Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Uji efektifitas antibakteri ekstrak biji pinang dan minyak atsiri serai

terhadap Enterococcus faecalis

Hasil penelitian uji efektifitas antibakteri ekstrak biji pinang dan minyak

atsiri serai terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis secara in vitro

didapatkan zona bunuh yang ditandai dengan daerah berwarna bening dan

zona hambat yang ditandai dengan daerah berwarna keruh. Zona bunuh dan

zona hambat dari ekstrak biji pinang dan minyak atsiri serai menunjukkan

adanya efektifitas. Diameter zona hambat dan zona bunuh antibakteri ekstrak

biji pinang dan minyak atsiri serai didapatkan dengan cara perhitungan

mengukur garis diameter dari batas daerah yang terbentuk disekitar disk

cakram dikurangi dengan diameter kertas cakram (disk) yang berukuran

sebesar 6mm. Data zona bunuh dan zona hambat tersebut disajikan dalam

tabel 1.1 dan tabel 1.2 dibawah ini.

Tabel 1.1 Diameter zona bunuh ekstrak biji pinang dan minyak atsiri

serai terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis

Diameter zona bunuh (mm)


Replikasi
Pinang 10% Serai 20% Chlorhexidine 2%
1 1,8 0,86 12,3
2 2,26 0,96 12,13
3 2,03 0,93 12,33
4 2 1,06 12,33
5 2 0,93 12,43
6 1,93 0,86 12,03
7 2,2 0,96 12,3
8 2,16 0,96 12,23
9 2,2 0,83 12,5
rata-rata 2,06 0,93 12,29
Sumber data : Primer (Hasil Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan)

Tabel 1.2 Diameter zona hambat ekstrak biji pinang dan minyak atsiri

serai terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis

Diameter zona hambat (mm)


Replikasi
Pinang 10% Serai 20% Chlorhexidine 2%
1 2,33 0,86 12,3
2 2,6 0,96 12,13
3 2,26 0,93 12,33
4 2,33 1,06 12,33
5 2,43 0,93 12,43
6 2,43 0,86 12,03
7 2,36 0,96 12,3
8 2,3 0,96 12,23
9 2,13 0,83 12,5
rata-rata 2,35 0,93 12,29
Sumber data : Primer (Hasil Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan)

Pada kelompok ekstrak biji pinang membentuk diameter zona bunuh dan

zona hambat dengan rata-rata berturut-turut adalah 2,06mm dan 2,35mm.

Sedangkan kelompok minyak atsiri serai membentuk diameter zona bunuh

dan zona hambat dengan rata-rata berturut-turut adalah 0,93mm dan 0,93mm.

Pada kelompok Chlorhexidine 2% yang digunakan sebagai kontrol positif


membentuk diameter zona bunuh dan zona hambat dengan rata-rata berturut-

turut adalah 12,29mm dan 12,29mm.

2. Analisa data daya bunuh ekstrak biji pinang dan minyak atsiri serai

terhadap Enterococcus faecalis

Untuk mengetahui perbedaan efektifitas daya bunuh antara ekstrak biji

pinang dan minyak atsiri serai terhadap bakteri Enterococcus faecalis

dilakukan uji One-Way ANOVA dengan syarat data berdistribusi normal dan

homogen. Data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-

Wilk dan uji homogenitas dengan uji Levene.

Tabel 2.1 Uji normalitas data diameter zona bunuh

Kelompok Sig.
Kontrol (Chlorhexidine 2%) 0.802
Pinang 10% 0.582
Serai 20% 0.409

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Shapiro-Wilk pada keseluruhan

kelompok memiliki nilai p > 0.05 sehingga dapat disimpulkan data zona

bunuh berdistribusi normal. Selanjutnya data dilakukan uji homogenitas.

Tabel 2.2 Uji homogenitas data diameter zona bunuh

Levene Statistic

2.518 Sig. 0.102


Hasil uji homogenitas menunjukkan keseluruhan nilai Signifikasi adalah

0.102 (p > 0.05) maka dapat disimpulkan bahwa varian data homogen.

a. Uji One-Way Anova

Setelah seluruh data diameter zona bunuh diketahui berdistribusi

normal dan homogen, maka data selanjutnya diuji dengan menggunakan

uji One-Way ANOVA. Uji One-Way ANOVA ini dilakukan untuk menguji

hipotesis yang membandingkan nilai rerata lebih dari 2 kelompok

perlakuan.

Tabel 2.3 Uji One-Way ANOVA daya bunuh

E.faecalis
Mean
Square Sig.
Between Groups 352.215 0.000
Within Groups 0.016

Hasil analisis data dengan uji One-Way ANOVA menunjukkan nilai p

(Sig.) = 0.000 yang berarti nilai p < 0.005, sehingga dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan daya bunuh ekstrak biji pinang

10% dan minyak atsiri serai 20% terhadap bakteri Enterococcus faecalis.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima.

b. Uji Post Hoc

Uji Post Hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok yang memiliki

mean yang berbeda secara signifikan dari masing-masing kelompok


tersebut. Berdasarkan uji Post Hoc dengan menggunakan Fisher’s Least

Significant Difference (Fisher’s LSD) diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 2.4 Hasil uji Post Hoc daya bunuh

Mean
Kelompok Sig. (P)
Dfference
Kontrol Pinang 10% 10.22222 0.000
Serai 20% 11.35889 0.000
Pinang 10% Kontrol -10.22222 0.000
Serai 20% 1.13667 0.000
Serai 20% Kontrol -11.35889 0.000
Pinang 10% -1.13667 0.000

Berdasarkan tabel uji Post Hoc diatas diperoleh data beda rerata

kelompok kontrol (Chlorhexidine 2%) terhadap kelompok pinang 10%

dan serai 20% berturut-turut adalah 10.22222 dan 11.35889. Sedangkan

beda rerata kelompok pinang 10% terhadap kontrol (Chlorhexidine 2%)

dan serai 20% berturut-turut adalah -10.22222 dan 1.13667. Beda rerata

kelompok serai 20% terhadap kontol (Chlorhexidine 2%) dan pinang 10%

berturut-turut adalah -11.35889 dan -1.13667.

Pada tabel uji Post Hoc juga diperoleh nilai p (Sig.) antara kelompok

perlakuan satu dengan kelompok perlakuan lainnya adalah p = 0.000.

Hasil nilai p (Sig.) = 0.000 pada seluruh kelompok menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok tersebut.


3. Analisa data daya hambat ekstrak biji pinang dan minyak atsiri serai

terhadap Enterococcus faecalis

Untuk mengetahui perbedaan efektifitas daya hambat antara ekstrak biji

pinang dan minyak atsiri serai terhadap bakteri Enterococcus faecalis

dilakukan uji One-Way ANOVA dengan syarat data berdistribusi normal dan

homogen. Data terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan uji Shapiro-

Wilk dan uji homogenitas dengan uji Levene.

Tabel 3.1 Uji normalitas data diameter zona hambat

Kelompok Sig.
Kontrol (Chlorhexidine 2%) 0.802
Pinang 10% 0.810
Serai 20% 0.112

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai Shapiro-Wilk pada keseluruhan

kelompok memiliki nilai p > 0.05 sehingga dapat disimpulkan data zona

hambat berdistribusi normal. Selanjutnya data dilakukan uji homogenitas.

Tabel 3.2 Uji homogenitas data diameter zona hambat

Levene Statistic

1.346 Sig. 0.279

Hasil uji homogenitas menunjukkan keseluruhan nilai Signifikasi adalah

lebih dari 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa varian data homogen.
a. Uji One-Way Anova

Setelah seluruh data diameter zona hambat diketahui berdistribusi

normal dan homogen, maka data dapat diuji dengan menggunakan uji

One-Way ANOVA. Uji One-Way ANOVA ini dilakukan untuk menguji

hipotesis yang membandingkan nilai rerata lebih dari 2 kelompok

perlakuan.

Tabel 3.3 Uji One-Way ANOVA daya hambat

E.faecalis
Mean
Square Sig.
Between Groups 365.742 0.000
Within Groups 0.014

Hasil analisis data dengan uji One-Way ANOVA menunjukkan nilai p

(Sig.) = 0.000 yang berarti nilai p < 0.005, sehingga dari hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan daya hambat ekstrak biji pinang

10% dan minyak atsiri serai 20% terhadap bakteri Enterococcus faecalis.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima.

b. Uji Post Hoc

Uji Post Hoc dilakukan untuk mengetahui kelompok yang memiliki

mean yang berbeda secara signifikan dari masing-masing kelompok

tersebut. Berdasarkan uji Post Hoc dengan menggunakan Fisher’s Least

Significant Difference (Fisher’s LSD) diperoleh hasil sebagai berikut :


Tabel 3.4 Hasil uji Post Hoc daya hambat

Kelompok Mean Dfference Sig. (P)


Kontrol Pinang 10% 9.93444 0.000
Serai 20% 11.88778 0.000
Pinang 10% Kontrol -9.93444 0.000
Serai 20% 1.95333 0.000
Serai 20% Kontrol -11.88778 0.000
Pinang 10% -1.95333 0.000

Berdasarkan tabel uji Post Hoc diatas diperoleh data beda rerata

kelompok kontrol (Chlorhexidine 2%) terhadap kelompok pinang 10%

dan serai 20% berturut-turut adalah 9.93444 dan 11.88778. Sedangkan

beda rerata kelompok pinang 10% terhadap kontrol (Chlorhexidine 2%)

dan serai 20% berturut-turut adalah -9.93444 dan 1.95333. Beda rerata

kelompok serai 20% terhadap kontol (Chlorhexidine 2%) dan pinang 10%

berturut-turut adalah -11.88778 dan -1.95333.

Pada tabel uji Post Hoc juga diperoleh nilai p (Sig.) antara kelompok

perlakuan satu dengan kelompok perlakuan lainnya adalah p = 0.000.

Hasil nilai p (Sig.) = 0.000 pada seluruh kelompok menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok tersebut.


B. Pembahasan

Berdasarkan sumber primer dari hasil penelitian yang dilakukan di Balai

Laboratorium Kesehatan sesuai dengan tabel 1.1 diketahui bahwa nilai rata-rata

diameter zona bunuh pada kelompok ekstrak biji pinang 10% dan kelompok

minyak atsiri serai 20% berturut-turut adalah 2,06mm dan 0,93mm. Hasil tersebut

menunjukkan bahwa diameter zona bunuh yang terbentuk paling besar antara dua

kelompok perlakuan tersebut adalah ekstrak biji pinang. Sedangkan pada tabel 1.2

diketahui bahwa nilai rata-rata diameter zona hambat pada kelompok ekstrak biji

pinang dan kelompok minyak atsiri serai berturut-turut adalah 2,35mm dan

0,93mm. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa diameter zona hambat

yang terbentuk paling besar antara dua kelompok perlakuan tersebut adalah

ekstrak biji pinang. Maka hal tersebut menunjukkan efektifitas antibakteri

terhadap pertumbuhan Enterococcus faecalis dimiliki oleh ekstrak biji pinang

10% yaitu dengan diameter zona hambat sebesar 2,35mm dan zona bunuh

sebesar 2,06mm lebih besar dibandingkan dengan minyak atsiri serai 20%

diperoleh diameter zona hambat sebesar 0,93mm dan zona bunuh sebesar

0,93mm.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Darjono (2011) menunjukkan

bahwa minyak atsiri serai memiliki daya antibakteri terhadap pertumbuhan

Enterococcus faecalis. Sedangan penelitian mengenai efektifitas antibakteri

ekstrak biji pinang terhadap Enterococcus faecalis belum banyak dilakukan. Hasil

uji hipotesis One-Way ANOVA yang telah dilakukan untuk membandingkan nilai
rerata pada kelompok perlakuan diperoleh nilai p sebesar 0,000 yang (p < 0,05)

sehingga dari hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan efektifitas antibakteri

yang bermakna (signifikan) antara ekstrak biji pinang dan minyak atsiri serai

terhadap bakteri Enterococcus faecalis. Pada esktak biji pinang 10% memiliki

ukuran diameter zona hambat dan zona bunuh lebih besar dibandingkan dengan

minyak atsiri serai 20%, dikarenakan kandungan ekstrak biji pinang yaitu

flavonoid sebagai antibakteri dapat mengahambat pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis.

Hasil analisis Post Hoc yang telah dilakukan untuk mengetahui hasil mean

yang berbeda secara signifikan dari masing-masing kelompok. Berdasarkan hasil

uji Post Hoc menunjukkan bahwa beda rerata daya bunuh kelompok pinang 10%

terhadap serai 20% adalah 1.13667 dan beda rerata kelompok serai 20% terhadap

pinang 10% adalah -1.13667. Sedangkan beda rerata daya hambat kelompok

pinang 10% terhadap serai 20% adalah 1.95333 dan beda rerata kelompok serai

20% terhadap pinang 10% adalah dan -1.95333. Dengan hasil diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa kelompok pinang 10% memiliki efek antibakteri yang lebih

kuat dibandingkan dengan kelompok serai 20%. Selain itu pada uji Post Hoc juga

diperoleh nilai p (Sig.) antara kelompok perlakuan satu dengan kelompok

perlakuan lainnya adalah p = 0.000. Hasil nilai p (Sig.) = 0.000 pada seluruh

kelompok menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

kelompok tersebut.
Perbedaan diameter zona hambat dan zona bunuh yang bermakna dengan

nilai p (Sig.) = 0,000 (p < 0,05) pada seluruh kelompok perlakuan menunjukkan

bahwa penelitian ini sesuai dengan dasar teori yang menyatakan bahwa ekstrak

biji pinang dan minyak atsiri serai memiliki efek antibakteri. Dimana dalam

penelitian ini efek antibakteri diujikan terhadap pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis yang merupakan bakteri pathogen dalam saluran akar

penyebab kegagalan perawatan saluran akar (PSA), yang hasilnya menunjukkan

ekstrak biji pinang 10% memiliki efek antibakteri lebih besar dibandingkan

minyak atsiri serai 20%. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa

minyak atsiri serai 20% memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri

Enterococcus faecalis lebih rendah berbeda dengan penelitian terdahulu yang

menyatakan minyak atsiri serai 20% memiliki daya hambat terhadap

Enterococcus faecalis sebanding dengan bahan kimia EDTA.

Pada penelitian sebelumnya ekstrak biji pinang diketahui mempunyai sifat

antibakteri terhadap bakteri pathogen di rongga mulut yang telah dilakukan oleh

Yulineri dkk (2006). Selain itu, penelitian ini juga sesuai dengan penelitian

terdahulu, yang telah membuktikan bahwa ekstrak biji pinang pada konsentrasi

10% menunjukkan daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus

(Sumarni, 2010).

Kemampuan antibakteri yang dimiliki biji inang terutama ditimbulkan dari

kandungan senyawa flavonoid yang dapat menghambat pertumbuhan

mikroorganisme karena mampu menghambat siklus sel sehingga proliferasi sel


terganggu. Rantai polifenol dan fenol pada senyawa flavonoid bekerja sebagai

antibakteri dengan mendenaturasi protein sel dimana terjadi kerusakan struktur

tersier protein. Struktur tersier protein mudah terganggu oleh agen kimia atau

fisik sehingga menyebabkan protein tidak berfungsi. Kerusakan dinding sel

bakteri dilakukan oleh zat senyawa yang berkumpul pada permukaan sel yang

akan mengubah sifat fisika dan kimia dari dinding sel, sehingga dinding sel yang

berkerja sebagai sawar yang selektif akan dicegah untuk berfungsi dengan normal

dan zat senyawa akan membunuh atau menghambat sel (Brooks dkk, 2007).

Penelitian terdahulu diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Yulineri dkk

(2006) ekstrak biji pinang sebagai antiseptik obat kumur terhadap bakteri

Streptococcus mutans secara in vitro. Dimana pada penelitian tersebut didapatkan

hasil yang menunjukkan bahwa esktrak biji pinang jauh lebih efektif dalam

menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans dibandingkan tiga obat

kumur komersil yang telah sering digunakan secara klinis. Walaupun belum

banyak penelitian yang dilakukan pada esktrak biji pinang terhadap bakteri

Enterococcus faecalis, dalam penelitian ini menunjukkan ekstrak biji pinang lebih

efektif sebagai antibakteri terhadap Enteroccus faecalis dibandingkan dengan

minyak atsiri serai yang pernah dilakukan penelitian sebelumnya oleh Darjono

(2011).

Minyak atsiri serai merupakan suatu senyawa organik dari jaringan

tumbuhan serai dapur, dimana dalam penelitian ini minyak atsiri serai diambil

dari batang serai dapur dengan proses penyulingan uap langsung (steam
distillation) dibuat pada konsentrasi 20%. Penentuan konsentrasi mengacu pada

penelitian sebelumnya oleh Darjono (2011) dimana diketahui minyak atsiri serai

dengan konsentrasi 20% memiliki daya hambat yang hampir sama dengan bahan

irigasi saluran akar yaitu EDTA terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus

faecalis. Pada penelitian ini diketahui minyak atsiri serai memiliki efektifitas

antibakteri yang lebih kecil dibandingkan dengan ekstrak biji pinang, hal ini

menunjukkan kemampuan kandungan antibakteri yang terkandung dalam ekstrak

biji pinang lebih efektif dalam menghambat dan membunuh bakteri Enterococcus

faecalis. Minyak atsiri serai tetap memiliki kemampuan sebagai antibakteri yang

sebelumnya telah diteliti secara laboratoris. Kandungan senyawa sitral dalam

minyak atsiri serai merupakan antimikroba yang bekerja dengan merusak

membran sel.

Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kedua bahan

herbal yang diujikan memiliki kemampuan sebagai antibakteri dalam

menghambat dan membunuh bakteri Enterococcus faecalis secara in vitro. Hal ini

membuktikan secara laboratoris bahwa kedua herbal yaitu ekstrak biji pinang

10% dan minyak atsiri serai 20% mempunyai efek bakterisid sebagai salah satu

syarat bahan irigasi perawatan saluran akar. Namun dalam penelitian yang telah

dilakukan menunjukkan diameter zona hambat dan zona bunuh ekstrak biji

pinang dengan konsentrasi 10% lebih besar dibandingkan minyak atsiri serai

dengan konsentrasi 20% terhadap bakteri Enteroccus faecalis.


Dalam penelitian ini menggunakan Chlorhexidine 2% sebagai kontrol positif

karena larutan Chlorhexidine 2% merupakan bahan kimia yang sudah terbukti

efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Enterococcus faecali yang

merupakan bakteri resisten. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan larutan

Chlorhexidine 2% memiliki diameter zona hambat dan zona bunuh terbesar

dibandingkan bahan coba lainnya yaitu diameter zona hambat sebesar 12,29mm

dan diameter zona bunuh sebesar 12,29mm.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil suatu

kesimpulan sebagai berikut :

1. Ekstrak biji pinang 10% dan minyak atsiri serai 20% memiliki kemampuan

sebagai antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Enterococcus faecalis

sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar secara in vitro.

2. Ada perbedaan efek antibakteri antara ekstrak biji pinang 10% dengan

minyak atsiri serai 20% terhadap bakteri Enterocccus faecalis.

3. Diameter zona hambat dan zona bunuh yang terbentuk paling besar pada

ekstrak biji pinang 10% dibandingkan denga minyak atsiri serai 20%. Hal ini

menunjukkan ekstrak biji pinang 10% memiliki efek antibakteri yang lebih

besar dibandingkan minyak atsiri serai 20%.


B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan makan peneliti menyarankan

untuk :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kemungkinan terjadinya

perubahan warna gigi karena penggunaan bahan esktrak biji pinang dan

minyak atsiri serai sebagai alternatif bahan irigasi saluran akar.

2. Perlu dilakukan follow up berupa uji toksisitas ekstrak biji pinang dan minyak

atsiri serai terhadap jaringan gigi dan mulut.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan klinis ekstrak

biji pinang dan minyak atsiri serai sebagai alternatif bahan irigasi saluran

akar.
Lampiran 1. Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 2. Surat Keterangan Pembuatan Ekstraksi Bahan Perlakuan di

Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA UNNES


Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan

Provinsi JATENG
Lampiran 4. Jadwal Kegiatan

1. Pembuatan ekstrak biji pinang 10% dan minyak atsiri serai 20%

Waktu : Jumat, 24 Mei 2013

Tempat : Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang

2. Metode difusi disk terhadap Enterococcus faecalis

Waktu : Selasa, 4 Juni 2013

Tempat : Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

3. Pengukuran hasil penelitian

Waktu : Rabu, 5 Juni 2013

Tempat : Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Tengah


Lampiran 5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Daya Bunuh

Descriptives
Kadar Statistic Std. Error
E.faecalis Kontrol Mean 12.2867 .04770
95% Confidence Lower Bound 12.1767
Interval for Mean Upper Bound 12.3967
5% Trimmed Mean 12.2891
Median 12.3000
Variance .020
Std. Deviation .14309
Minimum 12.03
Maximum 12.50
Range .47
Interquartile Range .20
Skewness -.445 .717
Kurtosis .191 1.400
Pinang 10% Mean 2.0644 .05022
95% Confidence Lower Bound 1.9486
Interval for Mean Upper Bound 2.1803
5% Trimmed Mean 2.0683
Median 2.0300
Variance .023
Std. Deviation .15067
Minimum 1.80
Maximum 2.26
Range .46
Interquartile Range .24
Skewness -.384 .717
Kurtosis -.687 1.400
Serai 20% Mean .9278 .02338
95% Confidence Lower Bound .8739
Interval for Mean Upper Bound .9817
5% Trimmed Mean .9259
Median .9300
Variance .005
Std. Deviation .07014
Minimum .83
Maximum 1.06
Range .23
Interquartile Range .10
Skewness .398 .717
Kurtosis .326 1.400

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
Kadar N Percent N Percent N Percent
E.faecalis Kontrol 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Pinang 10% 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Serai 20% 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Kadar Statistic df Sig. Statistic df Sig.
E.faecalis Kontrol .204 9 .200* .960 9 .802
*
Pinang 10% .181 9 .200 .940 9 .582
Serai 20% .212 9 .200* .922 9 .409
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Test of Homogeneity of Variance
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
E.faecalis Based on Mean 2.518 2 24 .102
Based on Median 1.837 2 24 .181
Based on Median and
1.837 2 19.202 .186
with adjusted df
Based on trimmed mean 2.477 2 24 .105
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji One-Way ANOVA Daya Bunuh

Test of Homogeneity of Variances


E.faecalis
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.518 2 24 .102

Descriptives
E.faecalis
95% Confidence Interval for
Std. Std. Mean Maximu
N Mean Deviation Error Lower Bound Upper Bound Minimum m
Kontrol 9 12.2867 .14309 .04770 12.1767 12.3967 12.03 12.50
Pinang
9 2.0644 .15067 .05022 1.9486 2.1803 1.80 2.26
10%
Serai 20% 9 .9278 .07014 .02338 .8739 .9817 .83 1.06
Total 27 5.0930 5.20656 1.00200 3.0333 7.1526 .83 12.50

ANOVA
E.faecalis
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
704.431 2 352.215 2.197E4 .000
Groups
Within Groups .385 24 .016
Total 704.815 26
Lampiran 7. Hasil Perhitungan Uji Post Hoc Daya Bunuh

Multiple Comparisons
E.faecalis
LSD
Mean 95% Confidence Interval
Difference (I- Lower
(I) Kadar (J) Kadar J) Std. Error Sig. Bound Upper Bound
Kontrol Pinang 10% 10.22222* .05969 .000 10.0990 10.3454
Serai 20% 11.35889* .05969 .000 11.2357 11.4821
*
Pinang 10% Kontrol -10.22222 .05969 .000 -10.3454 -10.0990
Serai 20% 1.13667* .05969 .000 1.0135 1.2599
*
Serai 20% Kontrol -11.35889 .05969 .000 -11.4821 -11.2357
*
Pinang 10% -1.13667 .05969 .000 -1.2599 -1.0135
*. The mean difference is significant at the 0.05
level.
Lampiran 8. Hasil Perhitungan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Daya Bunuh

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

Kadar N Percent N Percent N Percent


E.faecalis Kontrol 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Pinang 10% 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%
Serai 20% 9 100.0% 0 .0% 9 100.0%

Descriptives

Kadar Statistic Std. Error


E.faecalis Kontrol Mean 12.2867 .04770
95% Confidence Interval for Lower Bound 12.1767
Mean
Upper Bound 12.3967
5% Trimmed Mean 12.2891
Median 12.3000
Variance .020
Std. Deviation .14309
Minimum 12.03
Maximum 12.50
Range .47
Interquartile Range .20
Skewness -.445 .717
Kurtosis .191 1.400
Pinang 10% Mean 2.3522 .04333
95% Confidence Interval for Lower Bound 2.2523
Mean
Upper Bound 2.4521
5% Trimmed Mean 2.3508
Median 2.3300
Variance .017
Std. Deviation .12998
Minimum 2.13
Maximum 2.60
Range .47
Interquartile Range .15
Skewness .310 .717
Kurtosis 1.398 1.400
Serai 20% Mean .3989 .02189
95% Confidence Interval for Lower Bound .3484
Mean
Upper Bound .4494
5% Trimmed Mean .4032
Median .4000
Variance .004
Std. Deviation .06566
Minimum .26
Maximum .46
Range .20
Interquartile Range .10
Skewness -1.182 .717
Kurtosis 1.474 1.400

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Kadar Statistic df Sig. Statistic df Sig.


E.faecalis Kontrol .204 9 .200* .960 9 .802
Pinang 10% .164 9 .200* .961 9 .810
Serai 20% .176 9 .200* .866 9 .112
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.

Test of Homogeneity of Variance

Levene Statistic df1 df2 Sig.


E.faecalis Based on Mean 1.346 2 24 .279
Based on Median 1.036 2 24 .370
Based on Median and with
1.036 2 18.856 .374
adjusted df
Based on trimmed mean 1.297 2 24 .292
Lampiran 9. Hasil perhitungan Uji One-Way ANOVA Daya Hambat

Descriptives
E.faecalis
95% Confidence Interval for Mean

N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
Kontrol 9 12.2867 .14309 .04770 12.1767 12.3967 12.03 12.50
Pinang 10% 9 2.3522 .12998 .04333 2.2523 2.4521 2.13 2.60
Serai 20% 9 .3989 .06566 .02189 .3484 .4494 .26 .46
Total 27 5.0126 5.30536 1.02102 2.9139 7.1113 .26 12.50

Test of Homogeneity of Variances


E.faecalis
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.346 2 24 .279

ANOVA
E.faecalis
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 731.484 2 365.742 2.632E4 .000
Within Groups .333 24 .014
Total 731.817 26
Lampiran 10. Hasil Perhitungan Uji Post Hoc Daya Hambat

Multiple Comparisons
E.faecalis
LSD
95% Confidence Interval
Mean Difference
(I) Kadar (J) Kadar (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Kontrol Pinang 10% 9.93444* .05556 .000 9.8198 10.0491
Serai 20% 11.88778* .05556 .000 11.7731 12.0025
Pinang 10% Kontrol -9.93444* .05556 .000 -10.0491 -9.8198
Serai 20% 1.95333* .05556 .000 1.8387 2.0680
Serai 20% Kontrol -11.88778* .05556 .000 -12.0025 -11.7731
Pinang 10% -1.95333* .05556 .000 -2.0680 -1.8387
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Lampiran 11. Foto Penelitian

Gambar 9. Batang Serai Gambar 10. Buah pinang

Gambar 11. Ekstrak biji pinang 10%, minyak atsiri serai 20% dan Chlorhexidine

digluconate 2%.

Gambar 12. Pembuatan kekeruhan Gambar 13. Pengolesan bakteri Enterococcus

bakteri Enterococcus faecalis faecalis pada seluruh permukaan cawan MHA


Gambar 14. Proses inkubasi seluruh cawan MHA selama 24 jam pada suhu 37˚C.

Gambar 15. Hasil Uji efektifitas antibakteri, P = Ekstrak biji pinang 10%, S = Minyak

atsiri serai 20%, C = Kontrol positif (Chlorhexidine 2%)

Anda mungkin juga menyukai