Oleh:
Nama: Vina Lusiana, S.Pd
NIPY. 1710.0495
Laporan PTK ini Telah Diperiksa dan Disahkan untuk Dipresentasikan Pada
Kegiatan Rapat Home Base SMAI NFBS Lembang
Hari / Tanggal : ………………………………..
KATA PENGANTAR
2
“Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang”
dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Hasanah
manusia Rasulullah SAW, beliau adalah sebaik baiknya manusia untuk dijadikan
sebagai contoh dalam menjalani kehidupan dunia.
Laporan Penelitian Tindakan Kelas ini dapat terselesaikan dengan baik
berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu peneliti
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Hamdani Husaini, suami tercinta yang selalu mendukung penuh terhadap
terselesaikannya PTK ini
2. Ust Nanang selaku Kepala Sekolah SMAI NFBS Lembang dan tim
kurikulum.
3. Tim HRD yang memfasilitasi Penulis dalam terselesaikannya PTK ini.
4. Tim MGMP Matematika SMAI NFBS Lembang. Usth Siti Nursya Bania,
Usth Masitoh selaku Observator yang bersedia menjadi pengamat ketika
Penulis melakukan PKK ini
5. Tim Pembimbing Guru Inovatif Indonesia. Terutama Ibu Meilysa Ajeng,
yang sudah bersedia meluangkan waktunya memeriksa PTK ini.
6. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu per satu.
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat 4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA 5
A. Landasan Teori 5
1. Motivasi Belajar 5
2. Hasil Belajar 10
3. Problem Based Learning 17
B. Kerangka Berpikir 25
C. Hipotesis Tindakan 28
BAB III. METODE PENELITIAN 29
A. Setting Penelitian 29
1. Lokasi Penelitian 29
2. Subjek penelitian 29
B. Prosedur Penelitian 29
1. Desain Penelitian Siklus I 31
2. Desain Penelitian Siklus II Dan Seterusnya 33
C. Teknik Pengumpulan Data 34
1. Test 34
2. Non Test 34
D. Teknik Analisis Data 36
E. Kriteria Keberhasilan Tindakan 38
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 40
A. Hasil Penelitian 40
1. Hasil Pelaksanaan Siklus I 41
2. Hasil Pelaksanaan Siklus II 48
B. Pembahasan 55
1. Hasil Observasi dan Angket Motivasi Belajar Siswa 56
2. Hasil belajar siswa 58
3. Dampak Penerapan Model Problem Based Learning 59
BAB V. PENUTUP 61
4
A. Kesimpulan 61
B. Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 64
LAMPIRAN 68
5
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
6
Gambar 4. Diagram Motivasi belajar siswa Siklus I 43
Gambar 5. Diagram Angket Motivasi belajar siswa Siklus I 44
Gambar 6. Diagram Hasil belajar siswa Siklus I 45
Gambar 7. Diagram Motivasi belajar siswa Siklus I dan Siklus II 50
Gambar 8. Diagram Angket Motivasi belajar siswa Siklus I dan Siklus II 52
Gambar 9. Diagram Hasil belajar siswa Siklus I danSiklus II 53
Gambar 10. Diagram rata-rata hasil observasi siklus I dan II 57
Gambar 11. Diagram rata-rata hasil angket motivasi siklus I dan II 57
Gambar 12. Persentase Ketuntasan Belajar Siswa 58
Gambar 13. Rata-rata Ketuntasan Belajar 58
7
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan, keberhasilan dalam keberlangsungan proses belajar
mengajar bukan hanya dipengaruhi oleh faktor intelektual saja, melainkan juga
oleh faktor-faktor nonintelektual lain yang tidak kalah penting dalam menentukan
hasil belajar seseorang, salah satunya adalah kemampuan seseorang siswa untuk
memotivasi dirinya. Mengutip pendapat Goleman (2005:44), kecerdasan
intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah
sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan
emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri
sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati
(mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Motivasi belajar memiliki
peranan yang sangat penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun
dalam pencapaian hasil belajar.
Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah,
semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai
motivasi tinggi mempunyai energi yang lebih banyak untuk melaksanakan
kegiatan belajar, yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih
baik. Dengan demikian, motivasi yang dimiliki oleh siswa sangat menentukan
tingkat keberhasilan atau gagalnya perbuatan belajar siswa tersebut. Seorang
siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, akan mampu meraih keberhasilan baik
dalam proses maupun output atau hasil belajarnya. Begitupula sebaliknya, seorang
siswa yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin
melakukan aktivitas belajar, sehingga akan sangat sulit untuk berhasil baik dalam
proses maupun output atau hasil belajarnya..
Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar maka proses mengajar
guru harus memiliki strategi yang tepat agar siswa dapat menerima pelajaran
secara efektif dan efisien sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai secara
optimal. Proses pembelajaran yang efektif salah satunya tergantung pada metode
dan strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru dalam menggunakan
1
strategi dan metode pembelajaran harus memperhatikan materi pelajaran yang
akan disampaikan kepada peserta didik sehingga dapat menunjang kegiatan
pembelajaran dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Implementasi kurikulum 2013 merupakan salah satu upaya peningkatan mutu
pendidikan formal di Indonesia, dalam implementasinya kurikulum 2013
merupakan proses pengembangan pembelajaran dan salah satunya adalah pola
pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif sehingga siswa termotivasi untuk
terus mengembangkan kemampuan belajarnya baik secara mandiri maupun secara
berkelompok (berbasis tim) dengan berbagai disiplin ilmu yang mereka miliki
untuk mampu memecahkan masalah matematika dalam dunia nyata sehingga
dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk investigasi dan mengembangkan
keterampilan berpikir kritis.
Motivasi siswa sangat dibutuhkan untuk mampu menyelesaikan masalah
matematika sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang lebih menarik,
menyenangkan dan dapat mengembangkan keterampilan berfikir kritis siswa.
Kurangnya motivasi siswa dapat menyebabkan minat belajar siswa berkurang dan
berpengaruh pada hasil belajar siswa itu sendiri. Pengalaman peneliti saat
melakukan proses pembelajaran di kelas, siswa sangat kurang motivasinya dalam
pembelajaran eksak salah satunya pembelajaran matematika. Siswa berasumsi
bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dimengerti dan difahami. Ketika
motivasi belajar siswa terhadap pelajaran matematika berkurang maka hasil
belajar yang didapatkan ketika peneliti melakukan evaluasi pun sangat rendah,
sehingga dibutuhkan stimulus agar siswa sadar bahwa matematika adalah ilmu
yang berguna bagi siswa dalam pemecahan masalah dalam kehidupannya di masa
depan dengan cara membantu siswa untuk mengimplementasikan pengetahuan
pada sebuah realita problem matematika yang terjadi dalam kehidupan nyata
kemudian Peneliti sebagai fasilitator mampu memberikan solusi yang tepat dalam
setiap permasalahan yang diberikan.
Oleh sebab itu, perlu dilakukan perubahan dalam proses pembelajaran yang
ada. Peneliti disini mencoba menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning dengan tujuan meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. Problem
2
Based Learning dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pengembangan
kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi
pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan
menempatkan para peserta didik dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan
sehari-hari yang tidak terstruktur dengan baik (Sofian dkk.,2018:48). Dimana
model ini akan menciptakan pembelajaran yang tidak kaku dan penuh kerjasama
antar siswa, membangun berfikir kreatif siswa dalam memecahkan masalah nyata
yang diberikan serta melatih kesiapan siswa dalam memahami materi yang
diberikan oleh guru. Menurut Duth (dalam Shoimin (2014:130), Problem Based
Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah model pengajaran yang
bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik
belajar berfikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah serta memperoleh
pengetahuan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini berjudul
“Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
diidentifikasikan beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Bagaimanakah Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Motivasi Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang?
2. Bagaimanakah Penerapan Problem Based Learning Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Pada Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang diharapkan dari
kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning pada Materi Vektor Kelas X di SMAI
NFBS Lembang.
3
2. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning pada Materi Vektor Kelas X di SMAI
NFBS Lembang.
D. Manfaat
Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1. Bagi Siswa:
a. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada Materi Vektor
b. Meningkatkan kreatifitas siswa dalam menganalisa memcahkan
masalah pada Materi Vektor
2. Bagi Guru:
a. Dapat menyajikan materi pembelajaran berorientasi pada siswa
b. Dapat mengembangkan aktivitas guru dalam menciptakan strategi
pembelajaran di kelas
3. Bagi Sekolah:
a. Dapat meningkatkan mutu Pendidikan di sekolah, khususnya pada
KBM
b. Meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah dan salah satu model
yang dapat digunakan dalam memotivasi belajar siswa di sekolah
4
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata latin, yaitu ”movere” yang artinya dorongan atau
daya penggerak. Standford (dalam Mangkunegara, 2017:93) mengatakan bahwa
“motivation as an energizing condition of the organism that services to direct that
organism toward the goal of a certain class” (motivasi sebagai suatu kondisi yang
menggerakkan manusia ke arah suatu tujuan tertentu). Menurut Sardiman
(2018:73), motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam
subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.
Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat diperlukan untuk membangkitkan gairah
belajar siswa sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik. Adapun
pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75) adalah “Keseluruhan
daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan
belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.
Uno (2017:23), mengatakan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan internal
dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukung. Dari beberapa pengertian motivasi belajar menurut para ahli di atas,
dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan dorongan yang timbul baik
dari dalam maupun dari luar diri siswa, yang mampu menimbulkan semangat dan
kegairahan belajar serta memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan
yang dikehendaki dapat tercapai.
b. Manfaat Motivasi Belajar
Motivasi belajar mempunyai manfaat yang sangat penting dalam suatu
kegiatan, yang nantinya akan mempengaruhi kekuatan dari kegiatan belajar
tersebut. Dimana motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan
suatu kegiatan. Menurut Sardiman (2018:25), Manfaat motivasi ada 3 yaitu:
5
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari
setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus
dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan
perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
Selanjutnya, Sukmadinata (2011:62), mengatakan bahwa motivasi memiliki 2
Manfaat, yaitu:
1) Mengarahkan (directional function) Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi
berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan
dicapai. Apabila sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh
individu, maka motivasi berperan mendekatkan. Sedangkan bila sasaran tidak
diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan menjauhi sasaran
2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing
function) Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya
sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah
dan 12 kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila
motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguhsungguh,
terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih
besar.
Berdasarkan uraian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar
bermanfaat sebagai pendorong seseorang untuk melakukan suatu kegiatan yaitu
belajar sehingga mampu mencapai prestasi atau hasil belajarnya. Dengan adanya
usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang
melakukan kegiatan belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik dan
sasaran yang menjadi tujuannya akan tercapai.
6
c. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Motivasi belajar banyak sekali jenisnya, karena dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Namun penulis hanya akan membahas dari dua macam sudut
pandang yaitu motivasi yang berasal dari dalam pribadi seseorang yang biasa
disebut motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar pribadi seseorang
yang biasa disebut motivasi ekstrinsik.
Menurut Tambunan (2015:196), motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik
merupakan jenis motivasi berdasarkan sumbernya. Adapun motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik tersebut yaitu:
1) Motivasi intrinsik, adalah motivasi yang ditimbulkan dari diri seseorang.
Motivasi ini biasanya timbul karena adanya harapan, tujuan dan keinginan
seseorang terhadap sesuatu sehingga dia memiliki semangat untuk mencapai
itu.
2) Motivasi ekstrinsik, adalah sesuatu yang diharapkan akan diperoleh dari luar
diri seseorang. Motivasi ini biasanya dalam bentuk nilai dari suatu materi,
misalnya imbalan dalam bentuk uang atau intensif lainnya yang diperoleh
atas suatu upaya yang telah dilakukan.
Adapun menurut Sardiman (2018:89), mengatakan bahwa motivasi intrinsik
dan ekstrinsik adalah sebagai berikut:
1) Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu.
2) Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya
karena adanya rangsangan dari luar.
Menurut pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar yang ada pada diri siswa diantaranya motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri siswa
itu sendiri, tanpa adanya rangsangan dari luar, sebaliknya motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang dimbul akibat adanya rangsangan dari luar diri siswa.
7
d. Indikator Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar, siswa memerlukan motivasi. Motivasi yang ada
pada pada diri setiap siswa itu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Menurut Sardiman
(2018:83), ciri-ciri motivasi yang ada pada siswa diantaranya:
1) Tekun menghadapi tugas, artinya siswa dapat bekerja secara terus menerus
dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
2) Ulet menghadapi kesulitan, siswa tidak lekas putus asa dalam menghadapi
kesulitan. Siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam belajar
dan melaksanakan kegiatan belajar.
3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, berani menghadapi
masalah dan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
Misalnya masalah ekonomi, pemberantasan korupsi dan lain sebagainya.
4) Lebih senang bekerja mandiri, artinya tanpa harus disuruh pun, ia akan
mengerjakan apa yang menjadi tugasnya.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, artinya ia percaya dengan
apa yang dikerjakannya.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila siswa memiliki ciri-ciri motivasi belajar seperti diatas, berarti siswa
tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu sangat
penting dalam kegiatan pembelajaran.
Adapun indikator motivasi belajar menurut Uno (2011:23) adalah:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil Hasrat dan keinginan untuk berhasil
dalam belajar pada umumnya disebut motif berprestasi. Dimana motif
berprestasi merupakan motif untuk berhasil dalam melakukan suatu tugas
atau pekerjaan. Seorang siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi
cenderung untuk menyelesaikan tugasnya dengan cepat tanpa menunda-nunda
pekerjaan.
8
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar Penyelesaian suatu tugas
tidak selamanyanya dilatar belekangi oleh hasrat dan keinginan berhasil.
Kadang seseorang dalam menyelesaikan tugasnya karena adanya dorongan
menghindari kegagalan. Siswa dalam mengerjakan tugasnya dengan tekun
karena apabila tidak dikerjakan atau tidak dapat menyelesaikan tugasnya,
maka tidak akan mendapatkan nilai dari gurunya atau di olok-olok oleh
temannya bahkan akan dimarahi oleh orang tuanya.
3) Adanya harapan atau cita-cita masa depan Siswa yang ingin mendapatkan
nilai pelajarannya tinggi atau ingin mendapatkan rangking di kelas, maka
akan belajar dengan tekun dan menyelesaikan setiap tugas yang diberikan
oleh guru dengan tuntas.
4) Adanya penghargaan dalam belajar Adanya pernyataan verbal seperti pujian
atau penghargaan lainnya terhadap perilaku yang baik dan hasil belajar siswa
yang baik merupakan cara yang mudah dan efektif dalam meningkatkan
motivasi belajar siswa.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar Simulasi maupun permainan
merupakan salah satu kegiatan yang menarik dalam belajar. Suasana yang
menarik menyebabkan proses belajar menjadi bermakna, dimana akan selalu
diingat dan dipahami. Dengan adanya kegiatan yang menarik tersebut pula
dapat memotivasi dan menggairahkan siswa untuk belajar sehingga siswa
menjadi aktif dikelas.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seorang
siswa dapat belajar dengan baik. Lingkungan belajar yang kondusif yaitu
segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat poses pembelajaran yang
dilaksanakan yang sesuai dan mendukung keberlangsungan proses
pembelajaran. Dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif seperti
keadaan kelas yang bersih, tertata rapi, tidak bising, suasana kelas yang
nyaman dan sebagainya dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dan
menjaga siswa tetap fokus dalam belajar.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa indikator
motivasi belajar yaitu ketekunan dalam mengerjakan tugas, tertarik terhadap
9
bermacam masalahan dan memecahkannya. Motivasi belajar juga dapat didorong
dengan adanya arahan dalam bentuk motivasi vebal, pemberian penghargaan,
pembelajaran dengan kegiatan yang menarik, dan lingkungan belajar yang
kondusif. Seorang siswa yang senantiasa memiliki motivasi belajar yang tinggi,
akan melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan belajar.
2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar sering kali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui
seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah di ajarkan. Hasil belajar
dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentukknya, “hasil” dan
“belajar”. Pengertian hasil belajar menunjukkan pada suatu perolehan akibat
dilakukannya aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional, sedangkan belajar dilakukannya untuk mengusahakan adanya
perubahan perilaku pada yang belajar (Anggraini, 2017:4). Hasil belajar siswa
merupakan perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik (Sudjana, 2009:3).
Bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada
orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti
menjadi mengerti (Hamalik, 2008:30). Hasil belajar yang memerankan selaku
objek penilaian di kelas berupa keterampilan-keterampilan baru yang didapatkan
siswa setelah menyertai proses belajar mengajar tentang mata pelajaran tertentu
(Supratiknya dalam Widodo, 2012:11).
Sistem pendidikan nasional merumuskan tujuan pendidikan mengacu pada
pengelompokan hasil belajar (Yanti & Widya., 2020:8). Hasil belajar merupakan
hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi
siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila
dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sikap dan cita-cita. Pendapat dari
Kingsley (dalam Utari, 2021:8) menunjukkan hasil belajar merupakan hasil
perubahan dari semua proses belajar yang tealh dilakukan oleh seseorang. Hasil
belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam
10
kehidupan siswa tersebut. Priansa (2017:82) berpendapat bahwa hasil belajar
adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh peserta didik berkat adanya usaha atau
pikiran yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan
dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga tampak perubahan
tingkahlaku pada diri individu. Selain itu menurut Christin (2016:223) hasil
belajar merupakan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pelajaran terjadi
akibat lingkungan belajar yang sengaja dibuat oleh guru melalui model
pembelajaran yang dipilih dan digunakan dalam suatu pembelajaran (Arie dkk.
2020:12).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah suatu evaluasi yang dilakukan dalam bentuk penilaian akhir dari proses dan
pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tesimpan dalam
jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selamanya karena hasil belajar
turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil
yang lebih baik lagi sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan
perilaku kerja yang lebih baik.
11
c. Jenis-Jenis Hasil Belajar
Hasil belajar memerlukan pengukuran berupa evaluasi yang digunakan untuk
mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Hasil belajar perlu diukur untuk mengetahui sejauh mana tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Hasil belajar ini dibagi menjadi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik, berikut ini ranah kognitif yang disampaikan
Anderson (2001:66):
1) Ranah Kognitif Beberapa kemampuan kognitif antara lain sebagai berikut:
a. Mengingat Kemampuan mengingat, menjelaskan, mengidentifikasi, dan
mengulangi.
b. Memahami Menafsirkan,meringkas, mengklasifikasi, membandingkan dan
memaparkan makna materi.
c. Menerapkan Kemampuan berupa melaksanakan, menggunakan,
mempraktikkan, menyusun, dan menyelesaikan.
d. Menganalisis Sebuah proses analisis teoritis dengan menguraikan,
membandingkan, membedakan dan mengintegrasi.
e. Mengevaluasi Kemampuan menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,
dan menilai.
f. Berkreasi Merancang, memperkuat, memperindah, dan mengubah
(Rusman, 2012: 126)
2) Ranah Afektif Perilaku yang dimunculkan seseorang sebagai pertanda
kecenderungan untuk membuat pilihan atau keputusan untuk beraksi di dalam
lingkungan.
Kawasan ini dibagi dalam lima tujuan sebagai berikut:
a. Penerimaan (recieving) Meliputi kesadaran akan adanya suatu sistem nilai,
ingin menerima nilai, dan memperhatikan nilai tersebut.
b. Pemberian respons (responding) Meliputi sikap ingin merespon terhadap
sistem, puas dalam memberrespon.
12
c. Pemberian nilai atau penghargaan (valuing) Penilaian meliputi penerimaan
terhadap suatu sistem nilai, memilih sistem nilai yang disukai dan
memberikan komitmen untuk menggunakan sistem nilai tersebut.
d. Pengorganisasian (organization) Meliputi memilah dan menghimpun
sistem nilai yang akan digunakan.
e. Karakterisasi (characterization) Meliputi perilaku secara terus menerus
sesuai dengan sistem nilai yang telah diorganisasikannya.
3) Ranah Psikomotorik Perilaku yang dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh
manusia. Ranah psikomotorik ini meliputi:
a. Meniru Kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespon.
b. Menerapkan Kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan
pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain.
c. Memantapkan Kemampuan memberikan respon yang terkorelasikan.
d. Merangkai Koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang
tepat.
e. Naturalisasi Gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan
energi fisik dan psikis yang minimal (Siregar dan Hartini, 2014: 8-12).
Berdasarkan penjelasan di atas jenis-jenis hasil belajar terdiri dari ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik. Namun dalam penelitian ini, hasil belajar yang
diukur adalah pada ranah kognitif. Hal ini dikarenakan ranah kognitif
memperhatikan beberapa aspek yaitu mulai dari mengingat, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan berkreasi. Keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran terlihat dari sejauh mana siswa mengetahui,
memahami, dan menguasai materi yang dipelajari.
d. Indikator Hasil Belajar
Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Untuk mengetahui berhasil atau tidaknya seseorang dalam mennguasai ilmu
pengetahuan pada suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui prestasinya. Peserta
didik akan dikatakan berhasil apabila prestasinya baik dan sebaliknya, ia tidak
13
berhasil jika prestasinya rendah. Pada tingkat yang sangat umum sekali, hasil
belajar dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu:
1) Keefektifan (effectiveness)
2) Efesiensi (efficiency)
3) Daya Tarik (appeal). Keefektifan pembelajran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian si pelajar.
Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan keefektifan
belajar yaitu:
1) Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan
“tingkat kesalahan”,
2) Kecepatan unjuk kerja,
3) Tingkat ahli belajar, dan
4) Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Efesien pembelajran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan
jumlah waktu yang dipakai si belejar dan jumlah biaya pembelajaran yang
digunakan. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati
kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajran erat sekali
dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan
mempengaruhi keduanya. Kunci pokok utama memperoleh ukuran dan data hasil
belajar siswa adalah mengetahui garis besar indikator dikaitkan dengan jenis
prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Indikator hasil belajar menurut Benjamin S. Bloom dengan taxsonomy of
education objectives membagi tujuan pendidikan menjadi tiga ranah, yaitu
kognitif, afektif, psikomotorik.
14
No Ranah Indikator
c. Penerapan 3.2. Dapat menggunakan secara tepat
(Application) 4.1 Dapat menguraikan
d. Analisis (Analysis) 4.2 Dapat mengklasifikasikan/ memilah
5.1. Dapat menghubungkan materi-materi,
e. Menciptakan, sehingga menjadi kesatuan yang baru
membangun 5.2. Dapat menyimpulkan
(Synthesis) 5.3. Dapat menggeneralisasikan (membuat
prinsip umum)
6.1 Dapat menilai,
6.2 Dapat menjelaskan dan menafsirkan,
f. Evaluasi 6.3 Dapat menyimpulkan
(Evaluation)
Ranah Afektif
a. Penerimaan 5.1. Menunjukkan sikap menerima
(Receiving) 5.2. Menunjukkan sikap menolak
b. Sambutan 2.1 Kesediaan berpartisipasi/terlibat
2.2 Kesediaan memanfaatkan
c. Sikap menghargai 3.1 Menganggap penting dan bermanfaat
(Apresiasi) 3.2 Menganggap indah dan harmonis
3.3 Menggagumi
d. Pendalaman 4.1 Mengakui dan menyakini
(internalisasi) 4.2 Mengingkari
e. Penghayatan 5.1 Melembagakan atau meniadakan
(karakterisasi) 5.2 Menjelmakan dalam pribadi dan
perilaku sehari-hari.
Ranah psikomotor 5.1. Kecakapan mengkoordinasikan gerak
a. Keterampilan mata, telinga, kaki, dan anggota tubuh
bergerak dan yang lainnya.
bertindak 2.1. Kefasihan melafalkan/ mengucapkan
b. Kecakapan ekspresi 2.2. Kecakapan membuat mimik dan
verbal dan non- gerakan jasmani
verbal
Dengan melihat tabel di atas kita dapat menyimpulkan bahwa dalam hasil
belajar harus dapat mengembangkan tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Dalam penelitian ini peneliti akan mengukur hasil belajar pada ketiga ranah
ranah tersebut yang diambil dari data nilai evaluasi Vektor di kelas X SMA Islam
Nurul Fikri Boarding school Lembang. Sebagai indikator hasil belajar, perubahan
pada tiga ranah tersebut di rumuskan dalam tujuan pengajaran. Dengan demikian
hasil belajar dibuktikan dengan nilai baik dalam bentuk pengetahuan, sikap,
15
maupun keterampilan yang menjadi ketentuan suatu proses pembelajaran
dianggap berhasil apabila daya serap tinggi baik secara perorangan maupun
kelompok dalam pembelajaran telah mencapai tujuan. Jadi ada dua indikator
keberhasilan belajar yaitu:
1) Daya serap tinggi baik perorangan maupun secara kelompok
2) Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau indikator telah
tercapai secara perorangan atau kelompok. Suatu proses belajar mengajar
dianggap berhasil adalah daya serap tinggi baik secara perorangan maupun
kelompok dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah
dicapai.
16
mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya
makin parah dan dapat mengganggu belajarnya.
5) Disiplin Sekolah.
Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam
sekolah juga dalam belajar. Hal ini mencakup segala aspek baik kedisiplinan
guru dalam mengajar karena kedisiplinan pendidik juga dapat memberi
contoh bagi siswa atau peserta didik (Sulastri. 2012:21)
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkankan bahwa hasil
belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah
dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau
bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi
sehingga akan mengubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang
lebih baik dan hasil belajar adalah kemampuan yang di peroleh siswa setelah
menerima pengalaman belajar pada Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotor.
17
Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL merupakan setiap suasana
pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari. Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses
pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan
nyata lalu dari masalah ini siswa dirangsang untuk mempelajari masalah
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai sebelumnya
(prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan
dan pengalaman baru.
Pembelajaran berbasis masalah (problem based learning / PBL) adalah
konsep pembelajaran yang membantu guru menciptakan lingkungan pembelajaran
yang dimulai dengan masalah yang penting dan relevan (bersangkut-paut) bagi
peserta didik, dan memungkinkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar
yang lebih realistik (nyata). Pembelajaran Berbasis Masalah melibatkan peserta
didik dalam proses pembelajaran yang aktif, kolaboratif, berpusat kepada peserta
didik, yang mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri yang diperlukan untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan
dan karier, dalam lingkungan yang bertambah kompleks sekarang ini.
Pembelajaran Berbasis Masalah dapat pula dimulai dengan melakukan kerja
kelompok antar peserta didik. peserta didik menyelidiki sendiri, menemukan
permasalahan, kemudian menyelesaikan masalahnya di bawah petunjuk fasilitator
(guru). Pembelajaran Berbasis Masalah menyarankan kepada peserta didik untuk
mencari atau menentukan sumber-sumber pengetahuan yang relevan.
Pembelajaran berbasis masalah memberikan tantangan kepada peserta didik untuk
belajar sendiri. Dalam hal ini, peserta didik lebih diajak untuk membentuk suatu
pengetahuan dengan sedikit bimbingan atau arahan guru sementara pada
pembelajaran tradisional, peserta didik lebih diperlakukan sebagai penerima
pengetahuan yang diberikan secara terstruktur oleh seorang guru.
Terdapat tiga ciri utama dari pembelajaran berbasis masalah yaitu:
18
1) Pembelajaran berbasis masalah merupakan rangkaian aktivitas
pembelajaran, artinya dalam implementasi pembelajaran berbasis masalah
ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. pembelajaran berbasis
masalah tidak hanya mengharapkan siswa sekedar mendegarkan mencatat,
kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui pembelajaran
berbasis masalah siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah.
pembelajaran berbasis masalah menempatkan masalah sebagai kata kunci
dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada
proses pebelajaran.
3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir
secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan pendekatan berpikir secara
ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini
dilakukan secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah
dilakukan melalui tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya
proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Dari beberapa pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa problem
based learning adalah suatu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah
sebagai stimulus untuk menemukan atau mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk memahami dan mencari solusinya. Masalah yang
digunakan adalah masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (illstructured)
dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus
membangun pengetahuan baru.
Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah
nyata sebagai penerapan konsep, PBL menjadikan masalah nyata sebagai pemicu
bagi proses belajar peserta didik sebelum mereka mengetahui konsep formal.
Peserta didik secara kritis mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan
serta melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan
menyelesaikan masalah tersebut peserta didik memperoleh atau membangun
19
pengetahuan tertentu dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis
dan keterampilan menyelesaikan masalah. Dalam kelas yang menerapkan
pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata (real world)
b. Karakteristik Problem Based Learning
Problem based learning merupakan aktivitas pembelajaran tidak hanya
sekedar mengharapkan peserta didik mendengarkan, mencatat, kemudian
menghapal materi pembelajaran, melainkan harus aktif berpikir, berkomunikasi,
mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Aktivitas pembelajaran
harus diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem based learning
menempatkan masalah sebagai fokus pembelajaran, tanpa masalah tidak mungkin
terjadi proses pembelajaran. Pemecahan masalah dilakukan menggunakan
pendekatan berpikir ilmiah (deduktifinduktif; sistematik-empirik). Karakteristik
problem based learning menurut Sofyan (2015: 121) adalah sebagai berikut:
1) Aktivitas didasarkan pada pernyataan umum.
Setiap masalah memiliki pertanyaan umum, yang diikuti oleh masalah yang
bersifat ill-structured atau masalah–masalah yang dimunculkan selama
proses pemecahan masalah. Hal ini agar dapat menyelesaikan masalah yang
lebih besar, peserta didik harus menurunkan dan meniliti masalah-masalah
yang lebih kecil. Problem ini dibuat yang bersifat baru bagi peserta didik.
2) Belajar berpusat pada peserta didik (student center learning), guru sebagai
fasilitator
Esensinya yaitu guru membuat lingkungan belajar yang memberi peluang
peserta didik meletakkan dirinya dalam pilihan arah dan isi belajar mereka
sendiri, peserta didik mengembangkan sub-pertanyaan yang akan diteliti,
menetapkan metode pengumpulan data, dan mengajukan format untuk
penyajian temuan mereka.
3) Peserta didik bekerja kolaboratif
Pada pembelajaran problem based learning, peserta didik umumnya bekerja
secara kolaboratif. Peserta didik dengan pembelajaran berbasis masalah
membangun keterampilan bekerja dalam tim. Untuk alasan ini.
20
Pembelajaran berbasis masalah adalah ideal untuk kelas yang memiliki
rentang atau variasi kemampuan akademik. Peserta didik dalam setiap
kelompok dapat bekerja pada aspek yang berbeda dari masalah yang
diselesaikan.
4) Belajar digerakan oleh konteks masalah
Dalam lingkungan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik diberi
kesempatan menentukan apa dan berapa banyak mereka memerlukan belajar
untuk mencapai kompetensi tertentu. Hal ini menyebabkan diperlukannya
informasi dan konsep yang dipelajari dan strategi yang digunakan secara
langsung pada konteks situasi belajar. Tanggung jawab guru bukan sebagai
satu-satunya sumber belajar melainkan sebagai fasilitator, manajer, dan ahli
strategi yang memberikan layanan konsultasi dan akses pada sumber.
5) Belajar interdisipliner
Pendekatan interdisipliner dilakukan pada peserta didik dalam problem
based learning mengingat dalam proses pembelajaran menuntut peserta
didik membaca dan menulis, mengumpulkan dan menganalisis data,
berpikir dan menghitung, masalah diberikan kadang kala pada lintas disiplin
dan mengarahkan pada belajar lintas disiplin.
Pembelajaran problem based learning ini memerlukan beberapa tahapan
dan beberapa durasi tidak sekedar merupakan rangkaian pertemuan kelas serta
belajar dalam tim kolaboratif. Kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam
pembelajaran problem based learning diantaranya: Mengorganisasi kegiatan
kelompok; melakukan pengkajian dan penelitian; memecahkan masalah; dan
mensintesis informasi. Pemecahan masalah selain dilakukan secara kolaboratif
juga harus bersifat inovatif, unik dan berfokus pada pemecahan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan peserta didik, kebutuhan masalah dan industri.
c. Langkah Problem Based Learning
Berdasarkan prinsip dasar diatas dapat diterangkan secara umum terdapat
lima langkah utama dalam penerapan problem based learning. Langkah-langkah
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
21
Mengorientasikan peserta didik
TAHAP 1 terhadap masalah
Membimbing penyelidikan
TAHAP 3 individual maupun kelompok
22
mengumpulkan informasi yang sesuai,
Membimbing penyelidikan
melaksanakan eksperimen untuk
individual maupun
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
kelompok
masalah
Membantu peserta didik dalam
Tahap 4
merencanakan dan menyiapkan karya yang
Mengembangkan dan
sesuai seperti laporan model dan berbagi
menyajikan hasil karya
tugas dengan teman
Tahap 5
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi
Menganalisis dan
yang telah dipelajari/meminta kelompok
mengevaluasi proses
presentasi hasil kerja
pemecahan masalah
23
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Disamping itu
pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan
evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
f) Pemecahan masalah Problem based learning bisa memperlihatkan
kepada peserta didik bahwa setiap mata pelajaran (matematik, IPA,
sejarah dan lain sebagainya), pada dasarnya merupakan cara berpikir,
dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya dan
sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik, bukan hanya sekedar
belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g) Pemecahan masalah Problem based learning dianggap lebih
menyenangkan dan disukai peserta didik.
h) Pemecahan masalah Problem based learning dapat mengembangkan
peserta didik untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.
i) Pemecahan masalah Problem based learning dapat memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengaplikasikan pengetahuan
yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j) Pemecahan masalah Problem based learning dapat mengembangkan
minat peserta didik untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar
pada pendidikan formal telah berakhir ( Rasto & Rego. 2021:19).
2) Kelemahan Problem Based Learning
Kelemahan problem based learning menurut Sanjaya (2007:219) diantaranya:
a) Manakala peserta didik tidak memiliki minat atau tidak memiliki
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk
dipecahkan,maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.
b) Model pembelajaran problem based learning (PBL) membutuhkan
waktu yang cukup untuk persiapan.
c) Pemahaman yang kurang mengapa masalah-masalah dipecahkan dapat
mengakibatkan siswa kurang termotivasi untuk belajar (Rasto dan
Rego, 2021:21).
Hal lain yang menjadi kekurangan Problem based learning yaitu meskipun
Problem based learning sudah lama diterapkan akan tetapi masih menjadi barang
24
baru di dunia pendidikan Indonesia. Perlu adanya training dan pelatihan sebelum
pelaksanaannya sehingga guru menguasai proses dan juga tujuan dari PBL dalam
pembelajaran itu sendiri. Dari pernyataan-pernyataan diatas kelebihan dari
pembelajaran problem based learning melatih siswa memiliki keterampilan sosial,
keterampilan sosial tersebut dapat diperoleh dari kegiatan diskusi bersama
kelompok. Model pembelajaran problem based learning dapat melatih peserta
didik untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan dan di dapat menganalisis
permasalahan tersebut. Sehingga peserta didik terlatih untuk memiliki
keterampilan berpikir. Model pembelajaran problem based learning memiliki
kelamahan, diantaranya membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan
persiapan. Pendidik harus terbiasa memberikan peserta didik suatu masalah untuk
dipecahkan suatu permasalahan.
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di kelas X SMA Islam Nurul Fikri
Boarding School Lembang. Pembelajaran Matematika di kelas tersebut terasa
monoton, serta menggunakan model pembelajaran tradisional sehingga pelajaran
Matematika terkesan abstrak dan sangat sulit untuk menyelesaikan masalah
matematika. Siswa berasumsi bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit
dimengerti dan difahami. Hal ini menyebabkan motivasi belajar siswa terhadap
matematika menjadi sangat rendah, ketika motivasi belajar siswa terhadap
pelajaran matematika rendah maka hasil belajar yang didapatkan ketika peneliti
melakukan evaluasi pun sangat rendah, sehingga dibutuhkan stimulus agar siswa
sadar bahwa matematika adalah ilmu yang berguna bagi siswa dalam pemecahan
masalah dalam kehidupannya di masa depan dengan cara membantu siswa untuk
mengimplementasikan pengetahuan pada sebuah realita problem matematika yang
terjadi dalam kehidupan nyata kemudian Peneliti sebagai fasilitator mampu
memberikan solusi yang tepat dalam setiap permasalahan yang diberikan.
Model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar
mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian keberhasilan belajar.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian belajar adalah motivasi belajar
25
siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang
akan disampaikan akan membawa peran serta siswa dan dapat membangkitkan
motivasi belajar siswa. Dalam sebuah pembelajaran tingkat keberhasilan atau
kegagalan belajar dapat dipengaruhi dengan adanya motivasi. Pendidik
mendapatkan peran penting untuk memotivasi siswanya dalam belajar dengan
mengapliaksikan berbagai model pembelajaran inovatif.
Motivasi bukan sekedar dorongan atau memerintah seseorang untuk
melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan
dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain (Sani, 2013:49). Motivasi belajar
berpengaruh dengan hasil belajar siswa yaitu semakin rendah motivasi belajar
siswa, maka semakin rendah pula hasil belajar siswa. Begitu pula sebaliknya,
semakin tinggi motivasi belajar siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar
siswa. Oleh sebab itu dibutuhkan inovasi pembelajaran agar lebih bermakna dan
menyenangkan, salah satunya penerapan model pembelajaran Problem Based
Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning ini diharapkan menjadi
solusi untuk memecahkan masalah tersebut. Caranya yaitu dengan
mengaplikasikan model pembelajaran Problem Based Learning di kelas tersebut
secara kolaboratif antara siswa dan peneliti. Hasilnya, diharapkan pembelajaran di
kelas tersebut tidak lagi monoton, menyenagkan, menemukan solusi yang tepat
dari setiap permasalahan yang ada, berfikir kreatif dan motivasi serta hasil belajar
siswa dapat meningkat.
Kerangka berfikir yang sesuai untuk menyusun proses penelitian ini sehingga
pembaca dapat mengetahui apa yang akan dilakukan oleh peneliti dan bagaimana
urutan yang dilakukan dalam penelitian ini maka berikut gambar kerangka
berpikir yang peneliti akan dilakukan selama melakukan penelitian.
26
Kondisi Awal
Motivasi Belajar siswa Rendah:
55 (Kategori Motivasi Rendah)
KEGIATAN PERBAIKAN
27
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka konseptual di atas maka hipotesis yang dirumuskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Proses penerapan model problem based learning digunakan dalam
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X pada Materi Vektor
Kelas X di SMAI NFBS Lembang dapat berjalan sesuai target.
b. Penerapan model problem based learning dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan motivasi siswa kelas X pada Materi Vektor Kelas X di SMAI
NFBS Lembang.
c. Penerapan model problem based learning dalam proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa kelas X pada Materi Vektor Kelas X di
SMAI NFBS Lembang.
D.
28
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dikelas X IPA3 SMA Islam Nurul Fikri
Boarding School Lembang dan waktu penelitian mengikuti jadwal pembelajaran
Matematika Peminatan IPA sesuai dengan kelas dan jadwal yang biasa peneliti
laksanakan ketika mengajar yaitu 2x45 Jam pertemuan dalam seminggu, sehingga
tidak mengganggu aktivitas belajar mengajar di SMA Islam Nurul Fikri Boarding
School Lembang.
2. Subjek penelitian
Adapun subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPA3 SMA Islam
Nurul Fikri Boarding School Lembang dengan jumlah 20 siswa dan siswa tersebut
melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di SMA Islam Nurul Fikri
Boarding School Lembang.
B. Prosedur Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini menggunakan penelitian tindakan kelas
(classroom action research). “Penelitian Tindakan Kelas yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru ke kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis
pembelajaran” (Arikunto, 2014:57). Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dalam
suatu kegiatan penelitian dengan mencermati proses kegiatan belajar yang
diberikan tindakan secara sengaja dan dimunculkan dalam sebuah kelas, dengan
tujuan memecahkan masalah hingga menemukan solusi atau meningkatkan mutu
pembelajaran di kelas tersebut
Desain atau model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan dalam
penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Taggart . Model ini didasarkan
atas konsep bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang
juga menunjukkan langkah, yaitu:
a. Perencanaan atau Planning
b. Pelaksanaan atau Acting
29
c. Pengamatan atau Observing
d. Refleksi atau Reflecting
Menurut Arikunto (2014:65) secara garis besar penelitian tindakan kelas
(PTK) atau Classroom Action Research (CAR) pada umumnya memiliki empat
tahapan yang dilalui. Empat tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Perencanaan
Penelitian menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh
siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan pada tahap
pelaksanaan.
b. Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan penerapan isi rancangan, yaitu
melakukan tindakan kelas.
c. Pengamatan
Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh pengamat/observasi.
d. Refleksi
Kegiatan refleksi bertujuan untuk melakukan evaluasi atas Tindakan
yang dilakukan. Kegiatan ini dilakukan setelah pelaksanaan tindakan.
Siklus-siklus yang dilakukan dalam penelitian ini akan membentuk langkah-
langkah dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, berakhirnya siklus
ditandai dengan tercapainya target yang diharapkan. Selama pelaksanaan, data
akan diperoleh dari siswa kelas X IPA3 sebagai jawaban atas permasalahan
penelitian. Penelitian tindakan kelas ini dirancang terdiri dari beberapa siklus.
Permasalahan pembelajaran yang diperoleh peneliti dari hasil wawancara
atau observasi awal dibutuhkan untuk menyesuaikan pelaksanaan siklus pertama
sedangkan pelaksanaan siklus kedua akan menyesuaikan dengan hasil pada siklus
pertama dan perubahan yang ingin dicapai oleh peneliti, begitu juga untuk siklus
selanjutnya. Pelaksanaan penelitian ini dapat digambarkan seperti pada diagram
alur sebagai berikut.
30
Gambar SEQ Gambar \* ARABIC 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Model Kemmis
dan Taggart)
Penyelenggaraan penelitian dimulai dengan siklus 1, jika hasil siklus 1
berhasil maka siklus II dilakukan sebagai pemantapan.
1. Desain Penelitian Siklus I
Kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan
penelitian.
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
dilakukan persiapan dan penyusunan instrumen pembelajaran serta
instrument penelitian sebagai beritut:
1) Menyusun rencana RPP yang akan digunakan saat penelitian.
2) Menyiapkan alat, bahan, sumber belajar yang diperlukan untuk
pembelajaran siklus I.
3) Membuat lembar observasi siswa dan post test pada siklus I
4) Menyusun lembar observasi terkait motivasi siswa selama proses
pembelajaran.
31
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
Pada tahap ini Peneliti akan mengajar langsung selama proses
pembelajaran. Dalam tahap pelaksanaan tindakan kelas, peneliti beracuan
dan berpedoman pada rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
disusun sebelumnya. Model Pembelajaran yang digunakan adalah model
pembelajaran Problem Based Learning yang diharapkan dapat digunakan
sebagai upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar dengan membangun
suasana yang kreatif, efektif, efesien, dan menyenangkan.
Peneliti menyiapkan terlebih dahulu semua kebutuhan yang di perlukan
dalam proses pembelajaran tatap muka. Setelah itu sebelum memasuki
materi guru memberikan apersepsi di awal, menyampaikan indikator dan
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Kemudian guru membagi siswa
dalam bentuk kelompok. Lalu memberikan sedikit pengantar materi dan
setelah itu guru menyajikan sebuah masalah yang berkaitan dengan materi
kepada siswa. Siswa secara berkelompok diminta untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Setelah selesai, guru meminta perwakilan dari kelompok
untuk menyajikan hasil dari permasalahan tersebut. Setelah selesai, guru
meminta agar setiap siswa menanggapi hasil penyelesaian masalah yang
disampaikan temannya. Guru membantu memberikan penguatan dengan
memberikan Post Tes setiap individu siswa serta diakhir pembelajaran siswa
diminta untuk memberikan kesimpulan yang telah dipelajari berkaitan
dengan materi.
Setelah itu pada pertemuan selanjutnya guru menyiapkan beberapa
masalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran, lalu peserta didik
diminta untuk mendiskusikan materi pembelajaran permasalahan tersebut
dan waktu pembelajaran disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Guru memberikan penguatan diakhir proses
pembelajaran
c. Observasi (Observing)
Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan
kelas yang dilaksanakan dengan dibantu oleh 2 observer. Kegiatan observasi
32
ini menggunakan lembar observasi yang secara umum bertujuan mengetahui
segala aktifitas yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung,
baik itu kegiatan guru maupun kegiatan siswa yang diarahkan sebagai bahan
refleksi dan perbaikan tindakan selanjutnya. Secara khusus tujuan observasi
pada penelitian ini yaitu untuk mengamati terhadap proses peningkatan
motivasi belajar dan hasil belajar siswa selama berlangsungnya tindakan
dengan menggunakan catatan lapangan. Pengamatan mengenai hasil belajar
menggunakan lembar penilaian (PostTest). Pengamatan mengenai motivasi
belajar dengan menggunakan lembar penilaian motivasi (angket). Hasil dari
pengamatan ini digunakan sebagai acuan dalam perbaikan proses belajar
dan mengajar siswa di kelas, sehingga dapat meningkatkan motivasi dan
hasil belajar meteri Vektor kelas X SMAI NFBS Lembang.
d. Refleksi (Reflection)
Pada kegiatan refleksi, data yang diperoleh dari hasil post test siswa,
hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer dan hasil lembar penilaian
motivasi (angket) akan di analisis oleh peneliti. Kegiatan refleksi ini
dilakukan dengan mengadakan diskusi dan analisis, terkait kelebihan dan
kekurangan selama proses pembelajaran berlangsung yang ditujukan sebagi
bahan pertimbangan serta menjadikannya bahan untuk perbaikan pada
pelaksanaan siklus II nanti agar proses pembelajaran lebih baik
33
dan soal Post Test II serta kunci jawaban Test dan panduan penilaian Test.
Sedangkan Non Test adalah berupa observasi siswa serta panduan penilaiannya.
1. Test
Test adalah cara atau prosedur yang digunakan dalam rangka pengukuran
atau penilaian yang bergantung pada pembagian tugas berupa pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan kepada siswa mencakup pokok bahasan yang
diajarkan. Adapun jenis penyusunan Test untuk evaluasi belajar dalam penelitian
ini adalah test pilihan ganda tes pilihan ganda merupakan tes objektif dimana
masing-masing tes disediakan lebih dari kemungkinan jawaban, dan hanya satu
dari pilihan-pilihan tersebut yang benar atau yang paling benar.
Test yang digunakan dalam penelitian ini yaitu test objektif diberikan setiap
akhir siklus berupa post test yang bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
Test yang digunakan dalam penelitian ini diberikan setiap akhir siklus I, II dan
akhir siklus III ini ada dua macam jenis soal pilihan ganda sebanyak 10 butir.
2. Non Test
a. Pengamatan (Observation)
Pengamatan yang berlangsung untuk memperoleh hasil belajar,
dilakukan dengan memberikan lembar observasi. Selama proses kegiatan
belajar mengajar berlangsung observer melakukan kegiatan observasi
dengan mengamati dan menilai apa yang terjadi selama proses kegiatan
pembelajaran. Teknik pengamatan ini peneliti atau guru apabila ia
bertindak sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal
yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format
observasi/penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan skenario tindakan dari waktu ke waktu serta
dampaknya terhadap proses dan hasil belajar siswa (Arikunto dkk.,
2011:78).
b. Kuesioner
Angket digunakan untuk mengetahui motivasi siswa terhadap mata
pelajaran matematika peminatan pada materi Vektor siswa kelas X
34
menggunakan model pembelajaran problem based learning. Angket
sering disebut kuesioner, dari kuesioner ini orang dapat diketahui tentang
keadaan diri/data diri, pengalaman dan pengetahuan sikap atau
pendapatnya dan lain-lain (Arikunto, 20014:28). Agar memperoleh
kuesioner dengan hasil yang maksimal maka peneliti harus melakukan uji
coba. Sampel yang diambil untuk uji coba haruslah sampel dari populasi
dimana sampel diambil.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner berstruktur karena dala
35
Konsep Indikator
Kode No.item
pengukuran
Menunjukkan minat
terhadap maslah yang D 10
belum diketahui
Suasana yang
H 20
menyenangkan
Uno (2011:23)
c. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh dokumen-dokumen yang
akan di gunakan sebagai pendukung data-data hasil penelitian seperti
namasiswa, jumlah siswa dan gambar berupa foto-foto kegiatan
pembelajaran dikelas yang diperlukan dalam penelitian. Masijo (dalam
Utari, 2021:30) mengatakan bahwa peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip
dan termasuk juga buku-buku berupa sumber yang digunakan dalam
mengumpulkan data melalui teknik dokumentasi. Oleh karena itu
dokumentasi berupa foto saat penelitian juga dibutuhkan sebagai arsip
dalam pengumpulan data.
36
D. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut
Suprayogo analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,
sistematisasi, penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai
sosial, akademis, dan ilmiah (Utari, 2021: 39).
Pada penelitian ini terdapat dua cara teknik analisis pengambilan data yaitu :
1. Analisis data kualitatif yaitu tentang bagaimana aktivitas siswa dan guru
dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa pada
Materi Vektor Kelas X di SMAI NFBS Lembang yang diperoleh dari
observasi.
2. Analisis data kuantitatif yaitu tentang hasil belajar yang dicapai siswa setiap
akhir siklus. Dalam analisis ini peneliti ingin mengetahui peningkatan hasi
belajar siswa melalui tes.
Dari kedua analisis tersebut yaitu motivasi dan hasil belajar siswa diatas,
maka peneliti dapat membuat kesimpulan yaitu siklus dalam penelitian Tindakan
kelas akan dihentikan apabila target hasil siklus II sudah tercapai
1. Analisis Proses Motivasi Belajar siswa
Penilaian motivasi belajar siswa dihitung menggunakan lembar observasi
dengan perhitungan sebagai berikut:
a. Menghitung Motivasi belajar siswa secara individual :
Jumlah skor
Skor Siswa= x 100 %
jumlah skor max
37
skor siswa
Skor angket Motivasi= x 100 %
Skor maksimum
Hasil yang diperoleh akan dibandingkan motivasi belajar siswa pada kondisi
awal dengan kondisi motivasi belajar siswa pada setiap siklus untuk mengetahui
apakah ada peningkatan motivasi belajar siswa
2. Analisis Hasil Belajar Siswa
Menurut Trianto (dalam Utari, 2009:32) ketuntasan belajar tercapai jika 85 %
dari seluruh peserta didik dalam kelas tersebut telah mencapai KKM. Dalam hal
ini KKM yang ditetapkan di sekolah adalah 75.
Untuk menghitung kriteria ketuntasan digunakan rumus berikut :
a. Menghitung ketuntasan belajar siswa secara individual :
S
P= x 100 %
N
Keterangan :
P: Presentasi ketuntasan belajar
S: Jumlah siswa yang mencapai tuntas belajar
N: Jumlah total siswa
b. Menghitung nilai rata-rata hasil belajar siswa dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
❑
∑
❑
xi
x=
❑
Keterangan :
x : Nilai rata-rata siswa
x i : Jumlah semua nilai yang diperoreh siswa
n : Jumlah siswa
c. Presentase ketuntasan klasikal
38
R
NP= x 100 %
SM
Keterangan :
NP: Nilai persen yang dicari
R : Jumlah siswa yang tuntas
SM: Jumlah seluruh siswa
39
3.
Banyaknya siswa yang memiliki prestasi belajar yang tinggi yang ditunjukkan dengan pencapai
≥ 75 Tuntas
40
belajar siswa dengan menggunakan Model Pembelajaran Problem Based
Learning di kelas X IPA3 di SMAI Nurul Fikri Boarding School Lembang.
Sebelum melaksanakan PTK untuk menerapkan pembelajaran menggunakan
model pembelajaran Problem Based Learning, peneliti terlebih dahulu meminta
teman sejawat untuk bersedia membantu dalam melakukan pengamatan terhadap
pembelajaran di penelitian ini, dimulai diskusi terkait teknik pembelajaran dan apa
yang harus dilakukan teman sejawat selama pembelajaran berlangsung di kelas,
hal ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektifnya penerapan problem
based learning untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada materi
vektor kelas X IPA3 di SMAI NFBS Lembang.
41
4) Menyusun lembar observasi untuk dilihat suasana dalam belajar mengajar dan
tingkat motivasi siswa kelas X IPA3 saat model pembelajaran problem based
learning dilaksanakan.
5) Menyusun angket motivasi siswa untuk melihat tingkat motivasi siswa kelas
X IPA3 saat model pembelajaran problem based learning dilaksanakan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tindakan awal saat dilakukan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dengan melaksanakan siklus I. Pelaksanaan siklus I tersusun 3 jam
pelajaran sama dengan 3x45 menit. Dua jam pelajaran pertama penyampaian
materi pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem based
learning, satu jam pelajaran lagi untuk melaksanakan post test dan pengisisan
angket motivasi siswa. RPP yang disusun oleh peneliti dilakukan untuk
menyamakan materi perbandingan vektor dalam (bidang) berdimensi dua dan
(ruang) berdimensi tiga dengan menerapkan model problem based learning. Pada
siklus I ini penerapannya disamakan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang telah peneliti susun dengan menggunakan model problem based
learning.
Di awal pembelajaran menjelaskan tujuan pembelajaran, selanjutnya guru
memberikan motivasi/apersepsi siswa dengan bertanya sesuatu yang berkaitan
dengan materi yang akan diterangkan, menjelaskan logistik (bahan-bahan) yang
diperlukan dan memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilihnya, kemudian membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut dan
mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, selajutnya membantu peserta
didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan
model dan berbagi tugas dengan teman dan mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari/meminta kelompok presentasi hasil kerja,
Tujuan dari adanya pelaksanaan ini agar siswa yang berada di dalam kelas
dapat berpartisipasi aktif selama pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi
42
juga hasil belajar siswa. Selanjutnya pertemuan terakhir untuk siklus I, guru
memberikan lembar angket motivasi dan dilanjutkan dengan pemberian tes
individual kepada setiap siswa di http://quizizz.com berupa post test. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasa siswa terhadap materi
pembelajaran yang telah diajarkan. Tes ini juga merupakan data yang digunakan
untuk menganalisis hasil belajar siswa yang digunakan oleh penulis. Tes yang
diberikan kepada siswa pada siklus I berbentuk objektif (pilihan ganda) yang
berjumlah 10 soal. Butir soal sesuai dengan materi yang telah diajarkan.
c. Pengamatan/Observasi
43
OBSERVASI MOTIVASI SISWA SIKLUS I
8.5
6.5
4.5
2.5
0.5
A B C D E F G H
Siswa NaN 8 6 10 7 10 7 10 10
Siklus I
% NaN 0.47058 0.35294 0.58823 0.41176 0.58823 0.41176 0.58823 0.58823
8235294 1176470 5294117 4705882 5294117 4705882 5294117 5294117
118 588 647 353 647 353 647 647
Berdasarkan data diatas dapat dilihat jumlah siswa yang memiliki motivasi
dalam belajar terdapat 8 siswa (47%) yang tekun menghadapi tugas, siswa yang
ulet menghadapi kesulitan sebanyak 6 siswa (35%), siswa yang senang dan rajin
belajar penuh semangat sebanyak 10 siswa (59%), siswa yang dapat menunjukkan
minat terhadap masalah yang diberikan guru sebanyak 7 siswa (41%), ada 10
siswa (59%) yang perhatian saat pembelajaran, siswa yang motivasi saingan
dalam prestasi antar siswa ada sebanyak 7 siswa (41%) begitu juga dengan siswa
yang senang mencari dan memecahkan soal-soal yang diberikan, terdapat 10
siswa (59%) menyukai persaingan prestasi antar siswa dan terdapat 10 siswa
(59%) merasa suasana yang menyenangkan dalam pembelajaran. Dari data diatas
dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus I pertemuan ke 1
masih rendah yaitu rata rata kelas berada dipresentase 55%.
Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi siswa
dalam mengikuti pelajaran matematika di materi perbandingan vektor dengan
model model pembelajaran problem based learning digunakan angket motivasi
belajar siswa. Angket motivasi belajar ini diberikan pada saat akhir pembelajaran.
Setelah mendapat perolehan pada masing-masing siswa dicari nilai rata-rata kelas
motivasi belajar siswa memilih bahan baku tekstil. Data angket motivasi belajar
dapat dilihat pada diagram motivasi belajar siswa berikut ini:
44
SKOR ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA SIKLUS I
47.5
42.5
37.5
32.5
27.5
22.5
17.5
12.5
7.5
2.5
ASA AZA CDA FM HGS KNS KJS KRD MTP NCA RHZ SPM SST STA SSB SA TBZ
O W
S 45 45 45 44 45 44 45 45 44 45 45 47 39 45 45 35 45
K
O
R
% 0.56 0.56 0.56 0.55 0.56 0.55 0.56 0.56 0.55 0.56 0.56 0.58 0.48 0.56 0.56 0.43 0.56
25 25 25 25 25 25 25 25 75 75 25 25 75 25
Adapun pengambilan hasil belajar siswa diambil dari nilai post test yang
dilakukan terhadap seluruh siswa secara individu pada pertemuan siklus 1.
Pengambilan data evaluasi ini dilakukan setelah berlangsungnya proses belajar
45
menggunakan model problem based learning, berdasarkan hasil evaluasi yang
dilakukan tersebut dapat di ambil data sebagai berikut :
Dari gambar diagram di atas dapat di ketahui bahwa pada pelaksanaan pembelajaran Matemati
46
kelemahan yang ada pada siklus 1 dan akan mencari solusi agar proses
pembelajaran sesuai dengan harapan.
e. Refleksi Siklus I
Berdasarkan data hasil belajar siswa serta lembar observasi dan angket
motivasi belajar siswa, pada pelaksanaan siklus I dinyatakan belum berhasil dan
perlu dilakukan kembali peningkatan pada siklus II. Dapat dilihat dari hasil
belajar siswa yang masih rendah begitu pula dengan lembar observasi dan hasil
angket terhadap motivasi belajar siswa masih terbilang banyak yang berada
dikategori rendah. Selain itu ketuntasan klasikal siswa masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh kendala pada proses belajar dan mengajar yang dihadapi oleh
guru sehingga belum mampu meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kendala-kendala yang dihadapi pada pelaksanaan proses pembelajaran siklus I
antara lain :
1) Banyak siswa yang masih belum tekun menghadapi tugas
2) Banyak siswa yang tidak siap terhadap masalah yang diberikan guru sehingga
kurang ulet menghadapi kesulitan
3) Siswa masih kurang senang dan rajin belajar penuh semangat, ini dapat dilihat
dalam kesiapan siswa dalam penerimaan tugas yang diberikan guru.
4) Siswa masih belum menunjukkan minat terhadap masalah, ini terlihat dari
kesipan siswa dalam menyiapkan materi dan mempelajari perbandingan vektor
sehari sebelum pembelajaran
5) Kurangnya perhatian siswa terhadap pembelajaran, sehingga banyak siswa
yang merasa kurang senang saat diberikan tugas oleh guru.
6) Rasa persaingan prestasi antar siswa masih rendah
7) Belum mampu menujukkan suasana yang menyenangkan saat belajar
Dalam upaya untuk memperbaiki atas kekurangan siklus I agar hasil belajar
siswa dapat meningkat maka perlu dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan
perbaikan-perbaikan sebagai berikut :
1) Mempertahankan kegiatan tahapan yang baik dari siklus I.
47
2) Guru terlebih dahulu mengkondisikan siswa agar siswa siap untuk memulai
pembelajaran serta mendengarkan penjelasan dari guru.
3) Guru mesti memberi motivasi juga peringatan pada siswa yang tidak
menyiapkan diri dalam memulai kegiatan belajar.
4) Guru memberi kesempatan kepada siswa dalam menjawab pertanyaan dan
memberikan kesempatan siswa dalam bertanya terhadap masalah yang
diberikan guru.
5) Guru diharapkan dapat memberi arahan dari materi pelajaran ke siswa dengan
tepat dan jelas, terinci sehingga siswa dapat menegakkan pengetahuan sendiri
arti dari pada konsep yang telah diajarkan.
6) Guru membimbing dan membantu siswa dalam menyimpulkan konsep belajar.
7) Guru memotivasi siswa untuk giat belajar dan meneyelesaikan tugas nya
sehingga siswa termotivasi untuk meraih nilai dalam pembelajaran yang
semaksimal mungkin
8) Memotivasi siswa untuk terbiasa menyelesaiakan tugas yang diberikan guru
terlebih dahulu dengan berdiskusi sesama teman sehingga mampu menemukan
solusi dari setiap permasalahan yang diberikan guru
9) Guru memotivasi siswa dengan melakukan pembelajaran yang menyenangkan
dan bermakna sehingga siswa merasa senang saat diberikan tugas oleh guru.
48
mana peneliti bertindak sebagai guru melakukan pengajaran di ruang kelas dan
ditemani oleh teman sejawat sebagai observer. Adapun perencanaan dari siklus I
yaitu sebagai berikut :
1) Mengidentifikasi masalah yang ditemukan pada siklus I dan menentukan
solusi terhadap masalah tersebut sehingga sesuai dengan hasil yang
diharapkan.
2) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah
dipersaiapkan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning.
3) Menyusun tiap kegiatan di Lembar kerja peserta didik (LKPD) siklus II yang
akan diperlukan untuk kegiatan kerja kelompok siswa
4) Menyusun tiap soal yang akan diperlukan post test pada akhir pembelajaran
siklus II.
5) Mempersiapkan lembar observasi dan anket motivasi belajar siswa yang
serupa dengan siklus I untuk dilihat suasana dalam belajar mengajar dan
tingkat motivasi siswa kelas X IPA3 saat model pembelajaran problem based
learning dilaksanakan.
6) Membimbing siswa agar lebih aktif, kreatif dan inovatif sehingga
memperkuat motivasi dalam belajar ketika mengikuti pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning.
7) Menyusun strategi pembelajaran sehingga mampu meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran problem
based learning
b. Pelaksanaan Tindakan
Siklus II merupakan tindak lanjut yang dilakukan pada penelitian tindakan
kelas. Pada pelaksanaan siklus II dilakukan 1 kali pertemuan. Setiap pertemuan
berlangsung 3 jam pembelajaran (3x45 Menit), dua jam untuk pelaksanaan
pembelajaran menggunakan model problem based learning dan satu jam lagi
pelaksanaan evaluasi berupa post test menggunakan apliaksi quizizz di
http://quizizz.com dan pengisisan angket motivasi siswa. Untuk materi disamakan
49
berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah disusun oleh peneliti.
RPP yang disusun oleh peneliti dilakukan untuk menyamakan materi
perbandingan vektor dalam (bidang) berdimensi dua dan (ruang) berdimensi tiga
dengan menerapkan model problem based learning. Pada siklus II ini
penerapannya disamakan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
telah peneliti susun dengan menggunakan model problem based learning.
Pada siklus II ini penerapannya disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning. Setiap pembelajaran awal guru memberikan motivasi/apersepsi siswa
dengan bertanya sesuatu yang berkaitan dengan materi yang akan diterangkan.
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning
ini pada awalnya guru menjelaskan materi pembelajaran dan guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok dan memberikan bahan untuk melakukan tugas
diskusi. Tujuan dari adanya pelaksanaan ini agar siswa yang berada di dalam kelas
dapat berpartisipasi aktif selama pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi
juga hasil belajar siswa. Selanjutnya pertemuan terakhir untuk siklus II, guru
memberikan lembar angket motivasi dan dilanjutkan dengan pemberian tes
individual kepada setiap siswa di http://quizizz.com berupa post test. Tes ini
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana penguasa siswa terhadap materi
pembelajaran yang telah diajarkan. Tes ini juga merupakan data yang digunakan
untuk menganalisis hasil belajar siswa yang digunakan oleh penulis. Tes yang
diberikan kepada siswa pada siklus II berbentuk objektif (pilihan ganda) yang
berjumlah 10 soal. Butir soal sesuai dengan materi yang telah diajarkan.
c. Pengamatan/Observasi
Pada siklus II ini pengamatan dilakukan untuk mengetahui proses
pembelajaran matematika di materi perbandingan vektor dengan model model
pembelajaran problem based learning. Pengamatan dilakukan bersama-sama
peneliti dan observer untuk mempermudah dalam pengamatan agar pengamatan
lebih terfokus. Berdasarkan catatan lapangan, siswa terlihat antusias dalam
50
mengikuti pelajaran karena ini merupakan hal baru yang sebelumnya belum
pernah diterima oleh siswa siswa juga. Berdasarkan data hasil observasi terhadap
motivasi belajar siswa yang dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa
selama siklus II mulai ada peningkatan dan sudah optimal dari hasil observasi
siklus I. Seperti terlihat pada diagram siklus I dan siklus II sebagai berikut :
Siswa NaN 8 6 10 7 10 7 10 10
Siklus I
% NaN 0.47058 0.35294 0.58823 0.41176 0.58823 0.41176 0.58823 0.58823
8235294 1176470 5294117 4705882 5294117 4705882 5294117 5294117
118 588 647 353 647 353 647 647
Siswa NaN 14 13 16 15 17 13 15 14
Siklus II
% NaN 0.82352 0.76470 0.94117 0.88235 1 0.76470 0.88235 0.82352
9411764 5882352 6470588 2941176 5882352 2941176 9411764
706 941 235 471 941 471 706
Mening NaN 0.35294 0.41176 0.35294 0.47058 0.41176 0.35294 0.29411 0.23529
kat 1176470 4705882 1176470 8235294 4705882 1176470 7647058 4117647
588 353 588 118 353 588 824 059
Gambar 7. Diagram Motivasi belajar siswa Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan data diatas dapat dilihat perubahan motivasi belajar antara
siklus I dan siklus II dapat dijabarkan sebagai berikut, jumlah siswa yang
memiliki motivasi dalam belajar dari 8 siswa (47%) menjadi 14 siswa (82%)
meningkkat sebesar 35% sehingga tekun menghadapi tugas, siswa yang ulet
menghadapi kesulitan dari 6 siswa (35%) menjadi 13 siswa (76%) meningkat
sebesar 41%, siswa yang senang dan rajin belajar penuh semangat dari 10 siswa
(59%) menjadi 14 siswa (82%) meningkat sebesar 35%, siswa yang dapat
menunjukkan minat terhadap masalah yang diberikan guru sebanyak 7 siswa
(41%) menjadi 15 siswa (88%) meningkat sebesar 47%, siswa yang perhatian saat
pembelajaran dari 10 siswa (59%) menjadi 17 siswa (82%) meningkat sebesar
41%, siswa yang memiliki motivasi saingan dalam prestasi antar siswa ada
sebanyak 7 siswa (41%) menjadi 13 siswa (76%) meningkat sebesar 35% begitu
juga dengan siswa yang senang mencari dan memecahkan soal-soal yang
51
diberikan dari 10 siswa (59%) menjadi 15 siswa (88%) meningkat sebesar 29%,
siswa yang merasa suasana menyenangkan dalam pembelajaran dari 10 siswa
(59%) menjadi 14 siswa(82%) meningkat 24%. Dari data diatas dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa pada siklus II pertemuan ke 2
meningkat sehingga sesuai dengan hasil yang harapkan, peningkatannya sebesar
31% dan rata-rata persentase motivasi dari 55% menjadi 86%.
Selanjutnya untuk mengetahui sejauh mana peningkatan motivasi belajar
siswa pada siklus II dalam mengikuti pelajaran matematika di materi
perbandingan vektor dengan model pembelajaran problem based learning
digunakan angket motivasi belajar siswa. Angket ini untuk melihat motivasi
belajar siswa sebelum pelaksanaan pembelajaran, saat pembelajaran dan di akhir
pembelajaran. Angket motivasi belajar diberikan pada saat akhir pembelajaran
pada pelaksanaan Siklus II untuk setiap siswa. Setelah mendapat perolehan data
skor angket pada masing-masing siswa dicari nilai rata-rata kelas motivasi belajar
siswa. Data angket motivasi belajar dapat dilihat pada diagram motivasi belajar
siswa berikut ini:
52
SKOR ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA SIKLUS I dan
SIKLUS II
65
45
25
5
AS AZ CD FM HG KN KJS KR MT NC RH SP SST STA SSB SA TBZ
A A A O S S D P A Z M W
S 45 45 45 44 45 44 45 45 44 45 45 47 39 45 45 35 45
K
O
R
S
I
K
L
U
S
I
% 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 0.4 0.5 0.5 0.4 0.5
625 625 625 5 625 5 625 625 5 625 625 875 875 625 625 375 625
S 72 70 64 65 67 67 68 69 64 69 74 76 73 68 70 70 64
K
O
R
S
I
K
L
U
S
I
I
% 0.9 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.8 0.9 0.9 0.9 0.8 0.8 0.8 0.8
75 125 375 375 5 625 625 25 5 125 5 75 75
P 0.3 0.3 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.3 0.2 0.3 0.3 0.3 0.4 0.2 0.3 0.4 0.2
e 375 125 375 625 75 875 875 5 625 625 25 875 125 375 375
n
i
n
g
k
a
t
a
n
53
hanya di siklus II saja karena penelitian mengunakan model pembelajaran
problem based learning dalam meningkatkan motivasi belajar siswa pada
pembelajaran materi perbandingan vector telah sesuai dengan yang diharapkan.
b. Evaluasi Hasil Belajar Siklus II
S 77 75 68 69 70 73 71 76 68 74 79 81 78 73 75 75 68
K
O
R
S
I
K
L
U
S
I
%0.7 0.7 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6 0.7 0.7 0.8 0.7 0.7 0.7 0.7 0.6
7 5 8 9 3 1 6 8 4 9 1 8 3 5 5 8
S 92 89 75 85 83 84 83 94 77 75 87 90 85 74 80 75 83
K
O
R
S
I
K
L
U
S
I
I
%0.8 0.8 0.7 0.8 0.8 0.8 0.8 0.9 0.7 0.7 0.8 0.9 0.8 0.7 0.8 0.7 0.8
7 9 5 5 4 3 4 7 5 7 5 4 5 3
P0.1 0.1 0.0 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0 0.1
e 4 7 6 1 2 8 9 1 8 9 7 1 5 5
n
i
n
g
k
a
t
a
n
54
Dari gambar diagram di atas dapat di ketahui bahwa pada pelaksanaan pembelajaran Matematika Pe
55
memenuhi kriteria yang diharapkan yaitu mencapai dalam kategori sangat tinggi
dengan nilai rata-rata siswa adalah 83 berdasarkan hasil observasi, angket dan
hasil test akhir siklus II. Maka tindakan pada penelitian diakhir pada siklus II.
B. Pembahasan
Penelitian Tindakan Kelas di kelas X IPA 3 SMAI NFBS Lembang dilakukan
berdasarkan hasil observasi dari dua observator dan hasil angket siswa yang
diketahui bahwa motivasi belajar siswa pada materi vektor di dalam kelas masih
rendah. Berdasarkan pengamatan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung
dan hasil angket siswa setiap siswa, permasalahan tersebut muncul dikarenakan
guru menggunakan metode yang kurang bervariasi yakni hanya dengan
berceramah, siswa kurang dilibatkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran
sehingga terasa monoton dan tidak mampu menggugah motivasi belajar siswa.
Salah satu upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas adalah
dengan melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran. Guru sebagai pendidik
dituntut untuk mengembangkan potensinya, salah satunya yakni dengan
menerapkan metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif sehingga keaktifan
belajar siswa dapat meningkat. Problem based learning (PBL) atau Pembelajaran
Berbasis Masalah adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya
permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir
kritis dan keterampilan memecahkan masalah, dan memperoleh pengetahuan
(Duch dalam Sofiyan dkk., 2017:48).
Dari hasil pengamatan motivasi belajar siswa dan hasil angket siswa, semua
aspek atau indikator motivasi belajar siswa telah mencapai baseline keberhasilan
pembelajaran pada masing-masing siklus sehingga siswa dengan sangat mudah
memecahkan persoalan yang diberikan guru saat akhir pembelajaran berupa tes
(Post Test). Sehingga siswa mendapatkan hasil belajar yang sangat memuaskan
ketika motivasi belajar siswa meningkat. Ini sejalan dengan pemahaman
Sukmadinata (2011:62), Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau
motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak
terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila
56
motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguhsungguh,
terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.
Analisis peningkatan persentase capaian tiap indikator motivasi dan hasil
belajar siswa materi perbandingan vector menggunakan model pembelajaran
problem based learning adalah sebagai berikut:
1. Hasil Observasi dan Angket Motivasi Belajar Siswa
Dalam kegiatan belajar, siswa memerlukan motivasi. Motivasi yang ada pada
pada diri setiap siswa itu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Menurut Sardiman
(2018:83), ciri-ciri motivasi yang ada pada siswa diantaranya:
1) Tekun menghadapi tugas, artinya siswa dapat bekerja secara terus menerus
dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai.
2) Ulet menghadapi kesulitan, siswa tidak lekas putus asa dalam menghadapi
kesulitan. Siswa bertanggung jawab terhadap keberhasilan dalam belajar
dan melaksanakan kegiatan belajar.
3) Menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, berani menghadapi
masalah dan mencari jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi.
Misalnya masalah ekonomi, pemberantasan korupsi dan lain sebagainya.
4) Lebih senang bekerja mandiri, artinya tanpa harus disuruh pun, ia akan
mengerjakan apa yang menjadi tugasnya.
5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin atau hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif.
6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)
7) Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya, artinya ia percaya dengan
apa yang dikerjakannya.
8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila siswa memiliki ciri-ciri motivasi belajar seperti diatas, berarti siswa
tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi seperti itu sangat
penting dalam kegiatan pembelajaran. Motivasi belajar siswa dianggap cukup
kuat ketika dapat dikategorikan sebagai motivasi belajar sangat tinggi yaitu pada
rentang 80%-100% berdasarkan hasil observasi dua observatory dan rata-rata skor
57
angket motivasi belajar siswa yang dilaksanakan pada saat pelaksaan tindakan
siklus I dan siklus II.
Adapun gambaran motivasi belajar siswa yang meningkat setelah diamati
dari siklus I sampai dengan siklus II yang diperoleh dari langkah model
pembelajaran problem based learning dapat dilihat pada data hasil observasi dan
angket motivasi belajar yang dijelaskan diatas. Demikian ditarik dari
kesimpulannya bahwasannya dengan menggunakan model pembelajaran problem
based learning pada motivasi belajar siswa mengalami peningkatan. Sehingga
dapat dikatakan penggunaan model pembelajaran problem based learning yang
digunakan peneliti berhasil meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun rata-
rata peningkatan motivasi belajar siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dalam
dua siklus dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
O BSER V A SI SK O R A N G K ET
MO TIV A SI MO TIV A SI
BELA J A R SISWA BELA J A R SISWA
86% 86%
55%
50%
Gambar 10. Diagram rata-rata hasil Gambar 11. Diagram rata-rata hasil
observasi siklus I dan II angket motivasi siklus I dan II
Dapat dilihat berdasarkan gambar diagram di atas dapat diketahui hasil
observasi motivasi belajar siswa pada siklus I dan siklus II terjadinya peningkatan
pada setiap pertemuan persiklus yang mana dapat dilihat rata-rata pada siklus I
rata-rata hasil observasi motivasi belajar siswa 50% meningkat menjadi 80% pada
siklus II, sedangkan rata-rata hasil angket motivasi siswa pada siklus I rata-rata
motivasi belajar siswa 55% meningkat menjadi 86% pada siklus II. Hal ini
disebabkan siswa yang memiliki antusiasme tinggi dalam kegiatan pembelajaran
58
dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning sehingga
dalam proses pembelajaran tercipta suasana yang menyenangkan, motivasi belajar
mereka juga menjadi meningkat.
2. Hasil belajar siswa
Hasil belajar dapat diketahui dari hasil post test pada setiap akhir siklus.
Menurut Muhibbin (2008:68), belajar adalah tahapan perubahan seluruh
tingkahlaku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif yang sering dilakukan dalam
bentuk tes hasil belajar Sinar (2018:21). Menurut Suprijono (2012:5), hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan keterampilan. Selanjutnya Supratiknya (2012:5) mengemukakan
bahwa hasi belajar yang menjadi objek penilaian kelas berupa kemampuan
kemampuan baru yang di peroleh siswa setelah mereka mengikuti proses belajar
mengajar tentang mata pelajaran tertentu. Dalam pendidikan nasional rumusan
tujuan pendidikan mengacu pada klarifikasi hasil belajar dari Bloom yang secara
garis besar yautu aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Widodo, 2013:34). Hasil
belajar siswa dapat diketahui pada gambar grafik dibawah ini:
PERSENTASE RA TA RA TA HA S IL
K E T UN T A S A N BE L A JA R S IS W A
59
Pada gambar diagram grafik diatas dapat dilihat adanya peningkatan hasil
belajar. Pada data diagram grafik diatas dapat dilihat dari siswa yang tuntas, siswa
yang tidak tuntas, serta nilai rata-rata. Pada kegiatan awal saat diterapkan tindakan
pertama pada siklus I, siswa yang tuntas sebanyak 8 siswa sedangkan siswa yang
tidak tuntas sebanyak 9 siswa. Dilihat bahwa ketuntasan klasikal belum tercapai.
Jika dihitung secara keseluruhan siswa X IPA3 memiliki nilai rata-rata 74 dan
presentase ketuntasan klasikal pada hasil belajar siswa sebesar 47%. Hal ini
menunjukkan bahwa target presentase KKM yang diharapkan belum tercapai.
Adanya ditemukan pada saat pengoreksian soal post test yang dilakukan siswa,
peneliti melihat umumnya pada ketelitian siswa dalam mengerjakan dan
memahami soal post test siswa masih kurang untuk memahami soal dan masih
banyak siswa yang ceroboh dalam mengerjakan soal post test dan siswa kurang
serius dalam mengerjakan soal post test dan motivasi mereka dalam
menyelesaikan soal yang diberikan guru masih rendah. Pada siklus II siswa yang
tuntas sebanyak 16 siswa sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa
dari total siswa 17 siswa. Dapat dilihat jika dilakukan perhitungan rata-rata, maka
nilai rata-rata dikelas X IPA3 yang diperoleh pada soal post test siklus II sebanyak
83 sedangkan presentase ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh pada siklus
II sebesar 94%. Sementara siswa yang tidak tuntas presentasenya 6%. Dari data
tersebut maka bisa disimpulkan bahwa hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Dari selama pelaksanaan siklus II, hasil belajar siswa menunjukkan
peningkaran secara signifikan dan secara target telah mencapai keberhasilan yaitu
83%.
3. Dampak Penerapan Model Problem Based Learning
Adapun dampak dari diterapkannya pembelajaran model problem based
learning adalah siswa yang motivasinya belajarnya masih kurang dalam
pembelajaran dan malas mengikuti proses pembelajaran kini sudah termotivasi
saat pembelajar berlangsung, adapun siswa yang kurang ulet menghadapi
kesulitan senang dan rajin belajar penuh semangat sangat melakukan dikusi,
kurang menunjukkan minat terhadap masalah yang diberikan guru, kurangnya
perhatian siswa saat pembelajaran dikelas, siswa yang bermalas-malasan saat
60
melakukan pengamatan dan penyelidikan akan materi kini sudah mulai berani dan
terbiasa untuk melakukan pengamatan dan penyellidikan dengan baik. Setelah
diterapkannya model pembelajaran problem based learning dalam pembelajaran
maka siswa mulai termotivasi untuk bekerja sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan soal dan termotivasi langsung dalam proses pembelajaran, dan
untuk siswa yang kurang rendahnya rasa persaingan prestasi antar siswa agar
siswa termotivasi untuk memecahkan masalah dengan cara terbaiknya, merasa
kurang dapat membangun suasana yang menyenangkan saat diskusi maupun saat
melakukan presentasi hasil diskusi kelompok-kelompok ataupun individunya kini
sudah mulai termotivasi untuk bersaing secara suportif antar siswa, berhsil
membangun suasana yang menyenagkan di saat pembelajaran dan motivasi
kepercayaan diri saat mempresentasikan hasil diskusi kelompok maupun tugas
individunya dengan sangat memuaskan. Dengan demikian penerapan model
pembelajaran problem based learning mampu meningkatkan motivasi dan hasil
belajar pada pembelajaran Matematika Peminatan materi perbandingan vektor
kelas X IPA3 SMAI NFBS lembang .
61
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil dari Penelitian Tindakan Kelas menggunakan model
Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian terhadap motivasi belajar siswa diperoleh
informasi bahwa adanya peningkatan dalam perubahan motivasi belajar
antara siklus I dan siklus II, jumlah siswa yang memiliki motivasi dalam
belajar dari rentang 6 siswa (47%) hingga 10 siswa (59%) menjadi 13 siswa
(76%) hingga 17 siswa (100%) meningkkat sebesar >35%, dan untuk
persentase rata-rata masing-masing siswa motivasi belajar mengalami
peningkatannya sebesar 31% dan rata-rata persentase motivasi dari 55%
menjadi 86%. Sedangkan data angket motivasi belajar siswa saat
dilakukannya tindakan siklus II dapat lihat bahwa motivasi belajar siswa
meningkat mulai dari siklus I, skor dari (35-50) meningkat menjadi rentang
skor (64-76) dengan skor maksimum 80 perindividu siswanya, dimana
perbandingan hasil persentasenya dapat dijelaskan bahwa siswa pada siklus I
berada pada rentang 20% hingga 49% menjadi 80% hingga 100% pada siklus
II dan kebanyakan hasil angket siswa di siklus I berada pada rentang 50%-
69% meningkat menjadi 80%-95% pada siklus II. Untuk rata-rata skor siswa
di siklus I 44 atau sekitar 55% meningkat menjadi 68 atau sekitar 86% pada
siklus II, data peningkatan rata-rata motivasi belajar siswa selama
pelaksanaan tindakan siklus II dengan penerapan model pembelajaran
problem based learning sebesar 31%. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa penerapan Problem Based Learning pada materi vektor Kelas X di
SMAI NFBS Lembang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajan Problem
Based Learning dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa kelas X
IPA3 SMAI NFBS Lembang. Pada siklus I siswa yang tuntas sebanyak 8
siswa sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa. Dilihat bahwa
ketuntasan klasikal belum tercapai. Jika dihitung secara keseluruhan siswa X
62
IPA3 memiliki nilai rata-rata 74 dan presentase ketuntasan klasikal pada hasil
belajar siswa sebesar 47%. Sedangkan pada siklus II siswa yang tuntas
sebanyak 16 siswa sedangkan siswa yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa dari
total siswa 17 siswa. Dapat dilihat jika dilakukan perhitungan rata-rata, maka
nilai rata-rata dikelas X IPA3 yang diperoleh pada soal post test siklus II
sebanyak 83 sedangkan presentase ketuntasan hasil belajar siswa yang
diperoleh pada siklus II sebesar 94%. Sementara siswa yang tidak tuntas
presentasenya 6%. Dari data tersebut maka bisa disimpulkan bahwa hasil
belajar siswa mengalami peningkatan. Dari selama pelaksanaan siklus II,
hasil belajar siswa menunjukkan peningkaran secara signifikan dan secara
target telah mencapai keberhasilan yaitu 83%. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa penerapan Problem Based Learning pada materi vektor
Kelas X di SMAI NFBS Lembang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, jika model Problem Based Learning
dilaksanakan dalam jangka panjang, siswa akan merasa bosan sehingga tidak
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Maka saran yang
dianjurkan antara lain:
1. Bagi sekolah: disarankan pada guru mata pelajaran matematika khususnya
matematika peminatan yang membutuhkan keterampilan lebih oleh setiap
guru untuk menyampaikan materi sehingga mudah difahami siswa, pada
umumnya untuk menerapkan model pembelajaran problem based learning
agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran dan juga untuk meningkatkan hasil belajar.
2. Bagi Guru
a. Guru menyampaikan materi dengan model pembelajaran Problem Based
Learning tetapi dengan berbagai media.
b. Guru menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada
materi pembelajaran yang sulit dipahami dan perlu pemikiran mendalam
untuk melatih kemampuan siswa dalam berpikir.
63
c. Guru dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning
dalam materi tertentu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dan
hasil belajar siswa.
3. Bagi Siswa: Siswa belajar menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning dengan sungguh-sungguh pada materi yang sesuai, karena
mempunyai banyak manfaat kedepannya. Contoh: meningkatkan kemampuan
berpikir kritis, penggunaan model pembelajaran berpandangan luas dalam
memecahkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata dan juga dapat
memberikan bekal kecakapan berfikir secara ilmiah, apalagi dunia ini akan
semakin banyak masalah yang harus dihadapi oleh masyarakat.
4. Bagi peneliti yang lain:
a. Peneliti laindiharapkan melakukan penelitian sejenis pada mata pelajaran
lainnya di sekolah.
b. Disarankan kepada peneliti untuk melakukan penelitian yang sama pada
materi yang berbeda sebagai bahan perbandingan dengan penelitian ini.
c. Disarankan untuk melanjutkan penelitian ini dengan memperhatikan
sosial emosional siswa dalam pembelajaran matematika
d. Peneliti lain juga dapat menggunakan model pembelajaran problem
based learning dengan bantuan aplikasi khusus matematika agar materi
tersampaikan dengan baik, menyenagkan dan bermakna
e.
64
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.
NewYork: Addison Wesley Longman.Inc.
Arie dkk. (2020). Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan
Software Geogebra Untuk Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self
Confidence Siswa SMA. Makasar: Yayasan barcode.
Arikunto, S dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aryanti. 2020. Inovasi Pembelajaran Matematika di SD. Yogyakarta. CV
Budi Utama.
Arikunto, S, Prof. Dr. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S dkk. (2014). Prosedur Penelitian suatu Tindakan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
Creswell, J. (2015). Riset Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Dewi, A.Y. (2019). Pengaruh Kepemimpinan dan Kemampuan Berkomunikasi
Guru Di kelas Terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada
Siswa Kelas XI IIS MAN Se-Kota Tasikmalaya. [Online]. Tersedia:
https://repositori.unsil.ac.id/618/. (13 Februari 2022).
Dimyati dan Mudjiono. (2015). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Eveline, S dan Hartini, N. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia
Indonesia.
Goleman, D. (2014). Working With Emotional Intelligence. (Terjemah Alex Tri
Kancono Widodo). Jakarta: PT. Gramedia
Fitrianingtyas, A. (2017). Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Discovery Learning Siswa Kelas IV SDN Gedanganak 02.
Jurnalmitrapendidikan, Volume 1, Nomor 6, Agustus 2017.
Herminarto, S. dkk. (2017). Pengembangan Model pembelajaran Problem based
Learning dalam penerapan Kurikulum 2013 di SMK. Yogyakarta: UNY
Press 2017.
65
Herminarto, S. (2015). Metodologi Pembelajaran Kejuruan. Yogyakarta: UNY
Press.
Mangkunegara, A. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,
Bandung : Remaja Rosdakarya.
Mardapi, D. 2011. Teknik penyusunan Instrumen Tes Dan Non Tes, Yokyakarta :
Mitra Cendikia Press.
Muhibbin, S. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Rahmawati, R. (2016). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Piyungan Pada Mata Pelajaran Ekonomi
Tahun Ajaran 2015/2016. [Online]. Tersedia:
https://eprint.uny.ac.id/41152/1. (13 Februari 2022).
Rahmawati, H. (2010). Filosofi PBL dan Strategi Pembelajaran. Universitas
Andalas
Resto dan Rego. 2021. Problem based Learning VS Sains Teknologi Dalam
Meningkatkan Intelektual Siswa. Indramayu: Adap CV Adanu abimata.
Rusman. (2012). Belajar & Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung:
Alfabeta.
Sani, R. A. (2013). Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Sanjaya, W. (2007). Srategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses
Pendidikan. Jakarta: Kencana. Penelitian KelasJakarta.
Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, N S. (2011). Landasan Psikologi Proses Pemdidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Shoimin, A dkk. (2014). Model Pembelajaran Problem Based Learning Inovatif
Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: AR-RUZZ Media.
Sinar. (2018). Metode Active Learning (Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan
Hasil Belajar Siswa). Yogyakarta: Budi Utama
Sofian, M. dkk. (2018). Problem Based Learning (PBL) in Teaching English for
Students of Primary School Teacher Education Department. [Online].
66
Tersedia: https://jurnal.umj.ac.id/index.php/ELIF. (02 Februari 2022).
Suprijono, A. (2018). Cooperative Learning Teori dan Apliaksi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Belajar
Uno, H. B. (2017). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisa di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Utari, D. W. (2021), Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 2 Tungkal Ulu, Skripsi (UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, 2021).
Widodo.2013. Penerapan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar Siswa Dengan
Metode Problem Based Learning Pada Siswa Kelas VIIA Mts Negeri Dono
Mulyo Kulon Probo Tahun Ajaran 2012/2013. Volume. XVII, No.49,
ISSN:1410-2994.
Yanti & Widya. 2020. Pengembangan Model Pembelajaran Problem Based
Learning Berbasis Digital Untuk Meningkatkan Karakteristik Peduli
Lingkungan dan Literasi Sains. Yogyakarta: Deepublish CV Budi utama.
67
LAMPIRAN
Tujuan Observasi :
1) Untuk mengetahui tingkat awal motivasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran sebelum menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning.
2) Untuk mengetahui apa-apa saja yang menghambat motivasi belajar siswa
dalam proses pembelajaran.
3) Untuk mengetahui bagaimana dampak penggunaan model pembelajaran
Project Based Learning terhadap keaktifan siswa.
Petunjuk :
1) Mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung tanpa menganggu
jalannya pembelajaran
2) Perhatikan aktifitas siswa belajar saat pemeblajaran berlangsung
3) Dengan melihat jumlah siswa yang aktif maka dilihat presentasi keaktifan
siswa saat pembelajaran berlangsung
4) Skala penilaian ada dibawah lembar pengamatan ini
68
maslaah yang belum diketahui
Jumlah
Rata-rata %
69
70
B. Lembar Observasi Ativitas Siswa
Petunjuk :
1) Mengamati kegiatan pembelajaran yang berlangsung tanpa menganggu
jalannya pembelajaran
2) Perhatikan aktifitas siswa belajar saat pemeblajaran berlangsung
3) Dengan melihat jumlah siswa yang aktif maka dilihat presentasi keaktifan
siswa saat pembelajaran berlangsung
4) Skala penilaian ada dibawah lembar pengamatan ini
Kegiatan Awal
Kegiatan Inti
71
Peserta didik berkumpul sesuai kelompok
yang dibagikan guru
Kegiatan Penutup
72
Peserta didik mengerjakan post test
73
C. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Siklus : II
Pertemuan :
Petunjuk :
1) Ambil posisi yang memudahkan anda untuk mengamati proses
pemeblajaran yang dilakukan oleh guru, tanpa menganggu proses
pembelajaran tersebut
2)
Berilah tanda () pada kolom yang diberikan skor yang diberika untuk guru
Keterangan Skor:
1. Skor 5 = Sangat Baik
2. Skor 4 = Baik
3. Skor 3 = Cukup
4. Skor 2 = Kurang
5. Skor 1 = Sangat Kurang
Skor
No Aktivitas yang Diamati
1 2 3 4 5
Kegiatan Awal
74
Kegiatan Inti
75
Guru mengajak peserta didik untuk
membuat kesimpulan
Kegiatan Penutup
Jumlah
Rata-rata %
Rata-rata keseluruhan %
Observer 1 Observer 2
76
Nursyabania, S.Si
NIPY. 1007.0308
Masitoh Majid, S.Si
NIPY. 1710.0495
77
ANGKET /KUESIONER
Identitas diri
Nama :
Kelas :
Petunjuk pengisian
1) Bacalah dengan teliti dan seksama semua pertanyaan-pertanyaan dibawah ini!
2) Jawablah pernyataan ini dengan keadaan anda yang sebenarnya!
3) Jawablah pernyataan pada lembar angket yang telah disediakan!
4)
Berikan tanda check list () pada kolom yang telah disediakan sesuai dengan keadaan dan keyakin
5) Bila telah selesai mengisi angket, mohon segera dikembalikan
6) Selamat mengisi, terimakasih atas partisipasi dalam pengisian angket penelitian
ini.
LEMBAR ANGKET MOTIVASI BELAJAR SISWA
Kadang- Tidak
Selalu Sering
No Pernyataan kadang Pernah
78
7. Saya mencari artikel di internet dan
perpustakaan untuk referensi materi
Jumlah
Rata-rata %
79
Rata-rata keseluruhan %
80
Lampiran II: Silabus
SILABUS
Kompetnsi inti
KI-1 dan KI-2:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur,
disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif
dalam berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan kawasan internasional”.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan
masalah
KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang
dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode
sesuai kaidah keilmuan
81
ungsi fungsi eksponensial dan fungsi eksponensial dan 2013 mata
eksponensial fungsi logaritma, dan fungsi logaritma, dan pelajaran
dan fungsi penerapannya pada penerapannya pada masalah Matematika
logaritma masalah nyata dari nyata dari berbagai sumber
Peminatan
menggunakan berbagai sumber belajar. belajar.
masalah Kelas X
● Menyelesaikan masalah ● Menyelesaikan masalah yang Kemendikbu
kontekstual,
serta yang berkaitan dengan berkaitan dengan fungsi d, Tahun
keberkaitanann fungsi eksponensial dan eksponensial dan logaritma 2020
ya logaritma
● Menyajikan penyelesaian
● Menyajikan penyelesaian • Buku
masalah yang berkaitan Matematika
masalah yang berkaitan dengan fungsi eksponensial Peminatan
dengan fungsi dan logaritma Untuk SMA
eksponensial dan
4.1. Menyajikan 26 JP Kelas X, 26 JP
logaritma ● Mencermati pengertian
dan Penerbit
fungsi, mengamati grafik Erlangga
menyelesaikan
fungsi, sifat-sifat grafik
masalah yang fungsi eksponensial dan • Pengalaman
berkaitan fungsi logaritma, dan peserta didik
dengan fungsi penerapannya pada masalah dan guru
eksponensial nyata dari berbagai sumber
dan fungsi belajar. Manusia
logaritma ● Menyelesaikan masalah yang dalam
berkaitan dengan fungsi lingkungan:
eksponensial dan logaritma guru,
82
Menyajikan penyelesaian pustakawan,
masalah yang berkaitan
dengan fungsi eksponensial
dan logaritma
83
(bidang) dan untuk menyelesaikan peserta didik
● Menggunakan dalil segmen
berdimensi tiga masalah geometri dan guru
garis untuk menyelesaikan
● Menggunakan dalil masalah geometri Manusia
segmen garis untuk dalam
menyelesaikan masalah lingkungan:
Dengan menggunakan model
geometri guru,
pembelajaran Problem
Based Learning : pustakawan,
● Menentukan
● Menentukan perbandingan
perbandingan pada
verktor pada verktor
84
dengan vektor, operasi
● Menyajikan
vektor, panjang vektor, sudut
penyelesaian masalah antar vektor dalam ruang
yang berkaitan dengan berdimensi dua (bidang) dan
vektor, operasi vektor, berdimensi tiga
panjang vektor, sudut
antar vektor dalam
ruang berdimensi dua
(bidang) dan berdimensi
tiga
85
Lampiran III : RPP VEKTOR
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(SIKLUS I)
86
berkaitan dengan perbandingan vektor dalam
(bidang) berdimensi dua dan (ruang)
berdimensi tiga.
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Media : Alat/Bahan :
⮚ Worksheet atau lembar kerja (LKPD) ⮚ Penggaris, spidol, papan tulis (Offline)
⮚ Quizizz (PostTest)
PENDAHULUAN
● Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran sebagai
sikap disiplin
● Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik terhadap materi sebelumnya,
mengingatkan Kembali materi dengan bertanya
● Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai
● Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
pembelajaran, memberikan orientasi terhadap materi yang akan
dipelajari
K Orientasi peserta
● Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada peserta didik
E didik kepada
G masalah dengan pertanyaan yang sifatnya membangkitkan pengetahuai
I peserta didik yang berkaitan dengan materi
A ● Peserta didik mengungkapkan mengetahuan awal mengenai
T
perbandingan vektor dalam (bidang) berdimensi dua dan
A
(ruang) berdimensi tiga
87
N
● Guru memberikan beberapa masalah kontektual yang berkaitan
I dengan materi.
N ● Peserta didik mengamati dan menggapi masalah kontekstual
T
I yang diberikan oleh guru terkait perbandingan vektor dalam
(bidang) berdimensi dua dan (ruang) berdimensi tiga
Mengorganisasik
● Guru membagi peserta didik dalam kelompok dan mebagikan
an peserta didik
lembar kerja (LKPD) pada masing-masing kelompok
● Peserta didik melakukan diskusi kelompok sesuai LKPD yang
diberikan.
Membimbing
● Membantu peserta didik mendefinisikan dan
penyelidikan
individu dan mengorganisasikan tugas belajar yang terdapat pada kegiatan
kelompok belajar 1, dan kegiatan belajar 2 dalam LKPD.
● Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai untuk memecahkan permasalahan yang diberikan
● Memberikan bantuan berupa penggalian informasi yang
diperlukan atau yang terdapat dalam masalah tersebut.
● Informasi-informasi yang diharapkan ditemukan oleh peserta
didik seperti variabel-variabel yang terdapat pada masalah
tersebut
mengembangkan
● Guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil
dan menyajikan
hasil karya diskkusi kelompok
● Peserta didik mengkonsisikan diri dengan kelompok dan
menyiapkan kegiatan presentasi
● Gurumnjadi fasilitator jalannya diskusi
88
kelompok
● Peserta didik mengumpulkan LKPD
menganalisa dan
● Guru melaksanakan klarifikasi atas beberapa miskonsepsi
mengevaluasi
proses selama kegiatan
pemecahan ● Peserta didik memperhatika penjelasan guru
masalah
● Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil diskusi terkait
perbandingan vektor dalam (bidang) berdimensi dua dan
(ruang) berdimensi tiga.
● Peserta didik membuat kesimpulan dari kegiatna yang tealah
dilakukan
PENUTUP
● Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman belajar
E. PENILAIAN
89
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran
Nanang, S.Si
NIPY. 1007.0308 Vina Lusiana, M.Si
NIPY. 1710.0495
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(SIKLUS II)
91
4.2.10. Menyelesaikan masalah kontekstual yang
berkaitan dengan perbandingan vektor dalam
(bidang) berdimensi dua dan (ruang)
berdimensi tiga.
D. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Media : Alat/Bahan :
⮚ Worksheet atau lembar kerja (LKPD) ⮚ Penggaris, spidol, papan tulis (Offline)
⮚ Quizizz (PostTest)
PENDAHULUAN
● Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa
untuk memulai pembelajaran, memeriksa kehadiran sebagai
sikap disiplin
● Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik terhadap materi sebelumnya,
mengingatkan Kembali materi dengan bertanya
● Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai
● Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
pembelajaran, memberikan orientasi terhadap materi yang akan
dipelajari
K Orientasi peserta
● Guru memberikan motivasi dan apersepsi kepada peserta didik
E didik kepada
G masalah dengan pertanyaan yang sifatnya membangkitkan pengetahuai
I peserta didik yang berkaitan dengan materi
A ● Peserta didik mengungkapkan engetahuan awal mengenai
92
T perbandingan vektor dalam (bidang) berdimensi dua dan
A (ruang) berdimensi tiga
N
● Guru memberikan beberapa masalah kontektual yang berkaitan
I dengan materi.
N ● Peserta didik mengamati dan menggapi masalah kontekstual
T
I yang diberikan oleh guru terkait perbandingan vektor dalam
(bidang) berdimensi dua dan (ruang) berdimensi tiga
Mengorganisasik
● Guru membagi peserta didik dalam kelompok dan mebagikan
an peserta didik
lembar kerja (LKPD) pada masing-masing kelompok
● Peserta didik melakukan diskusi kelompok sesuai LKPD yang
diberikan.
Membimbing
● Membantu peserta didik mendefinisikan dan
penyelidikan
individu dan mengorganisasikan tugas belajar yang terdapat pada kegiatan
kelompok belajar 1, dan kegiatan belajar 2 dalam LKPD.
● Mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai untuk memecahkan permasalahan yang diberikan
● Memberikan bantuan berupa penggalian informasi yang
diperlukan atau yang terdapat dalam masalah tersebut.
● Informasi-informasi yang diharapkan ditemukan oleh peserta
didik seperti variabel-variabel yang terdapat pada masalah
tersebut
mengembangkan
● Guru meminta peserta didik untuk mempresentasikan hasil
dan menyajikan
hasil karya diskkusi kelompok
● Peserta didik mengkonsisikan diri dengan kelompok dan
menyiapkan kegiatan presentasi
● Gurumnjadi fasilitator jalannya diskusi
93
● Guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil LKPD diskusi
kelompok
● Peserta didik mengumpulkan LKPD
menganalisa dan
● Guru melaksanakan klarifikasi atas beberapa miskonsepsi
mengevaluasi
proses selama kegiatan
pemecahan ● Peserta didik memperhatika penjelasan guru
masalah
● Guru dan peserta didik menyimpulkan hasil diskusi terkait
perbandingan vektor dalam (bidang) berdimensi dua dan
(ruang) berdimensi tiga.
● Peserta didik membuat kesimpulan dari kegiatna yang tealah
dilakukan
PENUTUP
● Guru bersama peserta didik merefleksikan pengalaman belajar
E. PENILAIAN
94
Mengetahui, Bandung Barat, 12 Maret 2022
Nanang, S.Si
NIPY. 1007.0308 Vina Lusiana, M.Si
NIPY. 1710.0495
95
1. Kerjakan tugas ini secara kelompok dan sesuai dengan waktu yang
ditentukan
2. Kerjakan tugas-tugas sesuai petunjuk atau tiap nomor
3. Persiapkan alat – alat tulis yang diperlukan
4. Hasil tugas dipresentasikan kemudian dikumpul. Setiap anggota
kelompok akan dinilai dalam hal kemampuan bekerja sama dalam
kelompok
Aktivitas 1
Perbandingan bagian dinyatakan dalam vektor
Pada aktivitas ini, Siswa diharapkan bisa menemukan rumus perbandingan dalam
vektor lalu menerapkan rumus tersebut untuk menyelesaikan masalah yang
diberikan.
Langkah 1
Pembagian ruas garis dengan perbandingan m : n
Suatu titik P membagi ruas garis AB dengan perbandingan m : n maka AP : PB =
m : n. Jika P didalam AB maka AP dan PB mempunyai arah yang sama, maka m
dan n mempunyai tanda yang sama.
AP : AB = _______ : ___________
Langkah 2
Menemukan rumus pembagian dalam vector
Perhatikan gambar di samping!
vektor a dan vektor b adalah vektor vektor posisi
dari titik titik A dan B.Bila p adalah vektor
posisi dari titik P yang membagi AB dengan
perbandingan m: n, nyatakan p dalama dan b .
96
Pada gambar , APB adalah segaris
Maka AP : PB = m : n
AP m
=
PB n
n AP=m PB
n ( a− p )=m(b− p)
n a−¿ – m p
n a +¿ +m p
¿¿ +¿ ¿ p(¿ ¿ )
p= ❑
❑
Maka, rumus pembagian dalam vektor adalah
p= ❑
❑
Untuk lebih memahami penerapan rumus pada soal, maka selesaikanlah masalah
masalah di bawah ini
MASALAH 1
Menentukan nilai perbandingan
Perhatikan masalah berikut dan diskusikan bersama kelompok anda untuk mengisi
titik-titik yang ada.
Alif pergi dari rumahnya di titik R ( 3 , 2 ) menuju sekolah di titik Q ( 3 , 7 ) dengan
berjalan kaki melalui jalan lurus. Setelah berjalan 3 meter Alif beristirahat sejenak
dan untuk sampai ke sekolah dia harus melanjutkan 1 meter lagi. Perbandingan
jarak yang telah ditempuh oleh Alif dengan jarak yang belum ditempuhnya adalah
3:2
97
Pembahasan
Untuk mentukan nilai perbandingan sesuai masalah diatas maka perhatikan
gambar di samping, kemudian lengkapi titik di bawah
Q
2
P
3
1. Diketahui titik ⃗
A=(−4 1 3 ) , ⃗
B=( 6−4 3 ) 2. Diketahui titik ( 1 , 0 ,2 ) , Q(5 , 4 ,10). Jika
dan ⃗
C =( 4 5−1 ) . Titik R membagi ⃗
AB ⃗
PM : ⃗
MQ=3: 1, Koordinat titik M adalah…
sehingga 2 ⃗
AR=3 ⃗
RB . Vektor ⃗
RC adalah… A. (−4 3−8 )
A. (2 4 7 ) B. (−4 3 8 )
B. ( 2 7−4 ) C. (−4 3 5 )
C. (−2 7−4 )
98
3. Misalkan A(3, 1) dan B(1, 5). Nyatakan 4. Diketahui O adalah titik pangkal, dengan
vektor-vektor tersebut dalam vektor i⃗ dan ⃗j . ⃗
OA =2 ⃗i −2 ⃗j+4 k dan ⃗ OB =−2 i⃗ + 4 ⃗j−2 k .
Jika P adalah titik tengah AB maka ⃗ OP Titik P dan titik Q berada pada garis AB
adalah... sedemikian sehingga ⃗ AP=⃗ PB dan
A. i⃗ +2 ⃗j ⃗
AQ=−3 ⃗ QB , maka ⃗ PQ =…
⃗
B. 2 i + 2 j⃗ A. ⃗j + ⃗k
⃗
C. 2 i +3 j ⃗
B. 4 ⃗i −6 ⃗j +5 k⃗
⃗
D. 3i +4 j ⃗
C. −4 ⃗i +5 ⃗j+ 7 ⃗k
E. 4 ⃗i +3 ⃗j
D. −4 ⃗i + 6 ⃗j−6 ⃗k
E. 4 ⃗i +7 ⃗j−5 k⃗
5. Diketahui koordinat A(2, 6, –7) dan B(2, –9, 6. Diketahui titik (−1 , 5 ,2 ) , Q(5 ,−4 ,17). Titik
8) jika ⃗AP : ⃗
PB=3 :−2, maka koordinat P T pada ruas garis ⃗ PQ dan ⃗ PT : ⃗
QT =2 :1,
pada garis AB adalah... vektor posisi titik T adalah…
A. ⃗
OP= ( 2−39 38 ) D. A. ( 3 ,−1 , 11)
B. ⃗
OP= ( 2−29 28 ) E. B. ( 2 ,−1 , 12 )
C. ⃗
OP= ( 2−19 18 ) C. ( 2 ,−1 , 12 )
D. ( 2 , 0 ,11 )
E. ( 11,−13 ,32 )
7. Jika titik P , Q dan R segaris dengan 8. Pada segitiga ABC , diketahui titik A ( 2 , 0 ,1 ) ,
P (−1 ,1 ) , R ( 3 , 5 ) dan ⃗
PQ =⃗
QR , B(2 ,−4 , 6) dan C (−2 ,5 , 2). Titik P
koordinat titik Q adalah...
membagi AB sehingga ⃗
AP : ⃗
PB=3 :1, vector
A. ( 1 , 3 ) ⃗
PC =…
B. (−2 , 3 )
C. (−2 , 2 ) A. 4 ⃗i + 8 ⃗j+2 ⃗k
D. (−2 ,−2 ) B. 4 ⃗i + 8 ⃗j−2 ⃗k
E. (−1 , 3 ) C. −4 ⃗i + 8 ⃗j+2 ⃗k
D. −4 ⃗i −8 ⃗j+2 ⃗k
E. −4 ⃗i + 8 ⃗j−2 ⃗k
99
D. 5 :7 C. 2 √ ❑ satuan panjang
E. 7 :5 D. 2 √ ❑ satuan panjang
E. 5 √ ❑ satuan Panjang
Dokumentasi 1.
100
Dokumentasi 3. Pengarahan Kelompok
101
Dokumentasi 5. Diskusi Kelompok
102