Nephotik Sindrom
DISUSUN
OLEH :
KELOMPOK V :
Andi Uswatun Khasana ( 1701006)
Ana yuliawaty ( 1701003)
Rita (1701022)
Dhandy Lamallo (1701035)
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan protein
urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), dan kelebihan
lipid dalam darah (hiperlipidemia). Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma
protein ke dalam urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus.
(dr.Nursalam, dkk. 2009).
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi proteinuria
masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia. Manifestasi dari keempat kondisi
tersebut yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan
permeabilitas glomerulus (Muttaqin, 2012).
2. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu suatu reaksi antigenantibodi.
Umumnya etiologi dibagi menjadi:
a. Sindrom Nefrotik Bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi
maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan. Prognosis buruk dan biasanya
pasien meninggal dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom Sefrotik Sekunder Disebabkan oleh: malaria kuartana atau parasit lainnya,
penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura anafilaktoid,
glumerulonefritis akut atau kronik, trombosis vena renalis, bahan kimia seperti
trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, air raksa, amiloidosis, penyakit sel
sabit, hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik Tidak diketahui sebabnya atau disebut sindroma nefrotik
primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan
mikroskop biasa dan mikroskop elektron. Churg dkk membagi menjadi 3 golongan
yaitu kelainan terpadu, nefropati membranosa, dan glomerolunefritis. (Ngastiyah,
2005 dalam Niken, 2014)
3. Patofiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya
protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hypovolemi
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan
merangsang produksi renin - angiotensin dan peningkatan sekresi anti diuretik hormon (ADH)
dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium
dan air akan menyebabkan edema
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi
produksi lipoprotein karena penurunan plasma albumin dan penurunan onkotikplasma.
Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipopprtein dalam hati
yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya protein, dan lemak akan banyak dalam urin
(lipiduria) Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan oleh
karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi seng. (Yuliani, 2007 dalam Niken,
2014).
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah, 2005) antara lain :
a. Proteunuria
b. Edema
c. Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa
d. Hematuria
e. Anoreksia
f. Diare
g. Pucat
5. Komplikasi
a. Penurunan volume intravascular
b. Pemburukan pernafasan
c. Kerusakan kulit
d. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena hipoalbumenia.
(alimul aziz, 2009).
6. Pemeriksaan penunjang
a. Uji urine
1. Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh
2. Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol)
b. Uji darah
1. Albumin serum
2. Kolesterol serum meningkat
3. Hemoglobin dan hematokrit meningkat
4. LED meningkat
c. Uji diagnostik
1. Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2. USG ginjal dan CT scan
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1. Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium 1g/hari
2. Diit protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg BB dengan garam minimal bila edema
masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri sedikit garam
3. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat digunakan
deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)
4. Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita tuberkolosis
b. Penatalaksanaan keperawatan
1. Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama beberapa
harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna mengurangi edema.
2. Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal diletakkan
memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki akan lebih rendah
dan akan menyebabkan edema hebat).
3. mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian, pencatatan
tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
4. Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum untuk
mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah terjadi keadaan
skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab kematian pasien). (Ngastiyah,
2005 dalam Niken, 2012).
B. PATHWAY
Reaksi antigen-antibody
Yuliani, Rita. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta: Penebar Swadaya. Ngastiyah. 2005.
Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Suharyanto, Toto , Abdul Madjid. 2009.
Asuhan Keperwatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika. Israr,
Yayan Akhar. 2008. Sidroma Nefrotik (SN). http://www.Belibis17.com. diakses tanggal 29 Mei 2016.
Marloviana, Niken F. 2014. “Asuhan Keperawatan pada An.A Usia Toddler (1,5tahun)Dengan Diagnosa
Medis Nefrotik Sindrom di Ruang Alamanda RSUD. dr. Hi. Abdoel Moeloek Provinsi Lampung”. Studi
Kasus. STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung.