah dengan
memberikan banyak stimulasi dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
(Khotijah, S. 2016).

2
Kemandirian belajar merupakan unsur yang penting pula dalam belajar
matematika. Hal ini disebabkan sumber belajar tidak hanya berpusat pada guru.
Ada sumber belajar di luar guru, seperti: lingkungan, internet, buku, pengalaman,
dan lain-lain. Siswa memiliki kreatifitas tinggi cenderung merasa tidak cukup
terhadap materi pelajaran yang diperoleh dari guru. Sehingga mereka mencari
informasi dari luar guru. Akibatnya pengetahuan siswa tersebut akan bertambah.
Oleh karena itu, kemandirian belajar siswa juga sangat penting dalam kegiatan
belajar matematika. Namun di lapangan, masih banyak siswa yang tergantung dari
guru dalam hal sumber belajar mereka mengandalkan materi yang diberikan oleh
guru, padahal mereka memiliki buku atau LKS yang dapat dipelajari dan sebagian
besar siswa lebih banyak mengandalkan pekerjaan hasil temannya khususnya pada
saat ujian baik ulangan harian maupun ujian bersama (M L Nanggolin, 2020).
Hal tersebut sependapat dengan Uno dalam Ranti, Budiarti, & Trisna,
(2017). Kemandirian belajar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri
dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada oranglain.
Kemandirian belajar dapat meningkatkan prestasi belajar sisiwa dalam pendidikan
matematika. Hal ini sependapat dengan Basir dalam (Bungsu, et al., 2018) bahwa
kemandirian belajar adalah suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
tertentu yang dituntut aktif secara individu. Kemandirian belajar harus menjadi
perhatian bagi semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan (Ningsih,
2016). Dari pengertian sebelumnya dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar
berarti semua siswa memiliki kesadaran sendiri untuk belajar, dapat menentukan
langkah-langkah yang harus diambil, dan mampu memperoleh sumber belajar
sendiri.
Ciri ciri orang yang mempunyai kemandirian belajar yaitu mampu berpikir
secara kritis, kreatif, dan inovatif, apabila ada masalah dipecahkan sendiri tanpa
bantuan orang lain, dan bertanggungjawab atas pekerjaannya (Ranti, et al., 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu: sistem pendidikan di
sekolah, pola asuh orang tua, dan sistem kehidupan di masyarakat (Suid, Syafrina,
& Tursinawati, 2017). Kemandirian belajar siswa menuntut untuk siswa aktif baik
sebelum dan sesudah proses pembelajaran langsung.

3
Hal ini sejalan dengan penelitian Ifan Candra & Khansha Ulya (2019)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi secure attachment yang dimiliki oleh
siswa maka semakin tinggi pula kemandirian siswa begitu pula sebaliknya,
semakin rendah secure attachment yang dimiliki siswa maka semakin rendah
kemandirian siswa. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nainggolan & Suryani (2020) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika, siswa yang
memiliki kemandirian belajar tinggi maka nilai hasil belajarnya akan tinggi
begitupula sebaliknya. Kemandirian belajar ialah suatu aktivitas dimana siswa
tidak bergantung kesiappun dan kemandirian belajar perlu dimiliki siswa supaya
mereka dapat bertanggungjawab akan tugasnya sebagai seorang pelajar.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmah, Fadila Alfi
& Jauharatul Maknunah (2019) bahwa kemampuan logis matematis dan
kemandirian belajar apabila dimiliki oleh siswa dengan kualitas yang baik akan
berdampak pada hasil belajar matematika yang baik pula. Namun dalam
kenyataaannya masih banyak siswa yang belum maksimal dalam kedua unsur
tersebut. Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang kurang, cenderung
mengandalkan sumber informasi belajar dari guru. Sehingga pengetahuan siswa
terbatas. Hal ini sangat berkaitan dengan pengembangan karakter siswa dalam
upaya mengembangkan sumber daya manusia yang unggul.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kemampuan
berpikir logis matematis dan kemandirian belajar ternyata belum ada yang
melakukan penelitian tentang menganalisi kemampuan berpikir logis matematis
yang ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Hal ini menunjukan bahwa
penelitian ini memilki perbedaan dengan penelitian yang lain. Dalam penelitian
ini difokuskan pada materi dimensi tiga. Pada materi tersebut standar kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik adalah mendeskripsikan dan menentukan jarak
dalam ruang yang meliputi jarak antara titik, garis, dan bidang. Oleh karena itu
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan
Berpikir logis matematis Peserta Didik Ditinjau dari Kemandirian Belajar.”

4
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang masalah maka dapat
ditarik kesimpulan rumusan masalah yaitu:
1) Bagaimanakah kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau
dari kemandirian belajar kategori tinggi?
2) Bagaimanakah kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau
dari kemandirian belajar kategori sedang?
3) Bagaimanakah kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau
dari kemandirian belajar kategori rendah?

3. Definisi Operasional
3.1. Analisis

Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu permasalahan secara


mendalam sesuai dengan ilmu pengetahuan yaitu untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya. Analisis juga merupakan kegiatan menguraikan data menjadi bagian
terpisah untuk memperoleh hubungan antar bagian secara mendetail sehingga
mendapat simpulan secara menyeluruh. Analisis dalam penelitian ini ialah
menganalisis kemampuan berpikir logis matematis peserta didik yang memiliki
kemandirian belajar.

3.2 Kemampuan berpikir logis matematis


Kemampuan berpikir logis matematis adalah proses berpikir yang harus
dimiliki siswa. Karena dengan kemampuan berpikir logis matematis siswa dapat
dengan mudah menyelesaikan masalah matematika yang diberikan. Kemampuan
berpikir logis matematis sangat sesuai dengan pembelajaran matematika dimana
mengutamakan kemampuan berhitung dan logika. Dengan kemampuan berpikir
logis, individu mampu membaca, memahami, dan mencerna soal-soal matematika
yang dihadapinya, baik itu soal yang sulit ataupun soal yang mudah. Kemampuan
berpikir logis matematis pada hakikatnya telah dimiliki oleh semua siswa hanya
saja memiliki tingkatan sendiri. Kemampuan berpikir logis matematis harus
beriringan dengan kemampuan pemahaman konsep, pengelolaan angka dan
kemampuan mengoprasikan operasi hitung. Indikator kemampuan berpikir logis

5
matematis yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi: 1) Membuat makna
tentang jawaban argumen yang masuk akal. 2) membuat hubungan logis diantara
konsep dan fakta yang berbeda. 3) menduga dan menguji berdasarkan akal. 4)
menyelesaikan masalah matematis secara rasional. 5) menarik kesimpulan yang
logis.
3.3 Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri


dalam berpikir dan bertindak serta tidak merasa bergantung pada orang lain.
Kemandirian merupakan suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
tertentu yang dituntut aktif secara individu. Kemandirian belajar harus menjadi
perhatian bagi semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan. Kemandirian
belajar berarti siswa memiliki kesadaran sendiri untuk belajar, dapat menentukan
langkah-langkah yang harus diambil, dan mampu memperoleh sumber belajar
sendiri. indikator dari sikap kemandirian belajar adalah (1)Inisiatif belajar, (2)
Mendiagnosa kebutuhan belajar, (3)Menetapkan target atau tujuan belajar, (4)
Memonitor, mengatur dan mengontrol belajar, (5) Memandang kesulitan sebagai
tantangan, (6) Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) Memilih dan
menerapkan strategi belajar, (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar serta (9)
Self efficacy (konsep diri).

4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui.
1) Kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian
belajar kategori tinggi.
2) Kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian
belajar kategori sedang.
3) Kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian
belajar kategori rendah.

5. Manfaat Penelitian

6
(1) Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan serta menjadi
sumber informasi bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti kemampuan berpikir
logis matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian belajar. Semoga peneitian
ini memberikan gambaran seberapa pentingnya kemampuan berpikir logis
matematis dan kemandirian belajar dalam proses belajar khususnya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.

(2) Manfaat Praktis


(a) Bagi peserta didik
Bagi peserta didik, Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi supaya
terus belajar sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir logis
matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian belajar.
(b) Bagi guru matematika
Bagi guru matematika, penelitian ini diharapkan dapat melatih peserta
didik untuk berpikir logis matematisdalam menyelesaikan suatu
permasalahan serta menerapkan kemandirian dalam belajar.
(c) Bagi Peneliti
Bagi Peneliti diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan, dan
pemahaman khususnya tentang kemampuan berpikir logis matematis
peserta didik ditinjau dari kemandirian belajar.

6. Landasan Teoretis
6.1. Kajian Teori
(1) Analisis
Analisis adalah sebuah kajian yang dilakukan guna meneliti struktur bahasa
secara mendalam, sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) analisis
adalah “penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti keseluruhan”. Secara khususnya lagi, dalam Kamus Besar
Bahas Indonesia (KBBI) pengertian analisis data berarti penelaahan dan

7
penguraian data sehingga menjadi sebuah simpulan. Sedangkan analisis menurut
Spradley (dalam Sugiono, 2018) adalah “Analysis of any kind involve way
thinking. It refers to the systematic examinatioan of something to determine its
parts, the relation among parts, and the relationship to the wholw. Analysis is s
search for patterns” (p.131). Menurut Spradley, analisis merupakan cara berpikir
dalam penelitian jenis apapun. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan
hubungannya secara keseluruhan. Berdasakan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa analisis adalah menguraikan data menjadi bagian terpisah untuk
memperoleh hubungan antar bagian secara mendetail sehingga mendapat
kesimpulan secara keseluruhan.
Pada penelitian ini yang akan dianalisis adalah kemampuan berpikir logis
matematis yang ditinjau dari kemandirian belajar. Hal ini akan menganalisis
mengenai kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik yang ditinjau dari
kemandirian belajar dalam menyelesaikan soal yang akan diberikan yaitu pada
materi dimensi tiga pokok bahasan materi jarak dua titik.

(2) Kemampuan berpikir logis matematis


Setiap individu memiliki kemampuan, kemampuan menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) yang diartikan sebagai intelegensi atau perihal cerdas,
dengan makna lain diartikan perkembangan akal yang menuju ke arah sempurna.
Menurut Saifullah dalam Suhendri Huri (2016) bahwa Kemampuan berpikir logis
matematis adalah kemampuan menggunakan anagka dengan baik dan melakukan
penalaran dengan benar.” Kemampuan ini meliputi kepekaan pada pola dan
hubungan logis, pernyataan dan dalil, fungsi logis serta abstraksi-abstraksi
lainnya. Berpikir logis matematisitu penting karena peserta didik memperoleh
disiplin mental dan belajar menentukan apakah alur pikir itu benar atau tidak.
Indikator berpikir logis matematis menurut Lestari (Lestari, n.d) meliputi: 1)
Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk akal. 2) membuat
hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda. 3) menduga dan menguji

8
berdasarkan akal. 4) menyelesaikan masalah matematis secara rasional. 5)
menarik kesimpulan yang logis.
Kemampuan berpikir logis matematis merupakan kemampuan seseorang
dalam mengukur, menghitung dan menyelesaikan permasalahan yang bersifat
sistematis hal ini di kemukakan oleh Masykur & Fathani (dalam Maemanah Anah,
2019). Kamsari dan Winarso (2018) menyatakan bahwa kemampuan berpikir
logis matematis merupakan suatu kemampuan untuk menganalisis suatau masalah
secara logis, memecahkan operasi matematis dan menneliti suatu masalah secara
ilmiah. Hal ini sependapat dengan Siti Khotijah (2016) bahwa kemampuan
berpikir logis matematis adalah kemampuan sesorang dalam menggunakan
logikanya saat berpikir untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan angka-angka dan perhitungan.
Dalam pelajaran matematika kemampuan berpikir logis matematis ini
merupakan kemampuan utama dalam menunjang proses pembelajaran siswa di
kelas. Sebab kemampuan berpikir logis matematis mempunyai karakteristik yang
ditandai dengan kemampuan seseorang dalam menalar, berpikir logis, mengolah
angka, membuat pola hubungan, memahami keteraturan, kemampuan berhitung
dan kemampuan untuk memecahkan masalah (Devitasari, R. 2019).
Berdasakan beberapa pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis matematis merupakan
gabungan dari kemampuan berhitung dan kemampuan logika sehingga siswa
dapat menyelesaikan suatu masalah secara logis. Kemampuan berpikir logis
matematis yaitu kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan
penalaran yang benar.
Membangun kemampuan berpikir logis matematis dapat dilakukan melalui
pembelajaran yang menekankan pada eksplorasi kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif baik fisik
maupun otak akan mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis siswa.
Siswa dengan kemampuan matematis tinggi cenderung menyukai kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu, konseptual,
seperti menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa

9
yang dihadapinya. Siswa semacam ini menyukai aktivitas berhitung dan memiliki
kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.
Kemampuan berpikir logis matematis yaitu kemampuan untuk
menggunakan angka dengan baik dan penalaran dengan benar. Ciri-ciri dari
kemampuan ini adalah:
1) Suka mencari penyelesaian suatu masalah
2) Mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan logis
3) Menunjukan minat yang besar terhadap analogi dan silogisme,
4) Menyukai aktivitas yang melibatakan angka, urutan, pengukuran, dan
perkiraan,
5) Dapat mengerti pola bilangan
6) Mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif.

Karakteristik lain yang mengenai kemampuan berpikir logis matematis


diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Biasanya mempunyai kemampuan yang baik dalam bidang matematika dan


sistem-sistem logika lain yang rumit;
2) Mereka menggunakan penalaran dan logika serta angka-angka dengan baik;
3) Mereka secara konseptual dalam kerangka pola-pola angka dan mampu
membuat hubungan-hubunganantara berbagai ragam informasi yang di dapat;
4) Mereka selalu ada rasa ingin tahu tentang dunia di sekeliling mereka dan
selalu menanyakan banyak hal serta mau mengerjakan eksperimentasi;
5) Selalu mempermasalahkan dan menanyakan kejadian-kejadian yang ada,
sehingga tak jarang mereka agak tak disukai atau membosankan karena
terlalu banyak bertanya.
Siswa yang memiliki karakteristik kemampuan berpikir logis
matematismatematika akan memiliki sifat mampu menciptakan model baru atau
memahami wawasan baru, mampu menggunakan bermacam keterampilan
matematis dalam memecahkan masalah matematis, mampu menggunakan simbol
abstrak untuk menunjukan secara nyata, mampu memahami dengan baik pola dan
hubungan secara logis, dan mengenal hubungan sebab-akibat dengan baik.

10
Indikator berpikir logis matematis menurut Lestari (Lestari, n.d) meliputi:
1) Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk akal. 2) membuat
hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda. 3) menduga dan menguji
berdasarkan akal. 4) menyelesaikan masalah matematis secara rasional. 5)
menarik kesimpulan yang logis. Sehingga siswa akan menggunakan pola abstrak
serta mampu berpikir logis matematisdan argumentatif. Indikator kemampuan
berpikir logis matematis tersebut, memiliki penjelasan sebagai berikut:
1. Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk akal
Artinya hasil dari berpikir logis matematisini mampu memahami
permasalahan dan menemukan seluruh informasi yang terkait dengan hal tersebut
serta di ungkapkan dengan argumen yang masuk akal.
2. Membuat hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda
Hubungan – hubungan logis untuk menghasilkan suatu konsep sehingga
siswa dapat merencanakan Artinya hasil dari berpikir logis matematisini mampu
memahami permasalahan dan menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan
serta mengungkapkan secara umum sesuai fakta
3. Menduga dan menguji berdasarkan akal.
Menduga dan menguji berdasarkan akal membuat siswa dapat menentukan
strategi atau langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
4. Menyelesaikan masalah matematis secara rasional.
Rasional yaitu suatu pemikiran yang dikemukakan oleh seseorang dengan
pertimbangan yang logis, menurut pikiran yang sehat atau cocok dengan akal
yang sehat. Sehingga siswa menyelesaikan siuatu permasalahan dengan tepat pada
setiap langkah dan dapat menetapkan kebenaran dari setiap langkah yang
digunkan
5. Menarik kesimpulan yang logis.
Kesimpulan yang logis ialah hasil dari suatu permasalah yang diselesaikan
dengan tepat sesuai langkah langkah yang digunakan. Pada kegiatan ini siswa
memberikan kesimpulan dengan tepat pada akhir suatu penyelesaian jawaban dari
permasalaham.

11
Berdasarkan indikator berpikir logis matematis menurut Lestari (2017),
indikator dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir logis matematis

N
Indikator Deskriptor

1. Siswa mampu memahami maksud dari soal


Membuat makna tentang yang diberikan
1 jawaban argumen yang 2. Siswa menyebutkan seluruh informasi dari apa
masuk akal yang diketahui dari soal (mampu merumuskan
pokok-pokok permasalahan).
1. Siswa dapat merencanakan penyelesaian soal
Membuat hubungan logis yang diberikan.
2
diantara konsep dan fakta 2. Siswa dapat mengungkapkan secara umum
yang berbeda semua langkah yang akan digunakan dalam
menyelesaikan soal yang diberikan

1. Siswa dapat menentukan strategi atau langkah-


Menduga dan menguji langkah yang akan digunakan dalam
3
berdasarkan akal. menyelesaikan soal yang diberikan.
1. Siswa dapat menyelesaikan soal secara tepat
pada setiap langkah yang digunakan
Menyelesaikan masalah 2. Siswa menetapkan kebenaran dari setiap
4
matematis secara rasional. langkah yang diagunakan dalam
menyelesaikan soal.

1. Siswa memberikan kesimpulan dengan tepat


Menarik kesimpulan yang pada tiap langkah penyelesaian
5
logis 2. Siswa dapat menyimpulkan dengan tepat pada
hasil akhir jawaban

Berdasarkan Tabel 1. bahwa kesimpulan dari indikator kemampuan


berpikir logis matematis adalah sesorang yang memiliki kemampuan berpikir
logis matematis mampu menjelaskan secara logika, berpikir dalam pola sebab-
akibat, menciptakan hipotesis, mencari keteraturan dan kemampuan berpikir
abstrak dalam memecahkan persoalan matematika. Dalam penelitian ini materi
yang akan digunakan adalah materi dimensi tiga, sub pokok bahasan materi jarak
dua titik. Berikut ini merupakan contoh soal kemampuan berpikir logis matematis

12
berdasarkan indikator: Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk
akal, membuat hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda, menduga
dan menguji berdasarkan, menyelesaikan masalah matematis secara rasional, dan
menarik kesimpulan yang logis.

Pertanyaan :
Kubus ABCD.EFGH terbentuk pada setengah bola. Kubus menyinggung
setengah bola di titik E, F, G, dan H. titik T adalah perpotongan EG dan FH Jari
jari setengah bolaadalah 10 cm.
a. Berapakah jarak
Indikator :

- Peserta didik mampu menentukan kedudukan antara duatitik dalam ruang


dimensi tiga.
- Peserta didik mampu menentukan jarak antara dua titik dalam dimensi tiga.
- Peserta didik mampu menyelesaikan soal yang yang berhubungan dengan
jarak antara titik ke titik dalam ruang bidang dimensi tiga.

Penyelesaian:

a) Langkah pertama mengilustrasikan dinding sebagai bentuk kubus karena


diketahui dalam soal panjangnya sama yaitu 10 meter.
b) Menggambar sebuah kubus ABCD.EFGH kemudian menentukan titik awal
cicak merayap sampai titik berhenti.
c) Menggambar dan menempatkan titik tersebut misalnya dengan titik M yang
berjarak 2,5m dibawah titik E dan titik N yang berjarak 2,5m di atas C.

13
d) Hubungkan titik M dengan titik N, karena cicak tidak bisa terbang maka
lintasan terdekat melewati bidang ABEF dan bidang BCFG titik M terletak
pada bidang ABEF, titik N terletak pada bidang BCFG.
e) Missal M' adalah proyeksi titik M pada bidang ABEF dan titik M' sejajar titik

N. Maka Jarak titik M' ke titik A adalah 2,5m.

Maka diperoleh:

Jarak MM =AE −( EM + A M )=10−( 2,5+2,5 ) =5 m


' '

Jarak M ' N=10 ×2=20 m


Maka :


MN = ( M M ) + ( M N ) = √( 5 ) + ( 20 ) = √ 25+ 400= √ 425= √25 ×17=5 √17 m
' 2 ' 2 2 2

Jadi jarak titik M ke titik N adalah 5 √ 17 m


Maka panjang lintasan terpendek yang dilalui cicak ialah 5 √ 17 m.

Berikut penjelasan dan analisis tes kemampuan berpikir logis matematis


sesuai dengan indikator kemampuan berpikir logis matematis, yaitu:
1. Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk akal
Artinya hasil dari berpikir logis matematisini mampu memahami
permasalahan dan menemukan seluruh informasi yang terkait dengan hal tersebut
serta di ungkapkan dengan argumen yang masuk akal. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban di bawah ini.
a) Langkah pertama mengilustrasikan dinding sebagai bentuk kubus karena
diketahui dalam soal panjangnya sama yaitu 10 meter.
b) Menggambar sebuah kubus ABCD.EFGH kemudian menentukan titik awal
cicak merayap sampai titik berhenti.
c) Menggambar dan menempatkan titik tersebut misalnya dengan titik M yang
berjarak 2,5m dibawah titik E dan titik N yang berjarak 2,5m di atas C.

14
d) Hubungkan titik M dengan titik N, karena cicak tidak bisa terbang maka
lintasan terdekat melewati bidang ABEF dan bidang BCFG titik M terletak
pada bidang ABEF, titik N terletak pada bidang BCFG.
e) Missal M' adalah proyeksi titik M pada bidang ABEF dan titik M' sejajar titik
N. Maka Jarak titik M' ke titik A adalah 2,5m.

2. Membuat hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda


Hubungan – hubungan logis untuk menghasilkan suatu konsep sehingga
hasil dari berpikir logis matematisini mampu memahami permasalahan dan
menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan serta mengungkapkan secara
umum sesuai fakta. Hal ini dapat dilihat dari jawaban di bawah ini.
a) Hubungkan titik M dengan titik N, karena cicak tidak bisa terbang maka
lintasan terdekat melewati bidang ABEF dan bidang BCFG titik M terletak
pada bidang ABEF, titik N terletak pada bidang BCFG.
b) Missal M' adalah proyeksi titik M pada bidang ABEF dan titik M' sejajar titik

N. Maka Jarak titik M' ke titik A adalah 2,5m.

Maka diperoleh:

Jarak MM =AE −( EM + A M )=10−( 2,5+2,5 ) =5 m


' '

'
Jarak M N=10 ×2=20 m

3. Menduga dan menguji berdasarkan akal.


Menduga dan menguji berdasarkan akal membuat siswa dapat menentukan
strategi atau langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban di bawah ini.
a) Langkah pertama mengilustrasikan dinding sebagai bentuk kubus karena
diketahui dalam soal panjangnya sama yaitu 10 meter.

15
b) Menggambar sebuah kubus ABCD.EFGH kemudian menentukan titik awal
cicak merayap sampai titik berhenti.
c) Menggambar dan menempatkan titik tersebut misalnya dengan titik M yang
berjarak 2,5m dibawah titik E dan titik N yang berjarak 2,5m di atas C.
d) Hubungkan titik M dengan titik N, karena cicak tidak bisa terbang maka
lintasan terdekat melewati bidang ABEF dan bidang BCFG titik M terletak
pada bidang ABEF, titik N terletak pada bidang BCFG.
e) Missal M' adalah proyeksi titik M pada bidang ABEF dan titik M' sejajar titik
N. Maka Jarak titik M' ke titik A adalah 2,5m.

4. Menyelesaikan masalah matematis secara rasional.


Pada tahap ini yaitu langkah proses penyelesian dengan perhitungan
matematis yang secara rasional, Sehingga untuk menyelesaikan suatu
permasalahan dengan tepat pada setiap langkah dan dapat menetapkan kebenaran
dari setiap langkah yang digunkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban di bawah
ini.
Jarak MM =AE −( EM + A M )=10−( 2,5+2,5 ) =5 m
' '

'
Jarak M N=10 ×2=20 m
Maka :


MN = ( M M ) + ( M N ) = √( 5 ) + ( 20 ) = √ 25+ 400= √ 425= √25 ×17=5 √17 m
' 2
' 2 2 2

5. Menarik kesimpulan yang logis.


Kesimpulan yang logis ialah hasil dari suatu permasalah yang diselesaikan
dengan tepat sesuai langkah langkah yang digunakan. Pada soal ini hasil akhir
memberikan kesimpulan dengan tepat pada akhir suatu penyelesaian jawaban dari
permasalaham. Hal ini dapat dilihat dari jawaban di bawah ini.

Jadi jarak titik M ke titik N adalah 5 √ 17 m


Maka panjang lintasan terpendek yang dilalui cicak ialah 5 √ 17 m.

(3) Kemandirian Belajar

16
Sikap mandiri harus dimiliki oleh setiap peserta didik, khusunya untuk
mempunyai prestasi belajar yang baik peserta didik tentu saja melakukan
kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk senantiasa aktif, sehingga dapat
terus meningkatakan kemandiarian belajarnya. Kemandirian belajar berasal dari
kata “mandiri” ditambah dengan awalan “ke” dan diakhiran “an”. Konsep yang
sering digunakan atau relevan dengan kemandirian belajar adalah autonomy.
Menurut Seifert dan Hoffnung yang dikutif oleh Desmita ( 2016 : 185) bahwa,
otonomi atau kemandirain adalah the ability to govern and regulate one’s own
thought, feelings, and actions freely adan responsbly while overcoming feelings of
shame and doubt. Artinya otonomi atau kemandirian adalah kemampuan untuk
memimpin dan mengatur diri sendiri baik pikiran, perasaan, tingkah laku, serta
menghilangkan hal-hal yang meragukan dalam dirinya sendiri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mandiri adalah “berdiri
sendiri”. Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri
kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan daninisiatif sendiri
dalam belajar, bersikap, dan berbangsa maupun bernegara.
Uno menyatakan dalam (Ranti, Budiarti, & Trisna 2017) bahwa
kemandirian belajar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dalam
dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain. Kemandirian belajar
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pendiidkan matematika. Sejalan
pula dengan Basir dalam (Bungsu et al., 2018) yang menyatakan kemandirian
belajar adalah suatu proses pemebelajaran untuk mencapai tujuan tertentu yang
dituntut aktif secara individu. Kemandirian belajar harus menjadi perhatian bagi
semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan.
Kemandirian yang dikemukakan Erikson (dalam Maharani, Winda, 2021)
bahwa kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri sendiri dari orang tua
dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari igentitas ego,
yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri
sendiri. Atau dengan kata lain kemandirian belajar adalah suatu aktivitas belajar
yang dilakukan siswa tanpa bergantung kepada bantuan dari orang lain baik teman
maupun gurunya dalam mencapai tujuan belajar, oleh sebab itu siswa akan

17
menguasai materi atau pengetahuan dengan baik dan dapat mengaplikasikan
pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Berdasarkan pendapat para Buar diatas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran tanpa
harus bergantung pada guru, sehingga proses belajar mengajar akan lebih optimal.
Kemandirian belajar telah menjadi salah satu aspek sikap dalam pendidikan
karakter. Lebih khusus mengenai sikap kemandirian belajar, pemerintah dalam
peratuiran menteri nomor 41 tahun 2007 menjelaskan bahwa sikap kemandirian
belajar suatu sikap yang dimiliki individu untuk belajr dengan inisiatif sendiri
dalam upaya menginternalisasi pengetahuan tanpa tergantung atau melibatkan
serta mendapatkan bimbingan langsung dari orang lain. (Ananda, W. & Aziz, A.
2020).
Dalam pembelajaran matematika diperlukan kemandirian belajar, hal ini
disebabkan hakekat matematika, yaitu: kebenerannya berdasarkan logika,
objeknya abstrak, melatih kemampuan berhitung dan berpikir logis, dan aplikatif.
Sebab siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi maka akan hasil belajar
matematikanya pun tinggi pula. Siswa yang memiliki kemandirian belajar dapat
dilihat dari beberapa ciri baik yang terlihat seperti tingkah laku atau keterampilan
maupun yang tidak terlihat seperti pola berpikir dan kemampuan kognitif.
(Malenda, Tria, 2018).
Indikator kemandirian belajar siswa menurut Utari Sumarmo, Heris
Hendriana, dan Eti rohaeti (2017) yaitu meliputi: (1) Inisiatif belajar, (2)
Mendiagnosa kebutuhan belajar, (3)Menetapkan target atau tujuan belajar, (4)
Memonitor, mengatur dan mengontrol belajar, (5) Memandang kesulitan sebagai
tantangan, (6) Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) Memilih dan
menerapkan strategi belajar, (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar serta (9)
Self efficacy (konsep diri).
Kemandirian belajar sangat penting bagi siswa dan harus dimiliki oleh
siswa dalam upaya meminimalisir fenomena-fenomena belajar yang kurang
mandiri, seperti: tidak betah belajar lama di kelas atau belajar hanya menjelang
ujian, membolos, menyontek, pasif di dalam kelas. Selain itu, upaya upaya untuk

18
menjauhkan siswa dari kompleksitas permasalahan di masyarakat yang secara
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kemandirian belajar.
Kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri
segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaaluasi dan selanjutnya merencanakan
sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa mau aktif dalan
proses pemebelajaran yang ada. Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang
berbeda dengan teman-temannya. Hal ini disebabkan karena siswa memiliki
potensi yang berbeda dengan orang lain. Kemandirian dalam belajar perlu
diberikan kepada siswa agar mereka mampu tanggung jawab dalam mengatur dan
mendispilinkan dirinya dan mengembangkan kemampuan belajarnya.

6.2. Hasil Penelitian yang Relevan.


Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ardiyanto, Bagas., dkk. (2021)
dengan judul “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Kelas X
Pada Materi Persamaan Logaritma Ditinjau Dari Kemandirian Belajar” bahwa
terdapat 3 pengkategorian kemandirian belajar yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Kemudian setiap kategori kemandirian belajar diberikan 2 sampel untuk dianalisis
lebih lanjut, sehingga diperoleh subjek dengan kemandirian belajar rendah belum
memenuhi semua indikator berpikir kritis subjek dengan kemandirian belajar
sedang memiliki 3 indikator kemampuan berpikir kritis yaitu interpretasi, analisis,
dan evaluasi yang baik. Namun, masih kurang tepat dalam inferensi (kesimpulan).
Subjek dengan indikator kemandirian belajar tinggi memenuhi semua indikator
kemampuan berpikir kritis. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang saya
akan lakukan ialah terletak pada variabel kemandirian belajar.Perbedaannya ialah
penelitian ini menganalisis kemampuan berpikir kritis matematis, sedangkan
penelitian ini ialah menganalisis kemampuan berpikir logis matematis.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, Lilis &
Fatmahanik, Ulum (2020) dengan judul “Kemampuan Berpikir logis matematis
Materi Pecahan pada Siswa Berkemampuan Awal Tinggi” bahwa hasil data yang
didapat dalam penelitian ini, siswa dengan kemampuan awal tinggi mampu
memenuhi semua indikator kemampuan berpikir logis matematis. Siswa juga

19
mampu menunjukkan adanya aktivitas kemampuan berpikir logis matematisnya
pada setiap tahap indikator berpikir logis matematis dengan baik, yaitu membuat
makna tentang jawaban argumen yang masuk akal berupa siswa mampu
memahami maksud dari soal yang diberikan, membuat hubungan logis diantara
konsep dan fakta yang berbeda, menduga dan menguji berdasarkan akal,
menyelesaikan masalah matematis secara rasional, dan menarik kesimpulan yang
logis. Guru hendaknya perlu mengetahui seberapa jauh kemampuan awal berpikir
logis matematis siswa untuk dimaksimalkan, agar pada pembelajaran yang akan
datang bisa mendapatkan proses pembelajaran dengan hasil yang maksimal. Dan
bagi siswa hendaknya terus mengasah cara berpikir logis matematisnya agar pada
proses pembelajaran bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Persamaan
penelitian sebelumnya dengan yang saya akan teliti ialah terletak pada variabel
kemampuan berpikir logis matematis. Perbedaannya penelitian sebelumnya
menganalisis kemampuan kemampuan awal matematis tinggi sedangkan
penelitian ini adalah menganalisis berpikir logis matematis yang ditinjau dari
kemandirian belajar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, Sri, D. (2019). Dengan
judul “Analisis Kemampuan Berpikir Logis Matematis Pada Siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) Berdasarkan Pola Sidik Jari Arches” bahwa analisis
kemampuan berpikir logis matematis siswa berdasarkan pola sidik jari Arches
dengan tiga siklus yaitu memilih subjek penelitian, memberi testulis kepada
subjek, dan mengklarifikasi subjek dengan wawancara, yaitu secara umum dari
ketiga indikator, subjek dapat memenuhi dua indikator yaitu indikator menjadikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan memberikan bukti atau
alasan terhadap kebenaran solusi. Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang
saya akan teliti ialah terletak pada variabel kemampuan berpikir logis matematis.
Perbedaannya penelitian sebelumnya menganalisis kemampuan berpikir logis
matematis berdasarkan pola sidik jari arches sedangkan penelitian ini adalah
menganalisis kemampuan berpikir logis matematis yang ditinjau dari kemandirian
belajar.

20
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita P. S., Kamid, & M. Rusdi
(2021) dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMK Terhadap Pembelajaran Trigonometri Secara Online Berbantuan
Android ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa.” Bahwa kemandirian siswa
dan keterlaksanaan pembelajaran oleh guru memiliki kesinambungan, dimana
guru telah mempersiapkan semua bahan ajar yang diperlukan untuk membangun
kemandirian siswa dapat dilihat tingginya persentase yang di dapat oleh guru mata
pelajaran dan untuk mempermudah siswa memahami materi ajar. Kemudian,
siswa yang mampu memenuhi indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis merupakan siswa dengan level kemandirian belajar tinggi, sedangkan
siswa yang tidak mampu memenuhi indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis merupakan siswa dengan level kemandirian belajar rendah. Hal ini
mengindikasikan bahwa guru harus memperhatikan kategori kemandirian siswa
agar dapat memperkirakan kemampuan pemecahan masalah yang siswa punya.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang saya akan teliti ialah terletak pada
variabel yang di tunjau dari kemandirian belajar siswa. Perbedaannya penelitian
sebelumnya menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis sedangkan
penelitian ini adalah menganalisis kemampuan berpikir logis matematis.

6.3. Kerangka Teoretis

Manusia memiliki bermacam-macam kemampuan berpikir dan salah satu


jenis kemampuan yang dimiliki oleh manusia adalah kemampuan berpikir logis.
Berpikir logis matematis merupakan kemampuan seseorang dalam menghitung,
mengukur, mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan
operasi-operasi matematis. Indikator berpikir logis matematis menurut Lestari
(Lestari, n.d) meliputi: 1) Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk
akal. 2) membuat hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda. 3)
menduga dan menguji berdasarkan akal. 4) menyelesaikan masalah matematis
secara rasional. 5) menarik kesimpulan yang logis. Sehingga siswa akan
menggunakan pola abstrak serta mampu berpikir logis matematisdan
argumentatif.

21
Faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan kemampuan matematis
logis pada peserta didik salah satunya ialah kemandirian belajar. Indikator
kemandirian belajar siswa menurut Sumarmo (dalam Maharani, Winda, 2021)
yaitu meliputi: (1) Inisiatif belajar, (2) Mendiagnosa kebutuhan belajar,
(3)Menetapkan target atau tujuan belajar, (4) Memonitor, mengatur dan
mengontrol belajar, (5) Memandang kesulitan sebagai tantangan, (6)
Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) Memilih dan menerapkan
strategi belajar, (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar serta (9) Self efficacy
(konsep diri). Dengan demikian, dalam menyelesaikan persoalan dimensi tiga
yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis matematis membutuhkan sikap
percaya diri, tidak bergantung ke orang lain, dalam menyelesaikan persoalan
tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka teoretis penelitian ialah
sebagai berikut:

22
Indikator:
Membuat makna tentang jawaban
argumen yang masuk akal.
Membuat hubungan logis diantara
konsep dan fakta yang berbeda.
Kemampuan
Menduga dan menguji berdasarkan
Berpikir Logis akal.
Matematis Menyelesaikan masalah matematis
secara rasional.
Menarik kesimpulan yang logis.

Soal Kemampuan
Kemampuan Berpikir Logis
berpikir logis Matematis ditinjau
matematis dari Kemandirian
Belajar
Kemandirian Kemandirian Kemandirian
Belajar rendah Belajar sedang Belajar Tinggi

Indikator:
Inisiatif belajar
Kemandirian Mendiagnosa kebutuhan belajar
Belajar siswa Menetapkan target atau tujuan
belajar
Memonitor, mengatur dan
mengontrol belajar
Memandang kesulitan sebagai
tantangan
Memanfaatkan dan mencari
sumber yang relevan,
Memilih dan menerapkan
strategi belajar
Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
Self efficacy (konsep diri)

Gambar 1. Kerangka Teoretis

6.4. Fokus Penelitian


Fokus penelitian merupakan batasan masalah dalam penelitian kualitatif
yang berisi pokok masalah yang masih bersifat sementara dan akan berkembang
saat penelitian dilapangan atau situasi sosial tetentu. Fokus pada penelitian ini
adalah mengetahui perhitungan secara matematis, pemecahan masalah pada
pengerjaan soal yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis matematis yang
ditinjau dari kemandirian belajar siswa pada materi dimensi tiga sub bab jarak dua
titik dalam suatu bidang dimensi tiga.

23
7. Prosedur Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7.1. Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, baik itu secara holistik dan dengan cara
deskripsi yang diolah dengan bentuk kata-kata dan bahasa. Hal ini diungkapkan
oleh Moleong (2014:217) dalam (Justika, Asti. 2020). Pernyataan tersebut juga
sejalan dengan pernyataan Sugiyono (2018: 15) yang mengatakan bahwa metode
penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
dimana peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif tidak
hanya menghasilkan data tetapi harus menghasilkan informasi-informasi yang
bermakna bahkan bisa sampai menemukan hipotesis atau ilmu baru untuk
memecahkan masalah kehidupan manusia (Hanafi et al 2019).
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksploratif dengan pendekatan Case Study. Metode penelitian eksploratif menurut
Ibrahim (2016) adalah suatu kinerja penelitian yang digunakan untuk menyelidiki
lebih jauh dan mendalam terhadap kemungkinan-kemungkinan lain dari
permasalahan yang diteliti, bahkan lebih dari sekadar menggambarkan dan
menjelaskan seperti apa yang ada di lapangan. Sementara itu, Creswell (dalam
Muliana, 2018) mengungkapkan bahwa Studi Kasus (Case Study) adalah sebuah
model yang memfokuskan eksplorasi “sisitem terbatas” (Bounded Sistem) atas
satu kasus khusus ataupun pada sebagian kasus secara terperinci dengan
penggalian data secara mendalam. Dengan demikian, dalam penelitian ini

24
menggunakan metode eksploratif yang bertujuan untuk mengeksplorasi
kemampuan berpikir logis matematis peserta didik pada materi dimensi tiga
ditinjau dari kemandirian belajar dengan pendekatan case study yang berguna
untuk meperkuat data.

25
7.2. Sumber Data Penelitian
1. Tempat (Place)
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XII MIPA MAN Ciawigebang
Kuningan yang beralamat di jalan Siliwangi KM 108 Kec. Ciawigebang Kab.
Kuningan Jawa Barat 45591. Alasan Peneliti memilih di kelas XII karena di kelas
XII terdapat materi yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis matematis
yaitu materi dimensi tiga sub bab jarak antara titik dan bidang, sehingga
diharapkan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini.
2. Pelaku (Actors)
Pemilihan subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XII MAN
Ciawigebang Kuningan tahun 2021/2022, yang dipilih secara purposive yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Sugiyono (2018) Purposive
adalah pemilihan subjek atau sumber data sebagaimana yang dibutuhkan dalam
penelitian. Langkah selanjutnya, calon subjek diberikan angket kemandirian
belajar bergiliran secara perorangan dengan diawasi oleh peneliti supaya subjek
tidak sembarangan mengisi angketnya. Hasil dari angket kemandirian belajar
selanjutnya dikelompokkan ke dalam kategori kemandirian belajar tinggi,
kemandirian belajar sedang dan kemandirian belajar rendah. Selanjutnya pada tiap
kategori kemandirian belajar dipilih sebanyak 1 siswa menggunakan purposive,
yaitu subjek yang mampu berkomunikasi dengan baik, dapat memberikan
informasi yang diharapkan dan bersedia untuk dijadikan subjek. Subjek penelitian
yang akan diperoleh yaitu 1 subjek yang memiliki kemandirian belajar tinggi, 1
subjek yang memiliki kemandirian belajar sedang dan 1 subjek yang memiliki
kemandirian belajar rendah.
3. Aktivitas (activity)
Aktivitas yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu peserta didik
mengisi angket kemandirian belajar untuk dikategorikan menjadi kategori
kemandirian belajar tinggi, kemandirian belajar sedang, dan kemandirian belajar
rendah. Selanjutnya subjek penelitian yang mempunyai tingkat kemandirian belajr
tersebut mengerjakan soal tes kemampuan berpikir logis matematis pada materi
dimensi tiga. Kemudian untuk mengetahui hal-hal yang tidak diungkapkan secara

26
lebih mendalam, maka dilakukan wawancara untuk menggali lebih dalam tentang
kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajar.

7.3. Teknik Pengumpulan Data Penelitian


Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah adalah data hasil
kemampuan berpikir logis matematis, kemandirian belajar, dan data hasil
wawancara. Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan secara ilmiah
sehingga pengumpulan data lebih banyak pada observasi, wawancara,
dokumentasi serta gabungan dari ketiganya (Sugiyono, 2018). Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini ialah sebagai berikut.
1) Angket Kemandirian Belajar
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket kemandirian
belajar. Angket kemandirian ini diberikan kepada peserta didik kelas XII. Tujuan
dari pengisian angket ini adalah untuk mendapatkan data kemandirian belajar
peserta didik untuk dikategorikan menjadi kemandirian belajar tinggi,
kemandirian belajar sedang, dan kemandirian belajar rendah.
2) Tes Kemampuan Berpikir logis matematis
Untuk memperoleh data kemampuan berpikir logis matematis
dilaksanakan tes berupa soal mengenai kemampuan berpikir logis matematis yang
mengacu pada indikator kemampuan berpikir logis matematis. Tes yang diberikan
adalah tes dalam bentuk uraian pada materi dimensi tiga yang dibuat oleh peneliti.
3) Wawancara
Wawancara yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah wawancara tak
berstruktur. Pelaksanaan wawancara dilakukan terhadap subjek setelah
menyelesaikan tes kemampuan berpikir logis matematis dan mengisi angket
kemandirian belajar. Teknik wawancara ini dilakukan untuk memperkuat data dan
menambah informasi dari hasil tes kemampuan berpikir logis matematis serta
untuk mengetahui lebih dalam peserta didik untuk dikategorikan menjadi kategori
kemandirian belajar tinggi, kemandirian belajar sedang, dan kemandirian belajar
rendah. Dalam melakukan wawancara peneliti mengajukan beberapa pertanyaan
terkait proses penyelesaian soal-soal pada tes kemampuan berpikir logis

27
matematis. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Dalam
Sugiyono (2018) menyatakan bahwa penelitian kualitatif berfungsi sebagai
human instrument yang bertugas untuk menentukan fokus penelitian, menentukan

7.4. Instrumen Penelitian


responden sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis
data, menginterpretasikan data sampai pada pembuatan kesimpulan. Instrumen
pendukung dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
(1) Peneliti
Instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri, sehingga di dalam penelitiannya peneliti dapat menyesuaikan diri
terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data
sekaligus.
(2) Soal Kemampuan berpikir logis matematis
Dalam Penelitian ini tes yang diberikan berupa soal mengenai kemampuan
berpikir logis matematis yang berbentuk uraian yang dibuat oleh peneliti pada
materi dimensi tiga. Instrumen berupa soal kemampuan berpikir logis matematis
yang terdiri dari.
Tabel 2 Instrumen soal Kemampuan berpikir logis matematis

Indikator
Materi Bentuk No
Kemampuan Deskriptor
Dimensi Tiga soal soal
Matematis
Menyelesaikan 1. Siswa mampu memahami
masalah yang maksud dari soal yang
berkaitan diberikan
Membuat
dengan materi 2. Siswa menyebutkan seluruh
makna tentang informasi dari apa yang
dimensi tiga Uraian 1
jawaban diketahui dari soal (mampu
dalam
argumen yang merumuskan pokok-pokok
kehidupan
masuk akal permasalahan).
sehari - hari.

28
Indikator
Materi Bentuk No
Kemampuan Deskriptor
Dimensi Tiga soal soal
Matematis
6
1. Siswa dapat merencanakan
Membuat penyelesaian soal yang
hubungan logis diberikan.
diantara 2. Siswa dapat Uraian 1
konsep dan mengungkapkan secara
fakta yang umum semua langkah yang
berbeda akan digunakan dalam
menyelesaikan soal yang
diberikan
7
Menyelesaika Menduga dan 1. Siswa dapat menentukan
n masalah strategi atau langkah-
menguji Uraian 1
langkah yang akan
yang berdasarkan
digunakan dalam
berkaitan akal
menyelesaikan soal yang
dengan materi
diberikan.
dimensi tiga
8
dalam 1. Siswa dapat menyelesaikan
kehidupan Menyelesaikan soal secara tepat pada setiap
sehari - hari. masalah langkah yang digunakan Uraian 1
matematis 2. Siswa menetapkan
secara rasional. kebenaran dari setiap
langkah yang diagunakan
dalam menyelesaikan soal.
9
1. Siswa memberikan
kesimpulan dengan tepat
Menarik
pada tiap langkah Uraian 1
Kesimpulan
penyelesaian
yang logis
2. Siswa dapat menyimpulkan
dengan tepat pada hasil
akhir jawaban

(3) Angket Kemandirian Belajar


Angket kemandirian belajar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dimodifikasi dari angket kemandirian belajar menurut Monica Septiani (2018).
Angket kemandirian belajar ini memuat pernyataan positif dan negatif yang

29
menyangkut indikator kemandirian belajar peserta didik. Berikut kisi-kisi angket
kemandirian belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan pada
tabel dibawah.

Indikator kemandirian belajar siswa menurut Utari Sumarmo, Heris


Hendriana, dan Eti rohaeti (2017) yaitu meliputi: (1) Inisiatif belajar, (2)
Mendiagnosa kebutuhan belajar, (3)Menetapkan target atau tujuan belajar, (4)
Memonitor, mengatur dan mengontrol belajar, (5) Memandang kesulitan sebagai
tantangan, (6) Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) Memilih dan
menerapkan strategi belajar, (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar serta (9)
Self efficacy (konsep diri).

Tabel 3. Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar Matematika

Nomor Butir Soal


No Indikator Jumlah
Positif Negatif
1 Inisiatif Belajar 1,2,14 3,5 5
2 Mendiagnosa Kebutuhan belajar 4, 26 19 3

3 Menetapkan target atau tujuan


6 10 2
belajar
4 Memonitor, mengatur dan
8,18 29 3
mengontrol belajar
5 Memandang kesulitan sebagai
7,9,21 12 4
tantangan
6 Memanfaatkan dan mencari sumber
24 23 2
yang relevan
7 Memilih dan menerapkan strategi
11,22 25 3
belajar
8 Mengevaluasi proses dan hasil 15, 17,
16, 30 5
belajar 20
9 Self efficacy (konsep diri). 13, 28 27 3
Jumlah 18 12 30

7.5 Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif
dengan menyusun data yang diperoleh secara sistematis, mengkategorikan data,

30
melakukan sintesa dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2018). Sedangkan
menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2018: 334) analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat
di informasikan kepada orang lain.
Secara lebih rinci teknik analisis data model Miles and Huberman (dalam
Sugiyono, 2018) dipaparkan sebagai berikut.
1) Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokusan, dan
pengkategorisasaian data. Data yang diperoleh pastilah dalam jumlah yang banyak
dan kompleks sehingga reduksi data bertujuan agar data tidak salaing bertumpuk
dan bertumpang tindih. Sugiyono (2018) menyatakan bahwa reduksi data
berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas, memudahkan mencari data
yang diperlukan pada pengumpulan data selanjutnya. Tahapan mereduksi data
dalam penelitian ini adalah:
(a) Pengisian angket kemandirian belajar matematika secara perorangan dan
diawasi oleh peneliti supaya subjek tidak sembarangan saat mengisi angket.
Kemudian hasil pengisian angket di beri skor yang penilaiannya
menggunkana skala likert dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS),. Setuju
(S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Pilihan jawaban ini bertujuan
mendorang peserta didik untuk mengetahui seberapa besar kemandirian
belajar matematis yang dimiliki peserta didik. Pemberian skor yang diperoleh
dari setiap pilihan jawaban untuk pernytaan positif SS=4, S=3, TS=2.
STS=1, sedangkan untuk pernyataan negatif bernilai sebaliknya yaitu SS=1,
S=2, TS=3, STS=4. Hasil skor yang telah diperoleh berdasarkan rubik
pemberian skor pada kuesioner, akan dikonversi ke dalam bentuk kualitatif
yang merajuk pada kategorisasi dari Kurnia dkk. (dalam Rahmatiya &
Miatun, 2020). Berikut pengkategorisasian kemandirian belajar matematis
yang di sajikan dalam tabel dibawah.

31
Tabel 4 Kategorisasi Kemandiran Belajar

Interval Interval Kategori


X < M −1 SD X < 20 Kemandirian belajar rendah
M −ISD ≤ X < M +1 SD 20 ≤ X <100 Kemandirian belajar sedang
X ≥+1 SD X ≥ 100 Kemandirian belajar tinggi

Tingkat kemandirian untuk kategori kemandirian belajar tinggi menunjukan


sikap akan berusaha untuk bertanggung jawab terhadap kemajuan
prestasinya, mengatur diri sendiri, memiliki inisiatif yang tinggi dan memiliki
dorongan yang kuat untuk terus menerus mengukir prestasi. Individu yang
memiliki kemandirian belajar sedang ia kurang percaya diri dan tidak
sepenuhnya bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasinya. Sedangkan
individu yang memiliki kemandirian belajar rendah menunjukan sikap tidak
bertanggung jawab terhadap prestasinya, tidak ada inisiatif untuk mengejar
prestasi, serta tidak mempunyai dorongan yang kuat untuk belajar.
(b) Memberikan tes kemampuan berpikir logis matematis dengan diamati dan
dicatat oleh peneliti perihal kejadian yang dialami oleh peserta didik saat
mengerjakan tes tersebut.
(c) Mengkoreksi hasil tes kemampuan berpikir logis matematis. Jika jawaban
peserta didik belum memenuhi apa yang diharapkan, yaitu menjawab semua
soal tetapi yang menjawab salah semua tidak diambil, maka mencari subjek
lain untuk melakukan tes kemampuan berpikir logis matematis. Langkah
tersebut dilakukan sampai menemukan yang sesuai dengan rumusan masalah
penelitian.
(d) Wawancara dilaksanakan terhadap subjek dari kategori kamandirian belajar
tinggi, sedang dan rendah. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui lebih
dalam kemampuan berpikir logis matematis peserta didik saat mengerjakan
tes dan kemandirian belajar peserta didik.
(e) Hasil wawancara dengan subjek penelitian akan disusun menjadi bahasa yang
baik sehingga menjadi data yang siap digunakan.

32
2) Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, tahap selanjutnya yaitu penyajian data. Dalam
penelitian ini data yang telah di reduksi akan disajikan dalam bentuk uraian
singkat yang bersifat naratif, yaitu mendeskripsikan hasil tes kemampuan berpikir
logis matematis peserta didik dan hasil kemandirian belajar serta mendeskripsikan
hasil wawancara.

3) Penarikan Kesimpulan / Verifikasi (Conclusion Drawing / Verification)


Verifikasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggabungkan hasil
pengerjaan tes kemampuan berpikir logis matematis dengan angket kemandirian
belajar, dan hasil wawancara peserta didik dengan teori-teori yang mendukung,
sehingga dapat ditarik kesimpulan Kecerdasdan logis matematis peserta didik
berdasarkan kategori kemandirian belajar.

7.6. Waktu dan Tempat Penelitian


(1) Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada Desember 2021 sampai dengan
Maret 2022 pada semester genap tahun ajaran 2021/2022. Untuk lebih jelasnya
mengenai penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5 Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian

Bulan
No Jenis Kegiatan Feb Mar Jan Feb Maret
Juli – Des 2021
2021 2021 2022 2022 2022

Memperoleh SK
1
bimbingan Skripsi
2 Pengajuan Judul Skripsi
Pembuatan Proposal
3
Skripsi
Seminar Proposal
4
penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan

33
Feb Mar Jan Feb Maret
Juli – Des 2021
2021 2021 2022 2022 2022

Pembuatan Instrumen
5
Penelitian
6 Proses Perizinan Penelitian
7 Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis
8
Data
Penelitian dan Bimbingan
9
Skripsi
10 Penyelesaian Skripsi

(2) Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MA Negeri Ciawigebang Kuningan


tahun ajaran 2021/2022 yang beralamat di Jalan Siliwangi Km 103 – Ciawigebang
Kecamatan Ciawigebang Kabupaten Kuningan (45591)

34
DAFTAR PUSTAKA

Afida, W.N., Murtianto, Y.H., Albab, I.U. (2021). Profil Berpikir logis matematis
Siswa SMA Dalam Penyeksaian Soal Cerita Berbasis Kearifan Lokal
Ditinjau Dari Kecerdasan Spasial. Imajiner: Jurnal Matematika dan Jurnal
Pendidikan Matematika. Vol 3, No. 4, Hal. 344-352.
Ardiyanto, Bagas. Dkk. (2021). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa Kelas X Pada Materi Persamaan Logaritma Ditinjau Dari
Kemandirian Belajar. Math Locus: Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan
Matematika. Vol 2, No. 1. Hlm. 15-22.
As’ari, Abdur Rahman. Dkk. (2018). Matematika (Buku Guru/Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
Bungsu, Titin Kurnia. Dkk. (2019). Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika di SMKN 1 Cihampelas. Cimahi: Jurnal On
Education. Vol 01, No. 02 (hlm 382-389)..
Desmita. (2016). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.

Dewi, Nofyanti. Dkk. (2018). Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Hasil


Belajar Matematika. PYTHAGORAS: Jurnal Program Studi Pendidikan
Matematika, 9 (1) hlm 48-54.

Fajriyah, Lailatul. Dkk. (2019). Pengaruh Kemandirian Belajar Siswa SMP


Terhadap Kemampuan Penalaran Matematis. Jurnal On Education. Vol 01,
No. 02 (hlm 288-296).

Fauzan, G A., Agina, S., Setiawan, W. (2020). Analisis Kemampuan Dan


Kesulitan Dalam Menyelesaikan Soal Berpikir logis matematisMatematik
Siswa Smp Dengan Penggunaan Geogebra. Jurnal Cendekia: Jurnal
Pendidikan matematika. Vol 04, No. 01, Mei 2020, pp. 53-63

Fauziah, Kiki Rizki. Dkk. (2016). Analisis Hubungan Antara Kemampuan


berpikir logis-Matematis dengan Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas
XI IPA SMA Negeri Jeneponto. Makasar: Jurnal Sains dan Pendidikan
Fisika, Jilid 11, Nomor 3 (hlm 239-244).

35
Gustyo, Antika, A. (2017). Kecerdasan Logis Matematis Siswa Pada Materi
Trigonometri Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa Kelas X Mia 2
Man 1 Tulungagung. Tulungagung: IAIN Tulungagung

Hamalik, Oemar. (2021). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Imamah, A.N., Warli., Surawan. (2017). Profil Berpikir logis matematisSiswa
Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Prosiding Seminar Nasional Hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Vol, 2. Hal 257-262.
Isnaeni, Sarah. Dkk. (2018). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis dan
Kemandirian Belajar Siswa SMP pada Materi Persamaan Garis Lurus.
Semarang: Journal of Medives, Vol 2, No. 1 (hlm 107-115).
Justika, Asti. (2020). Analisis Dimensi Kognitif Peserta Didik Dalam
Menyelesaikan Soal TIMSS Pada Metaeri Aljabar Berdasaekan
Kemampuan Awal Matematis. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: Pustaka Pheonix,
Kamsari, & Winarso, W. (2018). Implikasi Tingkat Kecerdasan logis Matematis
Siswa Terhadap Pemecahan Masalah. EduSains: Jurnal Pendidikan Sains
dan Matematika, 6 (1), (hlm 44-52).
Khotijah, Siti. (2016). Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis dan Kemampuan
Analitik terhadap kemampuan peserta didik dalam menggambar grafik
fungsi eksponensial kelas X SMA Negeri 13 Semarang tahun Pelajaran
2015/2016. Thesis (Undergraduate): UIN Walisongo.
Lestari, Amelia. Dkk. (2020). Deskripsi Kemampuan Eksplorasi Mahasiswa
dalam Pemecahan Masalah Matematis. Bengkulu: Jurnal Pendidikan
Tematik, (Vol. 1, No. 3).
Lestari, K.E., Yudhanegara, M.R. (2017). Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama.
Maemanah, Anah, & Winarso, W. (2019). Pengaruh Kecerdasan Logis
Matematis Terhadap Disposisis Matematika Siswa. Jurnal Riview
Pembelajaran Matematika (JRPM). Vol 4, No 1. (hlm 48-57).
Maharani, winda. (2021). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Kemandirian
Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA SD Negeri 4 Metro Utara.
Indonesian Research Journal on Education: Jurnal Ilmu Pendidikan
Volume 1, No 3.

36
Malenda, Tria O. Dkk. (2018). Kemampuan Numerik Siswa Pesisir Ditinjau Dari
Perbedaan Jenis Kelamin dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 14
Kendari. Jurnal Peneleitian Pendidikan Matematika. Vol 6. No 3.
Mukarromah, Lilik. (2019). Kecerdasan Logis Matematis Siswa Dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Problem Possing Pada
Materi Dimensi Tiga Kelas VII MTS Nurul Huda Mojokerto. Jurnal
Pendidikan Matematika. JP3, Vol 14, No 8.
Octaria, D. (2018). Kemampuan Berpikir logis matematisMahasiswa Pendidikan
Matematika Universitas PGRI Palembang Pada Mata Kuliah Geometri
Analitik. Jurnal Pendidikan Matematika. 3 (2), 181-194.
Qalbu, Nadia. (2021). Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Belajar
Matematika Siswa Kelas VI SDIT Nurul Hikmah Tanjung Jabung Timur.
Jambi: UIN Sulthan Thaha Syaifuddin.

Rahmmatiya, R., & Miatun, A. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematis Ditinjau Dari Resiliensi Matematis Siswa SMP.
Teorema: Teori Dan Riset Matematika, 5(2).

Ranti, M.G., Budiarti, I., & Trisna B.N. (2017). Pengaruh kemandirian Belajar
(Self Regulated Learning) Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata
Kuliah Struktur Aljabar. Jurnal Pendidikan Matematika. 3(1), hlm 75-83.

Robiana, Asep. & Handoko Hendri. (2020). Pengaruh Penerapan Media


Unomath untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan
Kemandirian Belajar Siswa. Mosharafa: Jurnal Pendiidkan Matematika
vol 9. No 3.

Rohmah, Fadila Alfi dan Maknunah, Jauharotul. (2019). Pengaruh Kecerdasan


Logis Matematis dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar
Matematika. Jurnal Penelitian Didaktik Matematika. Vol.3, No.1.

Ruhama, M A.H., Yasin, N., & Nani, K L. (2020). Analisis Kemampuan Berpikir
logis matematis Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2. No. 2. Hal 81-86.

37
Sari, Riska, Novia. (2020). Profil kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa
program studi pendidikan matematika universitas pasir pengaraian. Jurnal
ABSIS. Vol 2, No. 2. Hal 187-193.

Sumarmo, Utari. Hendriana, Heris. & Rohaeti, Euis. (2017). Hard Skills dan Soft
Skills Matematik Siswa. Bandung: Refika Aditama.

Santoso, Tegus & Utomo, Dwi Priyo. (2020). Pengaruh Kecerdasan Logis
Matematis dan Kemandirian Belajar Terhadap hasil Belajar Matematika.
Malang: AKSIOMA, Vol 9, No. 2 (hlm 306-315).

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta, CV.

Sugiyono. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung : Alfabeta,


CV.

Suhendri, Huri. (2016). Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis dan Kemandirian


Belajar Terhadap hasil Belajar Matematika. Jakarta: Jurnal Formatif 1,
(hlm 29-39).

Suid, Alfiati Syarifna, Tursinawati (2017). Analisis Kemandirian Siswa dalam


Proses Pembelajaran di Kelas Di Sd Negeri 1 Banda Aceh. Pesona Dasar
1, (hlm 70-81).

Susanti, Vera Dewi. (2018). Analisis Kemampuan Kognitif dalam Pemecahan


Masalah Berdasarkan Kemampuan berpikir logis-Matematis. Madiun:
Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, Vol. 3 No.1.

Susanto, Ahmad. (2016). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Prenadamedia Group.

Wulandari, Lilis., Fatmahanik, U. (2020). Kemampuan berpikir logis matematis


materi pecahan pada siswa berkemampuan awal tinggi. LAPLACE:
Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 3. No. 1. Hlm 43-57.

38
Wulandari, Sri, Devi. (2019). Analisis kemampuan berpikir logis matematis pada
siswa sekolah menengah atas (SMA) berdasarkan pola sidik jari Arches.
Inspiramatika: Jurnal Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika.
Vol 5. No. 1. Hlm 43-49.

39
LAMPIRAN

Lampiran 1. Wawancara Pra-penelitian

Wawancara Pra-penelitian dengan Guru Matematika

Narasumber : Yayah Rodiyah S.Pd.


Hari, Tanggal : Rabu, 09 Februari 2022
Tempat : MAN 2 Kuningan
Waktu : 09.15 - Selesai

Wawancara antara peneliti dengan guru matematika.

Peneliti :”Assalamualaikum, Bu, mohon maaf mengganggu


aktivitasnya. Boleh saya minta waktunya sebentar?”
Narasumber :”Waalaikumsalam. iya silahkan boleh neng, Ada yang bisa
Ibu bantu?
Peneliti :”Begini Bu, saya mau melakukan penelitian di MAN
Ciawigebang khususnya pada kelas XII. Saya sudah izin ke
Kepala Sekolah dan ke Wakasek Kurikulum disini dan
alhamdulillah sudah mendapat izin dari beliau. Beliau
menyarankan saya untuk langsung menghubungi Ibu
sebagai salah satu guru matematika XII.”
Narasumber :” Iya silahkan neng, jadi gimana, apa yang akan
ditanyakan?”
Peneliti :”Saya akan melakukan penelitian mengenai kemampuan
berpikir logis matematis ditinjau dari kemandirian belajar
siswa. Sebelumnya apaka Ibu mengetahui tentang
kemampuan berpikir logis?”
Narasumber : Iya saya tau, kemampuan berpikir logis matematisialah
kemampuan berpikir dengan logika, sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya dan tidak melebih lebihkan,

40
berpikir logis matematisitu berpikir yabng masuk akal.
Kalo dalam matematika berarti berpikir logis
matematisdalam menyelesaikan soal dengan logika dan
sesuai apa yang ditanyakan di dalam soal.
Peneliti ;”Ya benar sekali Bu. Kemampuan berpikir logis matematis
yang menekankan pada berpikir logika dan abstrak, masuk
akal, dan berurutan ini dapat digali dan di asah dengan
dengan beberapa aktivitas yang menggunakan kekuatan
berpikir logis. Untuk materi yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir logis, saya akan menggunakan materi
dimensi tiga, Ibu siswa disini sudaah mempelajarinya Bu?”
Narasumber :”Materi dimensi tiga ini sangat berkaitan dengan
kemampuan siswa, sebab dalam materi ini membutuhkan
daya berpikir logis matematisdan menghitung sesuatu yang
abstrak.”
Peneliti :”Kapan peserta didik menerima materi dimensi tiga ini Bu,
di semester 1 ini, apa baru akan di bahas di semester 2,
Bu?”
Narasumber :” Materi dimensi tiga sudah dibahas sejak awal di semester
1.”
Peneliti :”Apakah Ibu memberikan soal-soal pada materi dimensi tiga
yang berhubungan dengan kemampuan berpikir logis?”
Narasumber :”Iya saya memberikan soal tersebut berkaitan dengan
kemampuan berpikir logis.
Peneliti :”Bagaimana respon anak ketika diberikan soal seperti itu,
Bu?”
Narasumber :”Respon nya ya heterogen, ada anak yang langsung tanggap
dan memahami soal yang diberikan, ada pula yang merasa
kesulitan.”
Peneliti :”Tetapi lebih banyak yang mengerti kan Bu, dibanding yang
kurang mengertinya?”

41
Narasumber :”Alhamdulillah, banyak anak yang sudah mengerti, tetapi
ada pula yang masih belum paham sehingga mereka belum
mampu menjawab soal dengan benar. Terutama dalam
menghitung jarak dua titik, titik ke bidang dan tentang
sudut.”
Peneliti :”Berapa banyak siswa yang belum bisa menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan Dimensi Tiga?”
Narasumber :”Jika dilihat dari populasi kelas sekitar 30% orang di kelas
MIPA yang belum paham akan hal tersebut, namun dikelas
IPS sekitar 40% yang belum pahan akan hal tersebut.”
Peneliti :”Selain ditemukan kesulitan dalam menghitung jarak dua
titik Apakah ada kesulitan lain dari soal yang berhubungan
dengan Kemampuan berpikir logis, Bu?”
Narasumber :”Ya. Ada yaitu dalam menghitung jarak ke bidang dan
mengenai sudut serta jika soalnya berbentuk cerita, anak
terkadang sulot mencerna sehingga anak merasa bingung
untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan.”
Peneliti :”Artinya siswa masih ada kesulitan dalam mempersepsi
suatu permasalahan apalagi dalam bentuk soal cerita ya bu?
Kira-kira berapa banyak siswa yang masih kesulitan?”
Narasumber :”Iya ada Neng. Dari populasi 30 orang, hanya sekitar 5-7
orang dalam setiap kelas.”
Peneliti :”Dari semua kelas yang Ibu ajar, kelas manakah yang
memiliki rata-rata nilai lebih baik dari kelas lainnya?”
Narasumber :“Kelas XII MIPA-4.”
Peneliti :“Selain kemampuan berpikir logis, apakah kemandirian
belajar siswa terlihat signifikan Bu?”
Narasumber :”Ya sangat terlihat, ketika anak sedang belajar sampai
mengerjakan atau meyelesaikan soal sampai ditemukan
hasilnya. Siswa pun ketika diberikan tugas mereka
mengerjakannya”

42
Peneliti :”Apakah Ibu sering menemukan siswa yang selalu berusaha
keras, gigih dalam belajar dan mengerjakan soal walaupun
merasa kesulitan?”
Narasumber :”Ada beberapa siswa yang memang dia mempunyai
kemauan dan terus pantang menyerah, dia akan mencoba
terus ya meskipun terkadang soal yang diberikan memang
sulit.”
Peneliti :“Apakah Siswa dapat melakukan pembelajaran atau
menyelesaikan soal dengan mandiri ?”
Narasumber :”Hampir semua siswa dapat menyelesaikan soal dengan
mandiri, namun pada saat mereka merasa kesulitan, mereka
pun saling bertanya pada temannya maupun pada Guru.”
Peneliti : “Pada saat Ibu memberikan soal, Apakah ada inisiatif dari
siswa untuk mencari sumber belajar lain?”
Narasumber :”Ya terkadang anak mencari materi dan belajar dari buku
sumber lainnya,maupun dari internet dan buku-buku yang
ada di perpustakaan. Namun itu tidak sering, siswa lebih ke
bergantunng pada yang diberikan oleh guru. Terkecuali
mereka di tugaskan untuk mencari sumber yang lain.”
Peneliti : “Pada saat siswa merasa kesulitan Apakah mereka langsung
menyerah ataukah tetap berjuang menyelesaikan persoalan
tersebut?”
Narasumber :”Ya heterogen tergantung siswanya, yang pantang menyerah
mereka akan terus berjuang, namun berbeda dengan yang
mudah menyerah mereka akan berhenti dan tidak
melanjutkan menyelesaikan persoalan tersebut.”
Peneliti : “Selanjutnya pada saat Ibu memberikan PR atau tugas di
rumah, Apakah siswa selalu mengerjakan pekerjaannya
dengan baik?”
Narasumber :”Ya, siswa selalu mengerjakannya dengan baik, ya meskipun
mungkin mereka ada yang saling kerjasama atau melihat

43
jawaban temennya dan bertanya kepada temannya yang
lebih paham, tetapi mereka hampir selalu mengerjakan
dengan baik.”
Peneliti : “Dari segi tanggungjawab Apakah mereka suka
menonjolkan kemampuannya dalam belajar?”
Narasumber :”Ada beberapa anak yang memang benar-benar terlihat
kemampuannya. Tetapi kalo di kelas MIPA hampir
semuanya menonjolkan kemampuannya.”
Peneliti :”Baik Bu, mungkin itu saja yang saya tanyakan, terimakasih
Bu atas informasinya, mohon maaf sudah menyita
waktunya”
Narasumber :”Iya baik neng sama sama.
Peneliti :”Saya pamit Bu, wassalamu’alaikum”
Narasumber :”Waalaikumsalam”

Kuningan, 09 Desember 2022

Yayah Rodiyah S.Pd.

44
Lampiran 2. Kisi-kisi Instumen Kemandirian belajar
Nomor Butir Soal
No Indikator Jumlah
Positif Negatif
1 Inisiatif Belajar 1,2,14 3,5 5
2 Mendiagnosa Kebutuhan belajar 4, 26 19 3

3 Menetapkan target atau tujuan


6 10 2
belajar
4 Memonitor, mengatur dan
8,18 29 3
mengontrol belajar
5 Memandang kesulitan sebagai
7,9,21 12 4
tantangan
6 Memanfaatkan dan mencari sumber
24 23 2
yang relevan
7 Memilih dan menerapkan strategi
11,22 25 3
belajar
8 Mengevaluasi proses dan hasil 15, 17,
16, 30 5
belajar 20
9 Self efficacy (konsep diri). 13, 28 27 3
Jumlah 18 12 30

45
Lampiran 3. Angket Kemandirian Belajar Matematis

Identitas

Nama : ..........................................................

Kelas : ..........................................................

Jenis kelamin : ..........................................................

Petunjuk pengisian:

1. Berilah jawaban dengan sejujurnya dan apa adanya.


2. Berikan tanda centang ( ) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan
pendapat anda tentang diri anda.
3. Keterangan:

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju


S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

Respons
No Pernyataan
SS S TS STS
1 Saya mengerjakan tugas matematika dengan
usaha sendiri
2 Saya membawa buku cetak matematika jika
ada jam pelajaran matematika
3 Saya berusaha menyelesaikan semua tugas
matematika yang diberikan guru
4 Saya mampu memfokuskan perhatian dalam
kegiatan pembelajaran matematika
5 Ketika kurang memahami materi pelajaran
matematika, saya bertanya pada guru
6 Saya akan terus belajar materi matematika yang

46
belum dimengerti sampai memahaminya
7 Ketika ada soal matematika yang sulit, saya
tidak menyerah untuk mengerjakannya
8 Saya mengumpulkan tugas matematika yang
diberikan guru tepat waktu
9 Saya percaya pada jawaban latihan matematika
sendiri meskipun berbeda dengan jawaban
teman
10 Saya tidak menunda untuk mengerjakan tugas
yang diberikan guru
11 Saya tidak takut untuk mengeluarkan pendapat
di depan teman-teman
12 Apabila saya tidak dapat mengerjakan soal
yang sulit, saya tidak melihat jawaban punya
teman
13 Saya aktif merespon dalam memberi
tanggapan, apabila guru bertanya
14 Setiap ada tugas matematika, saya langsung
mengerjakannya
15 Saya suka mengobrol dengan teman disaat guru
sedang menjelaskan pelajaran
16 Saya tidak suka mengobrol dengan teman
disaat guru sedang menjelaskan pelajaran
17 Saya tidak fokus belajar disaat teman – teman
berisik
18 Saya mengikuti pelajaran matematika sampai
jam pelajaran matematika berakhir
19 Saya tetap berada dikelas selama proses
pembelajaran matematika
20 Saya tidak merencanakan sendiri kegaitan

47
belajar saya
21 Apabila menemukan kesulitan dalam
menyelesaikan soal, saya akan tetap
mengerjakannya sampai menemukan
jawabannya
22 Saya mengerjakan tugas sendiri meskipun
teman-teman yang lain mencontek
23 Saya tidak malu bertanya pada guru apabila
tidak bisa mengerjakan soal matematika
24 Saya bertanya hal-hal yang belum diketahui
terkait pelajaran matematika
25 Saya bersemangat dalam memperhatikan guru
ketika sedang mengajar matematika
26 Saya tidak pernah lupa untuk mencatat
pelajaran baru yang diberikan guru dikelas
27 Saya telah mempersiapkan diri sebelum proses
belajar dimulai
28 Saya mengerjakan soal-soal latihan
matematika, meskipun bukan sebagai tugas
sekolah
29 Saya terbiasa pada soal matematika yang
diberikan guru
30 Saya mencermati kenaikan dan penurunan hasil
belajar matematika yang saya peroleh

48

Anda mungkin juga menyukai