Pembimbing :
Disusun oleh :
Fadli Ardiansyah
030.11.093
JAKARTA
i
LEMBAR PENGESAHAN
Referat
Penyusun:
Fadli Ardiansyah
030.11. 093
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik Ilmu Radiologi di Fakultas Kedokteran Trisakti
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala
nikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas referat yang berjudul “Antivirus pada
Bronkiolitis” Adapun penulisan referat ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi salah
satu tugas kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Trisakti. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr.Andri Firdaus,Sp.A, selaku
pembimbing yang telah membantu dan memberikan bimbingan dalam penyusunan referat
ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan sesama koasisten Anak
di Fakultas Kedokteran Trisakti dan semua pihak yang turut serta berperan memberikan
doa, semangat dan membantu kelancaran dalam proses penyusunan referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih terdapat banyak kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Pada kesempatan ini, penulis memohon maaf kepada para pembaca.
Masukan, kritik, dan saran akan penulis jadikan bahan pertimbangan agar penelitian
kedepannya menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iv
iv
BAB I
Pendahuluan
Infeksi ini pada orang dewasa tidak menimbulkan gejala klinis. RSV adalah
golongan paramiksovirus dengan bungkus lipid serupa dengan virus parainfluenza,
tetapi hanya mempunyai satu antigen permukaan berupa glikoprotein dan
nukleokapsid RNA helik linear. Tidak adanya genom yang bersegmen dan hanya
mempunyai satu antigen bungkus berarti bahwa komposisi antigen RSV relatif
stabil dari tahun ke tahun.2
Sebagian besar bayi berusia 18 bulan (87%), dan hampir semua anak yang
mencapai usia tiga tahun telah membentuk antibodi spesifik anti-RSV.3 Ribavirin
merupakan antiviral yang digunakan untuk terapi pada bronkiolitis. Beberapa
penelitian akan penggunaan antiviral pada penyakit ini masih terdapat kontroversi
terhadap efektivitasnya pemberian antivirus pada penyakit ini. Kontroversi
penggunaan antiviral ini membuat American Academi of Pediatrics merevisi
rekomendasi dari “should be” menjadi “may be considered”.1
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
yang dihasilkannya ke epitel. Peningkatan kadar antibodi mukosa dapat terjadi
sebagai akibat dari respons antibodi lokal atau melalui serum antibodi serum yang
ditransfer ke permukaan mukosa. Produksi antibodi mukosa adalah paling efisien
diinduksi setelah penangkapan antigen dalam jaringan limfoid terorganisir terkait
dengan mukosa tertentu, tetapi konsep sistem kekebalan mukosa yang umum juga
menyimpulkan bahwa sel-sel yang diaktifkan diangkut melalui darah tepi ke
mukosa yang jauh.
Sebagian besar imunoglobulin A (IgA) dan juga IgG di usus dan di hidung
rongga diproduksi secara lokal, dan antibodi serum dalam jaringan yang tidak
meradang memainkan peran kecil dalam pertahanan primer. Namun, di saluran
respirasi, IgG yang ditransfer dari serum dapat menambah IgG yang diproduksi
secara lokal dan IgA pada epitel organ-organ ini.
1.3. Patogenesis
Infeksi didapat dengan inokulasi hidung dengan sekresi yang terkontaminasi
oleh inhalasi mengandung droplet virus pernapasan dalam jarak 2 m dari pasien
yang terinfeksi. Setelah masa inkubasi selama 4 hingga 6 hari, replikasi virus dalam
epitel hidung menghasilkan sumbatan, rinore, iritasi, dan penurunan nafsu makan.
Demam terjadi pada sekitar 50% bayi yang terinfeksi. Saat di saluran pernapasan
bawah, virus menginfeksi silia epitel pada sel-sel mukosa bronkiolus dan pneumosit
di alveoli.2 Infeksi RSV dari sel-sel epitel saluran napas adalah sentral dalam
patogenesis inflamasi paru-paru karena sekresi limfopoietin stroma timus (TSLP)
oleh epitel. TSLP adalah sitokin yang mengaktifkan dan mengubah fenotipe DC
pernapasan, yang memperoleh fenotip prima rawan TH2 yang mengarah ke
perluasan sel T helper yang mensekresi sitokin yang membangkitkan antivirus yang
buruk, tetapi meningkatkan respons imunologis yang mirip alergi.6
3
menyebabkan bervariasi derajat obstruksi intraluminal. Saat inspirasi, tekanan
intrapleural negatif dihasilkan dan udara mengalir melewati sumbatan. Tekanan
positif ekspirasi semakin mempersempit saluran udara, menghasilkan obstruksi
yang lebih besar, yang menyebabkan wheezing. Respon imunitas bawaan dan
adaptif terlibat dalam pembersihan virus, dan sebagian besar anak yang dirawat di
rumah sakit dipulangkan setelah 2 hingga 3 hari. Regenerasi epitel bronkiolar
dimulai dalam 3 sampai 4 hari setelah resolusi gejala.2
4
Fungsi antiviral :
- menginhibisi perlekatan virus terhadap membran sel reseptor
RI-001
- menginhibisi fusi protein virus
REGN2222, MEDI8897, ALX-0171, Motavizumab, JNJ-53718678,
TMC353121.
- block protein G virus
131-2G
- block proses fusi sel virus
GS-5806, GS-1
- menginhibisi RNA
RSV-60444, ALN-RSV01, ALS-008176
- menginterfensi sintesis mRNA virus
Ribavirin
5
1.4. Pemberian Antiviral
1.4.1 Ribavirin
Pemberian antiviral pada bronkiolitis saat ini yang masih digunakan yaitu
Ribavirin yang merupakan suatu purin nucleoside derivate guanosine sintetik yang
mempengaruhi sintesis mRNA virus. Pemberian terapi antivirus dengan
menggunakan Ribavirin aerosol 20mg/ml selama 18 jam perhari selama maksimum
7 hari. Pada bronkiolitis berat dapat diberikan 60mg/ml selama 2 jam sebanyak 3
kali pemberian tiap 24 jam hingga 3 hari dengan total pemberian 6g/100ml.1
1.4.2 GS-5806
1.4.1 GS-1
6
perlu dipertimbangkan. Data invitro menunjukkan 1 kali pemberian ribavirin sedini
mungkin pada kultur sel trakea yang di infeksi RSV akan menurunkan konsentrasi
tingkat inflamasi. Pemberian ribavirin dini dapat mengurangi resiko inflamasi dan
jejas paru, selain itu dapat mengurangi waktu pemakaian ventilator pada pasien.1
meskipun demikian pemberian rutin Ribavirin pada bayi dengan bronkiolitis tidak
disarankan, namun dapat dipertimbangkan pada pasien dengan
immunocompromized dan/atau cardiopulmonal disease.8,11
7
BAB III
Kesimpulan
Pemberian antivirus pada pasien dengan bronkiolitis perlu dilakukan dengan sedini
mungkin
Perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan perlunya atau tidaknya pemberian
antiviral pada bronkiolitis
8
REFERENSI
6. Cespedes P.F, et al. New Insights for the Rational Design of Human
Respiratory Syncytial Virus Vaccines : From Molecular Biology to Clinical
Trials. Vaccinologi in Latin America.2016:1-17
9
10. Jordan R, et al.Antiviral Efficacy of a Respiratory Syncytial Virus (RSV)
Fusion Inhibitor in a Bovine Model of RSV Infection. Antimicrobal Agents and
Chemotherapy. 2015:59(8);4889-4898
10