Anda di halaman 1dari 4

Makalah : Pengolahan Limbah Cair Laundry dengan biosand filter carbone active

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peningkatan jumlah mahasiswa di Yogyakarta merupakan angin segar bagi para pelaku
usaha barang dan jasa, dengan pertambahan penduduk suatu kota maka akan terjadi pula
peningkatan kebutuhan akan barang dan jasa, jenis usaha laundry merupakan salah satu usaha
yang menggiurkan, dengan adanya jasa laundry ini telah memeberikan manfaat kepada ibu
rumah tangga karena meringankan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan memberikan
manfaat yang cukup besar bagi perekonomian dengan mengurangi pengangguran.
Perkembangan jasa pencuci pakaian ini berkontribusi pada penggunaan air tanah dan
pemakaian deterjen sehingga menghasilkan limbah cair yang dapat mencemari lingkungan.
Pencemaran terhadap air oleh limbah laundry disebabkan karena limbah diterjen
termasuk polutan dalamnya terdapat zat yang disebut ABS. Jenis deterjen yang banyak
digunakan di rumah tangga sebagai bahan pencuci pakaian dalaha deterjen anti noda. Deterjen
ini mengandung ABS (alkyl benzene sulphonat) yang merupakan deterjen tergolong keras.
Deterjen tersebut sukar dirusak mikroorganisme (nonbiodegredable), sehingga dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan (Rubiatadji, 1993). Air limbah laundry mengandung
bahan kimia dengan konsentrasi yang tinggi antara lain fosfat, surfaktan, ammonia dan nitrogen
serta kadar padatan terlarut, kekeruhan, BOD, dan COD tinggi (Ahmad dan El-Dessouky,
2008).
Limbah cair industri laundry mengandung zat tersuspensi, bahan organik dan warna yang
cukup tinggi. Tiap industri dapat menghasilkan limbah cair dengan konsentrasi COD antara 488-
2847 mg/l dan suspended solid (SS) antara 38-857 mg/l ([7]Seo, dkk., 2001), namun semua itu
tergantung kapasitas operasional dari industri laundry tersebut. Dalam mengatasi limbah yang
dihasilkan diperlukan suatu unit pengolahan limbah dengan kriteria harus mudah dioperasikan,
tidak memerlukan lahan yang luas dan memiliki kualitas efluen yang dapat digunakan kembali.
Dengan mempertimbangkan masalah yang ada, maka sekiranya perlu dipikirkan suatu
alat atau teknologi yang dapat menurunkan tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh kegiatan jasa
laundry. Pada pengolahan limbah cair digunakan parameter BOD, COD, TSS, Fosfat dengan
menggunakan alat atau teknologi“Biosand Filter Carbon Active” yang merupakan suatu
terobosan yang menjadi pilihan selain harganya yang relatif murah, efisiensi dan efektifitasnya
baik dalam pengolahan limbah cair (Hery, 2014). Tujuan pengolahan Limbah cair adalah untuk
mengurangi polutan organik dan anorganik dalam limbah cair ke level dimana mikroorganisme
tidak dapat tumbuh dan senyawa toksik dapat dieliminir (Safina, 2012). Diharapkan dari hasil
pengolahan dengan alat ini, konsentrasi pencemaran dapat diturunkan, sehingga apabila
dibuang ke lingkungan tidak menimbulkan kerusakan dan penurunan kualitas lingkungan baik
lingkungan hidup perairan maupun lingkungan hidup lainnya. (Aulia,2014)
1.2 Tujuan
Penulis mengharapkan pembaca mengetahui :
a. Cara Kerja Biosand filter
b. Mekanisme pengolahan limbah cair

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Cara kerja Biosand Filter
Metode filtrasi digunakan dengan menggunakan Biosand Filter Carbon Active. Dengan
komposisi terdiri dari pasir kasar, pasir halus, dan kerikil kemudian dilanjutkan dengan
tambahan carbon active. Adapun parameter yang digunakan yakni kandungan BOD,COD TSS
dan Fosfat.
Biosand filter adalah sebuah teknologi yang terbukti dapat diadaptasikan dan dapat
bertahan di Negara-negara berkembang. BSF sangat mirip dengan saringan pasir lambat dalam
arti bahwa mayoritas dari filtrasi dan kepindahan kekeruhan terjadi ada di puncak lapisan pasir
dalam kaitan dengan ukuran pori-pori yang menurun disebabkan oleh pemecatan partikel butir.
Teknologi ini dapat mencapai 99.99 % penghilang bakteri virus tipus (Murcott & Lucas, 2002).
Biosand filter merupakan suatu proses penyaringan atau penjernihan air dimana air yang akan
diolah dilewatkan pada suatu media proses dengan kecepatan rendah yang dipengaruhi oleh
diameter butiran pasir yang lebih kecil agar dapat menyaring bakteriologi. Biosand filter sama
dengan filter pasir lambat dimana mayoritas filtrasi dan penghilangan kekeruhan terjadi
dilapisan atas pasir karena penurunan ukuran pori yang disebabkan oleh deposisi partikel.
Biosand filter dapat menghilangkan bakteri pathogen melalui proses yang sama dengan
saringan pasir lambat, yang mana pada saat zat-zat padat melewati pasir dalam filter, zat-zat
ini akan bertubrukan dan menyerap ke dalam partikel-partikel pasir. Bakteri dan zat padat yang
terapung mulai meningkat dalam kepadatan yang tertinggi di lapisan pasir paling atas menuju
biofilm.
Biosand filter basanya dioperasikan secara kontinyu untuk kapasitas laundry.
Pengoperasian berlangsung beberapa hari untuk menganalisis effluent. Saat akan dilakukan
pengoperasian Biosand filter, katup harus tertutup rapat. Langkah pengoperasian sebagai
berikut :
a. Limbah cari dari industry laundry dituang ke dalam reservoir (ember) yang bervolume ± 20
liter yang letaknya lebih tinggi dari pada reactor.
b. Limbah dari ember dialirkan ke dalam reactor menggunakan selang. Ketinggian limbah
dalam reactor dijaga tetap ± 5 cm di atas media paling atas.
c. Kran outlet 2 pada reactor dibuka perlahan agar udara dapat keluar dan limbah dapat mengisi
tiap lapisan media. Bila limbah telah mengisi lapisan media maka dilakukan pengaturan bukaan
kran outlet 2.
d. Saat reactor beroperasi, dilakukan pengambilan sampel untuk diukur kandungan BOD,
COD, TSS, dan Fosfat.
e. Pengukuran dilakukan setiap dua hari sekali sebanyak tiga kali.
2.2 Mekanisme pengolahan limbah cair
Pengolahan Limbah cair menggunakan Biosand filter carbon active merupakan
pengolahan limbah dengan cara fisika dan biologi. Olehnya itu penting untuk mengetahui
sifat fisik, biologi dan kimia dari air limbah
a. Sifat Fisik
Karakter fisik air limbah meliputi temperatur, bau, warna, dan padat-padatan.
Temperature menunjukkan derajat atau tingkat panas air limbah yang diterakan ke
dalam skala-skala. Skala temperatur yang biasa digunakan adalah skala Fahrenheit (⁰F)
dan skala Celcius (⁰C). Temperatur merupakan parameter yang penting dalam
pengoperasian unti pengolahan limbah karena berengaruh terhadap proses biologi dan
fisika. Bau merupakan parameter yang subjektif. Pengukuran bau tergantung pada
sensitivitas indera penciuman seseorang. Kehadiran bau-bauan yang lain menunjukkan
adanya komponen-komponen lain di dalam air. Pada air limbah, warna biasanya
disebabkan oleh kehadiran materimateri dissolved, suspenden, dan senyawa-senyawa
koloid, yang dapat dilihat dari spectrum warna yang terjadi. Padatan yang terdapat 7 di
dalam air limbah dapat diklasifikasikan menjadi floating, settleable, suspended, atau
dissolved (Sakti A. Siregar, 2005).
b. Sifat biologi
Mikroorganisme ditemukan dalam jenis yang sangta bervariasi hampir dalam
semua bentuk limbah, biasanya dengan konsentrasi 10⁵ - 10⁸ organisme/ml. kebanyakan
merupakan sel tunggal yang bebas ataupun berkelompok dan maupun melakukan
proses-proses kehidupan (tumbuh, metabolisme, dan reproduksi). Secara tradisional,
mikroorganisme dibedakan menjadi binatang dan tumbuhan. Namun, keduanya sulit
dibedakan. Oleh karena itu mikroorganisme kemudian dimasukkan ke dalam kategori
protista, status yang sama dengan binatang maupun tumbuhan. Keberadaan bakteri
dalam unit pengolahan air limbah merupakan kunci Efektivitas proses biologis. Bakteri
juga berperan penting untuk mengevaluasi kualitas air (Sakti A. Siregar, 2005).

Mekanisme Penyisihan Kontaminan Dalam Biosand Filter Pada Biosand filter terdapat
beberapa mekanisme dalam penyisihan kontaminan-kontaminan di dalam air limbah.
Mekanisme tersebut antara lain (Huisman, 2004) :
a. Mechanical Straining
Dengan ukuran media 0,15 mm, maka partikel berukuran > 20 μm akan tertahan pada
media. Sedangkan partikel berukuran 5 – 10 μm akan tertahan seiring dengan pertambahan
deposit partikel di 21 permukaan media pada saat operasional filter. Koloid ( 0,001 – 1 μm)
dan bakteri (1 μm) tidak dapat disisihkan dengan mekanisme ini. Mechanical Straining
terutama terjadi pada permukaan filter sampai kedalaman 5 cm (Hardjono, 1996).
b. Sedimentasi
Partikel mengendap pada permukaan media filter. Pengendapan ini terjadi akibat aliran
air di dekat media, dimana Efektivitas sedimentasi sangat dipengaruhi oleh beban permukaan
dan kecepatan pengendapan pada pori media. untuk partikel yang mempunyai kecepatan
mengendap lebih besar dari beban permukaan akan mengendap seluruhnya, sedangkan dengan
diameter yang lebih kecil akan mengendap sebagian.
c. Adsorpsi
Adsorpsi dapat terjadi secara aktif maupun pasif. Secara aktif, adsoprsi dipengaruhi
oleh gaya tarik antar dua partikel (gaya Van der Waals) dan gaya tarik elektrostatis antara
muatan yang berbeda. Sedangkan adsorbs secara pasif dipengaruhi oleh interaksi dan ikatan
kimia.
d. Biokimia
Beberapa partikel yang terakumulasi di permukaan media akan mengalami proses
biokmia. Seperti misalnya oksidasi Fe ²⁺ dan Mn²⁺ dari bentuk terlarut menjadi bentuk yang
tidak terlarut, hal yang sama terjadi pula pada bahan-bahan organik terlarut, yang dimanfaatkan
sebagai electron donor untuk pembangkitan energi mikroorganisme. 22 Tetapi oksidasi
biokimia ini hanya dapat berjalan secara optimal pada kondisi dimana terdapat cukup waktu
kontak dan temperatur tidak terlalu rendah.
e. Aktivasi bakteri
Aktivasi bakteri melibatkan akumulasi mikroorganisme di permukaan filter, kematian
bakteri akibat adanya predator dan juga pengurangan mikroorganisme akibat berkurangnya
supply elekton donor. Aktifasi mikroorganisme pada permukaan filter dikenal sebagai lapisan
Schumtzdecke, dimana lapisan ini tersusun dari matriks gelatin bateri, jamur, protozoa, rotifera,
dan larva serangga air. Seiring dengan makin bertambahnya usia Schmutzdecke maka alga
cenderung untuk tumbuh dan kemungkinan akuatik yang lebih besar akan muncul sepeti siput
dan cacing (www.wikipedia.org).

Daftar Pustaka:
Solikhan, Umar. 2013. “Bahasa Indonesia dalam Informasi dan Iklan di Ruang Publik
Kota Pangkalpinang” dalam Sirok Bastra: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan Volume
1 (hlm. 123-129). Pangkalpinang: Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Anggia Rizkia Utami, 2013. “Pengolahan Limbah Cair Laundry dengan menggunakan
biosand filter dan activated carbon” : Jurnal Teknik Sipil Untan/ Volume 13 Nomor 1.

Anggun,AM ,Setyo,Benedctus 2014 “Pengolahan limbah media biofilter pasir” Jurusan


Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Unversitas Diponegoro. Tembalang: Universitas
Diponegoro.

Halim, Putri Aulia. 2014. “Biosand filter dengan reactor karbon aktif dalam pengolahan
limbah cair laundry : Program studi teknik lingkungan Jurusan Teknik sipil Universitas
Hasanuddin. Makassar : Universitas Hasanuddin.

Setyobudiarso, Hery. 2014,” Rancang Bangun Alat Penjernih air Limbah Cair Laundry
dengan Menggunakan Media Penyaring Kombinasi Pasir-Arang Aktif”
Jurusan Teknik Lingkungan dan Teknik Sipil ITN Malang. Malang: ITN Malang

Anda mungkin juga menyukai