PROPOSAL PENELITIAN
Oleh
TAELA
172151040
UNIVERSITAS SIIWANGI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
TAELA
172151040
Disahkan Oleh
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur Peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Alhamdulillah Peneliti dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “Analisis Kemampuan
Berpikir logis matematis Peserta Didik Ditinjau dari Kemandirian Belajar”
Tujuan Penelitian proposal penelitian ini adalah untuk memenuhi salah
satu syarat dalam menempuh seminar proposal penelitian di jurusan Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Pada kesempatan ini
Peneliti menyampaikan ucapan terimkasih kepada:
1. Siska Ryane Muslim S.Pd., M.Pd., Selaku pembimbing I yang dengan
penuh kesabaran dan tanggungjawab memberikan bimbingan dan arahan
sehingga Peneliti bisa menyelesaikan proposal penelitian ini.
2. Hetty Patmawati S.Pd., M.Pd., selaku pembimbing II, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta motivasi kepada penyusunan
proposal penelitian ini.
3. H. Edi Hidayat, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP Universitas Siliwangi.
4. Yayah Rodiyah, S.Pd., selaku guru matematika MAN 2 Kuningan yang
telah membantu dalam penelitian ini.
5. Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi Tasikmalaya
yang telah memberika bekal pengetahuan selama Peneliti menempuh
pendidikan di Pendidikan Matematika FKIP Universitas Siliwangi.
Peneliti,
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
2. Rumusan Masalah 5
3. Definisi Operasional 5
4. Tujuan Penelitian 6
5. Manfaat Penelitian 7
6. Landasan Teoretis 7
7. Prosedur Penelitian 24
iii
7.6 Waktu dan Tempat Penelitian 32
DAFTAR PUSTAKA 34
7.7 LAMPIRAN-LAMPIRAN 38
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vii
ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS MATEMATIS PESERTA
DIDIK DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR
1
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan guru matematika di
MA Negeri Ciawigebang Kuningan yang menyatakan bahwa masih terdapat
peserta didik yang belum mampu menyelesaikan soal dimensi tiga khususnya
dalam menghitung jarak antara titik, garis dan bidang, yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir logis, namun juga ada siswa yang sudah mampu
menyelesaikan permasalahan pada soal yang di berikan berkaitan dengan materi
tersebut. Hal ini terlihat dari kemampuan berpikir logis matematispeserta didik
masih belum memenuhi beberapa indikator diantaranya membuat makna tentang
jawaban argumen yang masuk akal; membuat hubungan logis diantara konsep dan
fakta yang berbeda; menduga dan menguji berdasarkan akal; menyelesaikan
masalah matematis secara rasional; dan menarik kesimpulan yang logis. Selain
itu kemandirian belajar siswa dalam mempelajari bangun ruang geometri belum
pernah diukur di sekolah tersebut. Sehingga, hal ini dapat menghambat peserta
didik dalam menyelesaikan suatu permasalahan bangun ruang pada dimensi tiga.
Sedangkan dalam mamahami dan menyelesaikan persoalan dimensi tiga
memerlukan kemampuan berpikir logis matematis. Hal ini sesuai dengan pendapat
Afida W, Yanuar dan Irkham (2021) dalam penelitiannya bahwa “peserta didik
yang kemampuan berpikir logisnya rendah masih kesulitan dan belum mampu
menarik kesimpulan yang logis. Berdasarkan fakta tersebut, peserta didik harus
memiliki kemampuan berpikir logis matematis yang memenuhi semua indikator,
khususnya pada mata pelajaran matematika yang berkaitan dengan geometri.
Siswa dengan kemampuan berpikir logis matematis tinggi, cenderung
menyukai kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.
Ia menyukai berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Siswa
semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan
tinggi dalam menyelesaikan problem matematika. Apabila kurang memahami,
siswa tersebut akan bertanya dan mencari jawaban atas hal yang kurang
dipahaminya. Strategi memecahkan masalah soal matematika ialah dengan
memberikan banyak stimulasi dan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari
(Khotijah, S. 2016).
2
Kemandirian belajar merupakan unsur yang penting pula dalam belajar
matematika. Hal ini disebabkan sumber belajar tidak hanya berpusat pada guru.
Ada sumber belajar di luar guru, seperti: lingkungan, internet, buku, pengalaman,
dan lain-lain. Siswa memiliki kreatifitas tinggi cenderung merasa tidak cukup
terhadap materi pelajaran yang diperoleh dari guru. Sehingga mereka mencari
informasi dari luar guru. Akibatnya pengetahuan siswa tersebut akan bertambah.
Oleh karena itu, kemandirian belajar siswa juga sangat penting dalam kegiatan
belajar matematika. Namun di lapangan, masih banyak siswa yang tergantung dari
guru dalam hal sumber belajar mereka mengandalkan materi yang diberikan oleh
guru, padahal mereka memiliki buku atau LKS yang dapat dipelajari dan sebagian
besar siswa lebih banyak mengandalkan pekerjaan hasil temannya khususnya pada
saat ujian baik ulangan harian maupun ujian bersama (M L Nanggolin, 2020).
Hal tersebut sependapat dengan Uno dalam Ranti, Budiarti, & Trisna,
(2017). Kemandirian belajar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri
dalam berpikir dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada oranglain.
Kemandirian belajar dapat meningkatkan prestasi belajar sisiwa dalam pendidikan
matematika. Hal ini sependapat dengan Basir dalam (Bungsu, et al., 2018) bahwa
kemandirian belajar adalah suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
tertentu yang dituntut aktif secara individu. Kemandirian belajar harus menjadi
perhatian bagi semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan (Ningsih,
2016). Dari pengertian sebelumnya dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar
berarti semua siswa memiliki kesadaran sendiri untuk belajar, dapat menentukan
langkah-langkah yang harus diambil, dan mampu memperoleh sumber belajar
sendiri.
Ciri ciri orang yang mempunyai kemandirian belajar yaitu mampu berpikir
secara kritis, kreatif, dan inovatif, apabila ada masalah dipecahkan sendiri tanpa
bantuan orang lain, dan bertanggungjawab atas pekerjaannya (Ranti, et al., 2017).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu: sistem pendidikan di
sekolah, pola asuh orang tua, dan sistem kehidupan di masyarakat (Suid, Syafrina,
& Tursinawati, 2017). Kemandirian belajar siswa menuntut untuk siswa aktif baik
sebelum dan sesudah proses pembelajaran langsung.
3
Hal ini sejalan dengan penelitian Ifan Candra & Khansha Ulya (2019)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi secure attachment yang dimiliki oleh
siswa maka semakin tinggi pula kemandirian siswa begitu pula sebaliknya,
semakin rendah secure attachment yang dimiliki siswa maka semakin rendah
kemandirian siswa. Hal ini sejalan pula dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nainggolan & Suryani (2020) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika, siswa yang
memiliki kemandirian belajar tinggi maka nilai hasil belajarnya akan tinggi
begitupula sebaliknya. Kemandirian belajar ialah suatu aktivitas dimana siswa
tidak bergantung kesiappun dan kemandirian belajar perlu dimiliki siswa supaya
mereka dapat bertanggungjawab akan tugasnya sebagai seorang pelajar.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rohmah, Fadila Alfi
& Jauharatul Maknunah (2019) bahwa kemampuan logis matematis dan
kemandirian belajar apabila dimiliki oleh siswa dengan kualitas yang baik akan
berdampak pada hasil belajar matematika yang baik pula. Namun dalam
kenyataaannya masih banyak siswa yang belum maksimal dalam kedua unsur
tersebut. Siswa yang memiliki kemandirian belajar yang kurang, cenderung
mengandalkan sumber informasi belajar dari guru. Sehingga pengetahuan siswa
terbatas. Hal ini sangat berkaitan dengan pengembangan karakter siswa dalam
upaya mengembangkan sumber daya manusia yang unggul.
Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya mengenai kemampuan
berpikir logis matematis dan kemandirian belajar ternyata belum ada yang
melakukan penelitian tentang menganalisi kemampuan berpikir logis matematis
yang ditinjau dari kemandirian belajar siswa. Hal ini menunjukan bahwa
penelitian ini memilki perbedaan dengan penelitian yang lain. Dalam penelitian
ini difokuskan pada materi dimensi tiga. Pada materi tersebut standar kompetensi
yang harus dikuasai peserta didik adalah mendeskripsikan dan menentukan jarak
dalam ruang yang meliputi jarak antara titik, garis, dan bidang. Oleh karena itu
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kemampuan
Berpikir logis matematis Peserta Didik Ditinjau dari Kemandirian Belajar.”
4
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dari latar belakang masalah maka dapat
ditarik kesimpulan rumusan masalah yaitu:
1) Bagaimanakah kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau
dari kemandirian belajar kategori tinggi?
2) Bagaimanakah kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau
dari kemandirian belajar kategori sedang?
3) Bagaimanakah kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau
dari kemandirian belajar kategori rendah?
3. Definisi Operasional
3.1. Analisis
5
matematis yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi: 1) Membuat makna
tentang jawaban argumen yang masuk akal. 2) membuat hubungan logis diantara
konsep dan fakta yang berbeda. 3) menduga dan menguji berdasarkan akal. 4)
menyelesaikan masalah matematis secara rasional. 5) menarik kesimpulan yang
logis.
3.3 Kemandirian Belajar
4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini yaitu untuk
mengetahui.
1) Kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian
belajar kategori tinggi.
2) Kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian
belajar kategori sedang.
3) Kemampuan berpikir logis matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian
belajar kategori rendah.
5. Manfaat Penelitian
6
(1) Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan serta menjadi
sumber informasi bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti kemampuan berpikir
logis matematis peserta didik ditinjau dari kemandirian belajar. Semoga peneitian
ini memberikan gambaran seberapa pentingnya kemampuan berpikir logis
matematis dan kemandirian belajar dalam proses belajar khususnya dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
6. Landasan Teoretis
6.1. Kajian Teori
(1) Analisis
Analisis adalah sebuah kajian yang dilakukan guna meneliti struktur bahasa
secara mendalam, sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) analisis
adalah “penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian
itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat
dan pemahaman arti keseluruhan”. Secara khususnya lagi, dalam Kamus Besar
Bahas Indonesia (KBBI) pengertian analisis data berarti penelaahan dan
7
penguraian data sehingga menjadi sebuah simpulan. Sedangkan analisis menurut
Spradley (dalam Sugiono, 2018) adalah “Analysis of any kind involve way
thinking. It refers to the systematic examinatioan of something to determine its
parts, the relation among parts, and the relationship to the wholw. Analysis is s
search for patterns” (p.131). Menurut Spradley, analisis merupakan cara berpikir
dalam penelitian jenis apapun. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan
hubungannya secara keseluruhan. Berdasakan uraian tersebut dapat disimpulkan
bahwa analisis adalah menguraikan data menjadi bagian terpisah untuk
memperoleh hubungan antar bagian secara mendetail sehingga mendapat
kesimpulan secara keseluruhan.
Pada penelitian ini yang akan dianalisis adalah kemampuan berpikir logis
matematis yang ditinjau dari kemandirian belajar. Hal ini akan menganalisis
mengenai kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik yang ditinjau dari
kemandirian belajar dalam menyelesaikan soal yang akan diberikan yaitu pada
materi dimensi tiga pokok bahasan materi jarak dua titik.
8
berdasarkan akal. 4) menyelesaikan masalah matematis secara rasional. 5)
menarik kesimpulan yang logis.
Kemampuan berpikir logis matematis merupakan kemampuan seseorang
dalam mengukur, menghitung dan menyelesaikan permasalahan yang bersifat
sistematis hal ini di kemukakan oleh Masykur & Fathani (dalam Maemanah Anah,
2019). Kamsari dan Winarso (2018) menyatakan bahwa kemampuan berpikir
logis matematis merupakan suatu kemampuan untuk menganalisis suatau masalah
secara logis, memecahkan operasi matematis dan menneliti suatu masalah secara
ilmiah. Hal ini sependapat dengan Siti Khotijah (2016) bahwa kemampuan
berpikir logis matematis adalah kemampuan sesorang dalam menggunakan
logikanya saat berpikir untuk menganalisis dan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan angka-angka dan perhitungan.
Dalam pelajaran matematika kemampuan berpikir logis matematis ini
merupakan kemampuan utama dalam menunjang proses pembelajaran siswa di
kelas. Sebab kemampuan berpikir logis matematis mempunyai karakteristik yang
ditandai dengan kemampuan seseorang dalam menalar, berpikir logis, mengolah
angka, membuat pola hubungan, memahami keteraturan, kemampuan berhitung
dan kemampuan untuk memecahkan masalah (Devitasari, R. 2019).
Berdasakan beberapa pendapat yang telah dipaparkan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir logis matematis merupakan
gabungan dari kemampuan berhitung dan kemampuan logika sehingga siswa
dapat menyelesaikan suatu masalah secara logis. Kemampuan berpikir logis
matematis yaitu kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan
penalaran yang benar.
Membangun kemampuan berpikir logis matematis dapat dilakukan melalui
pembelajaran yang menekankan pada eksplorasi kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif baik fisik
maupun otak akan mengembangkan kemampuan berpikir logis matematis siswa.
Siswa dengan kemampuan matematis tinggi cenderung menyukai kegiatan
menganalisis dan mempelajari sebab-akibat terjadinya sesuatu, konseptual,
seperti menyusun hipotesis, mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa
9
yang dihadapinya. Siswa semacam ini menyukai aktivitas berhitung dan memiliki
kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem matematika.
Kemampuan berpikir logis matematis yaitu kemampuan untuk
menggunakan angka dengan baik dan penalaran dengan benar. Ciri-ciri dari
kemampuan ini adalah:
1) Suka mencari penyelesaian suatu masalah
2) Mampu memikirkan dan menyusun solusi dengan urutan logis
3) Menunjukan minat yang besar terhadap analogi dan silogisme,
4) Menyukai aktivitas yang melibatakan angka, urutan, pengukuran, dan
perkiraan,
5) Dapat mengerti pola bilangan
6) Mampu melakukan proses berpikir deduktif dan induktif.
10
Indikator berpikir logis matematis menurut Lestari (Lestari, n.d) meliputi:
1) Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk akal. 2) membuat
hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda. 3) menduga dan menguji
berdasarkan akal. 4) menyelesaikan masalah matematis secara rasional. 5)
menarik kesimpulan yang logis. Sehingga siswa akan menggunakan pola abstrak
serta mampu berpikir logis matematisdan argumentatif. Indikator kemampuan
berpikir logis matematis tersebut, memiliki penjelasan sebagai berikut:
1. Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk akal
Artinya hasil dari berpikir logis matematisini mampu memahami
permasalahan dan menemukan seluruh informasi yang terkait dengan hal tersebut
serta di ungkapkan dengan argumen yang masuk akal.
2. Membuat hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda
Hubungan – hubungan logis untuk menghasilkan suatu konsep sehingga
siswa dapat merencanakan Artinya hasil dari berpikir logis matematisini mampu
memahami permasalahan dan menemukan penyelesaian dari suatu permasalahan
serta mengungkapkan secara umum sesuai fakta
3. Menduga dan menguji berdasarkan akal.
Menduga dan menguji berdasarkan akal membuat siswa dapat menentukan
strategi atau langkah-langkah yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan.
4. Menyelesaikan masalah matematis secara rasional.
Rasional yaitu suatu pemikiran yang dikemukakan oleh seseorang dengan
pertimbangan yang logis, menurut pikiran yang sehat atau cocok dengan akal
yang sehat. Sehingga siswa menyelesaikan siuatu permasalahan dengan tepat pada
setiap langkah dan dapat menetapkan kebenaran dari setiap langkah yang
digunkan
5. Menarik kesimpulan yang logis.
Kesimpulan yang logis ialah hasil dari suatu permasalah yang diselesaikan
dengan tepat sesuai langkah langkah yang digunakan. Pada kegiatan ini siswa
memberikan kesimpulan dengan tepat pada akhir suatu penyelesaian jawaban dari
permasalaham.
11
Berdasarkan indikator berpikir logis matematis menurut Lestari (2017),
indikator dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
N
Indikator Deskriptor
12
berdasarkan indikator: Membuat makna tentang jawaban argumen yang masuk
akal, membuat hubungan logis diantara konsep dan fakta yang berbeda, menduga
dan menguji berdasarkan, menyelesaikan masalah matematis secara rasional, dan
menarik kesimpulan yang logis.
Pertanyaan :
Kubus ABCD.EFGH terbentuk pada setengah bola. Kubus menyinggung
setengah bola di titik E, F, G, dan H. titik T adalah perpotongan EG dan FH Jari
jari setengah bolaadalah 10 cm.
a. Berapakah jarak
Indikator :
Penyelesaian:
13
d) Hubungkan titik M dengan titik N, karena cicak tidak bisa terbang maka
lintasan terdekat melewati bidang ABEF dan bidang BCFG titik M terletak
pada bidang ABEF, titik N terletak pada bidang BCFG.
e) Missal M' adalah proyeksi titik M pada bidang ABEF dan titik M' sejajar titik
Maka diperoleh:
√
MN = ( M M ) + ( M N ) = √( 5 ) + ( 20 ) = √ 25+ 400= √ 425= √25 ×17=5 √17 m
' 2 ' 2 2 2
14
d) Hubungkan titik M dengan titik N, karena cicak tidak bisa terbang maka
lintasan terdekat melewati bidang ABEF dan bidang BCFG titik M terletak
pada bidang ABEF, titik N terletak pada bidang BCFG.
e) Missal M' adalah proyeksi titik M pada bidang ABEF dan titik M' sejajar titik
N. Maka Jarak titik M' ke titik A adalah 2,5m.
Maka diperoleh:
'
Jarak M N=10 ×2=20 m
15
b) Menggambar sebuah kubus ABCD.EFGH kemudian menentukan titik awal
cicak merayap sampai titik berhenti.
c) Menggambar dan menempatkan titik tersebut misalnya dengan titik M yang
berjarak 2,5m dibawah titik E dan titik N yang berjarak 2,5m di atas C.
d) Hubungkan titik M dengan titik N, karena cicak tidak bisa terbang maka
lintasan terdekat melewati bidang ABEF dan bidang BCFG titik M terletak
pada bidang ABEF, titik N terletak pada bidang BCFG.
e) Missal M' adalah proyeksi titik M pada bidang ABEF dan titik M' sejajar titik
N. Maka Jarak titik M' ke titik A adalah 2,5m.
'
Jarak M N=10 ×2=20 m
Maka :
√
MN = ( M M ) + ( M N ) = √( 5 ) + ( 20 ) = √ 25+ 400= √ 425= √25 ×17=5 √17 m
' 2
' 2 2 2
16
Sikap mandiri harus dimiliki oleh setiap peserta didik, khusunya untuk
mempunyai prestasi belajar yang baik peserta didik tentu saja melakukan
kemampuan untuk mengendalikan dirinya untuk senantiasa aktif, sehingga dapat
terus meningkatakan kemandiarian belajarnya. Kemandirian belajar berasal dari
kata “mandiri” ditambah dengan awalan “ke” dan diakhiran “an”. Konsep yang
sering digunakan atau relevan dengan kemandirian belajar adalah autonomy.
Menurut Seifert dan Hoffnung yang dikutif oleh Desmita ( 2016 : 185) bahwa,
otonomi atau kemandirain adalah the ability to govern and regulate one’s own
thought, feelings, and actions freely adan responsbly while overcoming feelings of
shame and doubt. Artinya otonomi atau kemandirian adalah kemampuan untuk
memimpin dan mengatur diri sendiri baik pikiran, perasaan, tingkah laku, serta
menghilangkan hal-hal yang meragukan dalam dirinya sendiri.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mandiri adalah “berdiri
sendiri”. Kemandirian belajar adalah belajar mandiri, tidak menggantungkan diri
kepada orang lain, siswa dituntut untuk memiliki keaktifan daninisiatif sendiri
dalam belajar, bersikap, dan berbangsa maupun bernegara.
Uno menyatakan dalam (Ranti, Budiarti, & Trisna 2017) bahwa
kemandirian belajar adalah kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri dalam
dan bertindak, serta tidak merasa bergantung pada orang lain. Kemandirian belajar
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pendiidkan matematika. Sejalan
pula dengan Basir dalam (Bungsu et al., 2018) yang menyatakan kemandirian
belajar adalah suatu proses pemebelajaran untuk mencapai tujuan tertentu yang
dituntut aktif secara individu. Kemandirian belajar harus menjadi perhatian bagi
semua pihak yang berhubungan dengan pendidikan.
Kemandirian yang dikemukakan Erikson (dalam Maharani, Winda, 2021)
bahwa kemandirian adalah usaha untuk melepaskan diri sendiri dari orang tua
dengan maksud untuk menemukan dirinya melalui proses mencari igentitas ego,
yaitu merupakan perkembangan ke arah individualitas yang mantap dan berdiri
sendiri. Atau dengan kata lain kemandirian belajar adalah suatu aktivitas belajar
yang dilakukan siswa tanpa bergantung kepada bantuan dari orang lain baik teman
maupun gurunya dalam mencapai tujuan belajar, oleh sebab itu siswa akan
17
menguasai materi atau pengetahuan dengan baik dan dapat mengaplikasikan
pengetahuannya dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-
hari. Berdasarkan pendapat para Buar diatas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian belajar siswa sangat diperlukan dalam proses pembelajaran tanpa
harus bergantung pada guru, sehingga proses belajar mengajar akan lebih optimal.
Kemandirian belajar telah menjadi salah satu aspek sikap dalam pendidikan
karakter. Lebih khusus mengenai sikap kemandirian belajar, pemerintah dalam
peratuiran menteri nomor 41 tahun 2007 menjelaskan bahwa sikap kemandirian
belajar suatu sikap yang dimiliki individu untuk belajr dengan inisiatif sendiri
dalam upaya menginternalisasi pengetahuan tanpa tergantung atau melibatkan
serta mendapatkan bimbingan langsung dari orang lain. (Ananda, W. & Aziz, A.
2020).
Dalam pembelajaran matematika diperlukan kemandirian belajar, hal ini
disebabkan hakekat matematika, yaitu: kebenerannya berdasarkan logika,
objeknya abstrak, melatih kemampuan berhitung dan berpikir logis, dan aplikatif.
Sebab siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi maka akan hasil belajar
matematikanya pun tinggi pula. Siswa yang memiliki kemandirian belajar dapat
dilihat dari beberapa ciri baik yang terlihat seperti tingkah laku atau keterampilan
maupun yang tidak terlihat seperti pola berpikir dan kemampuan kognitif.
(Malenda, Tria, 2018).
Indikator kemandirian belajar siswa menurut Utari Sumarmo, Heris
Hendriana, dan Eti rohaeti (2017) yaitu meliputi: (1) Inisiatif belajar, (2)
Mendiagnosa kebutuhan belajar, (3)Menetapkan target atau tujuan belajar, (4)
Memonitor, mengatur dan mengontrol belajar, (5) Memandang kesulitan sebagai
tantangan, (6) Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) Memilih dan
menerapkan strategi belajar, (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar serta (9)
Self efficacy (konsep diri).
Kemandirian belajar sangat penting bagi siswa dan harus dimiliki oleh
siswa dalam upaya meminimalisir fenomena-fenomena belajar yang kurang
mandiri, seperti: tidak betah belajar lama di kelas atau belajar hanya menjelang
ujian, membolos, menyontek, pasif di dalam kelas. Selain itu, upaya upaya untuk
18
menjauhkan siswa dari kompleksitas permasalahan di masyarakat yang secara
langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kemandirian belajar.
Kemandirian belajar akan terwujud apabila siswa aktif mengontrol sendiri
segala sesuatu yang dikerjakan, mengevaaluasi dan selanjutnya merencanakan
sesuatu yang lebih dalam pembelajaran yang dilalui dan siswa mau aktif dalan
proses pemebelajaran yang ada. Setiap siswa memiliki gaya dan tipe belajar yang
berbeda dengan teman-temannya. Hal ini disebabkan karena siswa memiliki
potensi yang berbeda dengan orang lain. Kemandirian dalam belajar perlu
diberikan kepada siswa agar mereka mampu tanggung jawab dalam mengatur dan
mendispilinkan dirinya dan mengembangkan kemampuan belajarnya.
19
mampu menunjukkan adanya aktivitas kemampuan berpikir logis matematisnya
pada setiap tahap indikator berpikir logis matematis dengan baik, yaitu membuat
makna tentang jawaban argumen yang masuk akal berupa siswa mampu
memahami maksud dari soal yang diberikan, membuat hubungan logis diantara
konsep dan fakta yang berbeda, menduga dan menguji berdasarkan akal,
menyelesaikan masalah matematis secara rasional, dan menarik kesimpulan yang
logis. Guru hendaknya perlu mengetahui seberapa jauh kemampuan awal berpikir
logis matematis siswa untuk dimaksimalkan, agar pada pembelajaran yang akan
datang bisa mendapatkan proses pembelajaran dengan hasil yang maksimal. Dan
bagi siswa hendaknya terus mengasah cara berpikir logis matematisnya agar pada
proses pembelajaran bisa mendapatkan hasil yang maksimal. Persamaan
penelitian sebelumnya dengan yang saya akan teliti ialah terletak pada variabel
kemampuan berpikir logis matematis. Perbedaannya penelitian sebelumnya
menganalisis kemampuan kemampuan awal matematis tinggi sedangkan
penelitian ini adalah menganalisis berpikir logis matematis yang ditinjau dari
kemandirian belajar.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari, Sri, D. (2019). Dengan
judul “Analisis Kemampuan Berpikir Logis Matematis Pada Siswa Sekolah
Menengah Atas (SMA) Berdasarkan Pola Sidik Jari Arches” bahwa analisis
kemampuan berpikir logis matematis siswa berdasarkan pola sidik jari Arches
dengan tiga siklus yaitu memilih subjek penelitian, memberi testulis kepada
subjek, dan mengklarifikasi subjek dengan wawancara, yaitu secara umum dari
ketiga indikator, subjek dapat memenuhi dua indikator yaitu indikator menjadikan
pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan memberikan bukti atau
alasan terhadap kebenaran solusi. Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang
saya akan teliti ialah terletak pada variabel kemampuan berpikir logis matematis.
Perbedaannya penelitian sebelumnya menganalisis kemampuan berpikir logis
matematis berdasarkan pola sidik jari arches sedangkan penelitian ini adalah
menganalisis kemampuan berpikir logis matematis yang ditinjau dari kemandirian
belajar.
20
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yunita P. S., Kamid, & M. Rusdi
(2021) dengan judul “Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMK Terhadap Pembelajaran Trigonometri Secara Online Berbantuan
Android ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa.” Bahwa kemandirian siswa
dan keterlaksanaan pembelajaran oleh guru memiliki kesinambungan, dimana
guru telah mempersiapkan semua bahan ajar yang diperlukan untuk membangun
kemandirian siswa dapat dilihat tingginya persentase yang di dapat oleh guru mata
pelajaran dan untuk mempermudah siswa memahami materi ajar. Kemudian,
siswa yang mampu memenuhi indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis merupakan siswa dengan level kemandirian belajar tinggi, sedangkan
siswa yang tidak mampu memenuhi indikator kemampuan pemecahan masalah
matematis merupakan siswa dengan level kemandirian belajar rendah. Hal ini
mengindikasikan bahwa guru harus memperhatikan kategori kemandirian siswa
agar dapat memperkirakan kemampuan pemecahan masalah yang siswa punya.
Persamaan penelitian sebelumnya dengan yang saya akan teliti ialah terletak pada
variabel yang di tunjau dari kemandirian belajar siswa. Perbedaannya penelitian
sebelumnya menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis sedangkan
penelitian ini adalah menganalisis kemampuan berpikir logis matematis.
21
Faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan kemampuan matematis
logis pada peserta didik salah satunya ialah kemandirian belajar. Indikator
kemandirian belajar siswa menurut Sumarmo (dalam Maharani, Winda, 2021)
yaitu meliputi: (1) Inisiatif belajar, (2) Mendiagnosa kebutuhan belajar,
(3)Menetapkan target atau tujuan belajar, (4) Memonitor, mengatur dan
mengontrol belajar, (5) Memandang kesulitan sebagai tantangan, (6)
Memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, (7) Memilih dan menerapkan
strategi belajar, (8) Mengevaluasi proses dan hasil belajar serta (9) Self efficacy
(konsep diri). Dengan demikian, dalam menyelesaikan persoalan dimensi tiga
yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis matematis membutuhkan sikap
percaya diri, tidak bergantung ke orang lain, dalam menyelesaikan persoalan
tersebut. Berdasarkan uraian diatas maka kerangka teoretis penelitian ialah
sebagai berikut:
22
Indikator:
Membuat makna tentang jawaban
argumen yang masuk akal.
Membuat hubungan logis diantara
konsep dan fakta yang berbeda.
Kemampuan
Menduga dan menguji berdasarkan
Berpikir Logis akal.
Matematis Menyelesaikan masalah matematis
secara rasional.
Menarik kesimpulan yang logis.
Soal Kemampuan
Kemampuan Berpikir Logis
berpikir logis Matematis ditinjau
matematis dari Kemandirian
Belajar
Kemandirian Kemandirian Kemandirian
Belajar rendah Belajar sedang Belajar Tinggi
Indikator:
Inisiatif belajar
Kemandirian Mendiagnosa kebutuhan belajar
Belajar siswa Menetapkan target atau tujuan
belajar
Memonitor, mengatur dan
mengontrol belajar
Memandang kesulitan sebagai
tantangan
Memanfaatkan dan mencari
sumber yang relevan,
Memilih dan menerapkan
strategi belajar
Mengevaluasi proses dan hasil
belajar
Self efficacy (konsep diri)
23
7. Prosedur Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
7.1. Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, baik itu secara holistik dan dengan cara
deskripsi yang diolah dengan bentuk kata-kata dan bahasa. Hal ini diungkapkan
oleh Moleong (2014:217) dalam (Justika, Asti. 2020). Pernyataan tersebut juga
sejalan dengan pernyataan Sugiyono (2018: 15) yang mengatakan bahwa metode
penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah
dimana peneliti bertindak sebagai instrumen kunci. Penelitian kualitatif tidak
hanya menghasilkan data tetapi harus menghasilkan informasi-informasi yang
bermakna bahkan bisa sampai menemukan hipotesis atau ilmu baru untuk
memecahkan masalah kehidupan manusia (Hanafi et al 2019).
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
eksploratif dengan pendekatan Case Study. Metode penelitian eksploratif menurut
Ibrahim (2016) adalah suatu kinerja penelitian yang digunakan untuk menyelidiki
lebih jauh dan mendalam terhadap kemungkinan-kemungkinan lain dari
permasalahan yang diteliti, bahkan lebih dari sekadar menggambarkan dan
menjelaskan seperti apa yang ada di lapangan. Sementara itu, Creswell (dalam
Muliana, 2018) mengungkapkan bahwa Studi Kasus (Case Study) adalah sebuah
model yang memfokuskan eksplorasi “sisitem terbatas” (Bounded Sistem) atas
satu kasus khusus ataupun pada sebagian kasus secara terperinci dengan
penggalian data secara mendalam. Dengan demikian, dalam penelitian ini
24
menggunakan metode eksploratif yang bertujuan untuk mengeksplorasi
kemampuan berpikir logis matematis peserta didik pada materi dimensi tiga
ditinjau dari kemandirian belajar dengan pendekatan case study yang berguna
untuk meperkuat data.
25
7.2. Sumber Data Penelitian
1. Tempat (Place)
Penelitian ini akan dilaksanakan di kelas XII MIPA MAN Ciawigebang
Kuningan yang beralamat di jalan Siliwangi KM 108 Kec. Ciawigebang Kab.
Kuningan Jawa Barat 45591. Alasan Peneliti memilih di kelas XII karena di kelas
XII terdapat materi yang berkaitan dengan kemampuan berpikir logis matematis
yaitu materi dimensi tiga sub bab jarak antara titik dan bidang, sehingga
diharapkan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini.
2. Pelaku (Actors)
Pemilihan subjek pada penelitian ini adalah peserta didik kelas XII MAN
Ciawigebang Kuningan tahun 2021/2022, yang dipilih secara purposive yaitu
dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Sugiyono (2018) Purposive
adalah pemilihan subjek atau sumber data sebagaimana yang dibutuhkan dalam
penelitian. Langkah selanjutnya, calon subjek diberikan angket kemandirian
belajar bergiliran secara perorangan dengan diawasi oleh peneliti supaya subjek
tidak sembarangan mengisi angketnya. Hasil dari angket kemandirian belajar
selanjutnya dikelompokkan ke dalam kategori kemandirian belajar tinggi,
kemandirian belajar sedang dan kemandirian belajar rendah. Selanjutnya pada tiap
kategori kemandirian belajar dipilih sebanyak 1 siswa menggunakan purposive,
yaitu subjek yang mampu berkomunikasi dengan baik, dapat memberikan
informasi yang diharapkan dan bersedia untuk dijadikan subjek. Subjek penelitian
yang akan diperoleh yaitu 1 subjek yang memiliki kemandirian belajar tinggi, 1
subjek yang memiliki kemandirian belajar sedang dan 1 subjek yang memiliki
kemandirian belajar rendah.
3. Aktivitas (activity)
Aktivitas yang akan dilakukan pada penelitian ini yaitu peserta didik
mengisi angket kemandirian belajar untuk dikategorikan menjadi kategori
kemandirian belajar tinggi, kemandirian belajar sedang, dan kemandirian belajar
rendah. Selanjutnya subjek penelitian yang mempunyai tingkat kemandirian belajr
tersebut mengerjakan soal tes kemampuan berpikir logis matematis pada materi
dimensi tiga. Kemudian untuk mengetahui hal-hal yang tidak diungkapkan secara
26
lebih mendalam, maka dilakukan wawancara untuk menggali lebih dalam tentang
kemampuan berpikir logis matematis dan kemandirian belajar.
27
matematis. Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Dalam
Sugiyono (2018) menyatakan bahwa penelitian kualitatif berfungsi sebagai
human instrument yang bertugas untuk menentukan fokus penelitian, menentukan
Indikator
Materi Bentuk No
Kemampuan Deskriptor
Dimensi Tiga soal soal
Matematis
Menyelesaikan 1. Siswa mampu memahami
masalah yang maksud dari soal yang
berkaitan diberikan
Membuat
dengan materi 2. Siswa menyebutkan seluruh
makna tentang informasi dari apa yang
dimensi tiga Uraian 1
jawaban diketahui dari soal (mampu
dalam
argumen yang merumuskan pokok-pokok
kehidupan
masuk akal permasalahan).
sehari - hari.
28
Indikator
Materi Bentuk No
Kemampuan Deskriptor
Dimensi Tiga soal soal
Matematis
6
1. Siswa dapat merencanakan
Membuat penyelesaian soal yang
hubungan logis diberikan.
diantara 2. Siswa dapat Uraian 1
konsep dan mengungkapkan secara
fakta yang umum semua langkah yang
berbeda akan digunakan dalam
menyelesaikan soal yang
diberikan
7
Menyelesaika Menduga dan 1. Siswa dapat menentukan
n masalah strategi atau langkah-
menguji Uraian 1
langkah yang akan
yang berdasarkan
digunakan dalam
berkaitan akal
menyelesaikan soal yang
dengan materi
diberikan.
dimensi tiga
8
dalam 1. Siswa dapat menyelesaikan
kehidupan Menyelesaikan soal secara tepat pada setiap
sehari - hari. masalah langkah yang digunakan Uraian 1
matematis 2. Siswa menetapkan
secara rasional. kebenaran dari setiap
langkah yang diagunakan
dalam menyelesaikan soal.
9
1. Siswa memberikan
kesimpulan dengan tepat
Menarik
pada tiap langkah Uraian 1
Kesimpulan
penyelesaian
yang logis
2. Siswa dapat menyimpulkan
dengan tepat pada hasil
akhir jawaban
29
menyangkut indikator kemandirian belajar peserta didik. Berikut kisi-kisi angket
kemandirian belajar yang akan digunakan dalam penelitian ini disajikan pada
tabel dibawah.
30
melakukan sintesa dan membuat kesimpulan (Sugiyono, 2018). Sedangkan
menurut Bogdan (dalam Sugiyono, 2018: 334) analisis data adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat
di informasikan kepada orang lain.
Secara lebih rinci teknik analisis data model Miles and Huberman (dalam
Sugiyono, 2018) dipaparkan sebagai berikut.
1) Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemfokusan, dan
pengkategorisasaian data. Data yang diperoleh pastilah dalam jumlah yang banyak
dan kompleks sehingga reduksi data bertujuan agar data tidak salaing bertumpuk
dan bertumpang tindih. Sugiyono (2018) menyatakan bahwa reduksi data
berfungsi untuk memberikan gambaran yang jelas, memudahkan mencari data
yang diperlukan pada pengumpulan data selanjutnya. Tahapan mereduksi data
dalam penelitian ini adalah:
(a) Pengisian angket kemandirian belajar matematika secara perorangan dan
diawasi oleh peneliti supaya subjek tidak sembarangan saat mengisi angket.
Kemudian hasil pengisian angket di beri skor yang penilaiannya
menggunkana skala likert dengan pilihan jawaban Sangat Setuju (SS),. Setuju
(S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Pilihan jawaban ini bertujuan
mendorang peserta didik untuk mengetahui seberapa besar kemandirian
belajar matematis yang dimiliki peserta didik. Pemberian skor yang diperoleh
dari setiap pilihan jawaban untuk pernytaan positif SS=4, S=3, TS=2.
STS=1, sedangkan untuk pernyataan negatif bernilai sebaliknya yaitu SS=1,
S=2, TS=3, STS=4. Hasil skor yang telah diperoleh berdasarkan rubik
pemberian skor pada kuesioner, akan dikonversi ke dalam bentuk kualitatif
yang merajuk pada kategorisasi dari Kurnia dkk. (dalam Rahmatiya &
Miatun, 2020). Berikut pengkategorisasian kemandirian belajar matematis
yang di sajikan dalam tabel dibawah.
31
Tabel 4 Kategorisasi Kemandiran Belajar
32
2) Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, tahap selanjutnya yaitu penyajian data. Dalam
penelitian ini data yang telah di reduksi akan disajikan dalam bentuk uraian
singkat yang bersifat naratif, yaitu mendeskripsikan hasil tes kemampuan berpikir
logis matematis peserta didik dan hasil kemandirian belajar serta mendeskripsikan
hasil wawancara.
Bulan
No Jenis Kegiatan Feb Mar Jan Feb Maret
Juli – Des 2021
2021 2021 2022 2022 2022
Memperoleh SK
1
bimbingan Skripsi
2 Pengajuan Judul Skripsi
Pembuatan Proposal
3
Skripsi
Seminar Proposal
4
penelitian
No Jenis Kegiatan Bulan
33
Feb Mar Jan Feb Maret
Juli – Des 2021
2021 2021 2022 2022 2022
Pembuatan Instrumen
5
Penelitian
6 Proses Perizinan Penelitian
7 Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis
8
Data
Penelitian dan Bimbingan
9
Skripsi
10 Penyelesaian Skripsi
34
DAFTAR PUSTAKA
Afida, W.N., Murtianto, Y.H., Albab, I.U. (2021). Profil Berpikir logis matematis
Siswa SMA Dalam Penyeksaian Soal Cerita Berbasis Kearifan Lokal
Ditinjau Dari Kecerdasan Spasial. Imajiner: Jurnal Matematika dan Jurnal
Pendidikan Matematika. Vol 3, No. 4, Hal. 344-352.
Ardiyanto, Bagas. Dkk. (2021). Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Matematis
Siswa Kelas X Pada Materi Persamaan Logaritma Ditinjau Dari
Kemandirian Belajar. Math Locus: Jurnal Riset dan Inovasi Pendidikan
Matematika. Vol 2, No. 1. Hlm. 15-22.
As’ari, Abdur Rahman. Dkk. (2018). Matematika (Buku Guru/Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan). Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud.
Bungsu, Titin Kurnia. Dkk. (2019). Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap
Hasil Belajar Matematika di SMKN 1 Cihampelas. Cimahi: Jurnal On
Education. Vol 01, No. 02 (hlm 382-389)..
Desmita. (2016). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
35
Gustyo, Antika, A. (2017). Kecerdasan Logis Matematis Siswa Pada Materi
Trigonometri Berdasarkan Kemampuan Matematika Siswa Kelas X Mia 2
Man 1 Tulungagung. Tulungagung: IAIN Tulungagung
Hamalik, Oemar. (2021). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Imamah, A.N., Warli., Surawan. (2017). Profil Berpikir logis matematisSiswa
Ditinjau Dari Kemampuan Matematika. Prosiding Seminar Nasional Hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Vol, 2. Hal 257-262.
Isnaeni, Sarah. Dkk. (2018). Analisis Kemampuan Penalaran Matematis dan
Kemandirian Belajar Siswa SMP pada Materi Persamaan Garis Lurus.
Semarang: Journal of Medives, Vol 2, No. 1 (hlm 107-115).
Justika, Asti. (2020). Analisis Dimensi Kognitif Peserta Didik Dalam
Menyelesaikan Soal TIMSS Pada Metaeri Aljabar Berdasaekan
Kemampuan Awal Matematis. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru. Jakarta: Pustaka Pheonix,
Kamsari, & Winarso, W. (2018). Implikasi Tingkat Kecerdasan logis Matematis
Siswa Terhadap Pemecahan Masalah. EduSains: Jurnal Pendidikan Sains
dan Matematika, 6 (1), (hlm 44-52).
Khotijah, Siti. (2016). Pengaruh Kecerdasan Logis Matematis dan Kemampuan
Analitik terhadap kemampuan peserta didik dalam menggambar grafik
fungsi eksponensial kelas X SMA Negeri 13 Semarang tahun Pelajaran
2015/2016. Thesis (Undergraduate): UIN Walisongo.
Lestari, Amelia. Dkk. (2020). Deskripsi Kemampuan Eksplorasi Mahasiswa
dalam Pemecahan Masalah Matematis. Bengkulu: Jurnal Pendidikan
Tematik, (Vol. 1, No. 3).
Lestari, K.E., Yudhanegara, M.R. (2017). Penelitian Pendidikan Matematika.
Bandung: PT Refika Aditama.
Maemanah, Anah, & Winarso, W. (2019). Pengaruh Kecerdasan Logis
Matematis Terhadap Disposisis Matematika Siswa. Jurnal Riview
Pembelajaran Matematika (JRPM). Vol 4, No 1. (hlm 48-57).
Maharani, winda. (2021). Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Kemandirian
Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA SD Negeri 4 Metro Utara.
Indonesian Research Journal on Education: Jurnal Ilmu Pendidikan
Volume 1, No 3.
36
Malenda, Tria O. Dkk. (2018). Kemampuan Numerik Siswa Pesisir Ditinjau Dari
Perbedaan Jenis Kelamin dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Negeri 14
Kendari. Jurnal Peneleitian Pendidikan Matematika. Vol 6. No 3.
Mukarromah, Lilik. (2019). Kecerdasan Logis Matematis Siswa Dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Problem Possing Pada
Materi Dimensi Tiga Kelas VII MTS Nurul Huda Mojokerto. Jurnal
Pendidikan Matematika. JP3, Vol 14, No 8.
Octaria, D. (2018). Kemampuan Berpikir logis matematisMahasiswa Pendidikan
Matematika Universitas PGRI Palembang Pada Mata Kuliah Geometri
Analitik. Jurnal Pendidikan Matematika. 3 (2), 181-194.
Qalbu, Nadia. (2021). Pengaruh Kemandirian Belajar Terhadap Belajar
Matematika Siswa Kelas VI SDIT Nurul Hikmah Tanjung Jabung Timur.
Jambi: UIN Sulthan Thaha Syaifuddin.
Ranti, M.G., Budiarti, I., & Trisna B.N. (2017). Pengaruh kemandirian Belajar
(Self Regulated Learning) Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata
Kuliah Struktur Aljabar. Jurnal Pendidikan Matematika. 3(1), hlm 75-83.
Ruhama, M A.H., Yasin, N., & Nani, K L. (2020). Analisis Kemampuan Berpikir
logis matematis Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel. Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2. No. 2. Hal 81-86.
37
Sari, Riska, Novia. (2020). Profil kemampuan berpikir logis matematis mahasiswa
program studi pendidikan matematika universitas pasir pengaraian. Jurnal
ABSIS. Vol 2, No. 2. Hal 187-193.
Sumarmo, Utari. Hendriana, Heris. & Rohaeti, Euis. (2017). Hard Skills dan Soft
Skills Matematik Siswa. Bandung: Refika Aditama.
Santoso, Tegus & Utomo, Dwi Priyo. (2020). Pengaruh Kecerdasan Logis
Matematis dan Kemandirian Belajar Terhadap hasil Belajar Matematika.
Malang: AKSIOMA, Vol 9, No. 2 (hlm 306-315).
38
Wulandari, Sri, Devi. (2019). Analisis kemampuan berpikir logis matematis pada
siswa sekolah menengah atas (SMA) berdasarkan pola sidik jari Arches.
Inspiramatika: Jurnal Inovasi Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika.
Vol 5. No. 1. Hlm 43-49.
39
LAMPIRAN
40
berpikir logis matematisitu berpikir yabng masuk akal.
Kalo dalam matematika berarti berpikir logis
matematisdalam menyelesaikan soal dengan logika dan
sesuai apa yang ditanyakan di dalam soal.
Peneliti ;”Ya benar sekali Bu. Kemampuan berpikir logis matematis
yang menekankan pada berpikir logika dan abstrak, masuk
akal, dan berurutan ini dapat digali dan di asah dengan
dengan beberapa aktivitas yang menggunakan kekuatan
berpikir logis. Untuk materi yang berkaitan dengan
kemampuan berpikir logis, saya akan menggunakan materi
dimensi tiga, Ibu siswa disini sudaah mempelajarinya Bu?”
Narasumber :”Materi dimensi tiga ini sangat berkaitan dengan
kemampuan siswa, sebab dalam materi ini membutuhkan
daya berpikir logis matematisdan menghitung sesuatu yang
abstrak.”
Peneliti :”Kapan peserta didik menerima materi dimensi tiga ini Bu,
di semester 1 ini, apa baru akan di bahas di semester 2,
Bu?”
Narasumber :” Materi dimensi tiga sudah dibahas sejak awal di semester
1.”
Peneliti :”Apakah Ibu memberikan soal-soal pada materi dimensi tiga
yang berhubungan dengan kemampuan berpikir logis?”
Narasumber :”Iya saya memberikan soal tersebut berkaitan dengan
kemampuan berpikir logis.
Peneliti :”Bagaimana respon anak ketika diberikan soal seperti itu,
Bu?”
Narasumber :”Respon nya ya heterogen, ada anak yang langsung tanggap
dan memahami soal yang diberikan, ada pula yang merasa
kesulitan.”
Peneliti :”Tetapi lebih banyak yang mengerti kan Bu, dibanding yang
kurang mengertinya?”
41
Narasumber :”Alhamdulillah, banyak anak yang sudah mengerti, tetapi
ada pula yang masih belum paham sehingga mereka belum
mampu menjawab soal dengan benar. Terutama dalam
menghitung jarak dua titik, titik ke bidang dan tentang
sudut.”
Peneliti :”Berapa banyak siswa yang belum bisa menyelesaikan soal
yang berkaitan dengan Dimensi Tiga?”
Narasumber :”Jika dilihat dari populasi kelas sekitar 30% orang di kelas
MIPA yang belum paham akan hal tersebut, namun dikelas
IPS sekitar 40% yang belum pahan akan hal tersebut.”
Peneliti :”Selain ditemukan kesulitan dalam menghitung jarak dua
titik Apakah ada kesulitan lain dari soal yang berhubungan
dengan Kemampuan berpikir logis, Bu?”
Narasumber :”Ya. Ada yaitu dalam menghitung jarak ke bidang dan
mengenai sudut serta jika soalnya berbentuk cerita, anak
terkadang sulot mencerna sehingga anak merasa bingung
untuk menyelesaikan persoalan yang diberikan.”
Peneliti :”Artinya siswa masih ada kesulitan dalam mempersepsi
suatu permasalahan apalagi dalam bentuk soal cerita ya bu?
Kira-kira berapa banyak siswa yang masih kesulitan?”
Narasumber :”Iya ada Neng. Dari populasi 30 orang, hanya sekitar 5-7
orang dalam setiap kelas.”
Peneliti :”Dari semua kelas yang Ibu ajar, kelas manakah yang
memiliki rata-rata nilai lebih baik dari kelas lainnya?”
Narasumber :“Kelas XII MIPA-4.”
Peneliti :“Selain kemampuan berpikir logis, apakah kemandirian
belajar siswa terlihat signifikan Bu?”
Narasumber :”Ya sangat terlihat, ketika anak sedang belajar sampai
mengerjakan atau meyelesaikan soal sampai ditemukan
hasilnya. Siswa pun ketika diberikan tugas mereka
mengerjakannya”
42
Peneliti :”Apakah Ibu sering menemukan siswa yang selalu berusaha
keras, gigih dalam belajar dan mengerjakan soal walaupun
merasa kesulitan?”
Narasumber :”Ada beberapa siswa yang memang dia mempunyai
kemauan dan terus pantang menyerah, dia akan mencoba
terus ya meskipun terkadang soal yang diberikan memang
sulit.”
Peneliti :“Apakah Siswa dapat melakukan pembelajaran atau
menyelesaikan soal dengan mandiri ?”
Narasumber :”Hampir semua siswa dapat menyelesaikan soal dengan
mandiri, namun pada saat mereka merasa kesulitan, mereka
pun saling bertanya pada temannya maupun pada Guru.”
Peneliti : “Pada saat Ibu memberikan soal, Apakah ada inisiatif dari
siswa untuk mencari sumber belajar lain?”
Narasumber :”Ya terkadang anak mencari materi dan belajar dari buku
sumber lainnya,maupun dari internet dan buku-buku yang
ada di perpustakaan. Namun itu tidak sering, siswa lebih ke
bergantunng pada yang diberikan oleh guru. Terkecuali
mereka di tugaskan untuk mencari sumber yang lain.”
Peneliti : “Pada saat siswa merasa kesulitan Apakah mereka langsung
menyerah ataukah tetap berjuang menyelesaikan persoalan
tersebut?”
Narasumber :”Ya heterogen tergantung siswanya, yang pantang menyerah
mereka akan terus berjuang, namun berbeda dengan yang
mudah menyerah mereka akan berhenti dan tidak
melanjutkan menyelesaikan persoalan tersebut.”
Peneliti : “Selanjutnya pada saat Ibu memberikan PR atau tugas di
rumah, Apakah siswa selalu mengerjakan pekerjaannya
dengan baik?”
Narasumber :”Ya, siswa selalu mengerjakannya dengan baik, ya meskipun
mungkin mereka ada yang saling kerjasama atau melihat
43
jawaban temennya dan bertanya kepada temannya yang
lebih paham, tetapi mereka hampir selalu mengerjakan
dengan baik.”
Peneliti : “Dari segi tanggungjawab Apakah mereka suka
menonjolkan kemampuannya dalam belajar?”
Narasumber :”Ada beberapa anak yang memang benar-benar terlihat
kemampuannya. Tetapi kalo di kelas MIPA hampir
semuanya menonjolkan kemampuannya.”
Peneliti :”Baik Bu, mungkin itu saja yang saya tanyakan, terimakasih
Bu atas informasinya, mohon maaf sudah menyita
waktunya”
Narasumber :”Iya baik neng sama sama.
Peneliti :”Saya pamit Bu, wassalamu’alaikum”
Narasumber :”Waalaikumsalam”
44
Lampiran 2. Kisi-kisi Instumen Kemandirian belajar
Nomor Butir Soal
No Indikator Jumlah
Positif Negatif
1 Inisiatif Belajar 1,2,14 3,5 5
2 Mendiagnosa Kebutuhan belajar 4, 26 19 3
45
Lampiran 3. Angket Kemandirian Belajar Matematis
Identitas
Nama : ..........................................................
Kelas : ..........................................................
Petunjuk pengisian:
Respons
No Pernyataan
SS S TS STS
1 Saya mengerjakan tugas matematika dengan
usaha sendiri
2 Saya membawa buku cetak matematika jika
ada jam pelajaran matematika
3 Saya berusaha menyelesaikan semua tugas
matematika yang diberikan guru
4 Saya mampu memfokuskan perhatian dalam
kegiatan pembelajaran matematika
5 Ketika kurang memahami materi pelajaran
matematika, saya bertanya pada guru
6 Saya akan terus belajar materi matematika yang
46
belum dimengerti sampai memahaminya
7 Ketika ada soal matematika yang sulit, saya
tidak menyerah untuk mengerjakannya
8 Saya mengumpulkan tugas matematika yang
diberikan guru tepat waktu
9 Saya percaya pada jawaban latihan matematika
sendiri meskipun berbeda dengan jawaban
teman
10 Saya tidak menunda untuk mengerjakan tugas
yang diberikan guru
11 Saya tidak takut untuk mengeluarkan pendapat
di depan teman-teman
12 Apabila saya tidak dapat mengerjakan soal
yang sulit, saya tidak melihat jawaban punya
teman
13 Saya aktif merespon dalam memberi
tanggapan, apabila guru bertanya
14 Setiap ada tugas matematika, saya langsung
mengerjakannya
15 Saya suka mengobrol dengan teman disaat guru
sedang menjelaskan pelajaran
16 Saya tidak suka mengobrol dengan teman
disaat guru sedang menjelaskan pelajaran
17 Saya tidak fokus belajar disaat teman – teman
berisik
18 Saya mengikuti pelajaran matematika sampai
jam pelajaran matematika berakhir
19 Saya tetap berada dikelas selama proses
pembelajaran matematika
20 Saya tidak merencanakan sendiri kegaitan
47
belajar saya
21 Apabila menemukan kesulitan dalam
menyelesaikan soal, saya akan tetap
mengerjakannya sampai menemukan
jawabannya
22 Saya mengerjakan tugas sendiri meskipun
teman-teman yang lain mencontek
23 Saya tidak malu bertanya pada guru apabila
tidak bisa mengerjakan soal matematika
24 Saya bertanya hal-hal yang belum diketahui
terkait pelajaran matematika
25 Saya bersemangat dalam memperhatikan guru
ketika sedang mengajar matematika
26 Saya tidak pernah lupa untuk mencatat
pelajaran baru yang diberikan guru dikelas
27 Saya telah mempersiapkan diri sebelum proses
belajar dimulai
28 Saya mengerjakan soal-soal latihan
matematika, meskipun bukan sebagai tugas
sekolah
29 Saya terbiasa pada soal matematika yang
diberikan guru
30 Saya mencermati kenaikan dan penurunan hasil
belajar matematika yang saya peroleh
48