TIROTOKSIKOSIS
No. : SOP/ /
Dokumen 35.07.103.102/2019
SOP No. Revisi :0
Tgl. Terbit : 30 Januari 2019
Halaman :1/2
UPTD
Asep suparman AM,Kep
Puskesmas
Nip.196707151987031004
Cimanggu
7. Tata laksana krisis tiroid: (terapi segera dimulai bila dicurigai krisis
tiroid)
a. Perawatan Suportif: kompres dingin, antipiretik (asetaminofen),
memperbaiki gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit: infus
dextros 5% dan NaCl 0,9%, mengatasi gagal jantung: O2,
diuretik, digitalis.
b. Pasien harus segera dirujuk.
c. Antagonis aktivitas hormon tiroid diberikan di layanan sekunder.
Blokade produksi hormon tiroid: PTU dosis 300 mg tiap 4-6 jam
PO Alternatif: metimazol 20-30 mg tiap 4 jam PO. Pada keadaan
sangat berat: dapat diberikan melalui pipa nasogastrik (NGT)
PTU 600 – 1.000 mg atau metinazole 60-100 mg. Blokade
ekskresi hormon tiroid: soluti lugol (saturated solustion of
potasium iodida) 8 tetes tiap 6 jam. Penyekat ß: propanoolol 60
mg tiap 6 jam PO, dosis disesuaikan respons (target: frekuensi
jantung < 90 x/m). Glukokortikoid: Hidrokortison 100- 500 mg
IV tiap 12 jam. Bila refrakter terhadap reaksi di atas: - 416 -
plasmaferesis, dialisis peritoneal. Pengobatan terhadap faktor
presipitasi: antibiotik, dll.
d. Setelah ditegakkan diagnosis dan terkendali di layanan sekunder
maka pasien dirujuk balik ke layanan primer untuk
pemantauan. Rencana Tindak Lanjut Pemeriksaan ulang setiap 2
minggu pada 2 bulan pertama, kemudian setiap bulan sampai
pengobatan selesai perlu dilakukan karena kegagalan terapi
sering terjadi akibat ketidakpatuhan pasien makan obat.
6. Bagan Alir
7. Hal-hal yang perlu
diperhatikan
8. Unit Terkait UGD, Rawat Jalan, Rawat Inap
9. Dokumen Terkait
10. Rekam historis
perubahan