Anda di halaman 1dari 14

REFERAT

ANTIVIRUS PADA BRONKIOLITIS

Pembimbing :

dr. Andri Firdaus, Sp.A.,M.Kes

Disusun oleh :

Fadli Ardiansyah

030.11.093

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

PERIODE 22 SEPTEMBER 2019 – 31 NOVEMBER 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

i
LEMBAR PENGESAHAN

Referat

“Antivirus Pada Bronkiolitis”

Penyusun:

Fadli Ardiansyah

030.11. 093

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Radiologi di Fakultas Kedokteran Trisakti

Periode 22 September 2019 – 31 November 2019

Karawang, November 2019

dr.Andri Firdaus, Sp.A.,M.Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul “Antivirus pada
Bronkiolitis” Adapun penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu tugas kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Trisakti. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Andri Firdaus,Sp.A, selaku
pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan referat
ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan sesama koasisten Anak
di Fakultas Kedokteran Trisakti dan semua pihak yang turut serta berperan memberikan
doa, semangat dan membantu kelancaran dalam proses penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Pada kesempatan ini, penulis memohon maaf kepada para pembaca.
Masukan, kritik, dan saran akan penulis jadikan bahan pertimbangan agar penelitian
kedepannya menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Karawang, November 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

HALAMAN LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................................. iii

DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 2

2.1 Karakteristik Virus ........................................................................................... 2

2.2 Respirasi Bawah ............................................................................................... 2

2.3 Patogenesis ....................................................................................................... 3

2.4 Pemberian Antiviral ......................................................................................... 6

2.5 efektifitas Antiviral .......................................................................................... 6

BAB III KESIMPULAN..................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

iv
BAB I
Pendahuluan

Bronkiolitis merupakan penyakit infeksi paru akut pada saluran pernafasan


bawah yang umumnya disebabkan oleh virus. Virus yang merupakan etiologi dari
penyakit ini seperti Adenovirus, virus influenza, virus parainfluenza, dan
Rhinovirus, namun umumnya Respiratory synsytical virus (RSV).1 Sebanyak 50 –
80% kasus bronkilitis pada bayi disebabkan oleh RSV. Virus RSV lebih virulen
daripada virus lain dan menghasilkan imunitas yang tidak bertahan lama.

Infeksi ini pada orang dewasa tidak menimbulkan gejala klinis. RSV adalah
golongan paramiksovirus dengan bungkus lipid serupa dengan virus parainfluenza,
tetapi hanya mempunyai satu antigen permukaan berupa glikoprotein dan
nukleokapsid RNA helik linear. Tidak adanya genom yang bersegmen dan hanya
mempunyai satu antigen bungkus berarti bahwa komposisi antigen RSV relatif
stabil dari tahun ke tahun.2

Sebagian besar bayi berusia 18 bulan (87%), dan hampir semua anak yang
mencapai usia tiga tahun telah membentuk antibodi spesifik anti-RSV.3 Ribavirin
merupakan antiviral yang digunakan untuk terapi pada bronkiolitis. Beberapa
penelitian akan penggunaan antiviral pada penyakit ini masih terdapat kontroversi
terhadap efektivitasnya pemberian antivirus pada penyakit ini. Kontroversi
penggunaan antiviral ini membuat American Academi of Pediatrics merevisi
rekomendasi dari “should be” menjadi “may be considered”.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Karakteristik virus


Respiratory syncytial virus (RSV) adalah virus RNA yang sangat menular
yang mewakili penyebab utama infeksi saluran pernapasan pada anak-anak di
seluruh dunia. RSV adalah virus RNA single-stranded negative-sense non-
segmented, dan anggota genus Orthopneumovirus dan keluarga Pneumoviridae.

RNA RSV mengandung 10 gen yang mengkode 11 protein. Amplop virus


terbentuk oleh empat protein yang terkait dengan bilayer lipid : protein matriks (M),
protein hidrofobik kecil (SH), dan dua protein permukaan glikosilasi: fusion (F) dan
glikoprotein pelengkap (G). Protein F dan G sangat penting untuk infektivitas dan
patogenesis virus karena protein G bertanggung jawab untuk perlekatan virus ke
sel-sel epitel pernapasan, sedangkan protein F menentukan masuknya virus, dengan
menggabungkan selaput virus dan seluler, serta penyisipan RNA virus berikutnya
ke dalam sel inang menginduksi pembentukan syncytia karakteristik. Protein F dan
G merangsang respon imun untuk membentuk antibody oleh host.4

1.2. Respirasi Bawah


Antibodi lokal pada permukaan mukosa memainkan peran penting dalam
pertahanan terhadap patogen dengan mencegah pengikatan mikroba dan toksin

2
yang dihasilkannya ke epitel. Peningkatan kadar antibodi mukosa dapat terjadi
sebagai akibat dari respons antibodi lokal atau melalui serum antibodi serum yang
ditransfer ke permukaan mukosa. Produksi antibodi mukosa adalah paling efisien
diinduksi setelah penangkapan antigen dalam jaringan limfoid terorganisir terkait
dengan mukosa tertentu, tetapi konsep sistem kekebalan mukosa yang umum juga
menyimpulkan bahwa sel-sel yang diaktifkan diangkut melalui darah tepi ke
mukosa yang jauh.

Sebagian besar imunoglobulin A (IgA) dan juga IgG di usus dan di hidung
rongga diproduksi secara lokal, dan antibodi serum dalam jaringan yang tidak
meradang memainkan peran kecil dalam pertahanan primer. Namun, di saluran
respirasi, IgG yang ditransfer dari serum dapat menambah IgG yang diproduksi
secara lokal dan IgA pada epitel organ-organ ini.

1.3. Patogenesis
Infeksi didapat dengan inokulasi hidung dengan sekresi yang terkontaminasi
oleh inhalasi mengandung droplet virus pernapasan dalam jarak 2 m dari pasien
yang terinfeksi. Setelah masa inkubasi selama 4 hingga 6 hari, replikasi virus dalam
epitel hidung menghasilkan sumbatan, rinore, iritasi, dan penurunan nafsu makan.
Demam terjadi pada sekitar 50% bayi yang terinfeksi. Saat di saluran pernapasan
bawah, virus menginfeksi silia epitel pada sel-sel mukosa bronkiolus dan pneumosit
di alveoli.2 Infeksi RSV dari sel-sel epitel saluran napas adalah sentral dalam
patogenesis inflamasi paru-paru karena sekresi limfopoietin stroma timus (TSLP)
oleh epitel. TSLP adalah sitokin yang mengaktifkan dan mengubah fenotipe DC
pernapasan, yang memperoleh fenotip prima rawan TH2 yang mengarah ke
perluasan sel T helper yang mensekresi sitokin yang membangkitkan antivirus yang
buruk, tetapi meningkatkan respons imunologis yang mirip alergi.6

Dua glikoprotein permukaan RSV, F dan G, memediasi perlekatan virus pada


glikokaliks dari sel target. Inisiatif perlekatan virus membentuk perubahan protein
F ke struktur post-fusion yang memfasilitasi fusi amplop virus dan membran plasma
sel inang, menyebabkan masuknya virus ke dalam sel. Replikasi virus memicu
Natural Killer Cell, helper CD4 + dan sitotoksik Limfosit T CD8 +, dan granulosit
teraktivasi. Infiltrasi seluler pada jaringan peribronchiolar, edema, peningkatan
sekresi lendir, pengelupasan sel epitel yang terinfeksi, dan kegagalan fungsi silia

3
menyebabkan bervariasi derajat obstruksi intraluminal. Saat inspirasi, tekanan
intrapleural negatif dihasilkan dan udara mengalir melewati sumbatan. Tekanan
positif ekspirasi semakin mempersempit saluran udara, menghasilkan obstruksi
yang lebih besar, yang menyebabkan wheezing. Respon imunitas bawaan dan
adaptif terlibat dalam pembersihan virus, dan sebagian besar anak yang dirawat di
rumah sakit dipulangkan setelah 2 hingga 3 hari. Regenerasi epitel bronkiolar
dimulai dalam 3 sampai 4 hari setelah resolusi gejala.2

4
Fungsi antiviral :
- menginhibisi perlekatan virus terhadap membran sel reseptor
RI-001
- menginhibisi fusi protein virus
REGN2222, MEDI8897, ALX-0171, Motavizumab, JNJ-53718678,
TMC353121.
- block protein G virus
131-2G
- block proses fusi sel virus
GS-5806, GS-1
- menginhibisi RNA
RSV-60444, ALN-RSV01, ALS-008176
- menginterfensi sintesis mRNA virus
Ribavirin

5
1.4. Pemberian Antiviral
1.4.1 Ribavirin

Pemberian antiviral pada bronkiolitis saat ini yang masih digunakan yaitu
Ribavirin yang merupakan suatu purin nucleoside derivate guanosine sintetik yang
mempengaruhi sintesis mRNA virus. Pemberian terapi antivirus dengan
menggunakan Ribavirin aerosol 20mg/ml selama 18 jam perhari selama maksimum
7 hari. Pada bronkiolitis berat dapat diberikan 60mg/ml selama 2 jam sebanyak 3
kali pemberian tiap 24 jam hingga 3 hari dengan total pemberian 6g/100ml.1

Ribavirin ( 1 – β – D – ribofuranosy l – 1 , 2 , 4 – triazole – 3 -


karboksamid ) menunjukkan aktivitas antivirus terhadap berbagai virus RNA dan
diberikan sebagai monoterapi terhadap infeksi RSV.7 Ribavirin Monophospate
(RMP) menghambat inosin monofosfat dehydrogenase (IMPDH), menyebabkan
penurunan konsentrasi GTP intraseluler. Penurunan ini berpotensi mengurangi
sintesis protein virus dan membatasi replikasi genom virus.

Perlu diperhatikan pemberian Ribavirin terhadap bayi karena berpotensi


menimbulkan efek teratogenik. Beberapa penelitian menyebutkan tidak terdapat
hasil signifikan penggungaan terhadap fungsi paru dalam jangka panjang dan
kambuhnya wheezing, namun secara signifikan mengurangi angka mortalitas dan
morbiditas terhadap penyakit paru.8

1.4.2 GS-5806

GS-5806 disebutkan dapat mempengaruhi replikasi RSV pada proses


transkripsi dalam proses sintesis protein F RSV.9

1.4.1 GS-1

Pemberian GS-1 terhadap tikus kertas menunjukkan hasil GS-1 dapat


menghambat fusi virus setara dengan kerja GS-5806. Hal ini telah teruji secara in
vivo pada Bovine-RSV yang memiliki patofisiologi serupa dengan Human-RSV.10

1.5 efektivitas antiviral

Bronkiolitis merupakan suatu self-limited disease. Meskipun demikian,


pemberian antivirus seperti Ribavirin dapat bertujuan untuk mencegah komplikasi

6
perlu dipertimbangkan. Data invitro menunjukkan 1 kali pemberian ribavirin sedini
mungkin pada kultur sel trakea yang di infeksi RSV akan menurunkan konsentrasi
tingkat inflamasi. Pemberian ribavirin dini dapat mengurangi resiko inflamasi dan
jejas paru, selain itu dapat mengurangi waktu pemakaian ventilator pada pasien.1
meskipun demikian pemberian rutin Ribavirin pada bayi dengan bronkiolitis tidak
disarankan, namun dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
immunocompromized dan/atau cardiopulmonal disease.8,11

Penelitian terdahulu menyatakan bahwa pemberian Ribavirin tidak memiliki


efek samping terhadap sampel penelitian dengan bronkiolitis tanpa penyakit yang
mendasari dan mendapatkan hasil Ribavirin efektif diberikan pada pasien dengan
ventilasi mekanik yang sebelumnya normal.12 Sebagai langkah untuk pencegahan
terhadap penyakit paru berat selama 1 tahun kehidupan pertama, Ribavirin dapat
digunakan sebagai salah satu profilaksis terhadap bayi dengan faktor risiko
bronkiolitis. Penggunaan ribavirin berpotensial mengurangi insidens asma
bronchial pada anak.13

7
BAB III
Kesimpulan

Pemberian antivirus pada pasien dengan bronkiolitis perlu dilakukan dengan sedini
mungkin

Pada pasien bronkiolitis dapat diberikan ribavirin sebagai profikasis untuk


mencegah penyakit paru berat dikemudian hari

Ribavirin tidak diberikan secara rutin terhadap pasien Bronkiolitis

Perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan perlunya atau tidaknya pemberian
antiviral pada bronkiolitis

8
REFERENSI

1. Rahajoe Nastiti N, Bambang Supriyatno, Darmawan Budi Setyanto. Buku Ajar


Respirologi Anak. Edisi Pertama. Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2008. Hal : 333-
347.

2. Meissner H.C. Viral Bronchiolitis in Children. N Engl J Med.2016:374(1);67-


72

3. Nair, H. et al. Global burden of acute lower respiratory infections due to


respiratory syncytial virus in young children: A systematic review and meta-
analysis. Lancet 2010, 375, 1545–1555

4. Vandini S, Biagi C, Lanari M. Respiratory Syncytial Virus: The Influence of


Serotype and Genotype Variability on Clinical Course of Infection.International
Journal of Molecular Sciences.2017:1717(18);1-17

5. Rudin A, Riise G.C, Holmgren J. Antibody Responses in the Lower


Respiratory Tract and Male Urogenital Tract in Humans after Nasal and Oral
Vaccination with Cholera Toxin B Subunit. American Society for
Microbiology.1999L67(6);2884

6. Cespedes P.F, et al. New Insights for the Rational Design of Human
Respiratory Syncytial Virus Vaccines : From Molecular Biology to Clinical
Trials. Vaccinologi in Latin America.2016:1-17

7. Crotty S, et al.The broad-spectrum antiviral ribonucleoside ribavirin is an

RNA virus mutagen. Nature Medicine.2000:6(12);1375-1379

8. Turner T.L. Respiratory syncytial virus: current and emerging treatment


options. Clinico Economics and Outcomes Research. 2014 : 6;217-225

9. Samuel D, et al. GS-5806 Inhibits Pre- to Postfusion Conformational Changes


of the Respiratory Syncytial Virus Fusion Protein. Antimicrobal Agents and
Chemotherapy. 2015:59(11)7111

9
10. Jordan R, et al.Antiviral Efficacy of a Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Fusion Inhibitor in a Bovine Model of RSV Infection. Antimicrobal Agents and
Chemotherapy. 2015:59(8);4889-4898

11. Brown M.A, et al. Diagnosis and Management of Bronchiolitis. American


Academy of Pediatrics. 2006:111(4);1774-1793

12. Smith D.W, et al. A Controlled Trial of Aerosolized Ribavirin in Infants


Receiving Mechanical Ventilation for Severe Respiratory Syncytial Virus Infection.
N Engl J Med 1991:325;24-29

13. Wennergren G, Kristjansson S. Relationship between respiratory syncytial virus


bronchiolitis and future obstructive airway diseases. Eur Respir J. 2001:18; 1044-
1058.

10

Anda mungkin juga menyukai