Tugas
Tugas
Tugas
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat merupakan satu dari banyaknya profesi kesehatan yang ada.Semua profesi
kesehatan yang ada tentu memiliki visi yang sama yakni terwujudnya pelayanan kesehatan yang
prima.Namun dalam pelaksanaannya perawat tidak sendirian.Perawat ditemani oleh
dokter,analis kesehatan,tim kesehatan masyarakat,analis kesehatan,ahli gizi,radiologi dan
lainnya.
Kemudian bagaimana caranya supaya tugas antar profesi keperawatan dapat berjalan
secara harmonis dan pelayanan kesehatan menjadi maksimal? Kolaborasi pendidikan dan
praktik antar profesi kesehatan tentunya sangat dibutuhkan.Semua jenis profesi harus
mempunyai keinginan untuk berkolaborasi.Perawat,bidan, dokter,dan semua profesi lain
merencanakan dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya di bangku pelajar. Ketergantungan
antar profesi pun dapat tetap ada asalakan dalam batas-batas lingkup praktek yang sesuai
dengan aturan yang ada.
B. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Nursalam (2007) menyatakan,
komunikasi juga merupakan suatu seni untuk dapat menyusun dan menghantarkan suatu pesan
dengan cara yang mudah sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima maksud dan tujuan
pemberi pesan Menurut Potter dan Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu
intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal
yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua
orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal
yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan
pertumbuhan personal.
B. Prinsip-prinsip Komunikasi
4. Perawat harus menyadari pentingnya kebutuhan pasien, baik fisik maupun mental.
5. Perawat harus dapat menciptakan suasana yang nyaman dan aman bagi pasien.
8. Altruisme.
9. Bertanggung jawab .
b. Receiver (penerima pesan): seseorang yang menerima pesan. Bisa berbentuk pesan yang
diterima maupun pesan yang sudah diinterpretasikan.
c. Pesan : informasi yang diterima, bisa berupa kata, ide atau perasaan. Pesan akan efektif
bila jelas dan terorganisir yang diekspresikan oleh si pengirim pesan.
d. Media: metode yang digunakan dalam pesan yaitu kata, bisa dengan cara ditulis,
diucapkan, diraba, dicium.
Contoh: catatan atau surat adalah kata; bau badan atau cium parfum adalah penciuman
(dicium), dan lain-lain.
e. Umpan balik: penerima pesan memberikan informasi/ pesan kembali kepada pengirim
pesan dalam bentuk komunikasi yang efektif. Umpan balik merupakan proses yang kontinue
karena memberikan respons pesan dan mengirimkan pesan berupa stimulus yang baru kepada
pengirim pesan.
1. Situasi/suasana
Situasi/suasana yang hiruk pikuk atau penuh kebisangan akan mempengaruhi baik/tidaknya
pesan diterima oleh komunikan,suara bising yang diterima komunikan saat proses komunikasi
berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima.Oleh karena itu, sebelum
proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa supaya tenang
dan nyaman.Komunikasi yang berlangsung dan dilakukan pada waktu yang kurang tepat
mungkin diterima dengan kurang tepat pula.Misalnya,apabila perawat memberikan penjelasan
kepada orang tua tentang cara menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih,tentu
saja pesan tersebut kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua
tidak berfokus pada pesan yang disampaikan perawat,melainkan pada perasaan sedihnya.
2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi.Pesan yang kurang jelas
dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara komunikan dan komunikator dapat
berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan.Hal ini akan sangat mempengaruhi
pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan.Oleh karena itu,komunikator harus memahami
pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan, dapat dimengerti komunikan dan
menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama
dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien.Perawat bekerja sama dangan dokter dalam
berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di lingkungan di mana kebanyakan asuhan
keperawatan bergantung pada instruksi medis.
Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang telah ditetapkan
yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri.Perawat dapat bekerja dalam bentuk
kolaborasi dengan dokter. Contoh. Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja
didiagnosa diabetes pulang kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien
dan keluarga begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat
dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran perawat adalah
memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhan-keluhan dari pasien,dan data
penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter dapat mendiagnosa secara pasti
mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat berkomunikasi dengan dokter pastilah
menggunakan istilah-istilah medis, disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis
sehingga tidak terjadi kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan
baik serta mencapai tujuan yang diinginkan.
Komuniaksi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik apabila dari kedua pihak
dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan tugas secara individu, perawat dan
dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan
bantuan perawat dalam memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri
membutuhkan bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta
memberikan penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
F. Pengertian Kolaborasi
Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya
yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice
Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang
mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan
kesehatan berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama
khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan bahwa
kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang aspek-aspek
perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan
keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi yang
panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat, mendefinisikan istilah
kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat.
Tujuan kolaborasi perawat adalah untuk membahas masalah-masalah tentang klien dan untuk
meningkatkan pamahaman tentang kontrbusi setiap anggota tim serta untuk mengidentifikasi
cara-cara meningkatkan mutu asuhan klien.Agar hubungan kolaborasi dapat optimal,semua
anggota profesi harus mempunyai keinginan untuk bekerjasama.Perawat dan dokter
merencanakan dan mempraktekkan sebagai kolega,bekerja saling ketergantungan dalam batas-
batas lingkup praktek dengan berbagai nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang
lain yang berkonstribusi terhadap perawatan individu,keluarga dan masyarakat.
a. Dominasi Kekuasan.
Dari pengamatan penulis terutama dalam praktek Asuhan Keperawatan perawat belum dapat
melaksanakan fungsi kolaborasi dengan baik khususnya dengan dokter walaupun banyak
pekerjaan yang seharusnya dilakukan dokter dikerjakan oleh perawat, walaupun kadang tidak
ada pelimpahan tugasnya dan wewenang. Hal ini karena masih banyaknya dokter yang
memandang bahwa perawat merupakan tenaga vokasional. Degradasi keperawatan ke posisi
bawahan dalam hubungan kolaborasi perawat-dokter, secara empiris hal ini menunjukkan
bahwa dokter berada di tengah proses pengambilan keputusan dan perawat melaksanakan
keputusan tersebut. Pada tahun 1968, psikiater Leonard Stein menggambarkan hubungan
perawat-dokter pada kenyataanya perawat menjadi pasif.
Perbedaan tingkat pendidikan dan pengetahuan dokter dan perawat secara umum masih jauh
dari harapan hal ini dapat berdampak pada interprestasi terhadap masalah kesehatan pasien
yang berbeda, tentu juga akan berdampak pada mutu asuhan yang diberikan.
c. Komunikasi
d. Cara Pandang
Perbedaan antara dokter dan perawat dalam upaya kolaboratif terlihat cukup mencolok. Dokter
dapat menentukan atau memandang kolaborasi dalam perspektif yang berbeda dari perawat.
Mungkin dokter berpikir bahwa kerjasama tersirat dalam tindak lanjut sehubungan dengan
mengikuti perintah /instruksi daripada saling partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Meskipun komunikasi merupakan komponen yang diperlukan, itu saja tidak cukup untuk
memungkinkan kolaborasi terjadi. Gaya maupun cara berkomunikasi juga berpengaruh
terhadap efektivitas komunikasi. Pelaksanaan instruksi dokter oleh perawat dipandang sebagai
kolaborasi oleh dokter sedangkan perawat merasa mereka sedang diperintahkan untuk
melakukan sesuatu. Kemungkinan kedua adalah bahwa perawat tidak merasa nyaman
“menantang” dokter dengan memberikan sudut pandang yang berbeda.. Atau, mungkin input
yang perawat berikan tidak dihargai atau ditindaklanjuti, sehingga interaksi tersebut tidak
dirasakan oleh perawat sebagai kolaborasi.
Kesimpulan
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan
profesi lain. Profesi lain tersebut diantaranya adalah dokter, ahli gizi, apoteker dsb. Setiap
tenaga profesi tersebut mempunyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien. Bila setiap
profesi telah dapat saling menghargai, maka hubungan kerja sama akan dapat terjalin dengan
baik. Selain itu perawat juga mempunyai tanggung jawab dan memiliki untuk:
1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalam memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
3) Perawat merupakan kesatuan integral dengan tenaga kesehatan lainya yang tak bisa
dipisah – pisahkan dan disendirikan.
Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-
masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan
dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Banyaknya faktor yang
berpengaruh seperti kerjasama, sikap saling menerima,
berbagi tanggung jawab, komunikasi efektif sangat menentukan bagaimana suatu tim
berfungsi.Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya
pelayanan pasien yanag berkualitas.
Saran
1. Perlu adanya sosialisasi praktik kolaborasi dan managed care diantara tim kerja kesehatan
atau profesi kesehatan mulai dari situasi pendidikan.