Referat Bedah
Referat Bedah
Pembimbing :
Penyusun :
Pembimbing
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Referat ”Uji Kultur dan Sensitivitas”.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Willy Yulianto, Sp B selaku pembimbing dalam penyusunan Referat ini, serta
kepada dokter-dokter pembimbing lain di bagian Bedah RSUD DR SOESELO Tujuan dari
pembuatan laporan kasus ini selain untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembacanya,
juga ditujukan untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Bedah.
Penulis sangat berharap bahwa laporan kasus ini dapat menambah wawasan mengenai
thalasemia. Dan diharapkan, bagi para pembacanya dapat meningkatkan kewaspadaan
mengenai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan hal tersebut.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun saran
yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga tugas ini
dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
Penulis
PENDAHULUAN
Penemuan mikroskop pada awal abad ke-17 telah membuka cabang ilmu biologi yang
sempit menjadi suatu sistem ilmiah yang dapat dijelajahi, salah satunya adalah
mikroorganisme. Organisme dengan diameter 1 mm atau lebih kecil disebut mikroorganisme
dan memiliki cakupan yang cukup luas, termasuk beberapa hewan, protozoa, beberapa alga,
fungi, bakteri, dan virus. Keberadaan dari dunia mikroba ini tidak diketahui sampai adanya
penemuan mikroskop, suatu alat optik yang memungkinkan untuk melakukan perbesaran
suatu benda yang sangat kecil yang tidak dapat dilihat dengan jelas dengan mata manusia.
Akibat dari ukuran mikroorganisme yang kecil, informasi yang dapat diperoleh dari
hasil pengujian tersendiri tentang siklus hidupnya sangatlah terbatas, disamping itu populasi
dari mikroba tersebut merupakan kumpulan dari jutaan bahkan miliaran dari mikroba.
Populasi ini dapat diperoleh dari menumbuhkan mikroorganisme pada kondisi yang sesuai,
yang disebut kultur. Suatu kultur yang hanya mengandung satu macam mikroorganisme
disebut kultur murni. Sedangkan kultur yang mengandung lebih dari satu macam
mikroorganisme disebut kultur campuran jika terdapat dua macam mikroorganisme.
Mikroorganisme bila merugikan hospesnya harus segera dimatikan. Salah satunya
menggunakan antibiotik, yang dimana adalah sebuah zat anti bakteri yang diproduksi oleh
berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur dan actinomycota) yang dapat menekan
pertumbuhan dana tau membunuh mikroorganisme lainnya. Namun, ada berbagai mekanisme
yang menyebabkan suatu populasi kuman menjadi resisten terhadap antibiotik. Maka dari itu
perlu dilakukan tes sensitivitas bakteri terhadap antibiotik. Tes ini merupakan suatu metode
untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
jenis zat antibakteri yang memiliki aktivitas antibakteri yang lebih kuat. Tes sensitivitas
antibiotik dilakukan untuk menentukan sensitivitas bakteri yang diisolasi terhadap agen
teraputik. Resistensi terhadap antibiotik yang menyebabkan populasi terdedah terhadap
organisme yang mempunyai gen untuk meningkatkan resistensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Media kultur bakteri adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat –
zat hara (nutrisi) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme diatas atau
didalamnya. Selain itu, media kultur mikroba dapat dipergunakan pula untuk isolasi,
padat, semi padat, dan cair. Media kultur padat diperoleh dari dengan menambahkan agar –
agar. Agar – agar berasal dari ekstrak ganggang merah. Kandungan galaktan pada agar
sebagai pemadat adalah 1.5 – 2.0% dan membeku pada suhu 45º C. Agar - agar susah
erlukan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi
mikroba. Media adalah suatu bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba yang
terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat makanan. Selain untuk menumbuhkan mikroba,
media dapat juga digunakan untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan
Syarat media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah lingkungan kehidupannya
susunan makanannya (media harus mengandung air untuk menjaga kelembaban dan
dan gas)
yaitu: sumber energi (contoh: gula), sumber nitrogen, juga ion inorganik essensial dan
sintetik yaitu media yang susunan kimianya diketahui dengan pasti, medium ini
sintetik (kompleks) yaitu media yang susunan kimianya tidak dapat diketahui dengan
pasti, media ini digunakan untuk menumbuhkan dan mempelajari taksonomi mikroba.
Berdasarkan konsistensinya media dapat dibedakan menjadi: media cair, media padat,
dan media padat yang dapat dicairkan (Lay, 1994; Jutono dkk, 1980; Jawetz dkk,
1996).
kebutuhan akan oksigen (gas, O2 atau udara). Cara menumbuhkan mikroba yang
anaerob sangat berbeda dengan yang aerob. Mengisolasi suatu mikroba ialah
sebagai biakan murni dalam medium buatan. Untuk isolasi harus diketahui cara-cara
menanam dan menumbuhkan mikroba pada medium biakan serta syarat-syarat lain
untuk pertumbuhannya (Jutono dkk, 1980). Mikroba jarang terdapat di alam dalam
mikroba.
Macam-macam cara mengisolasi dan menanam mikrobia adalah :
di permukaan media agar yang telah memadat. Metode ini dilakukan dengan
cawan agar sehingga didapatkan koloni terpisah dan merupakan biakan murni.
Cara ini dasarnya ialah menggoreskan suspensi bahan yang mengandung mikroba
pada permukaan medium agar yang sesuai pada cawan petri. Setelah inkubasi
maka pada bekas goresan akan tumbuh koloni-koloni terpisah yang mungkin
berasal dari 1 sel mikroba, sehingga dapat diisolasi lebih lanjut (Jutono dkk,
1980).
terutama bila digunakan lempengan yang basah. Untuk mencegah hal itu harus
Cara ini dasarnya ialah menginokulasi medium agar yang sedang mencair
koloni-koloni yang tersebar di permukaan agar yang mungkin berasal dari 1 sel
Bakteri atau mikroba lainnya dapat dilihat dengan mikroskop cahaya tanpa
pengecatan lebih sukar dan tidak dapat dipakai untuk melihat bagian-bagian sel
dengan teliti karena sel bakteri atau mikroba lainnya transparan atau semi
transparan. Dengan pengecatan, dapat dilihat struktur sel mikroba lebih seksama.
Dalam pembuatan pulasan bakteri yang siap diwarnai, perlu dilakukan fiksasi
Cara fiksasi yang paling banyak digunakan dalam pengecatan bakteri adalah
dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas nyala lampu spiritus (Jutono
dkk., 1980).
2.2 Antibiotik
a. Definisi
Antibiotika (L. Anti = lawan, bios = hidup) adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh
fungi dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman,
sedangkan toksisitasnya terhadap manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang dibuat secara
semisintetis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua senyawa sintetis dengan khasiat
antibakteri. Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab
infeksi pada manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.
Artinya, obat tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik
untuk hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak akan diperoleh.
Dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi oleh
berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota) yang dapat menekan
b. Mekanisme Kerja
sebagai berikut :
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel bakteri, termasuk golongan β-laktam
misalnya, penisilin, sefalosporin, dan carbapenem dan bahan lainnya seperti cycloserine,
polimiksin, anti jamur poliena misalnya, nistatin dan amfoterisin B yang mengikat sterol
3. Antibiotik yang mengganggu fungsi subunit ribosom atau untuk menghambat sintesis
4. Antibiotik berikatan pada subunit ribosom 30S dan mengganggu sintesis protein, yang
misalnya, rifampisin dan rifabutin yang menghambat enzim RNA polimerase dan
c. Golongan Antibiotik
1. Golongan Penisilin
Penisilin diklasifikasikan sebagai obat β-laktam karena cincin laktam mereka yang
unik. Mereka memiliki ciri-ciri kimiawi, mekanisme kerja, farmakologi, efek klinis, dan
laktamase inhibitor, yang juga merupakan senyawa β-laktam. Antibiotika β-laktam bekerja
dengan menghambat pembentukan peptidoglikan di dinding sel. Beta -laktam akan terikat
pada enzim transpeptidase yang berhubungan dengan molekul peptidoglikan bakteri, dan hal
ini akan melemahkan dinding sel bakteri ketika membelah. Dengan kata lain, antibiotika ini
dapat menyebabkan perpecahan sel (sitolisis) ketika bakteri mencoba untuk membelah diri.
Pada bakteri Gram positif yang kehilangan dinding selnya akan menjadi protoplas,
sedangkam Gram negatif menjadi sferoplas. Protoplas dan sferoplas kemudian akan pecah
atau lisis.
- Penisilin natural (misalnya, penisilin G) Golongan ini sangat poten terhadap organisme
gram positif, coccus gram negatif, dan bakteri anaerob penghasil non-β-laktamase.
Namun, mereka memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram negatif.
stafilokokal β laktamase. Golongan ini aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi
tidak aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan batang
gram negatif.
- Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin dan Penisilin antipseudomonas). Obat
saja sefalosporin lebih stabil terhadap banyak beta-laktamase bakteri sehingga memiliki
spektrum yang lebih lebar. Sefalosporin tidak aktif terhadap bakteri enterokokus dan
sintesis dinding sel mikroba. Yang dihambat adalah reaksi transpeptidase tahap ketiga dalam
rangkaian reaksi pembentukan dinding sel. Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif
sefalotin, sefafirin, dan sefradin. Obat - obat ini sangat aktif terhadap kokus gram positif
Anggota dari sefalosporin generasi kedua, antara lain: sefaklor, sefamandol, sefanisid,
sefuroxim, sefprozil, loracarbef, dan seforanid. Secara umum, obat – obat generasi kedua
memiliki spektrum antibiotik yang sama dengan generasi pertama. Hanya saja obat generasi
seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten, moxalactam, dll. Obat generasi ketiga memiliki
spektrum yang lebih diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah
otak.
Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat dan memiliki spektrum
yang luas. Sefepime sangat aktif terhadap haemofilus dan neisseria dan dapat dengan mudah
menembus CSS.
3. Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan memiliki spektrum luas dan aktif terhadap masing –
masing bakteri gram positif dan negatif baik yang aerob maupun anaerob. Mekanisme kerja
kloramfenikol menghambat sistesis portein pada bakteri dan dalam jumlah terbatas, pada sel
eukariot. Obat ini segera berpenetrasi ke sel bakteri, kemungkinan melalui difusi terfasilitasi.
Kloramfenikol terutama bekerja dengan memikat subunit ribosom 50S secara reversibel (di
dekat tempat kerja antibiotic makrlida dan klindamisin, yang dihambat secara kompetitif oleh
obat ini). Walaupun pengikatan tRNA pada bagian pengenalan kodon ini ternyata
menghalangi pengikatan ujung tRNA aminosil yang mengandung asam amino ke tempat
akseptor pada subunit ribosom 50S. interkasi antara pepdiltranferase dengan substrat asam
4. Golongan Tetrasiklin
Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama untuk mengobati infeksi dari
M.pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari spirokaeta. Tetrasiklin juga
digunakan untuk mengobati ulkus peptikum yang disebabkan oleh H.pylori. Tetrasiklin
menembus plasenta dan juga diekskresi melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan tulang dan gigi pada anak akibat ikatan tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin
5. Golongan Makrolida
Eritromisin merupakan bentuk prototipe dari obat golongan makrolida yang disintesis
dari S.erythreus. Eritromisin efektif terhadap bakteri gram positif terutama pneumokokus,
bakterisidal dan meningkat pada pH basa. Golongan Makrolida menghambat sintesis protein
kuman dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S, dan bersifat
bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadar obat Makrolida.
Gambar 5. Struktur makrolida
6. Golongan Aminoglikosida
kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain – lain. Golongan aminoglikosida pada
umumnya digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri gram negatif enterik, terutama
pada bakteremia dan sepsis, dalam kombinasi dengan vankomisin atau penisilin untuk
bakterisida. Aminoglikosida terikat pada sub unit 30S dari ribosom maka sub unit 70S nya
tidak terbentuk sehingga terjadi inhibisi sintesis protein karena salah baca kode genetik.
Asam amino yang salah yang disambungkan pada rantai polipeptida sehingga terbentuk
protein yang berbeda. Mekanisme lain yaitu merusak membran sel bakteri sehingga bakteri
mati.
Gambar 6. Struktur aminoglikosida
sintesis asam folat bakteri yang akhirnya berujung kepada tidak terbentuknya basa purin dan
DNA pada bakteri. Kombinasi dari trimetoprim dan sulfametoxazole merupakan pengobatan
yang sangat efektif terhadap pneumonia akibat P.jiroveci, sigellosis, infeksi salmonela
sistemik, infeksi saluran kemih, prostatitis, dan beberapa infeksi mikobakterium non
tuberkulosis.
8. Golongan Fluorokuinolon
bakteri gram negatif. Golongan fluorokuinolon efektif mengobati infeksi saluran kemih yang
disebabkan oleh pseudomonas. Golongan ini juga aktif mengobati diare yang disebabkan
replikasi DNA bakteri dengan cara mengganggu kerja topoisomerase II selama pertumbuhan
d. Penggunaan Antibiotik
Hasil studi di Indonesia, Pakistan dan India menunjukkan bahwa lebih dari 70% pasien
diresepkan antibiotik. Dan hampir 90% pasien mendapatkan suntikan antibiotik yang
sebenarnya tidak diperlukan. Hasil sebuah studi pendahuluan di New Delhi mengenai
persepsi masyarakat dan dokter tentang penggunaan antibiotik, 25% responden menghentikan
penggunaan antibiotik ketika pasien tersebut mulai merasa lebih baik, akan tetapi pada
memicu resistensi antibiotik tersebut. Pada 47% responden, mereka akan mengganti
dokternya jika dokter tersebut tidak meresepkan antibiotik, dan 18% orang menyimpan
antibiotik dan akan mereka gunakan lagi untuk dirinya sendiri atau untuk keluarganya,
sedangkan 53% orang akan mengobati dirinya sendiri dengan antibiotik ketika sakit. Dan
16% dokter meresepkan antibiotik pada pasien dengan demam yang tidak spesifik, 17%
dokter merasa pasien dengan batuk perlu antibiotik, 18% dokter merekomendasikan
antibiotik untuk diare dan 49% dokter mengobati telinga bernanah dengan antibiotik.
Penggunaan dan penggunaan antibiotik yang terlalu berlebihan tersebut dapat memicu
Penggunaan antibiotik yang sembarangan dan tidak tepat dosis, dapat menggagalkan
terapi pengobatan yang sedang dilakukan. Selain itu dapat menimbulkan bahaya seperti :
1. Resistensi, ialah tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik yang merupakan suatu
mekanisme alami untuk bertahan hidup. Ini dapat terjadi apabila antibiotik diberikan atau
digunakan dengan dosis yang terlalu rendah atau masa terapi yang tidak tepat.
2. Suprainfeksi, yaitu infeksi sekunder yang timbul ketika pengobatan terhadap infeksi primer
sedang berlangsung dimana jenis dan infeksi yang timbul berbeda dengan infeksi primer
a. Definisi
Sensitifitas menyatakan bahwa uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui
senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitifitas bakteri adalah
metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi sebagai
bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau
mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. uji sensitifitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan dari perancis
menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk
mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di
sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan
dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut
semakin sensitif
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitifitas bakteri adalah
metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat pertumbuhan
mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitar kertas cakram (paper disk)
yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona hambatan pertumbuhan inilah yang
diisolasi terhadap agen teraputik. Resistensi terhadap antibiotik dapat terjadi secara alami
atau didapat, dimana kesalahan dalam penggunaan antibiotik yang menyebabkan populasi
Sensitivitas bakteri yang disolasi terhadap antibiotik tertentu diukur berdasarkan Minimum
Inhibitory Concenration (MIC), yang merupakan konsenrasi antibiotik terendah untuk tidak
Tujuan dari proses uji sensisitifitas ini adalah untuk mengetahui obat-obat yang paling
cocok (paling poten) untuk kuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit
yang kronis dan untuk mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.
Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik yakni memang kuman tersebut resisten terhadap
antibiotik yang diberikan, akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan dan akibat
dilakukan uji sensitivitas dari galur bakteri yang di isolasi dari hewan sakit untuk menentukan
jenis antibiotik yang tepat. Uji ini dikembangkan untuk menemukan kemampuan
menghambat beberapa galur bakteri dengan satu jenis antibiotic. Ada dua macam metode
A. Dilusi
Metode dilusi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dilusi cair (broth dilution) dan
dilusi padat (solid dilution). Pada dilusi cair dan dilusi padat digunakan antimikroba
dengan kadar yang menurun secara bertahap. Kemudian media diinokulasi bakteri uji
dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Larutan uji antimikroba pada kadar
terkecil yang tampak jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai
KHM (Kadar Hambat Minimum). Larutan uji yang ditetapkan sebagai KHM
selanjutnya dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun
senyawa antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang tetap terlihat
B. Difusi
Media difusi menggunakan kertas disk yang berisi antibiotik dan telah diketahui
konsentrasinya. Pada metode difusi, media yang dipakai adalah agar Mueller Hinton.
Ada beberapa cara pada metode difusi berdasarkan pada kemampuan difusi senyawa
antimikroba pada media Agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Terdapat
a) Zona radical
Suatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri.
b) Zona iradical
Suatu daerah disekitar disk yang menunjukkan pertumbuhan bakteri dihambat oleh antibiotik
tersebut, tapi tidak dimatikan. Disini akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur
atau lebih jarang dibanding dengan daerah diluar pengaruh antibiotik tersebut.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
2. WHO Techinal Report Series, Survilance for prevention and control hazard due to
4. Fusilier PA, Garcia LS, Procop GW, Thomson RS. Laboratory methods and strategies
for antimicrobial suspectibility testing. InForbes BA, Sham DF, Weissfeld AS, editors
Bailey and Scotts Diagnostic microbiology 11 ed st Louis Mosby Inc 2010. p. 187-
214.
5. Anonymous. 1982. The Oxoid Manual Of Manual Of Culture Media, Ingredients and
6. Cowan ST 1975. Cowan and Steel’s. Manual for Identification of Medical Bacteria.