Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

KASUS

DISUSUN OLEH:

SYAFIRA NUR KHAFIFA G70117150

KELAS :

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

2019
1. GAGAL GINJAL
Ny. ASM usia 56 tahun, masuk rumah sakit tanggal 13 Agustus 2017 setelah
mengeluh sesak nafas yang sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Sesak nafas
memberat dalam 4 hari ini terutama saat digunakan untuk berjalan jauh, dan
berkurang kalau istirahat. Pasien juga mengeluhkan perutnya kembung dan terasa
penuh. BAB normal, BAK keluar hanya sedikit meskipun pasien minum banyak.
Terdapat luka pada telapak kaki kiri.
Pasien memiliki riwayat DM (14 tahun), Hipertensi (8 tahun). Pasien rutin
menggunakan glibenklamid dan metformin
Diagnosa pasien : CKD stage V, udema peritoneal, HT stage 2
Pemeriksaan TTV :
Parameter 13/8 14/8 15/8 16/8
Suhu (C) 36 46,5 36,1 36,4
TD (mmHg) 170/90 160/90 170/80 160/90
Nadi 92 92 90 88
(x/menit)
RR (x/menit) 24 26 20 18

Pemeriksaan Tanda klinis :


Parameter 13/8 14/8 15/8 16/8
GCS 456 456 456 456
Sesak +++ ++ ++ +
Urine output 200 mL 350 mL 500 mL 700 mL

Pemeriksaan Laboratorium :
Parameter 13/8 14/8 15/8 16/8
GDA 262 283 223
GD2PP 209 258
GDP 190 200
Hb 7,8
Eritrosit 3,46
Hematokrit 26,8
Leukosit 13.000
Kreatinin 6,6 5,8
BUN 32 23
Albumin 3,4 3,2
K 3,2 3,1
Na 132 135
Ca 8,6

Terapi :
Obat Dosis (rute) 13/8 14/8 15/8 16/8
NS 0,9% 8 tpm (ivfd)    
O2 2L/menit    
Furosemid 2x40 mg (iv)    
Metoklopramid 3x10 mg (iv)    
Amlodipin 1x10 mg (po)    
ISDN 3x5 mg (po)   
Clonidin 2x0,15 (po)   
Kalitake 2x1 sachet (po)   
Anbacim 2x1 gram (iv)   
Glibenklamid 1x5 mg (po)
Metformin 3x500 mg (po)
I. SUBYEKTIF
2.1. Keluhan Utama
a. Mengeluh sesak nafas yang sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Sesak
nafas memberat dalam 4 hari ini terutama saat digunakan untuk berjalan jauh,
dan berkurang kalau istirahat.
b. Pasien juga mengeluhkan perutnya kembung dan terasa penuh.
c. BAB normal, BAK keluar hanya sedikit meskipun pasien minum banyak.
d. Terdapat luka pada telapak kaki kiri.
2.2. Keluhan Tambahan
-
2.3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. DM (14 tahun)
b. Hipertensi (8 tahun)
2.4. Riwayat Pengobatan
a. Glibenklamid
b. Metformin
2.5. Riwayat Penyakit Keluarga
-
2.6. Alergi Obat
-
II. OBYEKTIF
3.1. Tanda Vital

Nilai Tanggal Keterangan


Parameter 13/8 14/8 15/8 16/8
normal
Meningkatny
a Tekanan
Tekanan 170/90 160/90 170/80 160/90 Darah
80-100/ (Tidak (Tidak (Tidak (Tidak mengindikasi
Darah
60-80 normal) normal) normal) normal) kan pasien
(mmHg)
mengalami
hipertensi

36 46,5 36,1 36,4


Suhu (C) 36,6-37 (Tidak (Tidak (Tidak (Tidak
normal) normal) normal) normal)

Denyut 92 92 90 88
60-80 (Tidak (Tidak (Tidak (Tidak
Nadi
(wanita) normal) normal) normal) normal)
(x/menit)
Meningkatny
a dan
menurunnya
24 26
RR nilai RR
16-20 (Tidak (Tidak 20 18
(x/menit) mengindikasi
normal) normal)
kan pasien
mengalami
CVD

3.2. Tanda Klinis


Parameter Nilai Tanggal Keterangan
Normal 13/8 14/8 15/8 16/8
GCS
(Glasgow
456 456 456 456
Coma
Scale)
Sesak +++ ++ ++ +
Urine 1400- 200 mL 350 mL 500 mL 700 mL Menunjukkan
output 1500 (Tidak (Tidak (Tidak (Tidak poriuria
(ml/kg normal) normal) normal) normal)
BB/24jam)
3.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Parameter Nilai Tanggal Keterangan
Normal 13/8 14/8 15/8 16/8
GDA 70-200 262 283 223 Kenaikan gula
(mg/dL) (Tidak (Tidak (Tidak darah acak
normal) normal) normal) menunjukkan
terjadi diabetes
militus yang
tidak
mengalami
terapi.
GD2PP 100-140 209 258 Menunjukkan
(mg/dL) (Tidak (Tidak intoleransi
normal) normal) glukosa atau
hiperglikemia,
stress akut,
defisiensi
kalsium dan
penyakit yang
kronik.
GDP 70-110 190 200 Menunjukkan
(mg/dL) (Tidak (Tidak intoleransi
normal) normal) glukosa atau
hiperglikemia,
stress akut,
defisiensi
kalsium dan
penyakit yang
kronik.
Hb (gr/dL) ≤ 12,0 7,8
(wanita)
Eritrosit 4-5 3,46 Terjadi pada
(juta/ul) (wanita) (Tidak pasien anemia,
normal) penurunan
fungsi ginjal
dan dapat juga
terjadi karena
penggunaan
obat.
Hematokrit 36-47 26,8 Penurunan
(%) (wanita) (Tidak nilai Hct
normal) merupakan
indikator
anemia.
Leukosit 5.000- 13.000 Peningkatan
(/ul) 10.0000 (Tidak nilai leukosit
(wanita) normal) merupakan
indikator
anemia.
Kreatinin 0,5-1,1 6,6 5,8 Kreatinin yang
(mg/dL) (wanita) (Tidak (Tidak tinggi
normal) normal) menunjukkan
adanya
gangguan pada
ginjal.
BUN 6 – 24 32 23 BUN
(mg/dL) (Tidak merupakan
normal) indikator
spesifik fungsi
ginjal,
peningkatan
nilai BUN
menunjukkan
adanya
penurunan
fungsi ginjal.
Albumin 3.4–4.8 3,4 3,2 Terjadi pada
(g/dL) (Tidak keadaan
normal) malnutrisi,
infeksi kronik
dan perdarahan.
K (meq/L) 3.5-5.1 3,2 3,1 Terjadi karena
(Tidak (Tidak penurunan
normal) normal) ekskresi kalium
yang
dipengaruhi
oleh penyakit
gagal ginjal,
kerusakan sel,
dan diabetes
yang tidak
terkontrol.
Na 135 – 132 135 Terjadi pada
(meq/L) 153 (Tidak kondisi
normal) kekurangan
cairan tubuh
atau
hipovolemia
yang terjadi
pada gangguan
diuretik, luka,
muntah, dan
diare.
Ca 8,5-10,5 8,6
(meq/L)
III. ASSESMENT
4.1 Terapi Pasien
Obat Golongan Indikasi Dosis (rute) Tanggal
13/8 14/8 15/8 16/8
NS 0,9% Cairan elektrolit Lemas karena Na dan K 8 tpm (ivfd)    
turun (hypokalemia)
O2 Sesak nafas 2L/menit    
Furosemid Loop Diuretik Udema 2x40 mg (iv)    
Metoklopramid Anti emetic Mual muntah 3x10 mg (iv)    
Amlodipin CCB Anti hipertensi 1x10 mg (po)    
ISDN Nitrat Mencegah CVD 3x5 mg (po)   
(kardiovaskular)
Clonidin Agonis Reseptor Alpha2 Anti hipertensi 2x0,15 (po)   
Kalitake Ca polystyrene sulfonate CKD untuk 2x1 sachet (po)   
hyperkalemia
Anbacim Derivate Cefuroxime Anti bakteri 2x1 gram (iv)   
chepalosporin untuk
luka di kaki karena DM
Glibenklamid Sulfonylurea (bikin Anti Diabetes 1x5 mg (po)
hipoglikemi, tidak untk
gangguan ginjal)
Metformin Biguanid (kontraindikasi Anti Diabetes tipe 2 3x500 mg (po)
pada gangguan ginjal,
CHF)
4.2 Problem Medik dan Drug Related Problem Pasien
Problem Tgl Subjek / Analisa Rekomendasi &
Terapi DRP
Medik Objektif Monitoring
Anti S:Diagnosis Clonidin (Agonis Catapres adalah terapi anti - Plan: diterapi
Hipertensi dokter Reseptor Alpha 2) hipertensi pada CKD dialisis/transplant
Stage 2 (chronic kidney disease)/ asi ginjal untuk
O: TD 2x0,15 (po) gagal ginjal kronis. mengurangi
meningkat Catpres membantu kinerja gejala uremik.
obat golongan diuretic
(furosemide dan Monitoring:
spironolakton) (Nephrol, Monitoring kadar
2005). Catapres juga kreatinin, BUN,
merupakan terapi lini proteinuria, GFR
pertama anti hipertensi
pada pasien geriatri yang
berisiko tinggi terjadinya
efek samping yang
merugikan
(www.medscape.com).
Furosemide (loop  Furosemide golongan - Plan:
diuretic) loop diuretic, karena Terapi dilanjutkan
pada pasien CKD stage 5
2x40 mg (iv) obat diuretic sudah tidak
mempan.
 Edema berhubungan
dengan gagal jantung
kongestif dan hati atau
penyakit ginjal.
 Sebagai antihipertensi
dalam pengobatan
hipertensi (DIH)
 Loop sering lebih dipilih
daripada tiazid pada
pasien dengan CKD saat
GFR terduga kurang dari
30mL / min / 1,73 m2
(pasien Ny.ASM GFR
9,44) (Dipiro 9th edition)
Amlodipine Penggunaan obat Penggunaan terapi Plan:
(CCB) amlodipin sebagai anti dengan amlodipine Terapi
hipertensi berfungsi untuk menyebabkan udem dihentikkan.
1x10 mg (po) menurunkan heart rate (www.medscape.com)
pasien, sedangkan pasien
sudah mengalami
penurunan RR sehingga
tidak diperlukan lagi obat
golongan CCB.
Udem S:Diagnosis Furosemide  Furosemid merupakan - Plan :
peritoneal dokter obat golongan loop Terapi
2x40 mg (iv) diuretic untuk dilanjutkan.
O: - memanajemen edema
dengan penyakit Monitoring :
gangguan jantung, hati, Monitoring
dan ginjal (DIH, 2009). tekanan darah,
 Dosis : 20 mg – 1g serum elektrolit,
perhari, jika GFR <10 fungsi ginjal
maka di berikan dosis
normal (disini GFR
pasien 9,44) jadi tidak
ada penambahan dosis
saat dilakukan
hemodialisis, karena
furosemid tidak
terdialisis (Renal
Handbook, 2009).
 Dosis: CKD Stages 4–5,
digunakan untuk
memanage tekanan darah
loop diuretic (eg,
furosemide: 40–80 mg 2
kali sehari) (clinical
practice
recommendations for
primary care physicians
and healthcare providers,
2011).
CKD (gagal S: Diagnosa Kalitake Kalitake merupakan obat Penggunaan kalitake Plan :
ginjal kronis) dokter, yang digunakan untuk kurang tepat karena Terapi diganti
stage V BAK keluar 2x1 sachet (po) hyperkalemia pada pasien gagal ginjal dengan Calcitriol.
hanya penyakit gagal ginjal akut akut yang disertai  Indikasi:
sedikit dan kronik. hypokalemia, mengobati
meskipun  Obat ini mengandung sedangkan kalitake hiperparatiroidi
pasien Ca polystyrene diindikasikan untuk sme (kelenjar
minum sulfonate hyperkalemia pada paratiroid yang
banyak  Dosis 15-30 g per hari gagal ginjal. terlalu aktif)
(fungsi (3 x 1) (MIMS) dan penyakit
renal mulai  Efek samping : tulang
menurun) konstipasi, mual metabolik pada
(Nikken Chemicals orang yang
O: Nilai Co., Ltd. 2004) mengalami
kreatinin ↑, gagal ginjal
BUN ↑, kronis dan tidak
eritrosit ↓, menerima
ion kalium↓ dialisis. Selain
itu juga untuk
mengatasi
kekurangan
kalsium
(hypocalcemia)
(www.drugs.co
m)
 Dosis awal 1-2
mcg iv (0,02
mcg/kg)
3x/minggu;
sesuaikan dosis
tiap 2-4minggu
(www.medscap
e.com)

Monitoring :
Monitor kadar K
dan Ca

Diabetic foot S : Luka Anbacim  Mengandung cefuroxim Dosis cefuroxim Plan :


(kaki luka pada yakni antibiotic untuk terapi pada Pemberian
karena DM) telapak kaki 2x1 g (iv) golongan cephalosporin infeksi kronis dan anbacim
kiri yang (generasi ke dua). komplikated adalah 3 (cefuroxime)
infeksi, dan Banyak digunakan untuk x 1,5 g secara iv dan sebagai terapi
riwayat mengatasi infeksi akibat untuk pasien dengan empiris
penyakit staphylococcus, strepto- nilai ClCr <10 (nilai ditingkatkan
DM 14 thn coccus grup B, H. ClCr pasien 9,44 saat menjadi 1,5 g dua
influenzae (type A and masuk ke RS) adalah kali sehari.
O: - B), E. coli, Enterobacter, 2 kali sehari. Rentang
Salmonella, and pemberian dosis sudah
Klebsiella (DIH, 2009). tepat namun dosisnya
 Pada pasien diabetes kurang tepat
yang dinyatakan infeksi (DIH,2009 dan Renal
maka terapi antibiotic drug handbook,2013)
empiris sangat penting
rekomendasi 1C (IDSA,
2012), dan terapi yang
diutamakan adalah
antibiotic yang peka
terhadaap Staphylo-
coccus aureus and ß-
haemolytic Strepto-
coccus (best practice
guidelines: wound
management in diabetic
foot ulcers, 2013)
Diabetes S: Riwayat - -  Pasien mengalami Plan:
Melitus tipe penyakit DM tetapi pasien
2 (14 thn) tidak mendapatkan Penambahan
terapi pengobatan terapi dengan
O: GDA ↑, untk menurunkan insulin actrapid
GD2PP ↑, kadar glukosa darah, sebagai anti
GDP ↑) sedangkan pasien diabetic
memiliki riwayat
 Actrapid
DM 14thn, dengan
merupakan
riwayat pengobatan
insulin aksi
glibenklamid dan
cepat (rapid-
metformin.
acting)
 Dokter digunakan
menghentikan terapi untuk terapi
penggunaan pada pasien
glibenklamid hiperglikemia
dikarenakan mengontrol gula
merupakan obat anti darah, biasanya
diabetes golongan digunakan
sulfonylurea yang bersaaman
dapat dengan insulin
mengakibatkan kerjapanjang
hipoglikemi dan atau insulin
tidak basal
direkomendasikan (DIH,2008)
untuk pasien  Dosis yang
gangguan ginjal. digunakan 0,5-1
Sedangkan iu/kgBB/hari
metformin (DIH,2008).
merupakan obat  Diberikan 30
golongan biguanide menit sebelum
yang makan
dikontraindikasikan
pada gangguan Monitoring:
ginjal dan CHF. GDA, GDP,
(medscape.com) GD2PP

Mencegah S:- ISDN (Isosorbit  ISDN adalah suatu obat - Plan: Terapi
CVD dinitrat) golongan nitrat yang dilanjutkan
(kardiovaskul O:- digunakan secara
ar) 3x5 mg (po) farmakologis sebagai
vasodilator (pelebar
pembuluh darah),
khususnya pada kondisi
angina pektoris, juga
pada CHF (congestive
heart failure), yakni
kondisi ketika jantung
tidak mampu memompa
cukup darah untuk
memenuhi kebutuhan
tubuh.
 ISDN mampu mencegah
serangan kardiovaskuler
akibat CKD (DIH 17th,
2008-2009).
Mual muntah S: perut Metoklopramid Metoclopramide Pada guideline terapi Plan :
(efek kembung, merupakan antiemetik utama untuk mual Terapi
samping tetapi belum 3x10 mg (iv) yang bekerja dengan muntah pada pasien metoklopramid
terapi mengalami menghambat reseptor CKD cukup dengan dihentikkan
hemapo) mual dopaminergik di trigger metoklopramide, karena tidak
muntah zone (CTZ) (Dipiro, 2008) tetapi pasien tidak mengganggu
mengeluhkan efek aktivitas pasien.
O: - samping mual muntah
tersebut oleh karena Informasi :
itu terapi dengan  Jika pasien tidak
metoklopramid mengalami
dihentikkan mual dan
muntah terapi
dihentikan,
apabila pasien
mengalami
mual dan
muntah yang
dapat
mengganggu
aktivitas terapi
dapat dilakukan.
 Metoklopramid
diminum 30
menit sebelum
makan

Anemia S: - -  Anemia pada Ny. ASM Terapi belum di Plan :


terjadi karena pengaruh resepkan dokter untuk Terapi anemia
O: Hct↓, penyakit kronik mengatasi anemia ditambahkan
eritrosit ↓, kerusakan ginjal, juga pada pasien dengan
leukosit ↑ dapat terjadi defisiensi menggunakan
Fe. Hemapo
 Anemia of chronic mengandung
disease (ACD) diterapi Epoetin Alfa yang
menggunakan digunakan untuk
Erythropoietin yang mengobati anemia
dapat meningkatkan nilai pada penyakit
Hct, obat ini juga cocok gagal ginjal.
digunakan untuk  Meningkatkan
beberapa tingkatan kadar Hb, Hct
anemia.  First line terapi
 Erythropoietin untuk anemia
diindikasikan untuk pada penyakit
anemia yang terjadi pada gagal ginjal
CKD end stage (AHFS  Dosis 75-4500
Drug Information, 2008). Unit/kg per
mingu (AHFS
Drug
Information,
2008)
 Efek samping :
hipertensi,
demam, pusing,
insomnia,
pening, mual,
konstipasi
(DIH)

Monitoring :
Hct, eritrosit dan
leukosit pasien,
dan efek samping
yang mungkin
terjadi
Hypokalemia S: - NS 0,9%  NS 0,9% merupakan Karena NS 0,9% Plan :
8 tpm (ivfd) garam yang berperan dikontraindikasikan Terapi diganti
penting dalam pada pasien dengan RL
memelihara tekanan hypokalemia, (Ringer laktat)
osmosis darah dan hipernatremia, merupakan
jaringan. asidosis larutan Infus
 Indikasi: Untuk (www.drugs.com) untuk
mengembalikan sehingga tidak sesuai mengembalikan
keseimbangan elektrolit untuk terapi pada keseimbangan
pada dehidrasi pasien dengan elektrolit pada
hypokalemia. keadaan dehidrasi
dan syok
hipovolemik.
Dosis 20 tpm
Monitoring :
Cairan elektrolit

Sesak nafas S: Sesak O2  Sesak nafas pada pasien - Plan:


nafas sejak hipertensi dengan CKD Pemberian O2
2 bulan lalu. 2L/menit st V disebabkan karena sesuai dengan
Sesak nafas kurangnya hemoglobin dosis yang
berat dalam yang dapat mengikat dibutuhkan
4 hari saat oksigen. Penyebab lain
digunakan yaitu adanya Monitoring:
untuk cardiomegali yg dialami Kadar saturasi
berjalan oleh pasien. (dipiro 7th oksigen dan sesak
jauh, dan ed,p.767) nafas.
berkurang  Dosis umum dewasa O2
kalau 2L/menit
istirahat.

O: -
Hypoalbumin O: Kadar  Keadaa
Transfusi Albumin: Untuk pasien Plan :
Albumin hipoalbuminemia dapat gangguan ginjal Jika kadar
turun Albumin Human 25 digunakan dengan albumin sudah
% (100 ml) iv 2 terjadi pada keadaan
hati-hati karena beban tecapai terapi
ml/menit asisosis yang dialami
protein dapat memicu dihentikan
pasien dengan azotemia yaitu
komplikasi CKD (DIH). meningkatnya kadar Monitoring:
 Albumin Human kreatinin dan BUN Kadar albumin
digunakan untuk dalam darah dan
mengatasi berkaitan dengan Informasi :
penurunan laju filtrasi Pasien diharapkan
hipoalbuminemia.
glomerulus (DIH) dapat
 Trans. Albumin untuk mengonsumsi
pencegahan makanan yang
hemokonsentrasi & tinggi albumin
pemeliharaan contoh : ikan
keseimbangan elektrolit. gabus, putih telur
dll.
Hypoproteinemia
dengan atau tanpa edema
(MIMS)
2. Pankrease
Kasus NY SS, 45 tahun adalah seorang guru SMU negeri datang ke Unit
Gawat Darurat bersama ditemani putra bungsunya dengan keluhan lemah,
mual muntah dan mengalami rasa sakit di seluruh badan. Sebelum ini,
menurut penuturuan anaknya, NY SS baik baik saja hingga tiba-tiba tidak
sadarkan diri pagi ini. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa glukosa
puasa NY SS 200 mg/dL. Riwayat Penyakit:
a. -Diabetes mellitus semenjak 5 tahun terakhir
b. -Hipertensi
c. Hasil Laboratorium:
d. -Hb 11 g/dL -SrCr 10 mg/L
Riwayat Pengobatan:
1) -Metformin 500 s..t.dd
2) -Amlodipin 5 mg 1X Sehari
3) -Furosemid 40 mg s.b.d.d
4) -Kalsitriol 0.25 μ 1X sehari
Pembahasan
Jenis obat yang diresepkan oleh dokter, antara lain :

1. Metformin 500 ( 3 x sehari )


2. Amlodipin 5 mg ( 1 x sehari )
3. Furosemid 40 mg ( 2 x sehari )
4. Kalsitriol 0.25 μ ( 1X sehari )

Penggunaan furosemide 40 mg ( 2 x sehari ), indikasi untuk penanganan


hipertensi essensial. Kontra indikasinya hipersensitif thd sulfonamid, gagal hati
ato ginjal berat, enselopati hepatik, hipokalemia, stroke yg blm lama terjadi.
Kemudian efek sampingnya lelah, hipotensi ortostatik, hipokalemik, manifestasi
alergik ( Anonim, 2013).

Penggunaan Metformin 500 mg ( 3 x sehari ) kontra indikasinya


hipersensitif, gagal jantung kronis, koma, gangguan gnjal, infrak miokard.
Indikasinya sebagai monoterapi / terapi kombinasi dengan antidiabetes lain.
Untuk efek sampingnya yaitu gangguan GI, polidipsia dan rasa logam pada lidah.
Dalam patient case ini ditemukan penggunaan furosemide 40 mg 2 x sehari untuk
penanganan pasien yang memiliki riwayat hipertensi. Untuk penggunaan
Metformin 1,5 mg perhari untuk diabetes melitus tipe II yang gagal dikendalikan
dengan diet dan OHO golongan sulfonilurea, terutama pada pasien yang gemuk.
Menggunakan amlodipin 5 mg perhari dosisnya sudah benar untuk dewasa.
Indikasi pengobatan hipertensi. Kalsitriol 0.25 1X sehari Untuk kekurangan
vitamin D, efek sampingnya mual muntah.

Pasien dehidrasi dikarenakan sering buang air kecil. Hal ini dikarenakan
efek samping dari pemakaian furosemid dengan dosis yang tinggi yang diresepkan
oleh dokter kepada pasien. Hal ini dapat mengakibatkan metabolisme obat jika
diminum oleh pasien mekanismenya semakin cepat, sementara input dari pasien
kemungkinan tidak mencukupi. Dalam jangka panjang pasien kemungkinan dapat
terkena komplikasi gagal ginjal dan gagal jantung sehingga harus mengatur pola
makan dan mengubah lifestyle-nya juga.

Untuk hasil data lab, ditemukan sel HB diketahui nilainya 11 menurut


kami rendah. Sedangkan HB normal pada wanita sekitar 12 – 14, hal ini tidak lain
dapat mengakibatkan pasien lemas dan lemah. HB rendah juga dapat dikatakan
anemia, jika pasien memiliki gejala seperti tadi. Diketahui nilai SrCr pasien
dikatakan normal 10 mg/L, karena sesuai dengan reference range-nya jika
dikonversikan ke gram.

Pasien mengkonsumsi metformin dikarenakan riwayat pasien adalah


diabetes melitus, yang sudah diderita sejak 5 tahun terakhir, jadi hal ini dapat
dikatakan pasien sudah kronis diabetesnya, kemungkinan pasien juga menderita
DM Tipe 2. Untuk pasien dengan DM tipe 2 biasanya sering asimptomatik.
Munculnya komplikasi dapat mengindikasikan bahwa pasien telah menderita DM
selama menahun. Pada diagnosis, umumnya terdeteksi dengan adanya polidipsia
pada efek samping obat yang digunakan, sedangkan penurunan berat badan secara
signifikan juga jarang terjadi. Dalam case-nya sendiri tidak diketahui adanya berat
badan pasien. Sehingga, perlu untuk dilakukan pengecekan berat badan.

Kemudian, diresepkan amlodipin, amlodipin termasuk golongan CCB.


Penggunaan amlodipin yang telah diresepkan 5 mg/hari dosisnya sudah benar
untuk dewasa. Mekanismenya bekerja untuk menghambat masuknya kalsium ke
otot polos pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan perifer. Amlodipin
sendiri dapat dikombinasikan dengan kalsitriol, kalsitriol diberikan 0,25 1 x
sehari, dan jangan melebihi dosis yang telah ditentukan karena memiliki fungsi
mekanisme yang sama dengan amlodipin tadi. Intinya, untuk mencegah dan
menginhibisi masuknya kalsium ke otot polos dan pembuluh darah.

Sebenarnya penggunaan kalsitriol yang telah diresepkan tidak terlalu


dipermasalahkan, mungkin dokter meresepkan karena pasien telah berumur 45
tahun dan mulai memasuki masa menopause, rentan untuk terkena osteoporosis
untuk pencegahan dini terlebih dahulu. Jadi, dokter meresepkan kalsitriol.
Pemakaian kalsitriol berefek aritmia akibat hiperkalsemia yang dapat
memperburuk reaksi efek samping glikosida jantung. Kalsitriol dapat
menyebabkan hiperkalsemia. Resiko hiperkalsemia juga meningkat pada
pemberian vitamin D bersama dengan furosemid, yang mana furosemid
merupakan golongan diuretik thiazide.

Pada saat puasa, karena pasien memiliki riwayat diabetes diketahui kadar
glukosa puasa Ny SS 200 mg/dL. Kadar gula pasien termasuk tinggi, hal ini
kemungkinan pasien makan malam dengan porsi yang berlebih. Sehingga pada
saat pasien tidak makan/ puasa pasien merasa lelah juga kemungkinan kadar
gulanya menurun. Hal ini menyebabkan pasien lemas, dan merasakan disekujur
tubuhnya nyeri. Pasien yang memiliki diabetes biasanya mengalami sakit dan
nyeri di seluruh badan karena diketahui kadar glukosa pasien tinggi.

Anda mungkin juga menyukai