Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan pada Tumor Organ Aksesori Sistem Reproduksi

(Fibroadenoma Payudara)

Dosen Pembimbing : Retnayu Pradanie, S.Kep.,Ns, M.Kep

Disusun Oleh :

(Kelompok 6 A1-2017)

Fadhilla Setiyasari (131711133045)

Fanny Nayluzzuharo’N (131711133101)

Farah Dwita Angelina (131711133141)

Luthfi Nurwidiyanti (131711133122)

Zenitha Rani (131711133062)

Oktavianti Noor (131711133048)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA, MARET 2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Kami menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal pengkonsolidasian, kepada teman-teman, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan pada makalah kami jika ada kritik dan
saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini adalah semoga apa yang
telah kami susun ini dapat bermanfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang
lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari
judul ini “Fibroadenoma Payudara” sebagai tambahan dalam menambah referensi
yang telah ada.

Surabaya, 13 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus........................................................................................2
1.4 Manfaat .........................................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Payudara ........................................................................................3
2.2 Fisiologi Payudara ........................................................................................4
2.3 Definisi Fibroadenoma Payudara .................................................................5
2.4 Etiologi ........................................................................................................6
2.5 Patofisiologi .................................................................................................8
2.6 WOC Asuhan Keperawatan Teoritis ..........................................................10
BAB 3 TINJAUAN ASUHAN KEPERAWTAN
3.1.1 Kasus .......................................................................................................12
3.1.2 Pengkajian ...............................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................18


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fibroadenoma Mammae (FAM) ini merupakan tumor jinak
payudara dan merupakan kasus terbanyak tumor payudara. Kejadiannya
dapat berbentuk tunggal atau multiple ( banyak ) pada satu payudara atau
kedua payudara.
Berdasarkan laporan dari NSWBreats Cancer Institute,
fibriadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun,
kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih
dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari
Western Breast Services Alliance, fibrioadenoma terjadi pada wanita
dengan usia antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%)
wanita mengalami fibrioadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian
fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau
bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih
kecil dibanding pada usia muda.

Hingga kini, perkembangan fibroadenoma seringkali dikaitkan


dengan hormon reproduksi. Meski demikian, penyebab kemunculannya
belum diketahui secara pasti. Beberapa pendapat mengatakan bahwa
fibroadenoma merupakan respons tidak normal tubuh wanita terhadap
hormon estrogen. Ukuran fibroanodema dapat membesar pada masa
kehamilan atau saat seseorang sedang menjalani terapi pengganti hormon,
dan dapat mengecil ketika tingkat hormon reproduksi menurun, misalnya
setelah wanita memasuki masa menopause.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi dari fibroadenoma payudara?
1.2.2 Bagaimana etiologi fibroadenoma payudara?
1.2.3 Bagaimana patofisiologi pada penyakit fibroadenoma payudara?
1.2.4 Bagaimana penjabaran WOC asuhan keperawatan teoritis fibroadenoma
payudara?
1.2.5 Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan pada pasien fibroadenoma
payudara?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Agar mengetahui tentang . fibroadenoma payudara
1.3.1.2 Agar mengethui perjalanan penyakit fibroadenoma payudara.
1.3.1.3 Untuk menambah pengetahun tentang penyakit fibroadenoma
payudara.

1.3.2 Tujuan Khusus


1.3.2.1 Agar mampu mengerti kista ovarium dari pengertiannya, proses
perjalanan penyakitnya dan pengkajian asuhan keperawatan pada
pasien yang terkena penyakit fibroadenoma payudara.

1.4 Manfaat
1.4.1 Dengan adanya makalah ini diharapkan kelompok dapat memahami
tentang penyakit fibroadenoma payudara secara jelas agar dapat
disampaikan kepada lingkungan sekitarnya agar mampu menangani
penyakit kista ovarium sedini mungkin.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Payudara

Mammae atau Payudara merupakan kelenjar asesoris kulit yang


berfungsi menghasilkan susu. Mammae terdapat pada laki-laki dan
perempuan. Bentuk Mammae sama pada laki-laki dan perempuan yang
belum dewasa. Papilla mammaria kecil dan dikelilingi oleh daerah kulit
yang berwarna lebih gelap, disebut areola mammae. Jaringan mammae
tersusun atas sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam
jaringan penyambung dan bermuara di daerah areola.

Pada masa pubertas, glandula mammaria perempuan lambat laun


membesar dan akan berbentuk setengah lingkaran. Pembesaran ini diduga
disebabkan oleh pengaruh hormon-hormon ovarium. Salurannya
memanjang, meskipun demikian pembesaran kelenjar terutama disebabkan
penimbunan lemak. Dasar mammae terbentang dari iga kedua sampai
keenam dan dari pinggir lateral sternum sampai linea axillaries media.
Sebagian besar glandula mammaria terletak didalam fascia superficialis.
Sebagian kecil, yang disebut processus axillaris, meluas ke atas dan lateal,
menembus fascia profunda pada pinggir caudal musculus pectoralis major,
dan sampai axilla.

Setiap payudara terdiri dari 15-20 lobus, yang tersusun radier dan
berpusat pada papilla mammaria. Saluran utama dari setiap obus bermuara
di papilla mammaria, dan mempunyai ampulla yang melebar tepat sebelum
ujungnya. Dasar papilla mammaria dikelilingi oleh areola. Tonjolan-
tonjolan halus pada areola diakibatkan oleh kelenjar areola di bawahnya.
Lobus-lobus kelenjar dipisahkan oleh septa fibrosa. Septa di bagian atas
kelenjar berkembang dengan baik dan terbentang dari kulit sampai ke fascia
profunda dan berfungsi sebagai ligamentum suspensorium. Glandula
mammaria dipisahkan dari fascia profunda yang membungkus otot-otot di
bawahnya oleh spatium retromammaria yang berisi jaringan ikat jarang.
Pada perempuan muda, payudara cenderung menonjol ke depan dari dasar
yang sirkular; pada perempuan yang lebih tua payudara cenderung
menggantung. Mammae mencapai ukuran maksimal selama masa laktasi.

fascia profunda dan berfungsi sebagai ligamentum suspensorium.


Glandula mammaria dipisahkan dari fascia profunda yang membungkus
otot-otot di bawahnya oleh spatium retromammaria yang berisi jaringan ikat
jarang. Pada perempuan muda, payudara cenderung menonjol ke depan dari
dasar yang sirkular; pada perempuan yang lebih tua payudara cenderung
menggantung. Mammae mencapai ukuran maksimal selama masa laktasi.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama :

1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar. Korpus terdiri dari


jaringan kelenjar payudara,saluran susu (duktus laktiferus), jaringan
ikat, lemak,pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe.
2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman ditengah. Areola merupakan
bagianyang lebih berpigmen disekeliling puting. Kelenjar morgagni
adalah kelenjar keringat besar yang salurannya bermuara pada areola,
kelenjarini mengeluarkan cairan yang berfungsi melemaskan dan
melindungiareola sewaktu menyusui.
3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.
Puting mengandung ujung-ujung saraf perasa yang sensitif, dan otot
polos yang akan berkontraksi bila ada rangsangan

2.2 Fisiologi Payudara

Mammae atau payudara mulai berkembang saat pubertas dan


perkembangannya distimulasi oleh estrogen yang berasal dari siklus
seksual wanita bulanan. Estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar
mammaria payudara ditambah dengan deposit lemak untuk memberi
massa payudara. Selain itu, pertumbuhan yang lebih besar terjadi selama
kadar estrogen yang tinggi pada kehamilan dan hanya jaringan kelenjar
saja yang berkembang sempurna untuk pembentukan air susu. Terdapat 2
hormon yang berperan dalam proses perkembangan payudara antara lain :

a) Peranan Estrogen (Pertumbuhan sistem duktus) Selama kehamilan,


sejumlah besar estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga sistem
duktus payudara tumbuh dan bercabang. Secara bersamaan, stroma
payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar
b) lemak terdapat dalam stroma. Sedikitnya ada 4 hormon lain yang
penting dalam pertumbuhan sistem duktus diantaranya hormon
pertumbuhan, prolaktin, glukokortikoid adrenal dan insulin.
Masingmasing hormon tersebut diketahui memainkan paling sedikit
beberapa peranan dalam metabolisme protein.
c) Peranan Progesteron (Perkembangan sistem lobulus-alveolus)
Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang menyekresi air susu
juga memerlukan progesteron. Sekali sistem duktus telah berkembang,
progesteron bekerja secara sinergistik dengan estrogen, juga dengan
semua hormon-hormon lain yang disebutkan di atas menyebabkan
pertumbuhan lobulus payudara, dengan pertunasan alveolus dan
perkembangan sifat-sifat sekresi dari sel-sel alveoli.
Perubahanperubahan ini analog dengan efek sekresi progesteron pada
endometrium uterus selama pertengahan akhir siklus seksual wanita.
Walaupun estrogen dan progesteron penting untuk perkembangan fisik
kelenjar payudara selama kehamilan, namun hormon ini mempunyai
pengaruh untuk tidak menyebabkan alveoli menyekresi air susu. Air
susu disekresi hanya sesudah payudara yang siap dirangsang lebih
lanjut oleh prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior. Konsentrasi
hormon prolaktin dalam darah ibu meningkat secara tetap dari minggu
kelima kehamilan sampai kelahiran bayi.

2.3 Definisi Fibroadenoma Pyudara


Fibroadenoma payudara adalah neoplasma jinak yang terutama
terdapat pada wanita muda yang merupakan kelainan pada
perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih
dan tidak normal pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih
dari sel-sel yang melapisi saluran air susu di payudara. Fibroadenoma
merupakan jenis tumor jinak yang paling banyak ditemukan, dan
merupakan tumor primer yang paling banyak ditemukan pada kelompok
umur muda, jarang ditemukan pada wanita monopuse. Penderita
fibroadenoma kebanyakan adalah wanita berusia antara 15-35 tahun.
Fibroadenoma berbentuk bulat dengan batas tegas dan memiliki konsistensi
kenyal dengan permukaan yang halus, serta ukurannya dapat membesar
pada masa kehamilan. Tumor jinak ini biasanya tidak terasa sakit dan
mudah bergeser saat disentuh.

2.4 Etiologi

Penyebab kemunculannya belum diketahui secara pasti tetapi sering


kali dikaitkan dengan hormon reproduksi. Beberapa pendapat mengatakan
bahwa fibroadenoma merupakan respons tidak normal tubuh wanita
terhadap hormon estrogen. Ukuran fibroanodema dapat membesar pada
masa kehamilan atau saat seseorang sedang menjalani terapi pengganti
hormon, dan dapat mengecil ketika tingkat hormon reproduksi menurun,
misalnya setelah wanita memasuki masa menopause.

Selain fibroadenoma yang umum terjadi, ada juga beberapa jenis


fibroadenoma lainnya yaitu:

 Fibroadenoma kompleks.

Pada jenis ini terjadi pertumbuhan sel yang cepat. Fibroadenoma kompleks
didiagnosis menurut analisa jaringan dengan mikroskop (biopsi).

 Fibroadenoma juvenile.

Jenis ini merupakan fibroadenoma yang paling banyak diderita oleh


wanita berusia 10-18 tahun. Fibroadenoma juvenile dapat membesar,
namun seiring waktu akan menyusut bahkan menghilang.

 Fibroadenoma besar.

Jenis ini dapat membesar hingga berukuran 5 centimeter dan harus


diangkat karena dapat menekan jaringan payudara sekitarnya.

 Tumor phyllodes.

Jenis ini biasanya bersifat jinak, namun dapat juga berubah menjadi
ganas. Dokter akan menyarankan tumor ini untuk diangkat.

Gejala Fibroadenoma pada payudara memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Tidak terasa sakit.


 Berbentuk bundar dengan tepi benjolan yang jelas.
 Mudah digerakkan.
 Konsistensi benjolan terasa kenyal dan padat.
Wanita dapat memiliki lebih dari satu fibroadenoma sekaligus pada
salah satu payudara atau keduanya. Dianjurkan untuk segera menghubungi
dokter jika merasa ada benjolan baru atau perubahan pada payudara.

2.5 Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa
kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan
terhadap hormon estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam
mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar
atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan
di sekitarnya. Fibroadenoma mammae biasanya tidak menimbulkan gejala
dan ditemukan secara kebetulan. Fibroadenoma biasanya ditemukan
sebagai benjolan tunggal, tetapi sekitar 10%-15% wanita yang menderita
fibroadenoma memiliki beberapa benjolan pada kedua payudara.
Penyebab munculnya beberapa fibroadenoma pada payudara belum
diketahui secara jelas dan pasti. Hubungan antara munculnya beberapa
fibroadenoma dengan penggunaan kontrasepsi oral belum dapat dilaporkan
dengan pasti. Selain itu adanya kemungkinan patogenesis yang
berhubungan dengan hipersensitivitas jaringan payudara lokal terhadap
estrogen, faktor makanan dan faktor riwayat keluarga atau keturunan.
Kemungkinan lain adalah bahwa tingkat fisiologi estrogen penderita tidak
meningkat tetapi sebaliknya jumlah reseptor estrogen meningkat.
Peningkatan kepekaan terhadap estrogen dapat menyebabkan hyperplasia
kelenjar susu dan akan berkembang menjadi karsinoma.
Fibroadenoma sensitif terhadap perubahan hormon. Fibroadenoma
bervariasi selama siklus menstruasi, kadang dapat terlihat menonjol, dan
dapat membesar selama masa kehamilan dan menyusui. Akan tetapi tidak
menggangu kemampuan seorang wanita untuk menyusui. Diperkirakan
bahwa sepertiga dari kasus fibroadenoma jika dibiarkan ukurannya akan
berkurang bahkan hilang sepenuhnya. Namun yang paling sering terjadi,
jika dibiarkan ukuran fibroadenoma akan tetap. Tumor ini biasanya bersifat
kenyal dan berbatas tegas dan tidak sulit untuk diraba. Apabila benjolan
didorong atau diraba akan terasa seperti bergerak-gerak sehingga beberapa
orang menyebut fibroadenoma sebagai “breast mouse”. Biasanya
fibroadenoma tidak terasa sakit, namun kadang kala akan menimbulkan rasa
tidak nyaman dan sangat sensitif apabila disentuh.
2.6 WOC Asuhan Keperawatan Teoritis
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Tinjauan Asuhan Keperawatan

3.1.1 KASUS

Pasien bernama Ny. X mengeluh adanya benjolan sebesar biji melinjo


di payudaranya. Jika diraba terasa kenyal, keras dan mudah digerakkan
tetapi tidak nyeri. Setelah di USG oleh dokter bedah onkologi didapatkan
hasil terdapat Fibroadenoma Mammae pada pasien dan disarankan untuk
operasi. Pada tanggal 5 Februari 2019 pukul 09.00 WIB, Ny. X
mendapatkan terapi RL 20 tpm kemudian Ny.X menjalankan operasi
lumpektomi pukul 10.45 dan selesai pukul 11.45 WIB. Ny. X mendapatkan
luka jahit sepanjang 5 cm.

Pada tanggal 5 Februari 2019 jam 20.00 WIB, keadaan umum pasien
baik, Ny. X mengeluh nyeri hilang-timbul pada bagian payudara kiri. Saat
diperiksa, Ny. X memperlihatkan ekspresi wajah seperti menahan sakit.
kesadaran composmentis, GCS : 15, TD: 110/60 mmHg, RR : 2ox/menit,
N: 86x/menit, S : 36 C, terdapat luka pos operasi lumpektomi Fibroadenoma
Mammae sinstra. Keadaan balutan bersih dan kering, tidak ada rembesan
darah maupun cairan dari luka. Pasien mengatakan kurang percaya diri
dengan keadaannya sekarang sebab ia baru saja di operasi di bagian
payudara, pasien terlihat lebih banyak diam dan pasien terlihat tidak mau
menyentuh bagian tubuh yang di operasi.

3.1.2 PENGKAJIAN

1) Identitas Klien

Nama : Ny. X

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan


Status pernikahan : Menikah

Alamat : Surabaya

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : SMA

No. Rekam Medis : 1765432XXX

Tgl masuk RS : 5 Februari 2019

Tgl pengkajian : 5 Februari 2019

Diagnosa medis : Fibroadenoma Mammae

2) Keluhan Utama

Adanya benjolan yang kenyal, keras dan mudah digerakkan di


payudaranya.

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Klien menyatakan nyeri hilang-timbul pada payudara sebelah kirinya


setelah menjalankan operasi lumpektomi.

4) Riwayat Penyakit Sebelumnya

Tidak pernah menderita penyakit seperti yang diderita sekarang atau


penyakit diabetes, hipertensi, dll.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga dari keluarga suami ataupun klien yang menderita


tumor atau kanker.

6) Perubahan Pola Hidup

- Aktvitas/Istirahat : adanya perubahan pola istirahat dan jam tidur


dikarenakan ketidaknyamanan klien terhadap nyeri yang dirasakan.
Terdapat keterbatasan dalam beraktivitas.
- Kebutuhan Nutrisi : adanya perubahan pola makan selama di rumah
sakit. Klien lebih banyak diam sehingga tidak nafsu makan.
- Eliminasi : tidak terdapat perubahan pola ekskresi dan defekasi selama
di rumah sakit.
- Psikososial dan budaya : klien merasa tidak percaya diri sehingga
membutuhkan dukungan dari keluarga dan suaminya. Tidak terdapat
kebiasaan yang turun-temurun dari keluarga terkait penatalaksanaan
pasca operasi.

7) Pemerikasaan Fisik

- Penampilan umum : terlihat pucat, lesu dan wajah yang meringis


menahan nyeri.

- TTV : Tekanan darah, suhu, nadi, respirasi

- Kulit

- Payudara

8) Pemeriksaan Penunjang

- Pemeriksaan darah lengkap

3.1.3 ANALISIS DATA

 Data Subjektif

1) Pasien mengatakan nyeri

Provokatif : bergerak

Quality : perih

Severity :5

Time : hilang-timbul

2) Pasien mengatakan kurang percaya diri dengan keadaannya sekarang


sebab ia baru saja di operasi di bagian payudara.
 Data Objektif

1) Ekspresi wajah seperti menahan sakit.

TTV pasien :

Tekanan Darah : 110/60 mmHg

Repiratory Rate : 20 x/menit

Nadi : 86 x/menit

Suhu : 36°C

2) Pada payudara kiri terdapat luka post operasi lumpektomi


sepanjang 5 cm, keadaan luka bersih, tidak ada rembesan darah
atau cairan dari luka, disekitar luka teraba hangat dan terdapat nyeri
tekan, serta terpasang infus RL 20 tpm.

3) Pasien terlihat lebih banyak diam dan pasien terlihat tidak mau
menyentuh bagian tubuh yang di operasi.

3.1.4 DIAGNOSA

1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik

2) Risiko infeksi berhubungan dengan Prosedur Invasif

3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan Pembedahan

Diagnosa Intervensi Rasional


1. Nyeri akut  Pemantauan nyeri  Memantau tingkat
b.d Agen  Pengaturan posisi nyeri yang
cidera fisik  Perawatan dirasakan pasien
kenyamanan agar mengetahui
tindakan yang
harus dilakukan
selanjurnya
 Mengatur posisi
pasien agar tidak
menambah rasa
nyeri yang
dirasakan
 Memberikan
pasien rasa nyaman
yang diharapkan
dapat
meminimalisir rasa
nyeri yang timbul
2. Risiko  Pencegahan luka  Mecegah adanya
infeksi b.d tekan luka dan
prosedur  Perawatan area perdarahan yang
invasif insisi diakibatkan karena
 Perawatan luka tekanan pada area
insisi
 Merawat area insisi
agar tidak terjadi
perdarahan dan
infeksi
 Dilakukan
perawatan luka
agar tidak terjadi
infeksi dan
perdarahan
3. Gangguan  Edukasi perawatan  Memberi tau
citra tubuh diri pasien untuk
b.d  Manajemen stres merawat bagian
Pembedahan  Promosi kepercayaan tubuh pasca
diri pembedahan
setelah keluar rs
agar tidak terjadi
infeksi dan luka
baru
 Agar pasien tidak
merasa stres
dengan
keadaannya pasca
operasi dengan
keadaan yang
berbeda dari
sebelumnya
 Agar pasien dapat
merasa bahwa ia
sama dengan orang
disekitarnya dan
tidak merasa
berbeda
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Fibroadenoma payudara adalah neoplasma jinak yang terutama


terdapat pada wanita muda yang merupakan kelainan pada
perkembangan payudara normal dimana ada pertumbuhan berlebih
dan tidak normal pada jaringan payudara dan pertumbuhan yang berlebih
dari sel-sel yang melapisi saluran air susu di payudara. Menurut
NSW Breast Cancer Institute (2012), FAM umumnya terjadi pada wanita
dengan usia 21–25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun.
Penyebab FAM masih belum diketahui dan diduga memiliki keterkaitan
dengan genetik dan perubahan hormonal.

FAM diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu common


fibroadenoma, giant fibroadenoma, dan juvenile fibroadenoma. Diagnosis
FAM dilakukan dengan anamnesis yaitu sesuai sacred seven dan basic
four, mengetahui tanda dan gejala FAM, melakukan pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Penatalaksanaan FAM berupa
crioblasi, radiofrequency-ablation (RFA), mammotome biopsy, endoskopi,
dan lumpectomy. Komplikasi FAM meliputi aspek psikologi, gangguan
dalam aktivitas sehari-hari, tumor jinak menjadi ganas, dan adanya
metastasi ke jaringan organ lain. Prognosis dari FAM adalah baik ketika
diangkat dengan sempurna, tetapi apabila masih terdapat jaringan sisa pada
saat operasi dapat kambuh kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Septiana,V., 2015.Karakteristik Penderita Fibroadenoma Mammae (FAM) diRS


Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2012-2014. Skripsi. Fakultas
Kedokteran. Universitas Hassanudin, Makassar.

Sidauruk, H Agustina, dkk. Karakteristik Penderita Fibroadenoma Mammae


(Fam) Rawat Inap Di Rs Santa Elisabeth Medan Tahun 2007-2011 diakses
pada https://jurnal.usu.ac.id/index.php/gkre/article/view/1202/720

Andantika,R,V., 2017. Pathway Fibrodenoma payudara. [online]. (diupdate 26


Februari 2017). https://www.scribd.com/document/340351149/Pathway-FAM-
New. [Diakses tanggal 4 Maret 2019]

Ellis, Harold. 2013. Anatomy and physiology of breast. Surgery journal. S0263-
9319(12)00234-7

Aini, N., 2016. Pathway Fibrodenoma payudara. [online]. (diupdate 21 April


2016). https://id.scribd.com/doc/309983097/Pathway-Fibroadenoma-
Mammae# [Diakses 14 Maret 2019]

Anda mungkin juga menyukai