Anda di halaman 1dari 2

PENATALAKSANAAN

TIROTOKSIKOSIS

No. : SOP/ /
Dokumen 35.07.103.102/2019
SOP No. Revisi :0
Tgl. Terbit : 30 Januari 2019
Halaman :1/2

UPTD
Asep suparman AM,Kep
Puskesmas
Nip.196707151987031004
Cimanggu

1. Pengertian Prosedur penanganan penyakit akibat kelebihan hormone tiroid yang


beredar dalam sirkulasi
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk Menangani penyakit
Tirotoksikosis.
3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD Puskesmas cimanggu Nomor 440/ /KEP/
35.07.103.102/2015 Tentang Kebijakan Pelayanan klinis di
Puskesmas cimanggu
4. Referensi Buku Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer Edisi I tahun 2013
5. Prosedur 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik dan penunjang
3. Penegakan Diagnosis : Untuk kasus hipertiroidisme yang biasa,
diagnosis yang tepat adalah dengan melakukan pengukuran
langsung konsentrasi tiroksin bebas di dalam plasma (serum free
T4 & T3 meningkat dan TSH sedikit/tdk ada) dengan
menggunakan cara pemeriksaan radioimunologik yang tepat.
Diagnosis tirotoksikosis sering dapat ditegakkan secara klinis
tanpa pemeriksaan laboratorium, namun untuk menilai kemajuan
terapi tanpa pemeriksaan penunjang sulit dideteksi
4. Penatalaksanaan :
5. Pemberian obat simptomatis
6. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis.

7. Tata laksana krisis tiroid: (terapi segera dimulai bila dicurigai krisis
tiroid)
a. Perawatan Suportif: kompres dingin, antipiretik (asetaminofen),
memperbaiki gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: infus
dextros 5% dan NaCl 0,9%, mengatasi gagal jantung: O2,
diuretik, digitalis.
b. Pasien harus segera dirujuk.
c. Antagonis aktivitas hormon tiroid diberikan di layanan sekunder.
Blokade produksi hormon tiroid: PTU dosis 300 mg tiap 4-6 jam
PO Alternatif: metimazol 20-30 mg tiap 4 jam PO. Pada keadaan
sangat berat: dapat diberikan melalui pipa nasogastrik (NGT)
PTU 600 – 1.000 mg atau metinazole 60-100 mg. Blokade
ekskresi hormon tiroid: soluti lugol (saturated solustion of
potasium iodida) 8 tetes tiap 6 jam. Penyekat ß: propanoolol 60
mg tiap 6 jam PO, dosis disesuaikan respons (target: frekuensi
jantung < 90 x/m). Glukokortikoid: Hidrokortison 100- 500 mg
IV tiap 12 jam. Bila refrakter terhadap reaksi di atas: - 416 -
plasmaferesis, dialisis peritoneal. Pengobatan terhadap faktor
presipitasi: antibiotik, dll.
d. Setelah ditegakkan diagnosis dan terkendali di layanan sekunder
maka pasien dirujuk balik ke layanan primer untuk
pemantauan. Rencana Tindak Lanjut Pemeriksaan ulang setiap 2
minggu pada 2 bulan pertama, kemudian setiap bulan sampai
pengobatan selesai perlu dilakukan karena kegagalan terapi
sering terjadi akibat ketidakpatuhan pasien makan obat.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait UGD, Rawat Jalan, Rawat Inap
9. Dokumen Terkait
10. Rekam historis
perubahan

Anda mungkin juga menyukai