A. JUDUL PENELITIAN
Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Berdasarkan Langkah-Langkah
Polya dalam Menyelesaikan Soal Pythagoras.
B. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan dalam
kehidupan manusia. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa
yang martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem pendidikan
nasional ini diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa, yang diyakini akan menjadi faktor
tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang zaman. Oleh sebab
itu, pendidikan di Indonesia harus ditingkatkan, karena merupakan suatu aspek
yang sangat penting untuk menentukan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu
bangsa.(UU Sisdiknas nomor 20 Tahun 2003)
pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya yaitu (1) memahami masalah,
(2) menyusun rencana, (3) melaksanakan rencana, dan (4) memeriksa kembali
hasil yang diperoleh. Langkah-langkah pemecahan masalah menurut Polya lebih
populer digunakan dalam memecahkan masalah matematika dibandingkan yang
lainnya, ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain: (1) fase-fase dalam proses
pemecahan masalah yang dikemukakan Polya cukup sederhana; (2) aktivitas-
aktivitas pada setiap fase yang dikemukakan Polya cukup jelas dan; (3) fase-fase
pemecahan masalah menurut Polya telah lazim digunakan dalam memecahkan
masalah matematika.
Selain itu juga Mairing (2018:41-42) mengemukakan alasan menggunakan
tahapan polya karena (1) tahap polya secara khusus digunakan untuk memecahkan
masalah matematika, (2) perbedaan aktivitas baik mental maupun fisik yang
menandai di setiap tahap Polya tegas, (3) tahap-tahap lainnya yang dikemukakan
tidak jauh berbeda dengan apa yang diungkapkan Polya, (4) beberapa buku yang
berkaitan dengan pendidikan matematika di atas tahun 2000 juga masih
menggunakan tahap Polya sebagai heurisik dalam memecahkan masalah
matematika.
. Seperti yang dikemukakan oleh Sudarman (2010) bahwa siswa dikatakan
memahami masalah jika siswa mampu mengemukakan data yang diketahui dan
data yang ditanyakan dari masalah yang diberikan. Menyusun rencana bearti
peserta didik menyusun strategi yang akan dilakukan terhadap masalah yang
diberikan. Sejumlah strategi dapat membantu untuk merumuskan suatu rencana
pemecahan masalah. Pada langkah melaksanaan rencana, penyelesaian yang
disusun untuk memecahkan masalah yang diberikan serta memeriksa langkah
besar kemudian menyusun langkah-langkah kecil. Mengecek ulang jawaban yang
diperoleh bearti siswa meneliti kembali hasil yang telah dilakukan. Memikirkan
atau menelaah kembali langkah-langkah yang telah dilakukan merupakan kegiatan
yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.
Meskipun pemecahan masalah merupakan aspek penting, tetapi kebanyakan siswa
masih lemah dalam hal pemecahan masalah matematika.
alasan siswa untuk tidak mau belajar matematika karena sebelum belajar mereka
sudah menganggap dirinya tidak mampu dan pasti perhitungannya rumit. Buchori
(2000: 84) menyatakan bahwa jika suatu masyarakat dibiarkan dalam kebutaan
matematika maka akan membuat masyarakat tersebut kehilangan kemampuan
untuk berpikir secara disipliner dalam menghadapi masalah-masalah nyata, dari
masalah-masalah yang benar-benar relatif sepele hingga masalah-masalah yang
benar-benar rumit.
Kondisi yang seperti itu juga dialami siswa SMP Negeri 1 Tanjung Batu
Minat belajar matematika mereka masih rendah, didukung dengan hasil
wawancara dengan salah satu guru matematika kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung
Batu guru menyatakan bahwa minat belajar matematika di kelas VIII pada tingkat
sedang ke rendah. Berdasarkan wawancara peneliti dengan salah satu siswa di
kelas VIII SMP Negeri 1 Tanjung Batu diketahui bahwa di kelas masih
menggunakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Guru
menyampaikan dan menjelaskan materi secara langsung dilanjutkan dengan
pemberian contoh soal serta cara penyelesainnya, setelah itu siswa diminta untuk
mengerjakan soal latihan. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal
latihan dan menjelsakan kembali apabila ada siswa yang bertanya. Siswa dalam
pembelajaran konvensional kurang dilibatkan secara aktif dan kurang dilibatkan
dalam menentukan penyelesaian soal sehingga siswa tidak menggunakan
kemampuannya dalam menyelsaikan soal lain yang lebih bervariasi. Kondisi itu
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika dimana masih banyak siswa yang
nilainya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Hal ini dapat dilihat pada hasil ulangan tengah semester pada mata
pelajaran matematika pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.
2. VIII.2 75 20 12 32
3. VIII.3 75 23 9 32
4. VIII.4 75 28 4 32
5. VIII.5 75 27 5 32
Jumlah 115 45 160
Sumber :Dokumentasi guru matematika kelas VIII
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa dari nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) di SMP Negeri 1 Tanjung Batu yakni 75. Kurang
dari 50 % siswa masih dibawah nilai KKM. Salah satunya materi Pytahgoras
berbentuk soal cerita, hal tersebut disebabkan karena siswa cenderung malas
membaca soal dalam bentuk cerita, apalagi jika soal yang terlalu panjang dan
belum mampu memahami pokok permasalahan yang diberikan. Dalam
matematika, masalah merupakan suatu hambatan bagi siswa dalam
menyelesaiakan tugas pembelajaran. Namun suatu masalah harus diselesaikan
agar proses berpikir terus berkembang dengan kemampuan yang dimiliki oleh
siswa.
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Kemampuan
Pemecahan Masalah Berdasarkan Langkah-Langkah Polya dalam Menyelesaikan
Soal Teorema Pythagoras?”.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
kemampuan pemecahan masalah berdasarkan langkah-langkah polya dalam
menyelesaikan soal Pythagoras.
6
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi-kontribusi
kepada pendidikan, khususnya bidang matematika mengenai kemampuan
pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal matematika materi
teorema pythagoras.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan manfaat bagi
siswa, guru, peneliti, dan sekolah.
a. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
c. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam
penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
bagi peneliti lain.
4. Memeriksaan kembali
Deskriptor: siswa mampu menjawab soal dengan cara yang berbeda,
siswa mampu memeriksa kebenaran jawaban dengan melakukan
perhitungan ulang, dan menuliskan kesimpulan
5. Soal Masalah Pytahgoras
Hal prinsip dari masalah matematika adalah cara penyelesainnya tidak
segera dapat dilihat oleh siswa. Makna dari “tidak segera” dapat diilustrasikan
sebagai berikut. Misalkan siswa SMP dihadapkan pada suatu soal. Guru memberi
kesempatan kepada siswa tersebut untuk membaca dan memahami soal tersebut.
selanjutnya, guru meminta siswa untuk menceritakan rencananya dalam
menyelesaikan soal tersebut sebelum ia mulai menuliskan penyelesainnya.
Mairing (2018:20-21) menjelaskan ada beberapa kemungkinan respons siswa
ketika diminta untuk menceritakan rencnanya.
a. Siswa segera dapat menceritakan langkah-langkah yang akan
dikerjakan untuk mencari jawaban (answer) dari soal tersebut. dengan
kata lain, siswa tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mulai
menjelaskan cara menjawabnya.
b. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama. Pada waktu diam
tersebut, siswa terlihat sedang memikirkan sesuatu, menggerakkan
tangannya, atau menulis sesuatu. Kemudian, ia dapat menjelaskan
langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan cukup
baik.
c. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama, akan tetapi pada waktu
siswa tersebut menjelaskan langkah-langkahnya, terkadang siswa
terlihat ragu dan mengubah rencana penyelesainnya karena merasa
ada sesuatu yang kurang atau salah.
d. Siswa terdiam dalam waktu yang cukup lama. Kemudian, ia berusaha
menceritakan langkah-langkah penyelesaiannya, tetapi rencananya itu
tidak membawa pada jawaban yang benar (cara penyelesainnya salah).
e. Siswa terdiam dalam waktu yan cukup lama, tetapi ia tidak dapat
membuat rencana untuk menyelesaikan masalah tersebut.
17
Jika respon siswa pada nomor 1, maka soal tersebut bukanlah masalah
matematika karena ia segera dapat menyelesaikannya. Caranya dengan
menggunkan rumus/prosedur/aturan tertenu yang secara langsung dapat
digunakan untuk memperoleh jawaban. Soal yang demikan disebut soal rutin atau
soal biasa. Jika respon siswa adalah nomor 2-5, maka soal tersebut merupakan
masalah matemtika bagi siswa tersebut.
Berikut beberapa soal masalah matematika dalam materi Pythagoras:
a. Dua pesawat tempur sedang terbang melintasi kapal induk. Suatu radar
yang berlokasi sejauh 8 km dari kapal induk mendekteksi bahwa
posisi kedua pesawat tempur tersebut berjarak 10 km dan 17 km dari
radar. Tentukan jarak kedua pesawat tersebut berasarkan
ketinggiannya.
3x - 5 17 cm
6 cm 15 cm
3 cm
30 60
P S R
18
e. Aidan ingin membuat sebuah bendera hias untuk perayaan hari ulang
tahun sekolah. Bendera yang akan dibuat Aidan adalah sebagai berikut.
20 cm
15 cm
29 cm
Bambu
30 cm
C
a2 = a2 + b2
b2 = a2 - c2
b a
c2 = a2-b2
A c B
a = hypotenusa (sisi terpanjang)
19
b. Triple Pythagoras
Triple Pytahgoras adalah bilangan-bilangan tertentu pembentuk
segitiga siku- siku. Misal:
1. 3,4,5 dan kelipatannya
2. 5,12,13 dan kelipatannya
3. 7,24,25 dan kelipatannya
4. 8,15,17 dan kelipatannya
5. 9,40,41 dan kelipatannya
30°
a b
60°
B c A
atau
𝑐: 𝑏: 𝑎 = 1: 2: √3
45°
a b
45°
B c A
Diperoleh perbandingan :
𝐴𝐵: 𝐴𝐶: 𝐵𝐶 = 1: √2 ∶ 1
atau
atau
𝑐: 𝑏: 𝑎 = 1: √2 ∶ 1
kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori tinggi adalah siswa mampu
memahami masalah, menyusun rencana, melakukan perhitungan, namun dalam
memeriksa kembali penyelesaiannya masih kurang diperhatikan dalam
menyelesaikan soal cerita pecahan. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam
kategori sedang adalah siswa mampu menyusun rencana penyelesaian, melakukan
perhitungan, tapi kemampuan memahami masalah yaitu apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal dan kemampuannya melihat kembali salam menyeleaikan
soal cerita pecahan. Kemampuan pemecahan masalah siswa dalam kategori
rendah adalah siswa belum mampu memahami masalah, merencanakan
penyelesaian, melakukan rencana penyelesaian dan melihat kembali hasil
penyelesaiannya dalam menyelesaikan soal cerita pecahan.
Persamaan : membahas kemampuan pemecahan masalah matematika
dengan langkah-langkah polya, menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif.
Pebedaan : teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian
terdahulu yaitu: observasi, tes, angket, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan
penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dengan teknik
pengumpulan data: tes, wawancara, dan dokumentasi.
G. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai
instrumen kunci dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada
generalisasi (Sugiyono, 2014: 1). Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai kemampuan
pemecahan masalah matematika berdasar langkah Polya.
H. DESAIN PENELITIAN
Desain penelitian dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus
lebih dipahami sebagai pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau
menginterpretasi kasus dalam konteksnya yang alamiah tanpa intervensi pihak
luar (Agus Salim, 2006: 118). Dengan kata lain, studi kasus merupakan suatu
metode atau strategi dalam penelitian kualitatif untuk mengungkapkan kasus
tertentu. Studi kasus dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan
23
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Suharsimi
Arikunto, 2006: 129). Penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena
pada penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi
sosial tertentu dan hasil kajian tidak diberlakukan pada populasi. Sedangkan
sampel dalam penelitian kualitatif tidak dinamakan responden tetapi sebagai
narasumber, atau partisipan, informan, teman, dan guru dalam penelitian.
Sementara itu untuk pengambilan sampel atau sumber data menggunakan
teknik purposive sampling adalah teknik dengan pertimbangan tertentu seperti
orang tersebut dianggap lebih mengetahui tentang apa yang kita harapkan.
Namun jika peneliti merasa masih kurang data maka akan dilakukan
penambahan sampel hingga data yang dibutuhkan cukup. Sampel untuk
wawancara diambil dengan pertimbangan siswa dapat menyelesaikan soal tes
kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan langkah-langkah
polya.
24
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tanjung Batu yang terletak di
kecamatan Tanjung Batu, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini yaitu pada Tahun ajaran 2018/2019
L.PROSEDUR PENELITIAN
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian.
Langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu:
1. Mengajukan judul penelitian
2. Menyusun proposal penelitian
3. Seminar proposal penelitian
4. Merevisi proposal penelitian berdasarkan hasil seminar
5. Menyiapkan dan memvalidasi instrumen (Soal Tes dan wawancara)
dengan ahli.
6. Mengurus surat perizinan untuk melakukan penelitian
b. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan adalah tahap penggalian informasi data secara
mendalam dari pihak-pihak yang terkait. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini
yaitu:
1. Memberikan soal tes pemecahan masalah kepada subjek penelitian. Soal
tes yang diberikan adalah soal matematika dalam bentuk uraian yang
terdiri dari 3 soal materi teorema pytahgoras. Tujuan tahapan ini adalah
untuk melihat kemampuan pemecahan masalah matematik siswa.
2. Hasil tes dari subjek penelitian selanjutnya dihitung, dilakukan penskoran,
dan dirangking kemudian di pilih 6 orang siswa untuk diwawancarai 2
siswa yang nilai tesnya dalam kategori rendah, 2 siswa yang nilai tesnya
dalam kategori sedang, dan 2 siswa yang nilai tesnya dalam kategori
tinggi.
3. Setelah itu dilakukan kegiatan wawancara.
4. Semua kegiatan pada tahap pelaksanaan, akan didokumentasikan
25
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian adalah tahap akhir pada penelitian ini, pada tahap ini,
peneliti melakukan kegiatan triangulasi data yang merupakan pengecekan atau
pemeriksaan dari data yang diperoleh agar memperoleh keabsahan data. Setelah
itu penulis menyusun laporan hasil pengumpulan data yaitu hasil tes,wawancara
dan dokumentasi. Setelah penyusunan laporan ini, maka didapatkan hasil
penelitian dalam menyusun laporan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
maksud dan tujuan penelitian, yang kemudian disusun secara sistematis
berdasarkan prosedur pelaporan.
yang disajikan dengan foto sebagai bukti telah diadakan suatu penelitian. Foto
yang disajikan meliputi foto pemberian soa tes, dan wawancara.
N. INSTRUMEN PENELITIAN
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2014: 59). Sehingga dalam hal ini peneliti
merupakan instrumen kunci untuk penelitiannya. Selain itu, peneliti
menggunakan instrumen lainnya diantaranya yaitu garis besar dari daftar
pertanyaan wawancara, dan lembar soal. Hal ini digunakan sebagai pendukung
dalam pengumpulan data pada saat penelitian. Untuk menguatkan keabsahan
instrumen tersebut, maka instrumen pendukung penelitian perlu divalidasi oleh
tiga orang validator yang ahli dalam bidangnya.
O.TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data dalam penelitian ini mengunakan teknik analisis
data kualitatif model Milles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data
(reduction), penyajian data (data display), penarikan kesimpulan (conclusion
drawing/verification).
1. Reduksi Data (reduction)
Setelah melakukan penelitian maka dikumpulkanlah data yang telah didapatkan
dan akan direduksi. Data yang diperoleh ditulis dalam laporan yang terperinci. Reduksi
data merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
penting yang sesuai dengan data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini, data yang diambil adalah hasil dari jawaban siswa terhadap
soal tes dan wawancara. Pedoman penskoran dan rubrik penilaian yang digunakan untuk
mengukur kemampuan pemecahan masalah sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2013. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
29
KBBI. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Dapartement
Pendidikan Nasional. Ensiklopedia Manajemen.Jakarta:Bumi Aksara