atau pola lama menjadi sesuatu yang baru dan berbeda sehingga memberikan manfaat. Dituntut
memiliki kreatifitas, sehingga harus menghasilkan ide ide. Dalam menghasilkan ide ataupun
menyelesaikan suatu masalah, ada 2 cara yang biasa dipakai, yaitu divergent thinking dan
convergent thinking.
Divergent thinking adalah metode cara berfikir untuk menghasilkan ide-ide kreatif
dengan cara mengeluarkan ide sebanyak – banyaknya. Contohnya brainstorming.
Convergent thinking adalah teknik untuk menyelesaikan masalah dengan fokus untuk
mencari satu jawaban yang benar. Dalam convergent thinking, ide – ide akan
dipertimbangkan, evaluasi, dan dibuang untuk mencapai satu jawaban.
Berfikir kreatif adalah kemampuan memikirkan sesuatu yg tidak pernah terpikirkan
sebelumnya, atau dengan cara-cara yang tidak biasa. Bisa juga upaya untuk
menghubungkan benda-benda atau gagasan-gagasan yang sebelumnya tidak
berhubungan. Proses ini tidak harus selalu menciptakan suatu konsep-konsep baru,
walaupun hasil akhirnya mungkin akan tampak sebagai sesuatu yang baru hasil dari
penggabungan dua atau lebih dari konsep-konsep yang sudah ada.
Kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya menurut Campbell:
Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan.
Dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan dapat dibuat di
lain waktu.
Merupakan kemampuan untuk membuat penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu
pertanyaan benar, atau sutau tindakan itu bijaksana serta tidak hanya mencetuskan gagasan
saja tetapi juga melaksanakannya.
Merupakan kemampuan untuk memperkaya atau mengembangkan suatu ide, gagasan atau
produk dan kemampuan untuk memperinci suatu obyek, gagasan, dan situasi sehingga
tidak hanya menjadi lebih baik tetapi menjadi lebih menarik.
Gen-C,menurut penelitian Dan Pankraz (Australia) bisa berarti content, connected, digital
creative, co-creation,customize,curiosity,dan cyborg.“C” bisa juga berarti cyber, cracker,
dan chameleon (bunglon) [hlm 43]. Rhenald memberikan contoh bahwa gadis-gadis di
Jakarta banyak sekali ingin dipotong rambutnya seperti potongan Lady Gaga, penyanyi
barat. Hal itu pengaruh dari video klip Lady Gaga dalam album Paparazzi,yang telah
diunduh lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia. Itulah sekelumit potret kecil remaja
kelas menengah Jakarta yang merupakan bagian dari komunitas global yang dapat disebut
generasi terkoneksi (connected generation/ Gen-C).
Generasi ini selalu terhubung melalui telekomunikasi, baik melalui telepon seluler—
ponsel—(sms dan telepon) maupun internet (e-mail,googling,Facebook, Twitter, Youtube,
dan lainlain). Pertukaran informasinya begitu cepat. Nah, akibat adanya generasi
terkoneksi itu memunculkan sesuatu yang disebut cracking zone, yaitu sebuah retakan
(baca: peluang) yang bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.Retakan peluang itu tidak
tertangkap semua orang. Retakan itu hanya berlaku bagi mereka yang mampu melihat dan
memanfaatkannya.
Merekalah yang disebut sebagai crackers. Cracker(s) muncul dalam suasana transformatif
yang menimbulkan banyak perubahan.Namun karena jeli melihat peluang dari
retakan,mereka pun menciptakan retakan-retakan baru. Mereka memecahkan kode-kode
baru, membentuk bingkai peluang yang mereka batasi sendiri waktunya dalam durasi yang
pendek agar peluang itu tidak tercecer ke tangan pesaing-pesaingnya (Bab 10). Karena
itu,cara yang mereka tempuh terasa menghentak dan sulit diterima mereka yang tidak
mampu membaca tanda-tanda cracking zone(Bab 1–Bab 3) [hlm 13]. Mark Zuckerberg
adalah contoh nyata pengusaha yang sukses melakukan cracking zone dan memiliki
breakthrough yang mencengangkan pada produknya.
Setelah Facebook mengundang pihak ketiga untuk beriklan dan melakukan pemasaran via
situs ini pada Mei 2007,jumlah produk yang beriklan terus meningkat.Konon ada 140
aplikasi baru yang dilengkapi pesan-pesan sponsor setiap harinya. Dalam ranah industri,
cracker merupakan orang yang memperbarui industri. Dia bukan sekadar leader yang
melakukan transformasi. Karena itu,wajar jika dia disegani (baca: dimusuhi dan
dicemburui) kompetitor-kompetitornya. Sementara di dalam perusahaannya, dia juga
ditakuti (baca: diserang) sekelompok orang yang ingin mempertahankan kondisi comfort
zone. Cracker bekerja lebih berat dari rata-rata leader. Sebab, dia membongkar tradisi
industri dan persaingan [hlm 43]. Cracker tidak menganut asas wait and see, tetapi segera
bertindak.