Anda di halaman 1dari 8

MAKALA KEPERAWATAN ANAK II

Nephotik Sindrom

DISUSUN
OLEH :

KELOMPOK V :
Andi Uswatun Khasana ( 1701006)
Ana yuliawaty ( 1701003)
Rita (1701022)
Dhandy Lamallo (1701035)

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR PRODI S1


KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIS
1. Definisi

Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria, hipoalbuminemia


dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi
ginjal ( Ngastiyah, 2005 dalam Rahma, 2012).

Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein
urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan
lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus.
(dr.Nursalam, dkk. 2009).

Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria
masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat kondisi
tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan
permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2012).

2. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigenantibodi.
Umumnya etiologi dibagi menjadi:
a. Sindrom Nefrotik Bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya
pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom Sefrotik Sekunder Disebabkan oleh: malaria kuartana atau parasit lainnya,
penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid,
glumerulonefritis akut atau kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia seperti
trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa, amiloidosis, penyakit sel
sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik
primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan
mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg dkk membagi menjadi 3 golongan
yaitu kelainan terpadu, nefropati membranosa, dan glomerolunefritis. (Ngastiyah,
2005 dalam Niken, 2014)
3. Patofiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya
protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hypovolemi
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin - angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH)
dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium
dan air akan menyebabkan edema
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotikplasma.
Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin
(lipiduria) Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Yuliani, 2007 dalam Niken,
2014).
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah, 2005) antara lain :
a. Proteunuria
b. Edema
c. Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa
d. Hematuria
e. Anoreksia
f. Diare
g. Pucat
5. Komplikasi
a. Penurunan volume intravascular
b. Pemburukan pernafasan
c. Kerusakan kulit
d. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena hipoalbumenia.
(alimul aziz, 2009).
6. Pemeriksaan penunjang
a. Uji urine
1. Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh
2. Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol)
b. Uji darah
1. Albumin serum
2. Kolesterol serum meningkat
3. Hemoglobin dan hematokrit meningkat
4. LED meningkat
c. Uji diagnostik
1. Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2. USG ginjal dan CT scan
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1. Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium 1g/hari
2. Diit protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg BB dengan garam minimal bila edema
masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri sedikit garam
3. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat digunakan
deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)
4. Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita tuberkolosis
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa
harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.
2. Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah
dan akan menyebabkan edema hebat).
3. mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan
tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
4. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan
skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian pasien). (Ngastiyah,
2005 dalam Niken, 2012).
B. PATHWAY
Reaksi antigen-antibody

A. Definisi Gangguan keseimbangan


Penurunan fungsi ginjal
asam basa
Sindro
m nefrotik
Kerusakan glomerular
adalah penyakit
Kebocoran plasma Produksi meningkat
asam
muntah dengan gejala
edema,
Permcabilitas
proteinuria, Mual, anoreksia
Edema
glomerular meningkat
hipoalbuminem
ia dan
Kelemahan karena Ketidakseimbangan
hiperkolesterol
edema yang berat proteinuria nutrisi kurang dari
emia. Kadang-
kadang
kebutuhan
terdapat
hipoalbuminemia
Intoleransi hematuria, igG menurun
aktifitas hipertensi dan
Tekanan onktik
penurunan
plasma menurun
fungsi ginjal ( Sel imun tertekan
Ngastiyah, 2005
Cairandalam Rahma,
intravaskuler
2012). Menurunnya respon imun
berpindah
Nefroti
k sindrom
Kedalam intelstisial Resiko infeksi
adalah
gangguan klinik
Hypovolemia
yang ditandai
dengan
Komponsasi
peningkatanginjal
Peningkatan sekresi Aktifprotein
merangsang Vasokoptriksi
urine
ADH dan aldosteran Renin angioterisin
(proteinuria),
edema,
Retensi air+natrium penurunan penatalaksanaan
albumin dalam
darah
Kerusakan jaringan
Esema (hipoalbumine Hospitalisasi
epidermis dandermis
mia), dan
kelebihan lipid
Kelebihan velume Terjadi dalam
kemerahan
darah Kurang pengetahuan
cairan
(hiperlipidemia)
. Kejadian ini
Turgor kulit jelek
diakibatkan
oleh kelebihan
Kerusakan
pecahan plasma
protein
integritas ke
kulit
dalam urine
karena
peningkatan
permeabilitas
membran
kapiler
glomerulus.
C. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan yang dilakukan semua fase
pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Pengkajian
menggunakan banyak keterampilan keperawatan dan terdiri atau pengumpulan klasifikasi dan
analisa data dari berbagai sumber untuk memberikan pengakajian yang akurat dan konprehensif
Pengkajian yang harus di lakukan pada pasien nefrotik sindrom adalah :
a. Kaji keadaan umum, termasuk pengkajian edema
b. Kaji riwayat kesehatan dengan cermat yang berhubungan dengan penambahan
berat badan
c. Observasi penambahan berat badan, edema pada wajah, ekstremitas dan abdomen
serta kaji ansietas pada pasien.
d. Observasi asupan cairan yang berlebih
e. Kaji pada sistem integumen apakah ada tandan – tanda kerusakan pada kulit
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawataan adalah penyebutan sekelompok petunjuk yang didapat selama
fase pengkajian (Wong, 2010). Diagnosa pengkajian yang akan muncul pada pasien nefrotik
sindrom adalah :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam jaringan dan
ruang ke tiga
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan turgor kulit
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, dan anoreksia
e. Kurang pengetahuan berhunumgan dengan kurannya informasi mengenai proses
penyakit
f. resiko infeksi
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Alasan Masuk Rumah Sakit
2. Keluhan Utama
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah di alami
2. Riwayat di rumah sakit/alergi/kecelakaan
4. Riwayat Keluarga
a. Penyakit yang pernah di derita
b. Genogram
c. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
d. Riwayat Imunisasi
e. Riwayat Pertumbuhan
f. Riwayat Psikososial
5. Pola Kebiasaan Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
a. Pola Nutirsi
b. Pola Eliminasi
c. Pola cairan dan elektrolit
d. Pola tidur
e. Pola hygine tubuh
f. Pola aktivitas
6. Kondisi Psikososial (Saat Sakit)
a. Psikologis
b. Pola pertahanan
c. Pengetahuan keluarga
7. Pemeriksaan Fisik Umum
a. Pengukuran pertumbuhan
b. Perkembangan saat ini
c. Reflek primitive
d. Keadaan umum
8. Pemeriksaan Fisik Khusus
a. Sistem penglihatan
b. Sistem pendengaran
c. Sistem kardiovaskuler
d. Sistem syaraf pusat
e. Sistem pencernaan
f. Sistem endokrin
g. Sistem urogenital
h. Sistem integument
i. Sistem musculoskeletal
j. Sistem imunologi
9. Test Diagnostik
10. Pengobatan
11. Resume Keperawatan
Daftar pustaka

Yuliani, Rita. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Penebar Swadaya. Ngastiyah. 2005.

Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Suharyanto, Toto , Abdul Madjid. 2009.

Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika. Israr,
Yayan Akhar. 2008. Sidroma Nefrotik (SN). http://www.Belibis17.com. diakses tanggal 29 Mei 2016.

Marloviana, Niken F. 2014. “Asuhan Keperawatan pada An.A Usia Toddler (1,5tahun)Dengan Diagnosa
Medis Nefrotik Sindrom di Ruang Alamanda RSUD. dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung”. Studi
Kasus. STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

Anda mungkin juga menyukai