Anda di halaman 1dari 9

MENGAJAR MATEMATIKA MENURUT STANDAR NCTM

A. Pendahuluan
Di dalam dunia yang terus berubah, mereka yang memahami dan dapat mengerjakan
matematika akan memiliki kesempatan dan pilihan yang lebih banyak dalam menentukan
masa depannya. Kemampuan dalam matematika akan membuka pintu untuk masa depan
yang produktif. Lemah dalam matematika membiarkan pintu tersebut tertutup. Semua siswa
harus memiliki kesempatan dan dukungan yang diperlukan untuk belajar matematika secara
mendalam dan dengan pemahaman. Tak ada pertentangan antara kesetaraan dan keunggulan.
Selama setidaknya dua dekade, pendidikan matematika telah mengalami perubahan yang
lambat tapi pasti. Factor-faktor pendorong dari perubahan ini, baik dalam hal isi maupun cara
mengajar matematika, dapat ditelusuru dari berbagai sumber, termasuk dari hasil-hasil
penelitian. Salah satu faktor penting dalam perubahan ini adalah kepemimpinan yang
professional dariNational Council of Teacher of Mathematics (NCTM), sebuah organisasi
guru dan pendidik matematika di Amerika Serikat. Faktor lainnya adalah tekanan masyarakat
maupun politik yang menginginkan perubahan dalam pendidikan matematika akibat
sedikitnya siswa AS yang berpestasi di berbagai kompetensi Interasional matematika.
Agenda perubahan dari NCTM dan dari sector polotik agaknya sering menuntut para guru
pada arah yang berbeda. Meskipun harapan yang tinggi bagi siswa penting, tetapi hanya
dengan tes tidak membawa kepada perbaikan belajar siswa. NCTM percaya bahwa ”belajar
matematika dapat dimaksimalkan apabila para guru memfokuskan pada berfikir dan
pemahaman matematika.

B. Kepemimpinan NCTM
Pada bulan april tahun 2000, National Council of Teacher of Mathematics (NCTM)
mengeluarkan Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah (Principles and standars for
School Mathematics), yang merupakan revisi dari dokumen aslinya yang dikeluarkan 11
tahun sebelumnya pada tahun 1989. Dengan dokumen ini NCTM melanjutkan untuk
mengarahkan perubahan dalam bidang pendidikan matematika, tidak hanya di Amerika
Serikat dan Kanada tetapi juga di seluruh dunia.
Momentum untuk perubahan dalam bidang pendidikan matematika mulai di awal
tahun I 980-an. Para pendidik merespons perubahan "kembali ke dasar" (back to
basics).  Sebagai salah satu hasilnya, pemecahan soal menjadi bagian penting dalam
kurikulum matematika. Teori-teori dari Piaget dan para ahli psikologi perkembangan yang
lain membantu mengarahkan penelitian tentang bagaimana cara terbaik belajar matematika
bagi anak-anak.
Momentum ini menjadi bahan pemikiran di tahun 1989 ketika NCTM
menerbitkan Standar Kurikulum dan Evaluasi Matematika Sekolah (Curriculum and
Evaluation Standards for School Mathematics) dan era perubahan dalam matematika
dimulai. Hal ini terus berlanjllt hingga kini. Tidak ada dokumen lain yang mempunyai penga-
ruh sebesar dokumen dari NCTM terhadap pendidikan matematika ataupun bidang lain dalam
kurikulum. Pada tahun 1991 NCTM menerbitkan Standar Profesional untuk Mengajar
Matematika (Professional Standatds for Teaching Mathematics). Standar
Profesional  menjelaskan visi tentang mengajar matematika dan membuahkan pemikiran
yang termuat di dalam Standar Kurikulum  bahwa matematika yang baik dan penting
merupakan visi untuk semua anak, bahkan untuk sebagian saja. NCTM melengkapi dokumen
dengan menerbitkan Standar Penilaian Matematika Sekolah (Assessment Standards for
School Mathematics) pada tahun 1995. Standar Penilaian menunjukkan dengan jelas
perlunya mengintegrasikan penilaian dengan pengajaran dan menyatakan peran kunci
penilaian dalam menjalankan perubahan. Dari tahun 1989 sampai 2000 ketiga dokumen ini
telah mengarahkan gerak perubahan dalam pendidikan matematika. Prinsip-prinsip dan
Standar Matematika Sekolahmerupakan versi baru dari gabungan ketiga dokumen standar.
Harus diakui bahwa visi dari Standar Kurikulum tahun 1989 hingga kini masih belum
terealisasi meskipun perubahan ke arah perbaikan telah banyak dilakukan. Perubahan dapat
dilihat meskipun lambat. Tekanan-tekanan politik sering tidak mendukung. Meskipun lambat
perubahan dalam pendidikan matematika di sekolah terus berlanjut. Perubahan ini tidak
seperti pegas yang akan bergerak mundur.
C.Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah
Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah dirancang untuk memberi petunjuk
dan arahan bagi para guru dan pihak-pihak lain yang terkait dengan pendidikan matematika
dari kelas pra-Taman Kanak-kanak (Pra-TK) sampai kelas 12. Berikut ini akan diuraikan
secara singkat beberapa pemikiran atau ide yang dapat Anda temui di dalam
dokumen Prinsip-prinsip dan Standar Matematika Sekolah.
Salah satu ciri yang paling penting dari Prinsip-prinsip dan Standar Matematika
Sekolah  adalah adanya enam prinsip dasar untuk mencapai pendidikan matematika yang
berkualitas tinggi, yakni:
 Kesetaraan

 Kurikulum

 Pengajaran

 Pembelajaran

 Penilaian

 Teknologi

Menurut Prinsip-prinsip dan Standar prinsip-prinsip ini harus "dimasukkan secara


serius ke dalam program matematika sekolah" (NCTM, 2000, ha!. 12). Prinsip-prinsip
tersebut memperjelaskan bahwa keunggulan dalam pendidikan matematika melibatkan lebih
banyak hal di samping tujuan-tujuan materinya.
1. Prinsip Kesetaraan
Keunggulan dalam pendidikan matematika membutuhkan kesetaraan-harapan yang
tinggi dan dukungan yang kuat untuk semua siswa (NCTM, 2000, hal. 12).
Pesan yang kuat dari Prinsip Kesetaraan adalah harapan yang tinggi untuk semua
siswa. Semua siswa harus mempunyai kesempatan dan dukungan yang cukup untuk belajar
matematika tanpa memandang karakteristik personal, latar belakang, ataupun hambatan
fisik" (hal. 12). Pesan tentang harapan yang tinggi untuk semua siswa terjalin dengan setiap
prinsip yang lain dan dengan dokumen secara keseluruhan.
2. Prinsip kurikulum
Kurikulum lebih dari sekedar kumpulan aktivitas: kurikulum harus koheren, difokuskan pada
matematika yang penting, dan berkaitan dengan baik antar tingkat kelas. (NCTM),   2000, hal.
14).
Koheren berkaitan dengan pentingnya membangun atau mengembangkan
pengajaran seputar "ide-ide besar" baik di dalam kurikulum maupun di dalam pengajaran di
kelas. Para siswa harus dibantu untuk melihat bahwa matematika merupakan sesuatu yang
utuh dan teljalin, bukan kumpulan dari bagian-bagian yang saling lepas.
Ide-ide matematika "penting" jika ide-ide tersebut berguna dalam pengembangan ide
yang lain, menghubungkan ide yang satu dengan ide lainnya, atau
membantu mengilustrasikan mata pelajaran matematika sebagai usaha manusia.
3. Prinsip Pengajaran
Mengajar matematika yang efektif memerlukan pemahaman tentang apa yang siswa ketahui
dan perlukan untuk belajar dan kemudian memberi tantangan dan mendukung mereka untuk
mempelajarinya dengan baik (NCTM,  2000, hal. 20).
Apa yang siswa pelajari hampir seluruhnya tergantung pada pengalaman guru
mengajar di dalam kelas setiap harinya. Untuk meneapai pendidikan matematika yang
berkualitas tinggi para guru harus Cl) memahami secara mendalam matematika yang mereka
ajarkan; (2) memahami bagaimana siswa belajar matematika, termasuk di dalamnya
mengetahui perkembangan matematika siswa secara individual; dan (3) memilih tugas-tugas
dan strategi yang akan meningkatkan mutu proses pengajaran. "Tugas para guru adalah
mendorong -iswanya untuk berfikir, bertanya, menyelesaikan soal, dan mendiskusikan ide-
ide, strategi, dan penyelesaian siswanya" hal 18).
4. Prinsip Pembelajaran
Para siswa harus belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun
pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. (NCTM,2000, hal. 20).
Prinsip ini didasarkan pada dua ide dasar. Yang pertama, belajar matematika dengan
pemahaman adalah penting. Belajar matematika tidak hanya memerlukan keterampilan
menghitung tetapi juga memerlukan kecakapan untuk berfikir dan beralasan secara
matematis untuk menyelesaikan soal-soal baru dan mempelajari ide-ide baru yang akan
dihadapi siswa di masa yang akan datang.
Yang kedua, prinsip-prinsip ini dengan sangat jelas menyatakan bahwa siswa dapat
belajar matematika dengan pemahaman. Belajar ditingkatkan di dalam kelas dengan cara
para siswa diminta untuk menilai ide-ide mereka sendiri atau ide-ide temannya, didorong
untuk membuat dugaan tentang matematika lalu mengujinya dan mengembangkan
keterampilan memberi alasan yang logis.
5. Prinsip Penilaian
Penilaian harus mendukung pembelajaran matematika yang penting dan memberi informasi
yang berguna bagi guru dan siswa. (NCTM,  2000, hal. 22).
Dalam bahasa pengarang, prinsip ini menyatakan bahwa "Penilaian harus tidak
semata-mata untuk menilai siswa, tetapi harus dimanfaatkan juga untuk siswa, yakni untuk
mengarahkan dan meningkatkan belajarnya" (hal 22). Penilaian yang berlangsung terus-
menerus akan menyampaikan kepada siswa matematika apa yang penting. Penilaian yang
melibatkan pengamatan yang terus-menerus dan interaksi siswa akan mendorong siswa
untuk menyampaikan dan menjelaskan gagasan dengan lanear. Umpan balik dari peni!aian
harian akan membantu siswa meneapai tujuannya dan menjadikan mereka tidak selalu
bergantung kepada orang lain.
Penilaian sebaliknya juga sebagai faktor utama dalam mempenimbangkan
pengajaran. Dengan terus menerus mengumpulkan informasi ten tang perkembangan dan
pemahaman siswa, guru dapat membuat keputusan yang lebih baik yang mendukung proses
belajar siswa. Agar penilaian efektif, guru harus menggunakan berbagai maeam teknik,
memahami tujuan dengan baik, dan mempunyai pemikiran yang baik tentang bagaimana
siswanya memikirkan matematika yang sedang diajarkan.
6. Prinsip Teknologi
Teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika; teknologi mempengaruhi
matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses belajar siswa. (NCTM, 2000, hal. 24).
Kalkulator dan komputer harus dilihat sebagai alat yang penting dalam belajar dan
mengerjakan matematika di kelas. Teknologi memungkinkan siswa untuk memfokuskan diri
pada ide-ide matematika, pemahaman, dan menyelesaikan soal yang tidak mungkin
dikerjakan tanpa bantuan kalkulator atau komputer. Teknologi meningkatkan proses belajar
matematika karena memungkinkan eksplorasi yang lebih luas dan memperbaiki penyajian
ide-ide matematika. Dengan teknologi, lebih banyak soal yang dapat dipecahkan. Dengan
teknologi juga memungkinkan siswa tertentu untuk mengesampingkan bagian yang kurang
penting sehingga waktunya dapat dipakai untuk memahami bagian matematika yang penting.
D.Pandangan Pra- TK sampai Kelas 12
Struktur dari Prinsip-prinsip dan Standar  dari NCTM menekankan pada keberlanjutan
matematika pada semua kelas, dari Pra-TK sampai kelas 12. Porsi terbesar dari Prinsip-prinsip dan
Standar  dikembangkan atas dasar sepuluh standar: lima standar isi dan lima standar proses. Bab 3
membantu pembaca memahami masing-masing standar dari sudut pandang kurikulum kelas Pra-TK
sampai kelas 12. Pandangan umum ini diikuti bab-bab yang menguraikan secara lebih rinci tentang
setiap standar yang dikelompokkan menjadi empat kelompok: Pra- TK - kelas 2, kelas 3-5, kelas 6-8
dan kelas 9-12.
Prinsip-prinsip dan Standar  dari NCTM memberikan lima standar isi matematika, yakni:
 Bilangan dan Operasinya
 Aljabar
 Geometri
 Pengukuran
 Analisis Data dan Probabilitas
Setiap standar isi memuat sejumlah tujuan yang berlaku untuk semua kelompok kelas. Setiap
bab untuk masing-masing kelompok memuat harapan-harapan khusus yang harus diketahui siswa.
Meskipun lima standar isi yang sama berlaku untuk semua kelas, tetapi Anda jangan
menyimpulkan bahwa setiap isi mempunyai bobot atau penekanan yang sama pada setiap kelompok
kelas. Bilangan dan operasinya adalah bagian isi terbesar untuk Pra- TK sampai kelas 5, dan juga
merupakan bagian penting untuk kelas 6-8 dan semakin berkurang pada kelas 9-12. Penekanan ini
digambarkan dalam buku ini di mana Bab 9-14 dan 16-19 membahas isi yang dijumpai dalam standar
untuk Bilangan dan Operasinya.
Aljabar secara jelas diberikan kepada semua kelas. Dahulu keadaannya tidak seperti ini.
Sekarang kebanyakan negara bagian dan propinsi memasukkan aljabar pada setiap kelas.
Geometri dan Pengukuran merupakan bagian yang terpisah. Hal ini menunjukkan pentingnya
masing-masing topik dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dasar dan menengah.
Setelah lima standar isi, Prinsip-prinsip dan Standar dari NCTM memuat lima standar proses,
yaitu:
 Pemecahan Soal
 Pemahaman dan Bukti
 Komunikasi
 Hubungan
 Penyajian
Standar proses merujuk kepada proses matematika yang mana melalui proses tersebut siswa
memperoleh dan menggunakan pengetahuan matematika.
Kelima standar proses harus tidak dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari standar isi
dalam kurikulum matematika. Kelima standar proses mengarahkan metode-metode atau proses-
proses untuk mengerjakan seluruh matematika, oleh karena, itu harus dilihat sebagai komponen-
komponen integral dengan pembelajaran dan pengajaran matematika.
Mengajar matematika yang mencerminkan kelima standar proses merupakan pengertian
terbaik dari "mengajar matematika menurut Standar NCTM".
1. Pemecahan Soal
Standar pemecahan soal menyatakan bahwa semua Siswa harus "membangun
pengetahuan matematika baru melalui pemecahan soal" (NCTM, 2000, hal. 52). Pernyataan
ini dengan jelas mengindikasikan bahwa pemecahan soal harus dipandang sebagai sarana
siswa mengembangkan ide-ide matematika. Mempelajari dan mengerjakan
matematika sewaktu Anda menyelesaikan saal  mungkin merupakan perbedaan yang paling
signifikan dalam apa yang Standar  indikasikan dan merupakan cara yang paling mungkin
untuk memperoleh pengalaman matematis.
2. Pemahaman dan Bukti
Jika pemecahan soal merupakan fokus dari matematika. maka pemahaman
merupakan cara berfikir logis yang membantu kita memutuskan apakah dan mengapa
jawaban kita logis. Para siswa perlu mengembangkan kebiasaan memberi argumen atau
penjelasan sebagai bagian utuh dari setiap penyelesaian. Menyelidiki jawaban merupakan
proses yang dapat meningkatkan pemahaman konsep. Kebiasaan memberi alasan dapat
dimulai dari tingkat TK. Tetapi tidak ada kata terlambat bagi siswa untuk belajar
mempertahankan ide melalui memberi alasan yang logis.
3. Komunikasi
Standar komunikasi menitikberatkan pada pentingnya dapat berbicara, menulis,
menggambarkan, dan menjelaskan konsep-konsep matematika. Belajar berkomunikasi dalam
matematika membantu perkembangan interaksi dari pengungkapan ide-ide di dalam kelas
karena siswa belajar dalam suasana yang aktif. Cara terbaik untuk berhubungan dengan
suatu ide adalah mencoba menyampaikan ide tersebut kepada orang lain.
4. Hubungan
Standar hubungan mempunyai dua arah yang berbeda. Pertama, standar berkenaan
dengan hubungan di dalam dan antar ide matematika. Sebagai contoh, pecahan dihubung-
kan dengan desimal dan persen. Siswa harus dibantu untuk melihat bagaimana suatu ide
dalam matematika dibangun di atas ide lainnya.
Kedua, matematika harus dihubungkan dengan dunia nyata dan mata pelajaran yang
lain. Anak-anak sedapat mungkin melihat bahwa matematika memegang peranan penting
dalam seni, sains, dan ilmu-ilmu sosial. Hal ini menyarankan agar matematika sering
dikaitkan dengan mata pelajaran lain dan penerapan matematika dalam kehidupan nyata
harus diungkap.
5. Penyajian
Simbol, bagan, grafik, dan diagram merupakan metode yang sangat baik untuk
menyajikan ide-ide dan hubungan dalam matematika. Simbol, bersama dengan alat peraga
seperti bagan dan grafik, harus dipahami oleh siswa sebagai cara untuk mengkomunikasikan
ide-ide dalam matematika kepada orang lain. Simbol, grafik, bagan, dan alat-alat peraga
lainnya juga merupakan media pembelajaran yang sangat berguna. Mengubah satu
penyajian ke dalam bentuk penyajian yang lain merupakan cara yang penting untuk
menambah pemahaman terhadap suatu ide.
E. Standar Profesional untuk Mengajar Matematika
Meskipun Prinsip-prinsip dan Standar NCTM memuat prinsip-prinsip mengajar dan penilaian,
tetapi tekanannya pada kurikulum. Berbeda dengan Prinsip-prinsip dan Standar, Standar Profesional
untuk Mengajar Matematika menitikberatkan pada pengajaran. Standar Profesional menyatakan
bahwa guru harus mengubah pendekatan pengajarannya dari pengajaran terpusat pada guru menjadi
pengajaran terpusat pada siswa. Dokumen ini menjelaskan hal-hal yang harus dilakukan dalam
pengajaran.
Bagian pendahuluan dari Standar Profesional memuat lima perubahan pokok dalam
pengajaran matematika yang diperlukan agar siswa dapat mengembangkan kemampuan
matematikanya. Guru perlu:
 Mengubah kelas dari sekedar kumpulan siswa menjadi komunitas matematika.
 Menjadikan logika dan bukti matematika sebagai alat pembenaran dan menjauhkan otoritas guru
untuk memutuskan suatu kebenaran.
 Mementingkan pemahaman daripada hanya mengingat prosedur.
 Mementingkan membuat dugaan, penemuan dan pemecahan soa1 dan menjauhkan dari tekanan
pada penemuan jawaban secara mekanis.
 Mengaitkan matematika, ide-ide dan aplikasinya, dan tidak memperlakukan matematika sebagai
kumpulan konsep dan prosedur yang terasingkan.
Standar Profesional untuk Mengajar Matematika  memuat bab-bab tentang pengajaran,
perkembangan pengajaran, pengembangan profesiona1, dan pendukung yang diperlukan untuk
pengajaran. Bab-bab tentang pengajaran sangat berguna. Bab-bab tersebut memuat enam standar
untuk mengajar matematika. Standar-standar ini berkaitan dengan pemilihan tugas untuk
pembelajaran dan berkaitan dengan situasi di dalam kelas yang interaktif dimana siswa dilibatkan
dalam proses memahami matematika. Kondisi ini, dimana siswa bekerja sebagai komunitas pe1ajar
matematika, merupakan komponen yang tak terpisahkan dari pendekatan pengajaran matematika.
F. Standar Penilaian Matematika Sekolah
Standar Penilaian Matematika Sekolah dipublikasikan tahun 1995, merupakan dokumen
terakhir dari tiga dokumen standard NCTM. Dokumen Standar Penilaian  tidak berisi petunjuk
bagaimana menilai, tetapi berisi pengetahuan tentang filosofi dan maksud peni1aian. Dokumen ini
memuat enam standar peni1aian dan menje1askan secara rinci empat tujuan peni1aian, yaitu: untuk
memonitor kemajuan siswa, untuk membantu menyiapkan pengajaran, untuk menilai prestasi siswa,
dan untuk menilai program.
Pesan yang tidak boleh dilupakan dari dokumen Standar Penilaian  adalah bahwa penilaian
dan pengajaran bukanlah dua aktivitas yang terpisah, tetapi merupakan dua hal yang terjalin secara
erat untuk memperbaiki pembelajaran matematika.
G. Pengaruh dan Tekanan terhadap Perubahan
NCTM te1ah memberikan kepemimpinan utama dan visi untuk perubahan dalam pendidikan
matematika. Akan tetapi tidak ada yang mengontro1 arah perubahan. Perbandingan prestasi siswa
baik tingkat nasional maupun internasional menjadi terus menjadi berita utama, memancing opini
public, dan menekan badan legislatif untuk meminta standar nilai matematika yang lebih tinggi yang
ditunjukkan dengan hasil tes. Tekanan dari kebijakan mengenai tes yang ditujukan kepada para
sekolah, yang akhirnya ditujukan kepada para guru, sering mempunyai dampak kuat pada pengajaran
yang berbeda dengan visi dari Standar NCTM. Sebagai tambahan terhadap tekanan ini, terdapat juga
pengaruh yang kuat dari buku-buku teks dan materi kurikulum yang disediakan oleh guru yang sering
tidak sejalan dengan standar.
Banyak penelitian yang menginformasikan kepada masyarakat Amerika tentang bagaimana
para siswa di Amerika mengerjakan matematika telah mendapat banyak perhatian. Hal ini
mempengaruhi keputusan-keputusan politis dan juga memberi data yang berguna untuk penelitian
dalam pendidikan matematika.
The National Assessment  of Educational Progress  (NAEP)
Sejak tahun 1969 National Assessment of Educational Progress  (NAEP), sebuah program hasi1
kongres, telah menilai apa yang diketahui dan yang dapat dikerjakan siswa di berbagai kurikulum.
Penilaian didasarkan pada sampel siswa berusia 9, 13, dan 17 tahun. Hasilnya dipublikasikan
sebagai "The Nation's Report Card". NAEP adalah sebuah penelitian yang dijadikan patokan yang
menginformasikan berapa persen siswa Amerika mengetahui berbagai macam konsep dan
keterampilan dalam matematika. Soal tes dirancang sesuai dengan kurikulum.
Berdasar soal yang digunakan sejak tahun 1973 secara terus menerus, siswa Amerika
sekarang memperoleh hasil yang lebih baik di banding pada tahun 1973 (Kloosterman & Laster,
2004). Ada yang berpendapat bahwa perubahan dalam pendidikan matematika telah menghasilkan
siswa yang tidak tahu "dasar matematika yang baik". Karena kenderungan soal-soal tes
menitikberatkan pada perhitungan tradisional, skor membaik pada hasil tes menegasikan pandangan
tersebut.
Secara umum hasil ujian NAEP dari tahun 1990 sampai 2003 menunjukkan hasil yang jauh
lebih tinggi dibanding sebelumnya. Akan tetapi hasilnya masih tetap di bawah standar. Di tahun 2003,
hanya 32 persen siswa kelas empat dan 29 persen dari siswa kelas delapan memperoleh hasil sama
atau di atas standar kecakapan (NCTM, 2004). Berlawanan dengan hasil tersebut lembaga No Child
Left Behind (NCLB) mengharapkan semua siswa berada pada atau di atas standar kecakapan
sebelum tahun 2014. Data NAEP menunjukkan bahwa tujuan tersebut mungkin tidak dapat tercapai.
Dua puluh tiga persen dari siswa kelas empat dan 32 persen dari siswa kelas delapan masih akan di
bawah standar.
The Third International Mathematics and Science Study
Pada tahun 1995 dan 1996, 41 negara berpartisipasi dalam Third International Mathematics and
Science Study (TIMSS), suatu studi penelitian matematika dan pendidikan sains terbesar yang
pernah diselenggarakan. Data dikumpulkan dari kelas 4, 8, dan 12 sebanyak 500.000 siswa dan juga
dari guru-guru. Pada tahun 1999 studi yang sama (TIMSS) dilakukan pada kelas delapan. Hasilnya
adalah rata-rata siswa kelas empat di Amerika berada di atas rata-rata negara peserta, di bawah rata-
rata intenasional kelas delapan dan di bawah rata-rata kelas dua belas (U.S. Department of
Education, 1997a).
Meskipun rata-rata siswa kelas empat di Amerika berada di atas rata-rata dari 26 negara peserta,
tetapi 7 negara (Singapura, Korea, Jepang, Hongkong, Belanda, Republik Ceska, dan Austria)
mendapatkan nilai yang jauh lebih tinggi. Hanya 9 persen dari siswa kelas empat Amerika masuk
dalam 10 persen siswa terbaik dalam penelitian TIMSS, jauh sekali berbeda dengan Jepang (32
persen) Singapura (39 persen) (U.S. Department of Education, 1997c).
Penemuan utama dari hasil analisis kurikulum TIMSS bahwa kurikulum di Amerika tidak fokus,
memuat lebih banyak topik dibanding kebanyakan negara lain. Kita mencoba mengerjakan setiap hal
dan sebagai akibatnya jarang dapat mengerjakannya secara mendalam, hanya membuat
pengulangan pengajaran yang terlalu umum (Schmidt, Mc Knight & Raizen, 1996).
Banyak di antara yang menganjurkan kembali ke 'dasar' menunjuk kepada penampilan yang
mengecewakan dari siswa-siswa Amerika. Akan tetapi pendekatan kurikulum dan pengajaran di
Amerika Serikat "kurang sejalan dengan tuntutan kurikulum dan pengajaran di negara-negara yang
prestasi matematikanya tinggi" (Babcock, 1998, ha16). Selain itu TIMSS tidak mendukung sejumlah
tuntutan 'dasar' yang popular seperti lebih banyak pekerjaan rumah (Siswa-siswa di Amerika Serikat
lebih banyak mengerjakan pekerjaan rumah daripada siswa-siswa di kebanyakan negara lain), sedikit
menonton televisi (sebanyak siswa di Jepang), dan menggunakan waktu yang lebih banyak untuk
belajar matematika (siswa di Amerika Serikat mendapatkan jam pelajaran matematika lebih banyak
daripada di Jepang atau Jerman).
Salah satu komponen yang paling menarik dari TIMSSR adalah video penelitian kelas delapan yang
dilakukan di Amerika Serikat, Australia, dan lima negara terbaik prestasi matematikanya. Hasilnya
menunjukkan bahwa mengajar merupakan sebuah aktivitas budaya, sangat berbeda hampir di setiap
negara meskipun ada juga kesamaannya. Di semua negara soal-soal atau tugas sering digunakan
untuk memulai pelajaran. Akan tetapi setelah pelajaran berlangsung, cara menangani soal-soal
diAmerika Serikat sama sekali berbeda dengan cara menangani soal-soal di negara yang baik
prestasi matematikanya. Di Republik Ceska, Hongkong, dan Jepang pelajaran yang dimulai dengan
konsep pemecahan soal berlanjut dengan pemecahan soal dengan porsi waktu 46 hingga 52 persen.
Di Amerika Serikat hampir pada semua pelajaran (lebih dari 99,5 persen) guru menunjukkan kepada
siswa bagaimana menyelesaikan soal (Hiebert dan kawan-kawan, 2003). Paling tidak di kelas
delapan di Amerika Serikat dapat dikatakan bahwa fokusnya adalah siswa mengikuti arahan dan
aturan. Di negara-negara yang prestasi matematikanya tinggi lebih difokuskan pada pemahaman
konsep dan pemecahan soal dengan benar. Pengajaran di negara-negara dengan prestasi
matematikanya tinggi lebih mirip dengan rekomendasi Standar NCTM.
1. Standar Negara Bagian
Istilah standar dipopulerkan oleh NCTM pada tahun 1989. Saat ini istilah tersebut
digunakan hampir di setiap negara bagian di Amerika Serikat untuk merujuk kepada daftar
tujuan pendidikan matematika yang dibuat untuk tiap kelas. Standar ataupun tujuan negara-
negara bagian sangat berbeda-beda. Bahkan tingkat kelas di mana fakta-fakta dasar untuk
setiap operasi yang diharapkan harus dikuasai juga berbeda-beda sampai tiga tingkatan
kelas. Meskipun dokumen Standar  NCTM memuat daftar tujuan untuk setiap kelompok kelas,
tetapi ini bukanlah kurikulum nasional. Amerika Serikat dan Kanada adalah dua negara
industri di dunia yang tidak memiliki kurikulum nasional.
Terhadap setiap kelompok standar negara dikaitkan suatu program tes. Hasil tes
yang dilaporkan ke masyarakat membuat adanya tekanan terhadap pengawas, kepala
sekolah, dan akhimya terhadap guru. Para guru merasakan tekanan yang hebat untuk
menaikkan hasil tes dengan cara apapun (Schmidt dan kawan-kawan, 1996). Bagi guru yang
memiliki sedikit atau tidak berpengalaman dengan semangat Standar  NCTM akan sangat
sulit menerima pendekatan pelajaran matematika yang terpusat pada siswa yang di dukung
para tokoh perubahan. Celakanya bagi siswa hal ini sering menjadikan adanya latihan,
tinjauan ulang dan tes yang berlebihan.
Apakah standar negara bertentangan dengan perubahan?
Secara umum tidak. Perubahan difokuskan pada bagaimana membantu siswa memahami
matematika dan menjadi percaya diri untuk mengerjakan matematika dan menyelesaikan
soal. Ada banyak contoh yang sangat baik tentang mengajar yang mengikuti semangat
perubahan. Para siswa di dalam kelas tersebut cukup baik prestasinya, bahkan pada tes
standar. Cerita ini perlu publikasi yang lebih baik atau para guru perlu mendapat lebih banyak
dukungan.
Di dalam kelas buku teks merupakan faktar yang paling mempengaruhi apa yang
diajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Yang menjadi semakin sulit adalah bagaimana
para guru dan sistem di sekolah mengusahakan untuk memadukan buku teks atau sumber
pelajaran lain dengan standar negara yang ditetapkan. Karena penerbit buku berusaha untuk
membuat buku yang memenuhi ke 50 negara bagian, maka akibatnya banyak sekali
pengulangan dan lebih banyak memuat topik untuk setiap tingkat kelasnya.
Meskipun mungkin agak berlebihan penyederhanaannya, isi kurikulum matematika yang
diajarkan Taman Kanak-kanak sampai kelas delapan dapat di katagorikan menjadi dua, yakni
kurikulum tradisional dan kurikulum berbasis Standar  NCTM. Bahan-bahan ajar berbasis
kurikulum tradisional biasanya dikembangkan oleh penerbit besar dan sifatnya komersial.
Program-program berbasis Standar  NCTM dikembangkan dengan dana dari National
Science Foundation (NSF) dan sumber-sumber lain dari tim guru, peneliti pendidikan, dan
matematikawan.
2. Kurikulum Tradisional
Penerbit buku-buku teks berbasis kurikulum tradisional merekrut tim penulis yang
beranggotakan peneliti dan pendidik matematika yang sangat baik dan juga para guru dan
pengawas. Kecenderungannya adalah untuk menghasilkan buku-buku teks yang tebal yang
dapat digunakan di banyak negara bagian dan keperluan profesional lainnya (Schmidt dan
kawan-kawan, 1996). Pemyataan penerbit tentang kesesuaian produknya dengan standar
NCTM sering menyesatkan. NCTM tidak menyetujui atau memberikan sanksi setiap produk
komersial sehingga penerbit bebas untuk membuat klaim apa saja. Anda harus ingat bahwa
hal ini sangat alami karena industri penerbit berorientasi kepada pasar yang dalam hal ini
terdiri dari guru-guru berpengalaman yang membuat keputusan tentang produk mana yang
akan dipakai di sekolahlah. Para guru mendapat tekanan yang sangat besar dari tes oleh
negara. Kebanyakan pembuat keputusan ini hanya sekilas tentang Standar NCTM. Saat ini
lebih dari 80 buku teks tradisional digunakan di sekolah.
3. Kurikulum Berbasis-Standar
Saat ini ada tiga program sekolah dasar dan lima program sekolah menengah yang
dikenal dengan kurikulum berbasis standar. Awalnya program ini dikembangkan dengan dana
dari NSF dan sekarang dikomersialkan. Ciri dari program berbasis standar ini adalah adanya
keterlibatan siswa. Para siswa ditantang untuk memahami ide-ide matematika baru melalui
eksperimen dan tugas yang sering disajikan dalam konteks nyata. Komunikasi secara tertulis
dan lisan sangat disarankan.
Data tentang keefektifan kurikulum berbasis standar yang diukur dengan tes berbasis
kurikulum tradisional dikumpulkan. Dari data yang dikumpulkan dapat disimpulkan bahwa
siswa yang diajar dengan kurikulum berbasis standar mencapai prestasi yang lebih baik
dalam hal pemecahan soal dan mempunyai keterampilan yang sama baiknya dengan siswa
yang diajar berdasar kurikulum tradisi (ARC Center, 2002; Bell, 1998; Boaler, 1998; Fuson. &
Drueck, 2000; Hiebert, 2003; Reys, Robinson, & C & Mark. 1999; Riordin & Noyce, 2001;
Stein, GroYef. Henningsen, 1996; Stein & Lane, 1996; Wood & Se 1996, 1997).
Salah satu cara untuk memahami kurikulum standar adalah dengan
membandingkannya dengan buku teks berbasis kurikulum tradisional. Di setiap bab pada
Bagian 2, Anda akan menemukan fitur-fitur yang menggambarkan aktivitas Penyelidikan
tentang Bilangan, Data Ruang  atau Matematika yang Terkait. Fitur-fitur ini dimaksudkan
untuk memberi Anda gambaran tentang kurikulum berbasis standar dan ide-ide yang baik
untuk pengajaran.

Anda mungkin juga menyukai