Anda di halaman 1dari 5

Pt xx membeli sebuah pabrik diatas sebidang tanah pd bulan februari 2011 dengan harga Rp 3.450.000.

000 dengan harga tanah


diperkirakan sebesar Rp 1.250.000.000 dengan biaya perbaikan total pabrik sebesar Rp 320.000.000. Pabrik tersebut diresmikan
dan aktif digunakan pada awal juni 2011. perusahaan menetapkan bahwa pabrik disusutkan dengan metode garis lurus selama
20 tahun namun. Pt xx diaudit oleh KAP budi pd tahun 2015. Saudara sebagai asisten auditor menemui data sebagai berikut

A. Pabrik dan tanah Rp 3.450.000.000

Akumulasi penyusutan gedung s/d tahun 2015 Rp 630.000.000

B. Pada tahun selanjutnya terdapat biaya perawatan dan perbaikan pabrik sbb

 2012 : Rp 88.000.000

 2014: Rp 65.000.000

 2015: Rp 49.000.000

Pengeluaran tersebut dicatat sebagai beban dalam akun “biaya perbaikan pabrik”

Diminta: buat kkP aset tetap

Jawab:

- gedung: Rp 3.450.000.000 - Rp 1.250.000.000 = Rp 2.200.000.000 + Rp 320.000.000= Rp 2.520.000.000

- tanah: Rp 1.250.000.000

Akumulasi penyusutan

Tahun 2011: Rp 2.520.000.000/20 x 7/12 = Rp 73.500.000 (disusutkan sejak awal bulan juni 2011)

Tahun 2012: Rp 126.000.000 + Rp 88.000.000 (1/19) = Rp 130.631.578

Tahun 2013: = Rp 130.631.578

Tahun 2014: Rp 130.631.578 + Rp 65.000.000 (1/17) = Rp 134.455.107

Tahun 2015: Rp 134.455.107 + Rp 49.000.000 (1/16) = Rp 137.517.607

= Rp 606.735.870

Maka total akumulasi penyusutan untuk pabrik tsb s/d 2015 adalah sebesar Rp 606.735.870. hal ini menjadi koreksi terhadap
penyusutan yang dilakukan perusahaan sebesar Rp 630.000.000 yang diperoleh dari:

Rp 2.520.000.000/20 tahun x 5 ( 2011 s/d 2015) = Rp 630.000.000

Sehingga diketahui selisih antara pencatatan akumulasi depresiasi per audit dan akumulasi per buku perusahaan adalah Rp
606.735.870 - Rp 630.000.000 = Rp (23.264.130). hal ini terjadi akibat biaya perbaikan pabrik pd tahun 2012, 2014 dan 2015 yang
tidak dialokasikan kedalam depresiasi pabrik tsb

Sebagai koreksi dari kesalahan dalam depresiasi pabrik ini. Maka dibuat jurnal sbb

A. Pabrik Rp 2.520.000.000
Tanah Rp 1.250.000.000

Gedung dan tanah Rp 3.770.000.000

B. Gedung Rp 202.000.000

Perbaikan pabrik Rp 49.000.000

Laba ditahan Rp 153.000.000

C. Akumulasi depresiasi Rp 23.264.130

Beban depresiasi Rp 23.264.130

Pt xx

Kertas kerja pemeriksaan

akun Saldo per buku penyesuaian Saldo disesuaikan

debit kredit

pabrik 0 Rp 2.520.000.000 Rp 2.520.000.000

tanah 0 Rp 1.250.000.000 Rp 1.250.000.000

Pabrik dan tanah Rp 3.450.000.000 Rp 3.450.000.000 0

Akum depresiasi Rp 630.000.000 Rp 23.264.130 Rp 606.735.870

Pt 2 membeli sebuah gudang diatas sebidang tanah pd bulan maret 2012 dengan harga Rp 1.110.000.000 dengan harga tanah
diperkirakan sebesar Rp 450.000.000 dengan biaya perbaikan totalgudang sebesar Rp 16.000.000. gudang tersebut diresmikan
dan aktif digunakan pada awal mei 2012. perusahaan menetapkan bahwa gudang disusutkan dengan metode garis lurus selama
15 tahun namun. Pt 2 diaudit oleh KAP anang pd tahun 2017. Saudara sebagai asisten auditor menemui data sebagai berikut

C. gudang dan tanah Rp 1.110.000.000

Akumulasi penyusutan gedung s/d tahun 2017 Rp 270.400.000

D. Pada tahun selanjutnya terdapat biaya perawatan dan perbaikan pabrik sbb

 2013 : Rp 62.000.000

 2015: Rp 65.000.000

 2016: Rp 22.000.000

Pengeluaran tersebut dicatat sebagai beban dalam akun “biaya perbaikan pabrik”

Diminta: buat kkP aset tetap

Jawab:

- gedung: Rp 1.110.000.000 - Rp 450.000.000 = Rp 660.000.000 + Rp 16.000.000= Rp 676.000.000


- tanah: Rp 450.000.000

Akumulasi penyusutan

Tahun 2012: Rp 676.000.000/15 x 8/12 = Rp 30.044.444 (disusutkan sejak awal bulan mei 2012)

Tahun 2013: Rp 45.066.666 + Rp 62.000.000 (1/14) = Rp 49.495.237

Tahun 2014: = Rp 49.495.237

Tahun 2015: Rp 49.495.237 + Rp 65.000.000 (1/12) = Rp 54.911.903

Tahun 2016: Rp 54.911.903 + Rp 22.000.000 (1/17) = Rp 56.206.020

Tahun 2017: = Rp 56.206.020

= Rp 296.358.861

Maka total akumulasi penyusutan untuk pabrik tsb s/d 2017 adalah sebesar Rp 296.358.861. hal ini menjadi koreksi terhadap
penyusutan yang dilakukan perusahaan sebesar Rp 270.400.000 yang diperoleh dari:

Rp 676.000.000/15 tahun x 6 ( 2012 s/d 2017) = Rp 270.400.000

Sehingga diketahui selisih antara pencatatan akumulasi depresiasi per audit dan akumulasi per buku perusahaan adalah
Rp 296.358.861 - Rp 270.400.000 = Rp 25.958.861. hal ini terjadi akibat biaya perbaikan pabrik pd tahun 2013, 2015 dan 2016
yang tidak dialokasikan kedalam depresiasi pabrik tsb

Sebagai koreksi dari kesalahan dalam depresiasi pabrik ini. Maka dibuat jurnal sbb

D. Pabrik Rp 675.000.000

Tanah Rp 450.000.000

Gedung dan tanah Rp 1.125.000.000

E. Gedung Rp 149.000.000

Perbaikan pabrik Rp 22.000.000

Laba ditahan Rp 127.000.000

F. Beban depresiasi Rp 25.958.861

Akumulasi depresiasi Rp 25.958.861

Pt 2

Kertas kerja pemeriksaan

akun Saldo per buku penyesuaian Saldo disesuaikan

debit kredit
pabrik 0 Rp 676.000.000 Rp 676.000.000

tanah 0 Rp 450.000.000 Rp 450.000.000

Pabrik dan tanah Rp 1.110.000.000 Rp 1.110.000.000 0

Akum depresiasi Rp 270.400.000 Rp 25.958.861 Rp 296.358.861

Pt 3 membeli sebuah bangunan diatas sebidang tanah pd bulan november 2013 untuk rumah mess karyawan dengan harga
Rp 1.220.000.000 dengan harga tanah diperkirakan sebesar Rp 450.000.000 dengan biaya perbaikan total bangunan sebesar
Rp 30.000.000. Pabrik tersebut diresmikan dan aktif digunakan pada awal 2014. perusahaan menetapkan bahwa gudang
disusutkan dengan metode garis lurus selama 15 tahun namun. Pt 3 diaudit oleh KAP sulaiman pd tahun 2017. Saudara sebagai
asisten auditor menemui data sebagai berikut

E. bangunan dan tanah Rp 1.220.000.000

Akumulasi penyusutan gedung s/d tahun 2017 Rp 213.333.333

F. Pada tahun selanjutnya terdapat biaya perawatan dan perbaikan pabrik sbb

 2014 : Rp 8.000.000

 2015: Rp 12.000.000

 2017: Rp 22.000.000

Pengeluaran tersebut dicatat sebagai beban dalam akun “biaya perbaikan pabrik”

Diminta: buat kkP aset tetap

Jawab:

- bangunan: Rp 1.220.000.000 - Rp 450.000.000 = Rp 770.000.000 + Rp 30.000.000= Rp 800.000.000

- tanah: Rp 450.000.000

Akumulasi penyusutan

Tahun 2014: Rp 800.000.000/15 + Rp 8.000.000 (1/15) = Rp 53.866.666 (disusutkan sejak awal 2014)

Tahun 2015: Rp 53.866.666 + Rp 12.000.000 (1/14) = Rp 54.723.808

Tahun 2016: = Rp 54.723.808

Tahun 2017: Rp 54.723.808 + Rp 22.000.000 (1/12) = Rp 56.557.141

= Rp 219.871.423

Maka total akumulasi penyusutan untuk pabrik tsb s/d 2017 adalah sebesar Rp 219.871.423. hal ini menjadi koreksi terhadap
penyusutan yang dilakukan perusahaan sebesar Rp 213.333.333 yang diperoleh dari:
Rp 800.000.000/15 tahun x 4 ( 2014 s/d 2017) = Rp 213.333.333

Sehingga diketahui selisih antara pencatatan akumulasi depresiasi per audit dan akumulasi per buku perusahaan adalah
Rp 219.871.423 - Rp 213.333.333 = Rp 6.538.090. hal ini terjadi akibat biaya perbaikan pabrik pd tahun 2014, 2015 dan 2017 yang
tidak dialokasikan kedalam depresiasi pabrik tsb

Sebagai koreksi dari kesalahan dalam depresiasi pabrik ini. Maka dibuat jurnal sbb

G. Bangunan Rp 800.000.000

Tanah Rp 450.000.000

Gedung dan tanah Rp 1.250.000.000

H. Gedung Rp 42.000.000

Perbaikan pabrik Rp 22.000.000

Laba ditahan Rp 20.000.000

I. Beban depresiasi Rp 6.538.090

Akumulasi depresiasi Rp 6.538.090

Pt 3

Kertas kerja pemeriksaan

akun Saldo per buku penyesuaian Saldo disesuaikan

debit kredit

pabrik 0 Rp 800.000.000 Rp 800.000.000

tanah 0 Rp 450.000.000 Rp 450.000.000

Pabrik dan tanah Rp 1.220.000.000 Rp 1.220.000.000 0

Akum depresiasi Rp 213.333.333 Rp 6.538.090 Rp 219.871.423

Anda mungkin juga menyukai