Anda di halaman 1dari 29

1

A. JUDUL PENELITIAN
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Langkah-Langkah
Polya dalam Menyelesaikan Soal Pythagoras.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan manusia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa
yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan
nasional ini diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, yang diyakini akan menjadi faktor
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Oleh sebab
itu, pendidikan di Indonesia harus ditingkatkan, karena merupakan suatu aspek
yang sangat penting untuk menentukan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu
bangsa.(UU Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003)

Salah satu bidang studi dalam dunia pendidikan adalah matematika.


Holidun (2018:5) menyebutkan matematika sebagai ilmu yang tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini dikarenakan
matematika adalah ilmu yang berhubungan dengan penalaran dan pola pikir
manusia. Mengingat pentingnya matematika inilah, yang menjadikan matematika
sebagai mata pelajaran yang wajib dipelajari di semua jenjang pendidikan.

Berdasarkan Lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 mengenai Standar


Isi, salah satu tujuan siswa belajar matematika yaitu agar siswa memiliki
kemampuan memecahkan masalah matematika, yang di dalamnya meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan
model, dan menafsirkan penyelesaian masalah yang diperoleh.( UU Sisdiknas
nomor 20 Tahun 2006).Kemampuan pemecahan masalah merupakan kemampuan
yang sangat penting, karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian,
siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunkan pengetahuan serta
keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan dalam proses pemecahan
2

masalah yang dihadapi siswa. Menurut Nurrokhmah (2014) kemampuan


pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan penting karena akan
membekali siswa dengan kemampuan berpikir yang dibutuhkan dalam
menghadapi berbagai macam masalah. Selain itu, kemampuan pemecahan
masalah diperlukan siswa untuk bertahan hidup dalam keadaan yang selalu
berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
NCTM (2000) menyebutkan bahwa pemecahan masalah bukan saja
merupakan suatu sasaran belajar matematika tetapi sekaligus merupkan alat utama
untuk melakukan atau bekerja dalam matematika. Melalui pemecahan masalah
siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Siswa akan mampu
memahami permasalahan dengan baik dan dapat mengembangkan kemampuannya
dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang akan dihadapi dikemudian hari.
Dengan kata lain, kemampuan pemecahan masalah dalam pemebelajaran
matematika merupakan sarana utama untuk memahami suatu permasalahan dan
mengembangkan kemampuan siswa dalam penyelesaian suatu permasalahan.
Pentingnya kemampuan pemecahan masalah oleh siswa dalam matematika
menurut Branca dalam Eganinta (2012:2) adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum
pengajaran matematika.
2. Penyelesaian matematika yang meliputi metode, prosedur dan strategi
merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika.
3. Penyelsaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam matematika.
Mairing (2018) menyebutkan pemecahan masalah didefinisikan sebagai
berfikir sehingga berfikir siswa dalam menenuntukan jawaban lebih diperhatikan
dari pada jawabannya. Artinya dalam Pemecahan masalah lebih mengutamakan
proses dan stretegi yang dilakukan siswa dalam penyelesaian masalah daripada
hanya sekedar hasilnya. Oleh karena dalam pemecahan masalah lebih
mengutamakan proses maka langkah-langkah dari jawaban siswa dalam
menjawab masalah (soal) matematika lebih diperhatikan dari pada hasilnya.

Dalam memecahkan masalah matematika diperlukan beberapa langkah


pemecahan. Langkah pemecahan masalah matematika yang terkenal,
dikemukakan oleh Polya. Menurut Sukayasa (2012:48) ada empat langkah
3

pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya yaitu (1) memahami masalah,
(2) menyusun rencana, (3) melaksanakan rencana, dan (4) memeriksa kembali
hasil yang diperoleh. Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya lebih
populer digunakan dalam memecahkan masalah matematika dibandingkan yang
lainnya, ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (1) fase-fase dalam proses
pemecahan masalah yang dikemukakan Polya cukup sederhana; (2) aktivitas-
aktivitas pada setiap fase yang dikemukakan Polya cukup jelas dan; (3) fase-fase
pemecahan masalah menurut Polya telah lazim digunakan dalam memecahkan
masalah matematika.
Selain itu juga Mairing (2018:41-42) mengemukakan alasan menggunakan
tahapan polya karena (1) tahap polya secara khusus digunakan untuk memecahkan
masalah matematika, (2) perbedaan aktivitas baik mental maupun fisik yang
menandai di setiap tahap Polya tegas, (3) tahap-tahap lainnya yang dikemukakan
tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan Polya, (4) beberapa buku yang
berkaitan dengan pendidikan matematika di atas tahun 2000 juga masih
menggunakan tahap Polya sebagai heurisik dalam memecahkan masalah
matematika.
. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarman (2010) bahwa siswa dikatakan
memahami masalah jika siswa mampu mengemukakan data yang diketahui dan
data yang ditanyakan dari masalah yang diberikan. Menyusun rencana bearti
peserta didik menyusun strategi yang akan dilakukan terhadap masalah yang
diberikan. Sejumlah strategi dapat membantu untuk merumuskan suatu rencana
pemecahan masalah. Pada langkah melaksanaan rencana, penyelesaian yang
disusun untuk memecahkan masalah yang diberikan serta memeriksa langkah
besar kemudian menyusun langkah-langkah kecil. Mengecek ulang jawaban yang
diperoleh bearti siswa meneliti kembali hasil yang telah dilakukan. Memikirkan
atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan merupakan kegiatan
yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Meskipun pemecahan masalah merupakan aspek penting, tetapi kebanyakan siswa
masih lemah dalam hal pemecahan masalah matematika.

Matematika sering dianggap sebagai masalah bagi siswa dan merupakan


salah satu mata pelajaran yang tidak disenangi siswa. Anggapan tersebut menjadi
4

alasan siswa untuk tidak mau belajar matematika karena sebelum belajar mereka
sudah menganggap dirinya tidak mampu dan pasti perhitungannya rumit. Buchori
(2000: 84) menyatakan bahwa jika suatu masyarakat dibiarkan dalam kebutaan
matematika maka akan membuat masyarakat tersebut kehilangan kemampuan
untuk berpikir secara disipliner dalam menghadapi masalah-masalah nyata, dari
masalah-masalah yang benar-benar relatif sepele hingga masalah-masalah yang
benar-benar rumit.

Kondisi yang seperti itu juga dialami siswa SMP Negeri 1 Tanjung Batu
Minat belajar matematika mereka masih rendah, didukung dengan hasil
wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung
Batu guru menyatakan bahwa minat belajar matematika di kelas VIII pada tingkat
sedang ke rendah. Berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu siswa di
kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Batu diketahui bahwa di kelas masih
menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru
menyampaikan dan menjelaskan materi secara langsung dilanjutkan dengan
pemberian contoh soal serta cara penyelesainnya, setelah itu siswa diminta untuk
mengerjakan soal latihan. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal
latihan dan menjelsakan kembali apabila ada siswa yang bertanya. Siswa dalam
pembelajaran konvensional kurang dilibatkan secara aktif dan kurang dilibatkan
dalam menentukan penyelesaian soal sehingga siswa tidak menggunakan
kemampuannya dalam menyelsaikan soal lain yang lebih bervariasi. Kondisi itu
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dimana masih banyak siswa yang
nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan tengah semester pada mata
pelajaran matematika pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.

Hasil Belajar Matematika Kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Batu


Kelas KKM Nilai Jumlah
No.
X<75 x≥75 Peserta Didik
1. VIII.1 75 17 15 32
5

2. VIII.2 75 20 12 32
3. VIII.3 75 23 9 32
4. VIII.4 75 28 4 32
5. VIII.5 75 27 5 32
Jumlah 115 45 160
Sumber :Dokumentasi guru matematika kelas VIII

Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa dari nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) di SMP Negeri 1 Tanjung Batu yakni 75. Kurang
dari 50 % siswa masih dibawah nilai KKM. Salah satunya materi Pytahgoras
berbentuk soal cerita, hal tersebut disebabkan karena siswa cenderung malas
membaca soal dalam bentuk cerita, apalagi jika soal yang terlalu panjang dan
belum mampu memahami pokok permasalahan yang diberikan. Dalam
matematika, masalah merupakan suatu hambatan bagi siswa dalam
menyelesaiakan tugas pembelajaran. Namun suatu masalah harus diselesaikan
agar proses berpikir terus berkembang dengan kemampuan yang dimiliki oleh
siswa.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan


penelitian yang dituangkan dalam judul “Analisis Kemampuan Pemecahan
Masalah Berdasarkan Langkah-Langkah Polya dalam Menyelesaikan Soal
Teorema Pythagoras”.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Kemampuan
Pemecahan Masalah Berdasarkan Langkah-Langkah Polya dalam Menyelesaikan
Soal Teorema Pythagoras?”.

D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
kemampuan pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah polya dalam
menyelesaikan soal Pythagoras.
6

E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi-kontribusi
kepada pendidikan, khususnya bidang matematika mengenai kemampuan
pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal matematika materi
teorema pythagoras.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat bagi
siswa, guru, peneliti, dan sekolah.
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

b. Bagi guru, dapat dijadikan sumber informasi tentang kemampuan


pemecahan masalah matematika siswa sehingga penelitian ini dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode
pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bagi peneliti lain.

d. Bagi sekolah, hasil penelitian dapat digunakan sebagai gambaran untuk


memperbaiki strategi serta proses pembelajaran yang tepat.
F. TINJUAN PUSTAKA
1. Analisis
Analisis adalah proses mencari dan menyusun suatu materi atau informasi
secara sistematis menjadi komponen-komponen yang lebih kecil agar mudah
dipahami. Menurut menurut Holidun (2018:29) Analisis adalah kegiatan
merangkum sejumlah data besar yang masih mentah kemudian mengelompokkan
atau memisahkan kompenen-komponen serta bagian-bagian yang relevan untuk
kemudian mengaitkan data yang dihimpun untuk kemudian mengaitkan data yang
dihimpun untuk menyawab permasalahan.
7

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 60), analisis adalah


penyelidikan sesuatu peristiwa (karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk
mengetahui apa sebab-sebabnya, bagaimana duduk perkaranya, dan sebagainya.
Menurut Komaruddin (1994:31) analisis adalah kegiatan berpikir untuk
menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen-komponen sehingga dapat
mengenal tanda-tanda komponen, hubungannya satu sama lain dan fungsi masing-
masing dalam suatu keseluruhan yang padu. Sedangkan menurut Atim (2008: 6),
analisis adalah suatu upaya penyelidikan untuk melihat, mengamati, mengetahui,
menemukan, memahami, menelaah, mengklasifikasi, dan mendalami serta
menginterpretasikan fenomena yang ada.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis adalah
kegiatan berfikir untuk merangkum, mencari, menyusun, menguraikan suatu
keseluruhan materi atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil
agar mudah dipahami.

2. Kemampuan Pemecahan Masalah


Dalam mempelajari matematika, siswa sering dihadapkan pada suatu
masalah yang menuntut siswa untuk mampu memecahkannya. Sehingga
pemecahan masalah merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki siswa.
Effendi dalam Ruseffendi (2012) mengemukakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah amat penting dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di
kemudian hari akan mendalami atau mempelajari matematika, melainkan juga
bagi mereka yang akan menerapkannya dalam bidang studi lain dan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, siswa harus terbiasa mengasah
kemampuan tersebut untuk digunakan dalam menghadapi berbagai permasalahan,
baik masalah dalam matematika, masalah dalam bidang studi lain ataupun
masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks.
Suherman dalam Mana (2016) mengatakan bahwa kemampuan pemecahan
masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting
karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, siswa dimungkinkan
memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang
sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak
8

rutin.Widjajanti dalam Zuliana (2014) juga menyatakan bahwa kemampuan


pemecahan masalah matematika merupakan usaha dalam rangka mencari solusi
atau ide yang dilakukan oleh seseorang ketika dihadapkan pada permasalahan
yang dapat diselesaikan dengan kemampuan, konsep, dan proses matematika
untuk memecahkan masalah matematika. Dalam hal ini, usaha yang dilakukan
siswa dalam memecahkan masalah matematika bergantung pada kemampuannya
dalam menerapkan konsep-konsep yang telah diperoleh. Oleh karena itu, siswa
harus pandai dalam memilih konsep-konsep yang dapat diterapkan dalam
memecahkan masalah yang dihadapi. Dari beberapa pendapat tersebut, peneliti
menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan
suatu usaha yang dilakukan dengan menerapkan konsep konsep yang telah
diperoleh untuk memecahkan masalah matematika yang dihadapi.
Beberapa kriteria yang digunakan untuk melihat kemampuan pemecahan
masalah matematika sebagaimana dikemukakan oleh Jihad (2013: 150) adalah
sebagai berikut:
1) Menunjukkan pemahaman masalah
2) Mengorganisasi data dan memilih informasi yang relevan dalam
memecahkan masalah
3) Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk
4) Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat
5) Mengembangkan strategi pemecahan masalah
6) Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah
7) Menyelesaikan masalah tidak rutin.

Adapun menurut Rosita (2013: 60) kemampuan pemecahan masalah dapat


dilihat dari beberapa hal, yaitu:
1) Mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, serta
kecukupan unsur yang diperlukan.
2) Merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam matematika atau
menyusun model matematis
3) Memilih pendekatan atau strategi pemecahan
4) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai masalah baik yang
sejenis maupun masalah baru dalam atau diluar matematika
9

5) Menjelaskan atau menginterpretasikan sesuai permasalahan asal atau


memeriksa kebenaran jawaban.

3. Proses Pemecahan Masalah Menurut Polya


Sri Wardhani dkk, (2010: 35) menyatakan bahwa pada intinya
pemecahkan masalah yang terkenal adalah menurut langkah-langkah Polya, yaitu
empat langkah rencana pemecahan masalah yang berguna baik untuk masalah
rutin maupun nonrutin. Keemepat langkah Polya itu antara lain memahami
masalah, menyusun rencana, melaksanakan rencana dan memeriksa kembali. Jadi,
saat menyelesaikan masalah matematika siswa harus memahami masalahnya
terlebih dahulu. Setelah siswa paham dengan masalahnya, siswa membuat
perencanaan dalam menyelesaikan masalah. Lalu, siswa melaksanakan
rencananya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Untuk yang terakhir, siswa
melihat kembali hasil yang diperolehnya dalam menyelesaikan masalah guna
meneliti kemungkinan adanya kesalahan.
Secara garis besar pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah polya
dapat digambarkan sebagai berikut:

Memahami Masalah (problem to find)

Merencanakan Pemecahan (devising a plan)

Melaksanakan Rencana (carriying out the plan)

Memeriksa kembali (looking back)

Adapun penjabaran dari keempat langkah yang diajukan Polya yang


digunakan sebagai landasan dalam memecahkan suatu masalah dapat diuaraikan
sebagai berikut.
a. Memahami Masalah
10

Pada langkah pertama ini melakukan kegiatan membaca soal sampai


memahami soal secara benar. Siswa harus memahami masalah yang dihadapinya
agar dapat menyelesaikannya. Langkah-langkah berikutnya tidak dapat
diselesaikan kalau siswa tidak memahami masalah. Memahami masalah
melibatkan pengkonstruksian suatu representasi internal. Jika siswa memahami
suatu kalimat, maka ia akan membentuk suatu representasi internal atau pola pada
pikirannya sedemikian sehingga konsep-konsep dikaitkan satu sama lain dengan
cara tertentu. Penggunaan pola ini menggunakan pengetahuan latar seperti makna
kata-kata dalam kalimat tersebut.
Ada dua tahap yang harus dilakukan siswa dalam memahami masalah
yaitu (1) memberikan perhatian pada informasi yang relevan dengan mengabaikan
informasi yang tidak relvan, dan (2) menentukan bagaimana mempresentasikan
masalah. Setelah siswa menentukan informasi mana yang penting dan mana yang
diabaikan, langkah berikutnya adalah menemukan cara untuk mempresentasikan
masalah itu, jika masalah itu dipertahankan secara abstrak (tidak
direpresentasikan), maka siswa akan menghadapi kesulitan. Ini karena masalah
yang abstrak sangat sulit untuk dipertahankan dalam memori pada waktu
melakukan suatu operasi tertentu. Siswa perlu mencari suatu cara untuk
mempresentasikan masalah abstarak dengan cara yang konkrit. Cara efektif untuk
merepresentasikan adalah dalam bentuk (1) simbol, (2) daftar, (3) matriks, (4)
diagram pohon hirarkis, (5) grafik, atau (6) gambar.
Salah satu caranya, adalah mengajukan beberapa pertanyaan pada diri
sendiri. Misalnya dengan pertanyaan-pertanyaan:
1) apa yang tidak diketahui dari soal?,
2) apa yang diketahui dari soal?,
3) kondisi soal bagaimana?,
4) garisbawahi atau tandai kata-kata atau hal-hal penting dalam masalah,
5) mana yang merupakan data,
6) nyatakan kembali masalah dengan bahasamu sendiri,
7) nyatakan masalah dalam bentuk simbol, daftar, matiks, diagram pohon
hirarkis, grafik, atau gambar,
8) apa yang ditanyaan?
11

b. Membuat Rencana Pemecahan Masalah


Dalam membuat rencana pemecahan masalah, buatlah hubungan anatara
yang diketahui dengan yang tidak diketahui yang memungkinkan untuk
menghitung sesuatu yang tidak diketahui. Ketika tidak melihat hubungan secara
langsung, cobalah melihat dari sudut pandang berikut.
1) Membuat sub masalah untuk untuk masalah yang kompleks, sehingga
dapat membangun penyelesaian masalah
2) Menggunakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian menghubungkan
masalah tersebut dengan hal yang sebelumnya sudah dikenal.
3) Melihat pada hal yang tidak diketahui dengan mengaitkan dengan
masalah.
4) Mengenali pola dari masalah yang diberikan.
5) Menggunakan anologi
6) Membuat hubungan antara data dengan hal yang tidak diketahui.
7) Membuat kasus.
c. Melaksanakan Rencana
Membuat rencana dan menyusun ide untuk memecahkan masalah tidaklah
muda, kegiatan ini membutuhkan pengetahuan prasyarat, kebiasaan mental yang
baik dan konsentrasi pada tujuan agar berhasil. Pelaksanaan rencana lebih mudah
dilakukan dibanding membuat rencana, yang dibutuhkan adalah kesabaran dan
ketelitian. Rencana memberikan suatu garis besar, siswa harus meyakinkan diri
sendiri bahwa rincian pelaksanaan sesuai dengan garis besar itu, dan ia harus
menguji rincian itu satu per satu dengan sabar sampai selesai.
Aktivitas yang dilakukan pada saat melaksankan rencana yaitu:
1) Selesaikan masalah menggunakan dengan rencana yang telah dibuat.
2) Periksa setiap baris penyelesaian sebelum menulis baris selanjutnya
3) Jika rencana yang dilaksanakan belum berhasil setelah menulis beberapa
baris, buat rencana lainnya dan laksanakan.
d. Memeriksa Kembali
Ini dilakukan agar siswa mempunyai alasan yang kuat untuk meyakini
bahwa penyelesaiannya benar. Salah satu cara untuk membantu siswa-siswa
12

memeriksa kembali dengan mengajukan pertanyaan atau meinta melakukan


aktivitas berikut.
1) Apakah jawaban masuk akal atau benar? Jelaskan!
2) Periksa kembali setiap baris penyelesaianya.
3) Substitusikan jawaban yang diperoleh ke persamaan yang mewakili
masalah.
4) Dapatkah masalah diselesaikan dengan cara yang berbeda? Jika ya,
jelaskan cara berbeda tesebut.
5) Jika menghadapi masalah yang mirip di kemudian hari, bagaimaan cara
yang lebih baik untuk menyelesaikannya?.
Hartatiana (2011) mendeskripsikan empat langkah pemecahan masalah
Polya sebagai berikut.
1) Memahami masalah, yang meliputi apa yang dketahui dan apa yang
ditanyakan.
2) Menyusun rencana pemyelesaiannya, yang dapat diwujudkan dengan
menuliskan kalimat matematika.
3) Melaksanakan penyelesaian.
4) Melihat kembali, yang meliputi membuktikan jawaban itu benar dan
menyimpulkan hasil jawaban tersebut.

Hall (2009) juga mendeskripsikan langkah pemecahan masalah Polya


sebagai berikut.
1) Memahami masalah, meliputi memberi label dan mengidentifikasi apa
yangditanyakan, syarat-syarat, apa yang diketahui (datanya), dan menentukan
solubility masalahnya
2)Membuat sebuah rencana, yang berarti menggambarkan
pengetahuansebelumnya untuk kerangka teknik penyelesaian yang sesuai, dan
menuliskannya kembali masalahnya jika perlu
3) Menyelesaikan masalah tersebut, menggunakan teknik penyelesaian
yangsudah dipilih
13

4) Mengecek kebenaran dari penyelesaiannya yang diperoleh dan


memasukkanmasalah dan penyelesaian tersebut kedalam memori untuk kelak
digunakan dalam menyelesaikan masalah dikemudian hari.
Kabibah (2016) mendeskripsikan langkah-langkah pemecahan masalah
Polya sebagai berikut.
1) Mampu memahami masalah
Siswa menentukan hal-hal apa yang diketahui dan hal-hal apa yang
ditanyakan, di dalam tahap ini siswa juga dituntut untuk memikirkan apa yang
akan menjadi arah pemecahan masalah. Pada langkah ini melibatkan
pendalaman situasi masalah, melakukan pemilihan fakta-fakta,
menentukan hubungan-hubungan diantara fakta-fakta dan membuat formulasi
pertanyaan.
2) Mampu menyusun rencana penyelesaian
Siswa memilih strategi pemecahan masalah seperti membuat diagram,
tabel,atau strategi lain yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut.
3) Mampu melaksanakan rencana penyelesaian
Siswa melaksanakan rencana penyelesaian dengan melakukan operasi
hitung secara benar dan menerapkan strategi untuk mendapatkan solusi.
4) Mampu mengecek kembali
Siswa mengecek kembali perhitungan dan menarik kesimpulan.

Sri Wardhani dkk (2010: 35-37) mendeskripsikan langkah-langkah


pemecahan masalah Polya sebagai berikut.
1) Memahami Masalah
Langkah ini sangat menentukan kesuksesan memperoleh solusi masalah.
Langkah ini melibatkan pendalaman situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-
fakta, menentukan hubungan diantara fakta-fakta dan membuat formulasi
pertanyaan masalah. Dari langkah tersebut, siswa memperoleh informasi yang
terdapat pada masalah.
2) Merencanakan pemecahan masalah
Langkah ini perlu dilakukan dengan percaya diri ketika masalah sudah
dapat dipahami. Rencana solusi dibangun dengan mempertimbangkan struktur
14

masalah dan pertanyaan yang harus dijawab.


3) Melaksanakan rencana pemecahan masalah
Pada tahap ini siswa melaksanakan rencana pemecahan masalah dengan
hati-hati dan penuh dengan ketelitian dalam melakukan komputasi.
4) Mengecek kembali
Melakukan pengecekan ke belakang akan melibatkan penentuan ketepatan
perhitungan dengan cara menghitung ulang. Jika kita membuat estimasi atau
perkiraan, maka bandingkan dengan hasilnya. Hasil pemecahan harus tetap cocok
dengan akar masalah meskipun kelihatan tidak beralasan. Bagian penting dari
langkah ini adalah membuat perluasan masalah yang melibatkan pencarian
alternatif pemecahan masalah.
4. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Indikator-indikator pemecahan masalah digunakan sebagai acuan menilai
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Kemampuan pemecahan masalah
merupakan kompetensi dalam kurikulum yang harus dimiliki siswa. Adapun
indikator yang menunjukkan pemecahan masalah matematika adalah:
Menurut Zakariah (2007) indikator pemecahan masalah matematika yaitu:
1. Menunjukkan pemahaman masalah
2. Merancang strategi pemecahan masalah
3. Melaksanakan strategi pemecahan masalah
4. Memeriksa kebenaran jawaban
Sedangkan menurut Susanto (2012) indikator pemecahan masalah menurut
polya yaitu:
1. Memahami masalah, yaitu mengidentifikasi kecukupan data untuk
meyelesaikan masalah sehingga memperoleh gambaran lengkap apa
yang diketahui dan ditanyakan dalam masalah tersebut.
2. Merencanakan penyelesaian, yaitu menetapkan langkah-langkah
penyelesaian, pemilihan konsep, persamaan dan teori yang sesuai untuk
setiap langkah.
3. Menjalankan rencana, yaitu menjalakan langkah-langkah yang
telahrealisasi sesuai rencana diracang dengan menggunaka konsep,
persamaan serta teori yang dipilih.
15

4. Melihat kembali apa yang telah dikerjakan yaitu tahap pemeriksaan,


apakah langkah-langkah penyelesaian telah terealisasikan sesuai
rencana sehingga dapat memeiksa kembali kebenaran jawaban yang
pada akhirnya membuat kesimpulan akhir.
Adapun indikator kemampuan pemecahan masalah berdasarkan langkah-
langkah polya menurut Herlambang (2013) yaitu:
Tabel 2. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Berdasarkan Langkah-Langkah Polya
Langkah Pemecahan Indikator
Masalah
I Memahami Siswa mampu
Masalah menuliskan/menyebutkan infomasi-
informasi yang diberikan dari
pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan
II Merencanaan Siswa memiliki rencana pemecahan
Pemecahan masalah dengan membuat model
matematika dan memilih suatu
strategi untuk menyelesaikan
masalah yang diberikan.
III Melaksanakan Siswa mampu menyelesaikan
Rencana masalah dengan strategi yang ia
gunakan dengan hasil yang benar.
IV Pemeriksaan Siswa mampu memeriksa kebenaran
Kembali hasil atau jawaban pemecahan.
Adapun indikator pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah
polya dalam penelitian ini adalah
1. Memahami masalah
Deskriptor: siswa mampu mepresentasikan informasi-informasi
penting dalam soal, data yang diketahui, ditanya dan kecukupan
data. Baik dengan simbol, gambar, tabel, diagram dll.
2. Melaksanakan pemecahan
Deskriptor: siswa mampu mengaitkan data-data informasi yang
diperoleh sehingga mampu menuliskan strategi/rumus yang tepat
untuk menyelesaikan masalah.
3. Melaksanakan rencana
Deskriptor: siswa mampu melakukan perhitungan operasi dari
strategi/rumus yang telah dibuat.
16

4. Memeriksaan kembali
Deskriptor: siswa mampu menjawab soal dengan cara yang berbeda,
siswa mampu memeriksa kebenaran jawaban dengan melakukan
perhitungan ulang, dan menuliskan kesimpulan
5. Soal Masalah Pytahgoras
Hal prinsip dari masalah matematika adalah cara penyelesainnya tidak
segera dapat dilihat oleh siswa. Makna dari “tidak segera” dapat diilustrasikan
sebagai berikut. Misalkan siswa SMP dihadapkan pada suatu soal. Guru memberi
kesempatan kepada siswa tersebut untuk membaca dan memahami soal tersebut.
selanjutnya, guru meminta siswa untuk menceritakan rencananya dalam
menyelesaikan soal tersebut sebelum ia mulai menuliskan penyelesainnya.
Mairing (2018:20-21) menjelaskan ada beberapa kemungkinan respons siswa
ketika diminta untuk menceritakan rencnanya.
a. Siswa segera dapat menceritakan langkah-langkah yang akan
dikerjakan untuk mencari jawaban (answer) dari soal tersebut. dengan
kata lain, siswa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mulai
menjelaskan cara menjawabnya.
b. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama. Pada waktu diam
tersebut, siswa terlihat sedang memikirkan sesuatu, menggerakkan
tangannya, atau menulis sesuatu. Kemudian, ia dapat menjelaskan
langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cukup
baik.
c. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama, akan tetapi pada waktu
siswa tersebut menjelaskan langkah-langkahnya, terkadang siswa
terlihat ragu dan mengubah rencana penyelesainnya karena merasa
ada sesuatu yang kurang atau salah.
d. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, ia berusaha
menceritakan langkah-langkah penyelesaiannya, tetapi rencananya itu
tidak membawa pada jawaban yang benar (cara penyelesainnya salah).
e. Siswa terdiam dalam waktu yan cukup lama, tetapi ia tidak dapat
membuat rencana untuk menyelesaikan masalah tersebut.
17

Jika respon siswa pada nomor 1, maka soal tersebut bukanlah masalah
matematika karena ia segera dapat menyelesaikannya. Caranya dengan
menggunkan rumus/prosedur/aturan tertenu yang secara langsung dapat
digunakan untuk memperoleh jawaban. Soal yang demikan disebut soal rutin atau
soal biasa. Jika respon siswa adalah nomor 2-5, maka soal tersebut merupakan
masalah matemtika bagi siswa tersebut.
Berikut beberapa soal masalah matematika dalam materi Pythagoras:
a. Dua pesawat tempur sedang terbang melintasi kapal induk. Suatu radar
yang berlokasi sejauh 8 km dari kapal induk mendekteksi bahwa
posisi kedua pesawat tempur tersebut berjarak 10 km dan 17 km dari
radar. Tentukan jarak kedua pesawat tersebut berasarkan
ketinggiannya.

b. Nilai x yang memenuhi gambar di bawah ini adalah…

3x - 5 17 cm

6 cm 15 cm

c. Segitiga siku-siku memiliki sisi-sisi berturut-turut adalah 4a dan 3a.


jika panjang sisi hipotenusnya adalah 70cm, keliling segitiga tersebut
adalah…

d. Panjang sisi PR pada gambar berikut adalah…

3 cm

30 60
P S R
18

e. Aidan ingin membuat sebuah bendera hias untuk perayaan hari ulang
tahun sekolah. Bendera yang akan dibuat Aidan adalah sebagai berikut.

20 cm

15 cm

29 cm
Bambu

30 cm

Jika Aidan akan merekatkan bendera tersebut pada bambu sebagai


pegangan, berapakah panjang bambu yang dibutuhkan oleh Aidan?

Kelima soal di atas merupakan soal berbentuk masalah dalam materi


pytahgoras. Karena meskipun mereka mengetahui rumus/aturan pythagoras untuk
mencari jawaban di atas, tetapi mereka tidak dapat segera menjawab atau tidak
dapat menggunakannya secara langsung untuk memperoleh jawabannya. Ia perlu
waktu untuk memikirkan cara penyelesainnya yang memadukan/ menyintesis: (a)
informasi dari soal, (b) pemahaman tentang teorema pythagoras untuk
menyelesaikan soal tersebut, dan (c) pengalaman sebelumnya dalam
menyelesaikan masalah-masalah. Soal yang demikian tergolong masalah
matematika.
6. Materi
Teorema Pythagoras
a. Dalil Pythagoras

C
a2 = a2 + b2
b2 = a2 - c2
b a
c2 = a2-b2

A c B
a = hypotenusa (sisi terpanjang)
19

b. Triple Pythagoras
Triple Pytahgoras adalah bilangan-bilangan tertentu pembentuk
segitiga siku- siku. Misal:
1. 3,4,5 dan kelipatannya
2. 5,12,13 dan kelipatannya
3. 7,24,25 dan kelipatannya
4. 8,15,17 dan kelipatannya
5. 9,40,41 dan kelipatannya

c. Perbandingan Sisi-sisi Segitiga


Siku-siku untuk sudut istimewa
1. Segitiga siku-siku dengan sudut lancip 30⁰ dan 60⁰
C

30°

a b

60°

B c A

Pada ∆ABC, ∠B=90⁰, ∠A=60⁰, dan ∠B=30⁰


Diperoleh perbandingan :
𝐴𝐵: 𝐴𝐶: 𝐵𝐶 = 1: 2: √3

atau
𝑐: 𝑏: 𝑎 = 1: 2: √3

2. Segitiga siku-siku dengan sudut lancip 45⁰

45°
a b

45°
B c A

Pada ∆ABC, ∠B=90⁰, ∠A=∠C=45⁰


20

Diperoleh perbandingan :

𝐴𝐵: 𝐴𝐶: 𝐵𝐶 = 1: √2 ∶ 1
atau
atau

𝑐: 𝑏: 𝑎 = 1: √2 ∶ 1

7. Penelitian yang relevan


Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan referensi
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian yang dilakukan oleh Khabibah (2016) yang berjudul "Analisis
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Smp Berdasarkan Langkah
Polya. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis data triangulasi,
dengan teknik pengumpulan data: observasi, tes, wawancara, dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa siswa mampu memecahkan masalah
matematika. Hal tersebut tampak dari kemampuan siswa dalam: (1) menentukan
hal-hal yang diketahui dan yang ditanyakan secara lengkap. Selain itu siswa juga
mampu memahami hubungan antar informasi yang diberikan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa siswa mampu memahami masalah. (2) menyusun suatu
permisalan dan menyusun model matematika, sehingga dapat dikatakan bahwa
siswa mampu menyusun rencana penyelesaian. (3) menyelesaikan model
matematika dengan tepat dan mampu mencari hasil akhir dari permasalahan yang
diberikan serta mampu melakukan operasi hitung dengan tepat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa siswa mampu melaksanakan rencana penyelesaian. (4)
mengecek penyelesaian soal tersebut baik langkah-langkahnya maupun
perhitungannya serta menyusun suatu kesimpulan. Sehingga dapat dikatakan
bahwa siswa mampu mengecek kembali. Dari keterangan di atas dapat
disimpulkan bahwa siswa mampu memecahkan masalah matematika berdasarkan
langkah Polya.
Persamaan : sama-sama membahas kemampuan pemecahan masalah
matematika.
Pebedaan :teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneitian
terdahulu menngunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis data
triangulasi, dengan teknik pengumpulan data: observasi, tes, wawancara, dan
21

dokumentasi. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif


deskriptif, dengan teknik pengumpulan data: tes, wawancara, dan dokumentasi.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Holidun (2018) yang berjudul "Analisis
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis peserta didik kelompok matematika
ilmu alam (MIA) dan ilmu-ilmu sosial (IIS) kelas XI MAN 1 Bandar Lampung
ditinjau dari Minat belajar matematika. Menggunakan pendekatan kualitatif
dengan teknik analisis data triangulasi, dengan teknik pengumpulan data:
observasi, tes, angket, wawancara, dan dokumentasi. Hasil dari penelitian
menunjukkan peserta didik dengan minat tinggi,sedang, dan rendah memiliki
kemampuan penyelesaian soal dari tiap tahapan indikator penyelesaian masalah
yang berbeda-beda. Peserta didik dengan kategori minat tinggi mampu
menyelesaikan pemecahan masalah dari tiap tahap-tahapan pemecahan masalah
dengan benar. Peserta didik dengan kategori minat sedang dalam menyelesaikan
masalah yang diberikan, mampu menyelesaikan pemecahan masalah soal dan
memenuhi semua indikator, namun dalam beberapa tahapan lainnya masih kurang
sistematis dalam penyelesaiannya. Peserta didik dengn kategori minat rendah
hanya mapu menyelesaikan pada tahapan memahami masalah dan merencanakan
masalah meskipun belum maksimal, dan belum mampu menyelesaikan tahapan
lainnya.
Persamaan : sama-sama membahas kemampuan pemecahan masalah
matematika dengan langkah-langkah polya.
Pebedaan : membahas kemampuan pemecahan masalah ditinjau dari minat
belajar sedangkan penelitian ini dari tingkat kemampuan (tinggi, sedang, dan
rendah).teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneitian terdahulu
menngunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisis data triangulasi,
dengan teknik pengumpulan data: observasi, tes, angket, wawancara, dan
dokumentasi. Sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif, dengan teknik pengumpulan data: tes, wawancara, dan dokumentasi.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Asbiallah (2018) yang berjudul "Analisis
tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII mts Badrussalam NM
Sekarbela dalam menyelesaikan soal cerita pecahan tahun ajaran 2017/2018.
Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data:
observasi, tes, dan wawancara. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa
22

kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori tinggi adalah siswa mampu
memahami masalah, menyusun rencana, melakukan perhitungan, namun dalam
memeriksa kembali penyelesaiannya masih kurang diperhatikan dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
kategori sedang adalah siswa mampu menyusun rencana penyelesaian, melakukan
perhitungan, tapi kemampuan memahami masalah yaitu apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal dan kemampuannya melihat kembali salam menyeleaikan
soal cerita pecahan. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori
rendah adalah siswa belum mampu memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, melakukan rencana penyelesaian dan melihat kembali hasil
penyelesaiannya dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.
Persamaan : membahas kemampuan pemecahan masalah matematika
dengan langkah-langkah polya, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Pebedaan : teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian
terdahulu yaitu: observasi, tes, angket, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan teknik
pengumpulan data: tes, wawancara, dan dokumentasi.

G. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi (Sugiyono, 2014: 1). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan
pemecahan masalah matematika berdasar langkah Polya.
H. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus
lebih dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau
menginterpretasi kasus dalam konteksnya yang alamiah tanpa intervensi pihak
luar (Agus Salim, 2006: 118). Dengan kata lain, studi kasus merupakan suatu
metode atau strategi dalam penelitian kualitatif untuk mengungkapkan kasus
tertentu. Studi kasus dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan
23

bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan langkah-


langkah Polya.
I.SUBJEK PENELITIAN

Dalam penelitian kualitatif, tujuan pengambilan subjek adalah untuk


mendapatkan informasi sebanyak mungkin dan juga tepat tentunya, bukan untuk
melakukan generalisasi. Untuk mendapatkan data yang tepat, pemilihan sumber
data dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal tertentu untuk memudahkan
peneliti. Oleh karena itu, peneliti menggunakan purposive sampling dan
snowball sampling sebagai teknik pengambilan subjek dalam penelitian ini.
Dalam hal ini kata sampling digunakan untuk menunjukkan sejumlah subjek.
Peneliti menentukan subjek yang diambil karena ada pertimbangan tertentu,
bukan secara acak.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMP Negeri 1 Tanjung
Batu. Pemilihan subjek penelitian ini didasari oleh pertimbangan bahwa siswa
kelas IX telah memiliki pengalaman belajar yang cukup sehingga diharapkan
dapat menyelesaikan soal-soal tentang pemecahan masalah terkhusus pada
pokok bahasan teorema Pythagoras.
J. SAMPEL SUMBER DATA PENELITIAN

Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Suharsimi
Arikunto, 2006: 129). Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena
pada penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi
sosial tertentu dan hasil kajian tidak diberlakukan pada populasi. Sedangkan
sampel dalam penelitian kualitatif tidak dinamakan responden tetapi sebagai
narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian.
Sementara itu untuk pengambilan sampel atau sumber data menggunakan
teknik purposive sampling adalah teknik dengan pertimbangan tertentu seperti
orang tersebut dianggap lebih mengetahui tentang apa yang kita harapkan.
Namun jika peneliti merasa masih kurang data maka akan dilakukan
penambahan sampel hingga data yang dibutuhkan cukup. Sampel untuk
wawancara diambil dengan pertimbangan siswa dapat menyelesaikan soal tes
kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah
polya.
24

K. WAKTU DAN TEMPAT

1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tanjung Batu yang terletak di
kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini yaitu pada Tahun ajaran 2018/2019
L.PROSEDUR PENELITIAN
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian.
Langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
1. Mengajukan judul penelitian
2. Menyusun proposal penelitian
3. Seminar proposal penelitian
4. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar
5. Menyiapkan dan memvalidasi instrumen (Soal Tes dan wawancara)
dengan ahli.
6. Mengurus surat perizinan untuk melakukan penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap penggalian informasi data secara
mendalam dari pihak-pihak yang terkait. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
yaitu:
1. Memberikan soal tes pemecahan masalah kepada subjek penelitian. Soal
tes yang diberikan adalah soal matematika dalam bentuk uraian yang
terdiri dari 3 soal materi teorema pytahgoras. Tujuan tahapan ini adalah
untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
2. Hasil tes dari subjek penelitian selanjutnya dihitung, dilakukan penskoran,
dan dirangking kemudian di pilih 6 orang siswa untuk diwawancarai 2
siswa yang nilai tesnya dalam kategori rendah, 2 siswa yang nilai tesnya
dalam kategori sedang, dan 2 siswa yang nilai tesnya dalam kategori
tinggi.
3. Setelah itu dilakukan kegiatan wawancara.
4. Semua kegiatan pada tahap pelaksanaan, akan didokumentasikan
25

c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah tahap akhir pada penelitian ini, pada tahap ini,
peneliti melakukan kegiatan triangulasi data yang merupakan pengecekan atau
pemeriksaan dari data yang diperoleh agar memperoleh keabsahan data. Setelah
itu penulis menyusun laporan hasil pengumpulan data yaitu hasil tes,wawancara
dan dokumentasi. Setelah penyusunan laporan ini, maka didapatkan hasil
penelitian dalam menyusun laporan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
maksud dan tujuan penelitian, yang kemudian disusun secara sistematis
berdasarkan prosedur pelaporan.

M.TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik pengumpulan data yang dipilih dalam penelitian ini adalah teknik
triangulasi, yang terdiri dari tes, wawancara, dan dokumentasi.
1. Tes digunakan untuk mengukur/ melihat kemampuan pemecahan masalah
siswa dalam menyelesaikan masalah berdasarkan langkah-langkah polya. Dalam
penelitian ini tes yang digunakan adalah tes tertulis yang terdiri dari 3 soal
berbentuk uraian materi teorema Pytahgoras.
2. Wawancara adalah “percakapan dengan maksud tertentu” (Lexy J.
Moleong, 2012: 186). Peneliti menggunakan teknik wawancara dalam penelitian
ini karena peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih dalam dan
jumlah respondennya sedikit/kecil. Selain itu, wawancara ini dilakukan untuk
menguatkan data hasil tes. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
wawancara tak berstruktur. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara bebas
di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun
secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2014: 74).
Sehingga pedoman wawancara yang digunakan peneliti hanya berupa garis-garis
besar permasalahann yang akan ditanyakan. Selain itu, peneliti juga
menggunakan alat bantu berupa kamera atau alat perekam untuk mendukung
terlaksananya kegiatan wawancara.
3. Dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan sebagai pelengkap dari tes,
dan wawancara sehingga hasil tes, dan wawancara akan lebih kredibel/dapat
dipercaya apabila didukung oleh dokumen yang terkait dengan focus penelitian
26

yang disajikan dengan foto sebagai bukti telah diadakan suatu penelitian. Foto
yang disajikan meliputi foto pemberian soa tes, dan wawancara.
N. INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2014: 59). Sehingga dalam hal ini peneliti
merupakan instrumen kunci untuk penelitiannya. Selain itu, peneliti
menggunakan instrumen lainnya diantaranya yaitu garis besar dari daftar
pertanyaan wawancara, dan lembar soal. Hal ini digunakan sebagai pendukung
dalam pengumpulan data pada saat penelitian. Untuk menguatkan keabsahan
instrumen tersebut, maka instrumen pendukung penelitian perlu divalidasi oleh
tiga orang validator yang ahli dalam bidangnya.
O.TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan teknik analisis
data kualitatif model Milles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data
(reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (conclusion
drawing/verification).
1. Reduksi Data (reduction)
Setelah melakukan penelitian maka dikumpulkanlah data yang telah didapatkan
dan akan direduksi. Data yang diperoleh ditulis dalam laporan yang terperinci. Reduksi
data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
penting yang sesuai dengan data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah hasil dari jawaban siswa terhadap
soal tes dan wawancara. Pedoman penskoran dan rubrik penilaian yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut:

Tabel Tahapan Pemecahan Masalah Menurut Polya


Tahapan Pemecahan
Deskriptor Skor
Masalah Menurut Polya
Terjadi kesalahan yang lengkap terhadap
0
masalah
Terjadi beberapa kesalahan pemahaman,
Memahami Masalah atau kesalahan interpretasi terhadap 1
beberapa bagian dari masalah
Memahami masalah dengan benar 2
Merencanakan Tidak ada usaha, atau rencana yang di buat
0
Penyelesaian tidak sesuai
27

Masalah Sebagaian rencana benar yang di dasarkan


pada sebagian dari masalah yang dipahami 1
atau diinterpretasi dengan benar.
Rencana yang dibuat membawa kepada
jawaban benar jika diimplementasikan 2
dengan baik.
Tidak ada jawaban, atau jawaban salah
0
karena rencana tidak sesuai
Melaksanakan
Salah menulis, salah perhitungan, atau
Penyelesaian
hanya sebagian jawaban jika masalah 1
Masalah
terdiri dari beberapa jawaban
Jawaban benar 2
Jawaban akhir salah 0
Jawaban akhir benar tetapi tidak
Melakukan Pengecekan 1
menuliskan kesimpulan
Kembali
Jawaban akhir benar dan menuliskan
2
kesimpulan dari pertanyaan

2. Penyajian Data (display data)


Data yang telah didapatkan setelah melakukan reduksi maka selanjutnya akan
disajikan. Penyajian data dilakukan dengan memunculkan kumpulan data yang sudah
terorganisir yang memungkinkan dilakukan penarikan kesimpulan. Data yang diajikan
berupa hasil tes kemampuan pemecahan masalah siswa, hasil wawancara, dan hasil
analisis data.
3. Penarikan Kesimpulan (conclusion drawing/verification)
Setelah data direduksi dan disajikan maka tahap pengolahan data yang terakhir
adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan kesimpulan tersebut bisa saja berubah maupun tetap. Sehingga pada
penelitian ini penarikan kesimpulan didasarkan pada sajian data dengan tujuan
memperoleh kesimpulan tentang kemampuan pemecahan masalah matematika
berdasarkan langkah-langkah polya.
28

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: Rineka Cipta
Asbiallah.2018. Analisis tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII
mts Badrussalam NM Sekarbela dalam menyelesaikan soal cerita pecahan
tahun ajaran 2017/2018.Mataram:UIN Mataram. Di Akses 30 April 2019

Atim, Mohammad. 2008. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal


Soal Terapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas X MAN
Gresik. Surabaya: UNESA. Diakses 31 Desember 2018.

Depdiknas.2003. Undang-Undang Sisdiknas No 20. Jakarta: Pusat Kurikulum,


Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas

Depdiknas.2006. Permendiknas No 23 Tahun 2006. Jakarta: Pusat Kurikulum,


Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas.

Effendi, Leo Adhar. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan


Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi dan
Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnal Penelitian
Pendidikan. Diakses pada tanggal 13 April 2018.

Eganinta, Devy Tarigan.2012.Analisis kemampuan pemecahan masalah


matematika berdasarkan langkah-langkah polya pada materi sistem
persamaan linear dua varaibel bagi siswa kelas VIII SMP negeri 9
surakarta ditinjau dari kemampuan penalaran
siswa.Tesis.Surakarta:Universitas Sebelas Maret. Diakses pada tanggal 24
April 2019.

Hartatiana. 2011. Pengembangan Soal Pemecahan Masalah Berbasis Argumen


untuk Siswa Kelas V di SD Negeri 79 Palembang. Jurnal Pendidikan
Matematika Volume 05 Nomor 02 Juli 2011. Di akses pada tanggal 12
Januari 2019.

Herlambang.2013. Analisis kemampuan pemecahan masalah matematika siswa


kelas VII-A SMP negeri 1 epahiang tentang bangun datar ditinjau dari
teori Van Hile.Tesis.Tidak diterbitkan.Bengkulu:PPs Univesitas Bengkulu

Holidun.2018.Analisis tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII


MTs Badrussalam NM Sekarbela dalam menyelesaikan soal cerita
pecahan tahun ajaran 2017/2018. Lampung: Uin Raden Intan
Lampung. Diakses 14 Januari 2019 2018.

Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
29

KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Dapartement
Pendidikan Nasional. Ensiklopedia Manajemen.Jakarta:Bumi Aksara

Khabibah, Siti.2016. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Siswa SMP Berdasarkan Langkah Polya. Skripsi. Purworerjo:
Universitas Muhammadiyah Purworerjo. Diakses 19 Januari 2019.

Komaruddin.1994.Ensiklopedia Manajenen.Jakarta:Bumi Aksara.

Mairing,Jacksion Paisini.2018.PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Cara


Siswa Memperoleh Jalan Untuk Berfikir Kreatif Dan Sikap
Positif.Bandung:Alfabeta

NCTM.2000.Principles and standards for School Mathematics.USA:NCTM.

Nurrokhmah, Febriana .2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dengan


Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Untuk Meningkatkan
Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Teorema Pythagoras
Kelas VIII SMP.Skripsi.Yogyakarta:UNY.Diakses 31 Desember 2018.

Rosita, Neneng Tita. 2013. Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik


untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa
SD. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika FMIPA UNY, 9 November 2013. Diakses pada tanggal 2
Juni 2019

Salim, Agus. 2006. Teori Paradigma Penelitian Sosial. Yogyakarta: Tiara


Wacana.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekataan Kuantitatif,


Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukayasa.2012.Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Polya
untuk Meningkatkan Kopetensi Siswa SMP dalam Memecahkan Masalah
Matematika.Aksioma.Volume 01 Nomor 01 Maret 2012

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.


Jakarta: Kencana Pramedia Grup.

Wardhani, Sri. dkk. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematika di SD. PPPPTK

Widjajanti, Djamilah Bondan. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah


Matematis Mahasiswa Calon Guru Matematika: Apa dan Bagaimana
Mengembangkannya. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY 5
Desember 2009. Diakses pada tanggal 15 April 2015.

Anda mungkin juga menyukai