Anda di halaman 1dari 19

Roh Kudus dan Doa

"Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-
keluhan yang tidak terucapkan. Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu,
yaitu bahwa Ia sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus." (Rom 8:26,27).
Doa merupakan nafas orang Kristen, suatu komunikasi antara yang diselamatkan dan
Juruselamat. Doa merupakan persatuan dari kehendak yang diciptakan dengan kehendak yang
menciptakan, "the unity of the will of the created one and the Creator". Doa merupakan persatuan
dari kehendak kita, kemauan kita, yang disesuaikan dengan kehendak Allah Pencipta.
Doa penting sekali, tetapi Alkitab dengan jujur mengatakan kepada kita, bahwa kita
sebenarnya tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa. Ini jujur sekali. Siapa yang mengetahui
bagaimana seharusnya berdoa? Kita selalu hanya minta-minta kalau berdoa, meminta menurut
kemauan kita sendiri.
Dalam berdoa kita mau supaya Tuhan menyesuaikan dengan kehendak kita. Ada suatu cerita
tentang sepasang suami-istri di provinsi Shantung di Tiongkok. Suami-istri ini hidup dari menjual
kain dengan berkeliling, karena mereka tidak mempunyai toko. Setiap akhir tahun mereka
mempunyai kebiasaaan berlutut di hadapan Tuhan dan berdoa, "Oh Tuhan, saya berterima kasih
kepadaMu, karena Engkau sudah memberkati kami sehingga untung 100 bal kain. Tuhan, saya minta
tahun depan beri saya keuntungan 200 bal kain." Sebelum doanya selesai si istri memotong, "Tuhan,
jangan dengar doa suami saya, dengar doa saya. Kalau tahun ini Tuhan beri keuntungan 100 bal kain,
tahun depan juga sama, 100 bal saja cukup." Si suami marah-marah, "Saya belum amin, kenapa kamu
ikut campur, kita akan susah kalau Cuma mendapat 100 bal kain." Tetapi si istri tidak peduli, ia
melanjutkan doanya, "Tuhan, pokoknya doaku saja yang didengar. Jangan beri 200 bal. Kalau Engkau
beri 100 bal ia akan tetap setia dan mencintai saya. Kalau 200 bal ia nanti akan cari istri kedua."
Inilah doa orang dunia, kedua-duanya berdoa untuk mencari keuntungannya sendiri, bukan mencari
kehendak Tuhan dan kerajaan-Nya.
Saya ingin bertanya kepada Saudara, apakah doa kita sudah sesuai dengan kehendak Tuhan? Apakah
kita berdoa dengan pengertian akan apa yang dikehendaki oleh Tuhan? Saudara, Alkitab dengan
terus terang berkata kepada kita bahwa kita sebenarnya tidak tahu bagaimana seharusnya berdoa.
Apa yang kita doakan? Bagaimana kita harus mendoakannya? Kita sendiri tidak tahu. Banyak orang
Kristen waktu berdoa asal buka mulut saja, "Tuhan, saya mau ini, mau itu". Sebelum saya melayani
ke luar negeri saya tanya istri saya, "Kalau saya pulang engkau perlu saya bawakan apa?" Jawabnya,
"Jangan bawakan apa-apa, saya tidak perlu apa-apa." Lalu saya tanya anak-anak saya, mau minta apa.
Yang satu bilang, kali ini tidak ada keperluan apa-apa, tetapi saya pikirkan sendiri, dia perlu apa,
nanti saya belikan untuk dia. Demikian juga Tuhan mau tahu hati kita waktu kita berdoa,
bagaimanakah sikap kita terhadap kedaulatan, keinginan, rencana dan kehendak Allah.
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa kita sebenarnya tidak tahu bagaimana harus berdoa.
Itulah sebabnya Roh Kudus diberikan menjadi Penolong kita masing-masing, untuk menolong kita
berdoa, menolong kita menguatarakan hati kita sepenuhnya kepada Tuhan menurut kehendak Tuhan.
Dan sebelum ayat ini selesai dikatakan, Roh Kudus mengetahui bagaimana berdoa bagi kita. Dia
berdoa menurut kehendak Allah bagi orang-orang suci. Dalam keadaaan demikian kita melihat
hubungan antara doa dan Roh Kudus. Bukan doa kita yang menggerakkan Roh Kudus, melainkan
sebaliknya Roh Kudus menggerakkan roh kita untuk berdoa. Roh Kudus yang berdoa bagi kita sesuai
dengan kehendak Allah yang menerima doa kita. Di sini kita menegasakan sekali lagi doktrin dan
teologia doa yang benar.

Berdoa Dalam Roh Dan Kebenaran


Saudara-saudara, makin saya memikirkan, makin limpah, makin saya merenungkan makin
mendalam, makin saya mengerti makin saya kagum akan ajaran Alkitab mengenai doa yang begitu
berlimpah. Banyak orang Kristen dan gereja pada waktu berdoa tidak menyelidiki baik-baik teologi
doa yang diajarkan Alkitab. Alkitab berkata, "Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang,
bahwa penyembah-penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran." (Yoh.
4:23). Dalam sembah sujud dan berbakti kepada Tuhan ada dua unsur penting. Pertama yaitu
berbakti dengan jujur, berbakti di dalam kebenaran; ini suatu aspek fungsi rasio. kedua, berbakti di
dalam roh, berbakti di dalam kuasa Roh Kudus, ini aspek rohani. Iman mencakup dua wilayah; wilayah
rasional dan wilayah spiritual. Wilayah rasional bersangkut-paut dengan fungsi pikiran. Wilayah
spiritual bersangkut paut dengan fungsi kita berbakti dan memuliakan Allah.
Yesus Kristus berkata, "Barangsiapa menyembah Allah, harus menyembahNya dalam roh
dan kebenaran." Aku berbakti kepada Tuhan, baktiku berdasarkan kebenaran yang memimpin
pikiranku. Berbahagialah orang yang pikirannya dipimpin oleh kebenaran dan hati nuraninya dipimpin
oleh
Roh Kudus, dan kedua aspek itu bekerja bersama-sama. Dwi fungsi berintegrasi di hadapan Tuhan.
Jika kita mempunyai otak yang tidak dipimpin oleh Roh Kudus, bakti kita tidak diterima dengan baik.
Jika kita mempunyai roh yang sungguh-sungguh tetapi tidak ada kebenaran yang memimpin kita, kita
tidak mungkin memuliakan Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Berbahagialah orang yang punya integrasi, suatu penggabungan yang mencakup kedua aspek
ini. Di bagian rasio ada kebenaran yang memimpin, di bagian rohani ada Roh Kudus yang bertakhta.
Saudara-saudara, bakti sudah mencakup aspek fungsi hidup rohani yang disebut berdoa; berdoa
dengan roh, berdoa dengan pengertian. "Aku akan berdoa juga dengan akal budiku," demikian Paulus
berkata dalam 1 Kor. 14:15. Doa dalam roh dan doa dalam pikiran, doa dalam roh dan doa dalam akal,
dalam pengertian. Betapa banyak orang berani menafsirkan ayat itu secara salah dengan
mengatakan, kalau engkau berdoa tanpa memakai pikiran, hanya berglosolali atau roh yang
memimpin, sehingga pikiranmu kabur atau tidak jelas. Saya kira itu bukan ajaran Alkitab. Kalau
Saudara meneliti surat korintus, Paulus menekankan bukan hanya berdoa dalam roh tetapi juga
memakai pengertian. Jadi di sini keseimbangan yang ditekankan. Roh Kudus memimpin rohmu dan
Firman memimpin pikiranmu.
Tidak ada seorangpun yang berhak memisahkan Roh Kudus dari kebenaran, dan tidak ada
seorang pun yang berhak memisahkan pimpinan Roh Kudus dengan roh kita. Jika pikiran kita tidak
dipimpin oleh kebenaran, kita belum bisa berbakti kepada Allah. Jika hati dan nurani kita tidak
dipimpin oleh Roh Kudus, kita belum mengerti bagaiman aberdoa kepada Tuhan. Jadi, berbakti
kepada Tuhan dalam kebenaran dan roh, berdoa kepada Tuhan dalam pikiran dan hati nurani yang
dipimpin oleh Roh. Roh Kudus tidak mungkin memimpin seseorang tanpa memakai kebenaran. Dengan
kebenaran Dia memimpin kita dengan Firman Tuhan menjadi pedoman hidup, Firman Tuhan menjadi
pelita dalam jalan kita, Firman Tuhan menjadi penerang bagi hati nurani, dengan cahaya Firman kita
dipimpin. Saudara-saudara, seorang yang rohani adalah seorang yang taat kepada kebenaran
Alkitab. Seorang yang bijaksana adalah seorang yang menaklukkan pikiran di bawah kuasa Roh Kudus
dan kedaulatan Tuhan Allah.
Berdoa Sesuai Dengan Kehendak Bapa
Roh Kudus dan doa. Doa dan Roh Kudus. Pada waktu Yesus, Anak Allah yang tunggal, berada
di dunia, Dia tidak bisa berdoa tanpa pimpinan Roh Kudus. Ketika Anak Manusia yang menjadi wakil
engkau dan saya berada dalam dunia, Allah menjadi daging, Kalam menjadi manusia, Firman menjadi
Imanuel, Dia perlu pimpinan Roh Kudus. Siapakah engkau, yang berdoa tidak perlu dipimpin oleh Roh
Kudus? Siapakah engkau, yang sudah belajar menghafal doa sehingga engkau sudah pintar berdoa di
luar kepala dan tidak perlu dipimpin oleh Roh Kudus? Dalam Lukas 4 dan Matius 4 dikatakan, Roh
Kudus memimpin Yesus ke padang belantra untuk dicobai dan di situ Doa berdoa 40 hari.
Dia berdoa, berdoa, berdoa dan sebagai puncak doanya kita melihat Roh Kudus memimpin Dia.
Selama 40 hari Dia berada dalam pergumulan doa. Roh Kudus mendampingi dan akhirnya doaNya
sudah memuncak, sudah mencapai suatu status, kuat untuk bisa mengadapi pencobaan-pencobaan
yang berat. Di dalam duania, Yesus berdoa dan dipimpin oleh Roh Kudus.
Saudara-saudara, bukan hanya itu; Alkitab berkata bahwa Roh menolong kita dengan
keluhan-keluhan yang tak terucapkan. Apakah artinya ini? Yang tidak terkatakan, yang tidak
dimengerti oleh manusia, demikianlah keluhan-keluahan Roh Kudus. Orang yang belajar sabar tahu
betapa berat arti S-A-B-A-R ini. Sabar ini sulit. Dalam bahasa Tionghoa kata sabar tersusun oleh
dua suku kata, yang artinya jantung ditusuk oleh pisau. Itulah arti sabar. Kadang-kadang saudara
tidak bisa sabar tetapi mesti sabar juga, sudah tidak bisa tetapi mesti sabar, saudara paksa-
paksakan, persis seperti jantung ditusuk pisau. Goyang sedikit, pecah jantungmu. Itu namanya
sabar. Siapakah yang paling sabar? Yang paling sabar ialah Roh Kudus. Waktu Dia memperanakkan
kita, Dia sudah bertekad untuk mendampingi anak yang dilahirkan itu. Dia mau hidup ditengah-
tengah kita, Dia mau hidup di dalam kita. Roh Kudus mendampingi kita seperti seorang ibu, dengan
penuh kesabaran Ia mendidik kita, memimpin kita menuju ke jalan yang benar, menuju jalan yang
bercahaya dengan terang yang mulia.
Dalam bahasa Yunani Roh Kudus disebut Parakletos. "Para" artinya di samping. Parakletos
adalah Penghibur yang mendampingi kita. Pada waktu engkau dicela, dihina, waktu engkau sendiri
melayani Tuhan dan tidak dimengerti oleh orang lain, bahkan oleh kawan dan rekan sendiri, ingatlah
akan Parakletos, Roh Kudus Penghibur yang mendampingi engkau di sampingmu dan terus
menguatkan engkau, berdoa ganti engkau, karena Dia mengatahui isi hati Tuhan dan Bapa
mengetahui doa Roh Kudus. Ini adalah komunikasi antara ketiga oknum; Bapa, anak dan Roh Kudus.
Bapa mencintai Anak. Anak mencintai Bapa, Bapa mencintai Roh Kudus, dan Roh Kudus mencintai
Bapa. Ketiga Oknum berkomunikasi, ketiga Oknum saling mencintai, dan pengertian antara ketiga
Oknum demikian jelas, demikian tuntas, sempurna dan demikian indah. Disebut di sini bahwa Roh
Kudus tahu maksud Bapa dan Bapa juga mengerti isi hati Roh Kudus. Karena Roh Kudus mengetahui
kedalaman dan keajaiban segala rahasia yang tersembunyi sedalam-dalamnya di dalam diri Allah
Bapa, maka Roh Kudus bisa berdoa sesuai dengan kehendak Bapa, sedangkan engkau dan saya tidak
mungkin.
Roh Kudus membantu engkau dan saya berdoa di hadapan Tuhan. Saudara, dulu di desa-desa
di Tingkok banyak wanita tidak sekolah. Kalau mereka mau menulis surat kepada suami atau anaknya
di kota lain, mereka harus meminta bantuan seorang tukang tulis surat. Nah, tukang tulus surat
tidak ada modal berdagang tetapi ada modal sekolah. Jadi mereka pasang satu menja dengan
tempat tinta, sebuah pena dengan kuas dari bulu, dan banyak kertas di lacinya.
Wanita-wanita itu lalu mendiktekan apa yang mereka mau katakan. Biasanya bahasa mereka selalu
jelek, tata bahasanya tidak teratur, tetapi yang menulis langsung mengubah menjadi kalimat-
kalimat yang indah, tata bahasanya baik dan tulisannya bagus; kalau kata-katanya terlalu kasar
dihaluskan, supaya dapat mengungkapkan apa yang diinginkan dengan sebaik-baiknya.
Nah, Saudara demikianlah pekerjaan Roh Kudus, dalam membantu kita berdoa. Doa kita sering
ngawur, Roh Kudus membetulkan. Dia mengeluh dan mengeluh mendengar doa kita, tetapi Ia
memperindah doa kita sehingga diterima oleh Bapa. Saudara mau doa Saudara diterima oleh Bapa?
Caranya tidak lain, kecuali hidup menurut kehendakNya dan diperkenan olehNya, dan Roh Kudus
akan membantu kita berdoa.
Saudara, sejak saya berumur sepuluh tahun saya mempunyai beban doa untuk penginjilan
dunia, tetapi tidak tahu bagaimana harus berdoa. Kemudian Tuhan menolong saya untuk mulai
melihat siapa memberitakan Inji, dukunglah mereka; siapa yang diinjili, cari kesulitan mereka;
orang-orang yang paling sulit menerima Injil, temukan rintangannya apa. Mulai Tuhan mengajar
dengan kebenaran, seperti mengupas lapisan-lapisan bawang yang luarnya sudah rusak, mengupas
satu per satu sampai ditemukan inti di dalamnya yang sesuai dengan hidup yang Allah ingini. Pelan-
pelan saya belajar mengatahui bagaimana berdoa sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam berdoa saya
dididik, saya dibantu, sehingga lambat laun mulai tidak lagi berdoa untuk hal-hal yang sekunder, hal-
hal yang tidak perlu, tidak lagi berdoa untuk keuntungan dan kepentingan diri sendiri, melainkan
mengutamakan Tuhan. Lambat laun saya merasakan perasaan saya lain sekali; kalau Tuhan sudah mau
begini, hati ingin begitu, tidak ada sejahtera. Setelah berdoa untuk pekerjaan Tuhan, berdoa untuk
orang lain, untuk penginjilan seluruh dunia, ada suatu ketenangan dalam hati.
Saudara akan mengalami damai sejahtera yang luar biasa kalau Saudara mengingat orang
lain, bukan mengingat diri sendiri. Di dalam Alkitab ini merupakan suatu prinsip! Pada waktu Ayub
bersungut-sungut tidak habis-habisnya, mencela Allah, ia tidak ada jalan pembebasan. Tetapi ketika
Ayub berdoa untuk kawan-kawannya dan untuk orang lain, Allah melepaskan dia dari kesusahan. Ayat
ayng indah! Hanya Roh Kudus bisa menolong kita, mengarahkan kita keluar dari hidup doa yang
egosentris menuju hidup doa yang altruistis, yaitu berdoa untuk orang lain. Hidup berdoa untuk
melihat lebih lebar, lebih luas, penyangkalan diri lebih besar, melihat kerajaan Allah. Roh Kudus
menolong kita berdoa karena Ia mengetahui isi hati Tuhan. Kiranya Tuhan memperbarui,
menormalkan dan mengarahkan kebenaran di dalam hidup doa kita masing-masing.
Kehendak Allah Dalam Kristus
Istilah "dalam" Kristus muncul beratus-ratus kali di Perjanjian Baru. Ini
merupakan satu istilah khusus dalam iman kepercayaan orang Kristen. Di hadapan
Allah, hanya ada dua lingkungan yang disebut sebagai "dalam". Pertama, "dalam
Adam", kedua "dalam Kristus".
Di hadapan Allah, manusia hanya diakui dalam dua kategori ini. Dalam Adam,
manusia adalah manusia berdosa yang belum diselamatkan, yang mengikuti wakil
mereka, yaitu Adam, yang memberontak kepada Allah. Dalam Kristus, manusia adalah
manusia berdosa yang sudah mengaku dosa dan diselamatkan, yang mengikuti wakil
mereka, yaitu Kristus, yang taat kepada Allah. Adam pertama melawan kehendak
Allah; Adam kedua menjalankan kehendak Allah.

Kita menyimpulkan seluruh hidup Adam dengan dua kalimat. Demikian juga
dengan seluruh hidup Kristus. Adam berkata: Not Your will, God. But my will be done.
-- Bukan kehendak-Mu, tetapi kehendakku yang jadi." Kristus berkata sebaliknya:
Not My will, But Thy will be done. -- Bukan kehendak-Ku, tetapi kehendak-Mu yang
jadi."
Dalam teladan yang diberikan Adam kepada kita, manusia mengumumkan
otonominya sendiri. No, God! I don't need Your guidance. I don't need Your law. I
don't need Your commandments. -- "Aku tidak perlu pimpinan-Mu. Aku tidak perlu
hukum-Mu. Aku tidak perlu perintah-Mu." Dan, "Aku mengklaim bahwa diriku sendiri
cukup mampu. Aku dewasa, berotonomi, dan tidak perlu lagi dikuasai oleh Roh-Mu
yang kudus." Inilah teladan Adam. Akan tetapi, pada waktu Kristus datang ke dalam
dunia, bagaimana Dia menjadi contoh?
Di Getsemani, Yesus mencurahkan keringat seperti darah. Itu merupakan satu
kesedihan yang luar biasa. Pergumulan. Tetesan keringat yang keluar seperti darah
hanya dialami oleh mereka yang sedang dalam kesedihan yang luar biasa. Di situ,
Kristus berdoa: "Ya, Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku;
tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi" (Lukas 22:42).
Kitab Yesaya mencatat bahwa cawan itu adalah cawan murka Allah (Yesaya 51:17)
Inilah satu lembaran baru yang berbeda dari lembaran hidup manusia lain,
berbeda dari semua pendiri agama yang lain, berbeda dari semua keturunan Adam
yang lain. Lembaran baru mencatat bahwa Anak Allah menjadi standar, menjadi
contoh moral bagi Saudara dan saya. Bukan kehendak manusia yang jadi, melainkan
kehendak Pencipta manusia yang jadi.
Jika membandingkan antara taman Getsemani dengan taman Eden, Getsemani
terlalu gersang, tetapi Eden sangat subur. Di Getsemani terlalu sakit, di Eden terlalu
enak. Akan tetapi, pada waktu Adam berada di taman yang enak, dia justru jatuh.
Sebaliknya, Kristus di taman yang penuh sengsara, tetapi justru sukses. Yang satu
memaksa Allah mengikuti kehendaknya, sedangkan yang lain menaklukkan kehendak-
Nya di hadapan kehendak Allah. Berbeda, sama sekali berbeda!
Kita menjadi orang Kristen yang macam mana? Macam Adam atau mau mengikut
Kristus? Mengapa kita berdoa memaksa Tuhan? Apakah kita berdoa: "Tuhan, Engkau
harus menyembuhkan aku! Tuhan, Engkau harus menjalankan ini, menjalankan itu.
Kalau tidak, aku tidak akan percaya kepada-Mu"? Ataukah, kita berdoa: "Tuhan,
sebagai anak-Mu, saya meminta kesembuhan, tetapi kehendak-Mu yang jadi, bukan
kehendakku yang jadi"?
Jika tidak berhati-hati, kita mudah mengubah seluruh situasi dan menjadikan
Tuhan yang kita sebut Tuhan sebagai pembantu kita. Apakah kita berusaha
menaklukkan Tuhan di bawah kehendak kita? Siapakah Tuhan? Jikalau Tuhan Saudara
adalah TUHAN, biarlah Saudara menaklukkan diri di bawah kehendak-Nya, bukan
berusaha menaklukkan Dia di bawah kehendak Saudara.
Yesus berkata: "Kehendak-Mu yang jadi." Apakah kehendak Bapa? Kehendak
Bapa ialah agar Yesus Kristus mati, dipisahkan dari Bapa. Perpisahan antara Allah
Bapa dan Allah Anak merupakan satu kepahitan terbesar dan Sumber segala
kebijaksanaan, kasih, dan segala persatuan! Bapa, Anak, dan Roh Kudus, adalah Allah
Tritunggal. Di Getsemani, terjadi satu keharusan yang pahit, yaitu perpisahan. Maka,
Kristus mengatakan: "Kalau mungkin, singkirkan cawan ini." Akan tetapi, Bapa
mengatakan: "Engkau harus menerima cawan ini karena inilah kehendak-Ku untuk
menyelamatkan umat manusia yang diciptakan menurut peta dan teladan-Ku."
Puji Tuhan! Yesus Kristus meminum cawan itu sampai habis. Lalu, Dia dipaku di atas
kayu salib. Maka, Alkitab berkata: "Allah menetapkan untuk meremukkan Dia.
Menurut kehendak Allah, Kristus menyerahkan diri-Nya untuk mati bagi kita! Inilah
satu-satunya kematian yang menurut kehendak Allah! Satu-satunya kematian yang
direncanakan dalam kehendak Allah yang asli. Dalam kematian Kristus, kita melihat
kehendak Allah terlaksana."
a. Kasih Allah digenapi.

Kasih Allah harus dinyatakan kepada manusia karena Dia adalah kasih. God is
love. Di manakah kita bisa melihat kehendak Allah yang mengasihi kita itu? Dalam
pengorbanan. Tanpa pengorbanan, tidak ada kasih! Istilah "cinta", sudah menjadi
begitu murah, sudah membanjiri zaman ini. Namun, setiap kali kita mengucapkan
"cinta", mari kita uji dengan pengorbanan. Every love should be tested by sacrifice.
Pengorbanan menyatakan kasih yang sungguh-sungguh. Allah itu kasih adanya.
Pemikiran ini ada secara samar-samar dalam agama-agama. Akan tetapi, ini menjadi
suatu realitas kekristenan, di mana Anak Allah yang tunggal dikaruniakan untuk mati
di atas kayu salib menggantikan dosa Saudara dan saya. Ini konkret,
bukan abstrak. Bukan pula mimpi atau ilusi. Bukan imajinasi, tetapi riil. Kristus
mati untuk Saudara dan saya. Ini kehendak Tuhan!
b. Keadilan Allah digenapi.
Apakah artinya keadilan Tuhan? Keadilan Tuhan berarti: yang berdosa harus
dihukum! Jikalau yang berdosa tidak dihukum, berarti Allah tidak adil! Jikalau dosa
harus dihukum, siapakah yang bisa menanggung hukuman yang berat ini? Saya mati
untuk diri saya. Saya mati karena saya berdosa. Kematian saya tidak bisa
menyelesaikan ataupun membenarkan segala kesalahan saya. Dosa begitu besar.
Kematian tidak cukup untuk membayar utang dosa yang sudah kita lakukan.
Bayangkan saja jika seorang gila membunuh dua puluh orang sekaligus dengan
pistol, dan orang gila itu akhirnya dihukum mati. Bukankah dia yang dihukum mati
hanya mempunyai satu nyawa? Akan tetapi, bukankah dia sudah menghabiskan nyawa
dua puluh orang? Bagaimana kematian seseorang bisa membayar utang dosanya?
Meskipun kita sampai mati, tulang kita hancur menjadi bubuk pun tak mungkin kita
bisa membalas cinta kasih Tuhan Yesus. Sebab, keadilan Allah menghukum dosa
begitu besar, begitu dahsyat. Kita belum sadar berapa besar keadilan itu. Saya
menangisi zaman ini, ketika Liberalisme mengajarkan tentang Allah yang kasih, tetapi
mereka menghindari khotbah tentang keadilan dan kesucian Allah. Sedangkan, aliran-
aliran yang murahan, yang hanya mau emosi, yang hanya mau berkat Tuhan saja,
jarang berkhotbah tentang hukuman Allah terhadap orang berdosa.
For you and for me, to be saved is free. Tuhan tidak menuntut apa-apa dari kita
supaya kita diselamatkan. Untuk menjadi orang Kristen, kita tidak harus membayar
harga apa-apa. Akan tetapi, jangan lupa: supaya Saudara dan saya bisa diselamatkan,
Kristus sudah membayar harga yang sangat besar, yaitu harga dari kematian Anak
Allah! The death of the Son of God! Anak Allah yang tunggal mati untuk Saudara dan
saya. Ini kehendak Allah. Ini suatu tuntutan keadilan yang dilunaskan.
Pelunasan itu memerlukan satu jiwa yang lebih dari sekadar jiwa yang terbatas
oleh waktu dan tempat. Pelunasan itu memerlukan satu hidup yang lebih dari hidup
yang diciptakan.
Yesus Kristus bukan diciptakan, tetapi Dia adalah Pencipta itu sendiri. Yang
tidak terbatas datang ke dalam dunia. Itu sebabnya, dalam keadaan hidup yang tidak
terbatas, Dia rela menanggung dosa seluruh umat manusia. Kita melihat "The
Unlimited is substituting the limited once -- Yang tidak terbatas menggantikan yang
terbatas." Itu sebabnya, Dialah yang sanggup menanggung dosa kita yang begitu
banyak. Dialah yang mampu melunasi utang kematian kekal yang seharusnya
ditimpakan kepada kita masing-masing. Puji Tuhan! Inilah keselamatan dari Tuhan
Allah. Kehendak yang Allah tetapkan sebelum dunia diciptakan. Paulus mengatakan
bahwa dalam Kristus, kita sudah direncanakan dan ditetapkan sebelum dunia
diciptakan.
Orang yang belum diselamatkan dan orang yang belum mengetahui kehendak
Allah dengan sungguh-sungguh menonjolkan diri dan merebut kemuliaan Tuhan dalam
pelayanan dan bukannya datang untuk sungguh-sungguh melayani. Akan tetapi, jika
Saudara betul-betul mengerti kehendak Allah dalam Kristus, yang dijadikan Allah
sebagai titik kontak, contoh standar, dan manusia kedua yang mengalahkan dosa dan
kematian serta membawa kita kembali kepada Tuhan, maka Saudara akan mengetahui
bagaimana seharusnya melayani Tuhan. Kristus datang ke dalam dunia untuk
menggenapkan hal ini: (1) Datang untuk menyalurkan kasih Allah, dan (2) datang untuk
menanggung hukuman murka Allah berdasarkan keadilan Allah.

Kedua hal ini kita temui di atas kayu salib. Di atas kayu salib Kristus, kita
melihat dua kutub dan dua hal yang paralel, yang ada dalam kekekalan sifat Allah,
yakni cinta Allah yang kekal dan keadilan Allah yang kekal, bertemu. Pertemuan ini
penting sekali.
Saya kira kita harus belajar satu pelajaran, yaitu bagaimana menjadi seorang
Kristen yang bisa mempertemukan keadilan dan cinta kasih! Orang Kristen yang hanya
mempunyai cinta, tetapi tidak mempunyai keadilan, tidak dapat melayani Tuhan
dengan baik. Sebaliknya, orang yang hanya mempunyai keadilan, ketegasan, dan
otoritas yang tinggi tanpa cinta kasih, tak bisa memerintah dengan baik. Kedua hal ini
dipertemukan di atas kayu salib Kristus. Karena itu, Kristus adalah standar dan
contoh bagi kita masing-masing. Ada cinta, tetapi tidak ada keadilan, akan menjadi
banjir yang mengakibatkan kecelakaan.
Ada keadilan, tetapi tidak ada cinta, akan menjadi kejam dan tanpa
perikemanusiaan. Pertemuan antara cinta dan keadilan menjadi satu memang
merupakan satu kesulitan yang besar.
Semua nabi menegur bangsa Israel yang berbuat dosa. Mereka menegur bukan
dengan kuasa, bukan dengan senapan, tetapi mereka menegur dengan air mata! Itu
karena mereka bukan hanya memainkan wewenang saja; mereka sedang menjalankan
kehendak Allah. Setiap teguran dikeluarkan dengan suara gemetar yang dibubuhi
dengan air mata. Di sinilah, cinta dan keadilan bertemu.
Pukulan ibu kepada anaknya berlainan dengan pukulan dari seorang musuh. Jika
musuh memukul Saudara, musuh memukul dan mengharapkan Saudara mati. Akan
tetapi, waktu seorang ibu memukul anaknya, dia memang memukul badan anaknya,
tetapi rasa sakit ada dalam hati sang ibu. Inilah paradoks! Di situlah, timbul satu
kesulitan yang berkombinasi. Karena apa? Karena di situlah kasih dan keadilan
bertemu. Kasih Allah dan keadilan Allah bertemu di satu titik pusat yang paling
klimaks, di Golgota. Allah yang mencintai manusia adalah Allah yang harus
melemparkan manusia berdosa ke dalam neraka. Kedua hal yang berbeda kutub ini
berjumpa di atas Golgota. Kristus mati bagi Saudara dan saya. Dasar dari pertemuan
kedua hal ini saya sebut sebagai kebijaksanaan, dan akibat dari pertemuan kedua hal
ini saya sebut sebagai kuasa dan keselamatan.
Orang yang bisa menggabungkan kedua hal ini pasti mempunyai kuasa luar biasa
dalam pemerintahan dan pelayanan. Seorang raja, pendeta, atau pemimpin yang
memerintah secara administratif,
kalau hanya mempunyai cinta tanpa keadilan, tidak akan menjalankan tugasnya
dengan benar. Demikian pula, jika dia hanya mempunyai keadilan tanpa cinta, dia tidak
akan menjalankan tugasnya dengan benar. Waktu kedua hal ini bertemu, orang yang
mempunyainya akan mempunyai kuasa yang luar biasa. Mempertemukan dua hal ini
memerlukan kebijaksanaan yang luar biasa dari kehendak Tuhan Allah. Tuhan Yesus
menjadi contoh kita dalam segala sesuatu. Kehendak Allah ialah mempertemukan kita
dengan Dia, bersatu dengan Dia, dalam diri Kristus yang mati dalam kehendak Allah.
Tuhan memberikan kekuatan kepada kita untuk mempunyai pikiran yang lebih
mendalam dan lebih cinta kepada Kristus, dan menjalankan kehendak Tuhan sampai
tahap kematian kita. Apakah Saudara mengerti siapakah Kristus? Apakah Saudara
mengerti apa artinya menjadi orang yang beriman kepada Kristus? Apakah mengerti
arti Kristus sudah mati dalam kehendak Allah bagi kita masing-masing? Sudahkah
Saudara menerima Kristus dalam hati Saudara?
Bagaimana Saya Tahu Kehendak Tuhan Dalam Hidup Saya?

Apa kehendak Tuhan dalam hidup Anda? Banyak orang ingin melakukan kehendak-Nya, tetapi
mereka bergumul karena mereka tidak tahu apa kehendak-Nya. Pembahasan berikut ini akan
membahas beberapa prinsip firman Tuhan yang akan menolong Anda untuk memahami kehendak-Nya
dalam hidup Anda.
 Tuhan mempunyai rencana besar untuk hidup Anda.
Kita adalah ciptaan Tuhan, sesuai dengan rupa-Nya, untuk suatu tujuan. Seperti Tuhan
memanggil Nabi Yesaya (Yesaya 49:1), Yeremia (Yeremia 1:5), dan Paulus (Galatia 1:15) untuk
suatu tujuan khusus, Ia pun mempunyai rencana khusus dalam hidup Anda.
"Sebab aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." (Yeremia 29:11) Alkitab mengatakan bahwa
kehendak Allah adalah "baik, berkenan, dan sempurna" (Roma 12:2).

 Kehendak Allah yang terutama adalah agar kita mempunyai hubungan yang intim dengan-
Nya melalui putra-Nya, Yesus Kristus.
"Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juru Selamat kita, yang menghendaki
supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran." (1 Timotius 2:3-
4).
 Tuhan ingin kita menjadi murid Kristus.
Ini berarti orang Kristen harus berkomitmen untuk mengikut Dia tanpa kompromi. "Kata-Nya
kepada mereka semua: `Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya,
memikul salibnya setiap hari dan mengikuti Aku." (Lukas 9:23).
 Alkitab menolong kita untuk mengetahui kehendak-Nya.
"Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku." (Mazmur 119:105)

 Tuhan berjanji memberi kita suatu kebijaksanaan jika kita meminta kepada-Nya dalam
doa, dan percaya bahwa Ia telah memberikannya.
Terkadang, kita harus meminta suatu hikmat kepada Tuhan untuk mengerti kehendak-Nya.
"Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada
Allah, -- yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangki -
bangkit, maka hal itu akan diberikan padanya." (Yakobus 1:5) Dalam Filipi 4:6, Tuhan menyatakan
bahwa kita dapat berdoa untuk memohon apapun.

 Tuhan telah memberikan Roh Kudus sebagai penuntun.


"Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh
kebenaran; ...." (Yohanes 16:13a)

 Kita seharusnya mendengarkan nasihat dari pria dan wanita bijaksana yang ditempatkan
Tuhan dalam hidup kita.
Sering kali, nasihat dari orang tua, pendeta, pelayan kaum muda, guru sekolah minggu ataupun
orang lain membantu kita dalam menghadapi situasi kita sehingga kita dapat memutuskan apa yang
Tuhan ingin kita lakukan. "Jalan orang bodoh lurus dalam pandangannya sendiri, tetapi siapa
mendengarkan nasihat, ia bijak." (Amsal 12:15) "Rancangan gagal kalau tidak ada pertimbangan,
tetapi terlaksana kalau penasihat banyak." (Amsal 15:22).

 Alkitab menyatakan bahwa damai sejahtera akan datang dalam hidup kita jika kita
menyenangkan Tuhan.
Sewaktu menentukan antara dua alternatif dalam doa kita, terkadang akan ada pilihan yang
memberikan suatu damai sejahtera. Pilihan itu kemungkinan merupakan kehendak Tuhan. "Di mana
ada kebenaran di situ tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan
ketentraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17)
 Kita harus meletakkan kepercayaan kita pada Tuhan, bahwa apa pun yang dilakukan-Nya
adalah untuk kebaikan kita.
"Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada
pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." (Amsal
3:5-6). "Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara
kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya, pada hari Kristus Yesus." (Filipi 1:6).

 Tuhan telah memberikan kepada setiap kita suatu talenta dan kemampuan untuk dipakai
dalam pelayanan kepada-Nya.
Tuhan selalu memperlengkapi kita untuk melakukan apa yang diinginkan -Nya. Jika Anda tidak
diberikan suatu kemampuan dalam suatu bidang, Tuhan mungkin tidak memanggil Anda untuk
melayani di bidang tersebut (lihat Roma 12:6-8; 1 Korintus 12:1-11, dan Efesus 4:11-13 sebagai
daftar karunia Roh). Ingatlah bahwa tujuan utama Tuhan dalam hidup kita adalah untuk kemuliaan
nama-Nya (1 Korintus 10:31) sehingga kabar Injil dan kerajaan Allah dapat disebarluaskan (Kejadian
50:20 dan Filipi 1:12).
Kehidupan Kristen Biasa
Radikal. Epik. Revolusioner. Transformatif. Berdampak besar. Mengubah hidup. Tertinggi.
Ekstrem. Menakjubkan. Sangat penting. Alternatif. Inovatif. Genting. Hal besar berikutnya.
Terobosan eksplosif.
Anda mungkin bisa menambahkan unsur-unsur penjelas lain yang, ironisnya, telah menjadi
bagian dari percakapan umum dalam masyarakat dan di gereja pada masa kini. Sebagian besar dari
kita sudah terlalu sering mendengar ungkapan-ungkapan seperti ini sehingga ungkapan-ungkapan
tersebut menjadi suara latar. Meskipun kita mungkin agak letih dengan iklan-iklan tersebut, kita
ingin sekali membawa keadaan ke "tingkat yang benar-benar baru".

"Biasa" pasti merupakan salah satu kata yang paling kesepian dalam kosakata kita hari ini.
Siapa yang mau punya stiker bemper mobil yang mengumumkan ke tetangga sekitar, "Anak saya
adalah murid biasa di Bubbling Brook Elementary"? Siapa yang mau menjadi orang biasa yang tinggal
di kota yang biasa saja, menjadi anggota dari gereja yang biasa saja, memiliki teman-teman yang
biasa saja, dan melakukan pekerjaan yang biasa saja? Hidup kita harus berarti. Kita harus
menggoreskan jejak kita, meninggalkan warisan, dan membuat perbedaan. Kita perlu menjadi murid
yang radikal, membawa iman kita ke tingkat yang benar-benar baru. Semua ini harus merupakan
sesuatu yang bisa dikelola, diukur, dan dipelihara. Kita harus menghayati profil Facebook kita.
Meski demikian, saya merasakan kegelisahan yang semakin bertambah dengan kegelisahan ini.
Beberapa orang sudah letih dengan ajakan terus-menerus untuk adanya perubahan yang radikal
melalui skema-skema yang baru dan yang ditingkatkan. Mereka semakin tidak yakin apabila mereka
ingin terjun menuju tren selanjutnya atau membuka jalan baru menuju kejayaan. Rod Dreher
mengamati:
"Keseharian adalah masalah saya. Mudah untuk memikirkan apa yang akan Anda lakukan pada
masa perang, atau jika topan melanda, atau jika Anda menghabiskan waktu satu bulan di Paris, atau
jika teman Anda memenangkan pemilihan, atau jika Anda memenangkan lotre, atau membeli barang
yang benar-benar Anda inginkan. Jauh lebih sulit untuk menentukan bagaimana Anda akan melewati
hari ini tanpa merasa putus asa."
Dalam buku yang ditulisnya tentang saudarinya, The Little Way of Ruthie Leming, Dreher
memberi isyarat akan adanya kekhawatiran yang semakin besar dengan budaya mengagung-agungkan
hal-hal yang luar biasa.
Gelisah terhadap Hal Besar Berikutnya
Saya yakin bahwa salah satu alasan pendorong obsesi kita untuk menjadi luar biasa adalah
adanya budaya revivalisme yang telah membentuk Protestanisme Amerika. Terutama oleh penginjil
Charles G. Finney (1792 -- 1875), revivalisme memeluk teologi yang berpusat pada manusia, dan
menemukan metode-metode yang sesuai dengan teologi tersebut. Menempatkan keselamatan di
tangan masing-masing individu yang belum dewasa, sang penginjil memerlukan "reka-reka baru yang
cukup untuk menimbulkan pertobatan". Sebagaimana Richard Hofstadter mengamati, "Sistem
kebintangan tidak lahir di Hollywood, melainkan di jalanan yang berdebu." Fokusnya bukan pada Injil
dan cara-cara anugerah yang ditetapkan oleh Allah, melainkan pada penginjil dan metode-metodenya
untuk menghasilkan kebangunan rohani.
Pemikiran itu menggagas bahwa pesan dan metode-metode yang dilakukan oleh Kristus itu
terlalu lemah -- terlalu biasa. Yang terpenting bukanlah apa yang terjadi dalam gereja dan di rumah
sepanjang minggu. Yang penting adalah hari ketika kebangunan rohani terjadi di kota, dan Anda
"diselamatkan dengan mulia", seperti cara nenek saya menggambarkannya.
Pendeta dan teolog Reformed, John W.Nevin, yang sezaman dengan Finney mengontraskan
"sistem bangku" (pendahulu dari panggilan altar) dan "sistem katekismus":
Iman Presbiterian kuno, yang di dalamnya saya dilahirkan,
didasarkan pada gagasan tentang agama keluarga perjanjian, keanggotaan
gereja melalui tindakan kudus Allah dalam pembaptisan, dan perihal
mengikuti pelatihan katekisasi rutin bagi kaum muda, dengan petunjuk
langsung tentang kedatangan mereka ke meja perjamuan Tuhan. Dalam
satu kata, semua mengarah ke teori agama yang bersifat sakramen dan
membina.

Dua sistem ini, Nevin menyimpulkan, "Pada dasarnya melibatkan dua teori agama yang
berbeda." Kesimpulan Nevin dibenarkan oleh perkembangan-perkembangan yang menyusul.
Menjelang akhir pelayanannya, ketika dia memperhatikan kondisi banyak orang yang telah mengalami
kebangunan rohani yang diselenggarakannya, Finney sendiri bertanya-tanya apabila hasrat tanpa
henti akan pengalaman-pengalaman yang lebih besar ini bisa menuntun ke arah keletihan rohani.
Kekhawatirannya ini beralasan.
Daerah tempat kebangunan rohani Finney terjadi besar-besaran sekarang disebut oleh ahli
sejarah sebagai burned-over district (wilayah barat dan tengah New York pada awal abad ke-19,
tempat terjadinya kebangunan rohani dan terbentuknya gerakan religius baru pada masa
Kebangunan Besar Kedua - Red.), daerah persemaian kekecewaan dan perkembangbiakan sekte-
sekte esoteris. Ini telah menjadi lingkaran tak berujung dari kebangunan penginjilan sejak saat itu:
sebuah pendulum yang berayun antara antusiasme dan kekecewaan, alih-alih kedewasaan yang teguh
dalam Kristus melalui partisipasi dalam kehidupan sehari-hari sebagai komunitas perjanjian.
Jika pertumbuhan bertahap dalam Kristus digantikan oleh pengalaman yang radikal, tidaklah
mengherankan jika banyak orang mulai mencari Hal Besar Berikutnya ketika pengalaman krisis paling
baru yang mereka alami mulai memudar. Bahkan, dalam masa hidup saya sendiri, saya menyaksikan --
dan ikut serta dalam -- suatu parade pergerakan radikal. Sekarang, menurut majalah Time,
"kalvinisme baru" merupakan salah satu tren teratas yang sedang mengubah dunia. Pergerakan ini
juga dikenal sebagai "Muda, Gelisah, Dibaharui". Akan tetapi, selama ditentukan oleh kegelisahan
kaum muda, itu bisa cenderung membengkokkan apa artinya menjadi Dibaharui.
Ketika masih menjadi nelayan muda, anak-anak saya tidak bisa membiarkan tali pancing
mereka berada di dalam air cukup lama untuk menangkap makhluk hidup. Mereka selalu menggulung
talinya untuk melihat apakah mereka telah menangkap sesuatu. Kemudian, ketika mereka ingin
menanam strawberry bersama istri saya, kegembiraan mula-mula yang mereka punya segera
berubah menjadi rasa bosan ketika, setelah hanya beberapa hari, mereka tidak melihat ada satu
buah pun.
Usia muda adalah usia ketika kita gelisah. Kita tersesat dalam rasa ingin tahu yang tidak
sabar dan dorongan hati yang mementingkan diri sendiri. Namun, dalam Perjanjian Baru, kita
berulang kali diajarkan untuk bertumbuh, untuk menjadi dewasa, untuk meninggalkan kekanak-
kanakan kita. Kita diajarkan untuk taat kepada orang yang lebih tua, untuk menghargai hikmat yang
terbentang bukan hanya dalam rentang tahun ke tahun, tetapi dari generasi ke generasi, dan untuk
menyadari bahwa kita tidak memiliki jawaban atas segala sesuatu. Kita bukanlah bintang dalam film
kita sendiri. Jika semua perlengkapan kehidupan gereja dirancang oleh dan untuk budaya masa
muda, kita tidak akan pernah bertumbuh menjadi dewasa.
Jadi, dalam beberapa hal, setidaknya, ketidaksabaran gelisah yang kita alami terhadap hal
yang biasa bukan hanya merupakan pengaruh dari budaya kita, tetapi juga pengaruh dari pandangan
yang tidak baik tentang pemuridan Kristen yang telah membentuk budaya itu dari generasi ke
generasi.
Memperbarui Rasa Menghargai untuk Hal yang Biasa
Pertama dan terutama, semua penghargaan yang diperbarui terhadap hal yang biasa diawali
dengan Allah.
Tentu saja, Allah sama sekali tidak biasa saja, tetapi Dia suka bekerja dengan cara-cara yang
biasa. Allah Tritunggal kita bisa melakukan segala sesuatunya sendiri, secara langsung dan dengan
segera. Lagi pula, Dia berkata, "Jadilah terang," dan terang itu jadi (Kejadian 1:3). Namun, Dia juga
berkata, "Hendaklah tanah menumbuhkan tunas-tunas muda" dan "tanah itu menumbuhkan tunas-
tunas muda" (ayat 12). Allah tidaklah lebih kurang dalam posisi-Nya sebagai sumber utama realitas
ketika Dia bekerja dalam penciptaan untuk "melaksanakan" tujuan-tujuan-Nya daripada ketika Dia
memfirmankan segala sesuatu menjadi ada.
Dalam pemeliharaan, cara bekerja Allah yang biasa pastinya mengejutkan kita dengan
keheranan. Apa yang lebih biasa daripada kelahiran seorang anak? Kita tidak perlu menyebutnya
keajaiban untuk merasa takjub pada karya Allah. Bahkan, cara kerja Allah yang wajar pun
menakjubkan. Meskipun para nabi dan para rasul dipanggil untuk melakukan pekerjaan yang luar
biasa, mereka adalah orang-orang biasa yang menyampaikan firman Allah dalam bahasa yang biasa.
Kita melihat keragaman ini bahkan dalam inkarnasi. Allah yang menjadi daging di dalam rahim
seorang perawan tidak lain adalah campur tangan langsung dan ajaib dalam sejarah. Meski demikian,
Dia mengambil kemanusiaan-Nya dari Maria dalam cara yang biasa, melalui kehamilan selama 9 bulan.
Cara Maria melahirkan Allah yang berinkarnasi pun bukanlah sesuatu yang ajaib. Allah bahkan
bertumbuh besar dalam cara yang biasa, melalui cara-cara yang biasa: "Dan Yesus makin bertambah
besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia" (Lukas
2:52).
Lagi pula, keajaiban luar biasa dari kelahiran baru kita berasal dari atas, tetapi kita
dipersatukan dengan Kristus melalui pemberitaan Injil yang biasa. Beberapa pertobatan memang
radikal; beberapa yang lain bertahap. Dalam kedua kasus tersebut, pekerjaan Allah yang ajaib
terjadi melalui sarana anugerah yang biasa.Dalam semuanya ini, Allah adalah aktornya, bahkan
ketika Dia bertindak melalui sarana ciptaan. Bukan kita yang naik kepada Allah, melainkan Dialah
yang turun kepada kita, dan menyampaikan anugerah-Nya kepada kita melalui kata-kata dan
perbuatan yang bisa kita pahami.
Hal yang biasa bukan berarti hal yang biasa saja. Atlet, arsitek, humanis, dan seniman dapat
menjamin bahwa pentingnya kesetiaan sehari-hari terhadap tugas-tugas dunia/yang biasa mengarah
ke keunggulan. Namun, meskipun kita bukanlah yang paling hebat dalam berbagai panggilan kita,
cukuplah untuk mengetahui bahwa kita dipanggil ke sana oleh Allah untuk tetap beriman di dalam
dunia milik-Nya. Kita memandang kepada Allah dengan iman dan memperhatikan sesama kita dalam
kasih dan melalui pekerjaan baik. Anda tidak perlu mengubah dunia untuk menjadi seorang ibu atau
ayah, saudara kandung, anggota gereja, atau tetangga yang beriman. Siapa tahu? Mungkin jika kita
menemukan peluang dari hal-hal yang biasa, kesukaan terhadap hal yang biasa, dan rasa takjub
terhadap hal yang biasa, kita akan menjadi radikal juga pada akhirnya.

Anda mungkin juga menyukai