Anda di halaman 1dari 9

PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

SESUAI STANDAR NCTM

Nama: Lia Suci Ramdani

Nim: E1E020109

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan teknologi modern dan
mengembangkan daya pikir manusia. Matematika sangat dibutuhkan untuk pengembangan
ilmu-ilmu yang lain. Sehubungan dengan hal itu, Hudoyo mengemukakan kondisi
pembelajaran matematika di Indonesia sampai saat ini masih memerlukan perbaikan dan
penyempurnaan, hal ini disebabkan masih banyak permasalahan yang muncul berkaitan
dengan pembelajaran matematika diantaranya adalah kurikulum, model pembelajaran, kualitas
guru, serta kurangnya motivasi peserta didik. 1
Berdasarkan pendapat di atas, perlu dipertimbangkan alternatif pembelajaran yang
mengaktifkan, mengembangkan nalar peserta didik dalam matematika dan koneksi antar
konsep dalam matematika sendiri serta permasalahan seharihari yang relevan. Salah satu
contoh pembelajaran yang dapat mengaktifkan dan mengembangkan nalar peserta didik
adalah pembelajaran yang dianjurkan oleh NCTM yaitu pembelajaran berstandar NCTM.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan Pengertian National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) ?
2. Bagaimana pengertian pemecahan masalah menurut NCTM ?
3. Bagaimana pengertian pembuktian dan penalaran menurut NCTM ?
C. Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian National Council of Teacher of Mathematics (NCTM)
2. Dapat menjelaskan pengertian pemecahan masalah menurut NCTM
3. Dapat menjelaskan pengertian pembuktian dan penalaran menurut NCTM

BAB II
1
Hudoyo, H. 1990. Strategi Dasar Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang hal. 26
PEMBAHASAN

A. National Council of Teacher of Mathematics (NCTM)

National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) merupakan Dewan Nasional Guru


Matematika (NCTM) didirikan pada 1920. Hal ini telah berkembang menjadi organisasi terbesar
di dunia yang peduli terhadap pendidikan matematika, memiliki hampir 100.000 anggota di
seluruh Amerika Serikat dan Kanada, dan internasional. Dewan Nasional Guru Matematika
adalah suara publik pendidikan matematika, mendukung para guru untuk memastikan
matematika adil belajar dengan kualitas terbaik untuk semua siswa melalui visi, kepemimpinan,
pengembangan profesional, dan penelitian.

Di dalam dunia yang terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan
matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan masa
depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan yang
produktif. Lemah dalam matematika membiarkan pintu tersebut tertutup. Semua siswa harus
memiliki kesempatan dan dukungan yang diperlukan untuk belajar matematika secara mendalam
dan dengan pemahaman. Tak ada pertentangan antara kesetaraan dan keunggulan.

Pentingnya perubahan dalam pendidikan matematika yang tercantum dalam NCTM,


menjadi topik yang sangat menarik untuk dibahas. Selama dua dekade, pendidikan matematika
telah mengalami perubahan yang lambat tapi pasti. Faktor-faktor pendorong dari perubahan ini,
baik dalam hal isi maupun cara mengajar matematika, dapat ditelusuri dari berbagai sumber,
termasuk dari hasil-hasil penelitian. Salah satu faktor penting dalam perubahan ini adalah
kepemimpinan yang professional dari NCTM, sebuah organisasi guru dan pendidik matematika
di Amerika Serikat. Faktor lainnya adalah tekanan masyarakat maupun politik yang
menginginkan perubahan dalam pendidikan matematika akibat sedikitnya siswa AS yang
berpestasi di berbagai kompetisi Interasional matematika.

  Agenda perubahan dari NCTM dan dari sektor politik agaknya sering menuntut para guru
pada arah yang berbeda. Meskipun harapan yang tinggi bagi siswa penting, tetapi hanya dengan
tes tidak membawa kepada perbaikan belajar siswa. NCTM percaya bahwa “Belajar matematika
dapat dimaksimalkan apabila para guru memfokuskan pada proses berpikir dan pemahaman
matematika” (www.nctm.org). Dan yang penting diperhatikan, bahwa pemahaman tentang apa
arti mengetahui dan mengerjakan matematika dan tentang bagaimana siswa memahami
matematika berpengaruh besar terhadap bagaimana pendekatan mengajar matematika yang harus
dipersiapkan dan dilakukan guru.

Menurut NCTM ada lima standar proses dalam proses pembelajaran. Kelima standar
proses tersebut dikenal sebagai Daya Matematis (Mathematical Power). Kelima standar proses
harus tidak dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari standar isi dalam kurikulum
matematika. Kelima standar proses mengarahkan metode-metode atau proses-proses untuk
mengerjakan seluruh matematika, oleh karena, itu harus dilihat sebagai komponen-komponen
integral dengan pembelajaran dan pengajaran. Standar proses merujuk kepada proses matematika
yang mana melalui proses tersebut siswa memperoleh dan menggunakan pengetahuan
matematika. Adapun kelima standar tersebut, yaitu

a. Pemecahan Masalah
b. Pembuktian dan Penalaran
c. Komunikasi
d. Hubungan
e. Penyajian

Standar proses merujuk kepada proses matematika yang mana melalui proses tersebut
siswa memperoleh dan menggunakan pengetahuan matematika.

Kelima standar proses harus tidak dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari standar
isi dalam kurikulum matematika. Kelima standar proses mengarahkan metode-metode atau
proses-proses untuk mengerjakan seluruh matematika, oleh karena, itu harus dilihat sebagai
komponen-komponen integral dengan pembelajaran dan pengajaran matematika.

Pada makalah ini, penulis memfokuskan tulisannya pada bagian pemecahan soal dan
pembuktian dan penalaran

B. Pemecahan Masalah

Sebelum membahas mengenai pemecahan masalah harus mengetahui terlebih dulu


definisi dari masalah itu sendiri. Semua persoalan matematika belum tentu bisa dikatakan
sebagai masalah, dikatakan sebagai suatu masalah jika persoalan tersebut tidak bisa langsung
dijawab begitu saja namun melewati proses bernalar. 2 Dengan kata lain soal yang termasuk
dalam soal rutinitas yang sering diberikan didalam kelas bukanlah tergolong dalam kategori
masalah matematika.

Menurut Croft, Kouvela, & Paul Hernandez-Martinez suatu masalah berada ditengah-
tengah antara latihan yang solusinya segera diketahui dengan teka-teki yang tidak mempunyai
strategi solusi yang jelas dan hanya bisa dimengerti oleh siswa yang terampil. Dengan kata lain
suatu soal atau pertanyaan disebut masalah atau bukan tergantung kepada pengetahuan yang
dimiliki oleh siswa yang mengerjakan soal tersebut.3

Masalah terjadi ketika seseorang memiliki tujuan tapi tidak tahu bagaimana
mencapainya, sedangkan pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses kognitif yang
diarahkan pada mengubah situasi tertentu ke dalam situasi tujuan ketika ada metode yang jelas
dari solusi yang tersedia atau proses individu untuk terlibat dalam kognitifnya dalam memahami
dan mengatasi situasi masalah di mana metode solusi tidak diketahui secara jelas. Rita Novita &
Zulkardi (2012) pengetahuan sebelumnya penting dalam memecahkan masalah. Namun,
kompetensi pemecahan masalah melibatkan kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan
pengetahuan baru, atau menggunakan pengetahuan lama dengan cara baru untuk memecahkan
masalah baru.4

Di dalam NCTM di jelaskan, tentang standar pemecahan soal bahwa semua siswa harus
“membangun pengetahuan matematika baru melalui pemecahan soal”, standar pemecahan
masalah menurut NCTM meliputi:5 1) penyelesaian masalah di lingkungan siswa atau pada
matematika, 2) pembangunan konsep matematika melalui pemecahan masalah, 3) penggunaan
berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah, 4) pemantauan siswa dalam pemecahan masalah.
Pernyataan ini dengan jelas mengindikasikan bahwa pemecahan soal harus dipandang sebagai
sarana siswa mengembangkan ide-ide matematika 6 Pemecahan masalah adalah aplikasi dari
2
Murtafiah, W., Sa’dijah, C., Chandra, T. D., Susiswo, S., & As’ari, A. R. (2018). Exploring The
Explanation Of Pre-Service Teacher In Mathematics Teaching Practice. Journal on Mathematics Education, hal.
259–270.
3
Murni, A., Sabandar, J., Kusumah, Y. S., & Kartasamita, B. G. (2011). The Enhancement Of Junior High
School Students ’ Skill-Based Metacognitive Learning. Journal Mathematics Education, hal. 194–203.
4
Rita Novita, Zulkardi, Y. H. (2012). Exploring Primary Student’s Problem-Solving Ability by Doing
Tasks Like PISA’s Question. Journal Mathematics Education, hal. 133–150.
5
NCTM. Principles And Standart For Scholl Mathematics. (USA: The National Council Of Teachers of
Mathematics, 2000), hal. 52
6
Sagara. Gugi, Lemrda Simarmata. Elementary and Middle School Matemathics..., hal. 4
konsep dan ketrampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa kombinasi
konsep dan ketrampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berebeda. 7 Pada pendidikan
matematika, sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan
pertanyaan atau soal matematika yang harus dijawab atau direspon.8 Selanjutnya Polya
mengemukakan bahwa terdapat dua macam masalah dalam matematika sebagai berikut:9

1. Problem to find, yaitu mencarai, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu
yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan
soal.
2. Problem to prove, yaitu prosedur untuk menentukan apakah suatu pernyataan benar atau
tidak benar. Soal membuktikan terdiri atas bagian hipotesis dan kesimpulan. Pembuktian
dilakukan dengan membuat atau memproses pernyataan yang logis dari hipotesis menuju
kesimpulan, sedangkan untuk membuktikan untuk bahwa suatu pernyataan tidak benar,
cukup diberikan contoh penyangkalan sehingga pernyataan tersebut menjadi tidak benar.

Jadi penyelesaian masalah matematika adalah suatu proses penemuan suatu respon yang
tepat terhadap situasi yang benar-benar unik dan baru bagi siswa. Dalam matemaika suatu
pettanyaan dikatakan suatu masalah apabila: a) pertanyaan yang dihadapkan kepada siswa
haruslah dapat dimengerti dan merupakan tantangan untuk menjawab. b) pertanyaan tersebut
tidak dapat di jab langsung dengan prosedur rutin yang telah di ketahui siswa.

Contoh:

Satu karung beras mempunyai berat 240 kg. Untuk menyamakan berat satu karung beras dengan
beberapa orang, berapa orangkah yang diperlukan ?

Solusi peserta didik:


240 : 6 = 40
Karena 6 x 40 = 240
Jadi ada 6 orang dengan berat badan masing-masing 40 kg

7
Mulyono Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar..., hal. 254
8
Baiduri, dkk. “Analisi Proses Berfikir Relasional Siswa Sekolah Dasar Membuat Perencanaan
Penyelesaian Masalah Matematika” dalam www.fmip.um.ac.id diakses 31 Agustus 2021
9
Polya, G. 1973. How To solve it. 2 nd Ed. Princeton University Press. ISBN 0-691-08097- 6, hal. 154-156
C. Pembuktian dan Penalaran

Bernalar sebagai bagian dari berpikir merupakan kegiatan yang tak pernah berhenti - baik
disadari maupun tidak - sepanjang orang masih menjalani kehidu-pannya dengan normal sebab
berpikir itu sendiri melekat pada kehidupan dan merupakan berkah yang hanya tercurah untuk
manusia. Mengutip Wilkinson, Bailey, & Maher (2018), merumuskan bahwa penalaran
matematik adalah bagian dari berpikir matematik yang meliputi membuat perumuman dan
menarik simpulan sahih tentang gagasan-gagasan dan bagaimana gagasan tersebut saling terkait.
Jika pemecahan masalah memainkan peran sentral dalam matematika, maka penalaran
tampaknya memainkan peran serupa dalam pemecahan masalah.

Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics (NCTM, 2000)


memberikan tanda-tanda proses penalaran sedang berlangsung, yaitu bila: (a) menggunakan
coba-ralat dan bekerja mundur untuk menyelesaikan masalah, (b) membuat dan menguji dugaan,
(c) menciptakan argumen induktif dan deduktif, (d) mencari pola untuk membuat perumuman,
dan (e) menggunakan penalaran ruang dan logik. Dari standar pemecahan masalah oleh NCTM
dan penjelasan ini tampak penalaran matematik merupakan bagian utuh dari pemecahan masalah.
Penalaran mendasari semua aspek atau komponen tingkat tinggi dari pemecahan masalah.
Penalaran dapat dipandang sebagai suatu kegiatan dinamis yang mencakup berbagai jenis cara
berpikir.

Syamsuri et al menyatakan penalaran adalah jenis khusus dari pemecahan masalah.


Dengan kata lain, penalaran adalah bagian tertentu dari pekerjaan memecahkan masalah yang
dengan demikian merupakan bagian dari bermatematika (doing mathematics). Semuanya sejalan.
Intinya, penalaran adalah alat untuk memahami matematika dan pemahaman matematik itu
digunakan untuk menyelesaikan masalah. Pengalaman menyelesaikan masalah pada gilirannya
memperkuat pemahaman dan penalaran matematik yang kemudian kembali menjadi modal untuk
memecahkan masalah baru atau masalah yang lain lagi yang tentunya lebih rumit dan kompleks
sifatnya. Demikian siklus berlanjut (spiral) itu seharusnya berlangsung.10

Bernalar merupakan suatu keterampilan yang dapat dilatih dan dikembangkan. Menurut
NCTM bernalar matematik adalah suatu kebiasaan, dan seperti kebiasaan lainnya, maka ia mesti

Syamsuri, Marethi, I., & Mutaqin, A. (2017). Understanding on Strategies of Teaching Mathematical Proof for
10

Undergraduate Student. Cakrawala Pendidikan, hal. 282–293.


dikembangkan melalui pemakaian yang konsisten dan dalam berbagai konteks. NCTM
menambahkan, orang yang bernalar dan berpikir secara analitik akan cenderung mengenal pola,
struktur, atau keberaturan baik di dunia nyata maupun pada simbol-simbol. Orang ini gigih
mencari tahu apakah pola itu terjadi secara kebetulan ataukah ada alasan tertentu. Ia membuat
dugaan dan menyelidiki kebenaran atau ketidakbenaran dugaan itu. Membuat dan menyelidiki
dugaan adalah hal yang sangat penting dalam matematika, karena melalui dugaan berbasis
informasilah penemuan matematik sering terjadi.

Contoh:

Alfin mendapat uang saku dari ibu Rp35.000 per minggu. Sekolah Alfin sudah menerapkan
sistem Full Day sehingga hari Sabtu dan Minggu libur. Karena hari libur Alfin berada dirumah
maka ia tidak jajan. Uang yang tidak dijajankan ia tabungkan untuk membeli mainan robot.
Mainan itu dapat dibeli apabila ia menabung selama 6 minggu. Berapakah harga mainan robot
tersebut?

Jawaban sswa:

35.000 : 7 hari = 5000


Karena hari Sabtu dan Minggu libur, maka uangnya ditabung.
Jadi dalam seminggu Alvn menabung sebesar 10.000
Karena akan ditabung selama 6 minggu, jadi 10.000 x 6 minggu = 60.000 harga robot

Dari jawaban siswa tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menyelesaikan soal dengan
benar serta langkah-langkah penyelesaian yang terstruktur sehingga indikator kemampuan
penalaran matematis pada jawaban soal no 6 sudah terlihat. Pada soal ini siswa yang mewakili
kemampuan tinggi dan sedang sudah dapat menunjukkan indikator kemampuan penalaran
matematis sedangkan siswa yang berkemampuan rendah belum menunjukan indikator
kemampuan penalaran matematis.

Daftar Pustaka
Baiduri, dkk. “Analisi Proses Berfikir Relasional Siswa Sekolah Dasar Membuat Perencanaan
Penyelesaian Masalah Matematika” dalam www.fmip.um.ac.id

Hudoyo, H. 1990. Strategi Dasar Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang

Mulyono Abdurrahman. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar...,

Murni, A., Sabandar, J., Kusumah, Y. S., & Kartasamita, B. G. (2011). The Enhancement Of
Junior High School Students ’ Skill-Based Metacognitive Learning. Journal Mathematics
Education

Murtafiah, W., Sa’dijah, C., Chandra, T. D., Susiswo, S., & As’ari, A. R. (2018). Exploring The
Explanation Of Pre-Service Teacher In Mathematics Teaching Practice. Journal on Mathematics
Education

NCTM. Principles And Standart For Scholl Mathematics. (USA: The National Council Of
Teachers of Mathematics, 2000)

Polya, G. 1973. How To solve it. 2 nd Ed. Princeton University Press. ISBN 0-691-08097- 6

Rita Novita, Zulkardi, Y. H. (2012). Exploring Primary Student’s Problem-Solving Ability by


Doing Tasks Like PISA’s Question. Journal Mathematics Education

Sagara. Gugi, Lemrda Simarmata. Elementary and Middle School Matemathics...,

Syamsuri, Marethi, I., & Mutaqin, A. (2017). Understanding on Strategies of Teaching


Mathematical Proof for Undergraduate Student. Cakrawala Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai