Anda di halaman 1dari 3

Pemanfaatan Activity of Daily Living Dalam Keberhasilan Pelaksanaan Terapi Okupasi

Terapi okupasi adalah profesi kesehatan yang berpusat pada klien berkaitan dengan
memulihkan kesehatan dan meningkatkan kesejahteraan melalui pekerjaan (okupasi). Tujuan
utama dari terapi okupasi adalah untuk memungkinkan orang berpartisipasi dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari. Terapis Okupasi bekerja dengan orang-orang dan masyarakat, untuk
meningkatkan kemampuan mereka terlibat dalam pekerjaan yang diinginkan, dirasa perlu, atau
diharapkan untuk melakukan, atau dengan memodifikasi pekerjaan atau lingkungan agar lebih
mendukung keterlibatan kerja mereka (World Federation of Occupational Therapists, 2012).
Menurut WFOT terapi okupasi dilakukan dengan melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas sehari-
hari, dari sini saya mengambil Activity of Daily Living untuk menunjang keberhasilan dari terapi
okupasi ini karena terapi okupasi dan adl saling berkaitan mengenai kegiatan sehari-hari yang
menunjang untuk memulihkan kesehatan. Adapun arti dari Activity of Daily Living (ADL) atau
aktivitas kehidupan sehari-hari dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus dikenal dengan
istilah Bina Diri yang mengacu pada suatu kegiatan bersifat pribadi yang memiliki dampak dan
berkaitan dengan human relationship.

Dalam menunjang keberhasilan suatu terapi maka diperlukannya pemilihan rencana yang
tepat. Sebagaimana mestinya terapi okupasi dengan aktivitas sehari-hari, suatu terapi akan berhasil
dan mempunyai manfaat jangka panjang jika pemberian terapi tersebut diberikan secara bertahap.
Pasien yang membutuhkan terapi okupasi biasanya mengalami penurunan kemampuan terhadap
sensori dan motoriknya seperti yang dikatakan oleh E. Kosasih, 2012;13 bahwa terapi okupasi
adalah terapi yang dilakukan melalui kegiatan atau pekerjaan terhadap anak yang mengalami
gangguan kondisi sensori motor. Dengan dilibatkannya aktivitas sehari-hari dalam pemberian
terapi okupasi akan memudahkan pasien untuk menerapkannya didalam kehidupan sehari-hari
agar memungkinkan unutk berpartisipasi dalam beraktivitas dan bersosialisasi dengan
lingkungannya jika pasien anak yang sedang melakukan terapi okupasi ini, nantinya akan
membantunya untuk mendapatkan peluang dan kesempatan dalam hal mengembangkan bakat,
inisiatif, daya kreatifitas, kemampuan bercita-cita, danberkarya
Aktivitas yang dapat dilakukan dalam terapi ini dapat berupa suatu hal atau kegiatan yang
disenangi pasien maupun kegiatan yang sebelumnya pasien ingin lakukan. Seperti bermain
bersama kelompok, membaca, menulis, mandi ,dll. Misalnya, seorang pasien lupa cara
menggunakan baju yang baik dan benar maka perlu dilatih dan dibiasakan untuk melakukannya
karena secara tidak langsung itu adalah kebutuhan individu dalam melakukan kegiatan sehari-hari.
Pelaksanaan terapi okupasi ini tidak semata-mata diberatkan kepada sipemberi terapi. Terapi ini
berhasil jika individu itu sendiri mau dan ingin melakukannya tanpa paksaan maka dari itu terapi
ini harus dilakukan secara bertahap atau berkala, selain itu dari lingkungan yang menjadi salah
satu semangat individu dalam melakukan terapi ini.

Tujuan dari terapi okupasi ini sendiri yaitu, menciptakan suatu kondisi tertentu sehingga
klien dapat mengembangkan kemampuannya untuk dapat berhubungan dengan orang lain,
membantu melepaskan atau menyalurkan dorongan-dorongan emosi secara wajar dan produktif,
menghidupankan kemampuan atau motivasi klien, menemukan kemampuan kerja yang sesuai
dengan bakat dan keadaannya, dan mengumpulkan data guna penentuan diagnose dan penetapan
terapi lainnya.

Pada tujuan pertama diharapkan klien yang menjalani terapi okupasi ini mampu menjalin
hubungan sosialnya untuk kelangsungan hidupnya dalam bersosialisasi, yang kedua diharapkan
pasien mampu mengontrol emosi secara wajar dan produktif agar tidak meng- khawatirkan dan
membahayakan lingkungan sekitarnya, kemudian pasien diharapkan mendapatkan motivasi hidup
kembali dengan baik tanpa adanya fikiran negative yang dapat membuat klien berada dalam posisi
terburuknya, yang keempat dimaksudkan bahwa dalam terapi ini nantinya klien secara bertahap
akan menemukan kemampuan kerja yang sesuai dengan bakat dan keadaannya seperti contoh
pasien dengan keadaan fisik yang berbeda akan menyadari bahwa dirinya mampu dalam
melakukan hal yang mungkin dahulu ketika pasien sehat secara fisik dan mental ia akan
mempikirkan bahwa semua kegiatan ini tidak akan biasa dilakukan kecuali dilakukan oleh orang
yang normal dengan adanya pikiran tersebut akan membuat mental dan kejiwaan pasien jatuh
dengan sendirinya. Tujuan yang kelima keberhasilannya lebih bercondong pada tenaga medis
untuk mengumpulkan data dan menentukan diagnosis bagi pasien yang sedang melakukan terapi
maupun pasien yang telah melakukan terapi okupasi untuk mendapatkan terapi- terapi lainnya
untuk menunjang kesehatan mental dan jiwanya.

Aktivitas sehari – hari yang bisa dilakukan oleh pasien dapat dimulai dari kegiatan yang
sederhana sampai kegiatan yang kompleks yang bertujuan untuk mendapatkan atau menemukan
kegiatan yang disukai pasien yang akan menjadikan hobi. Kegiatan yang sederhana dapat
dilakukan dengan menata atau merapikan tempat tidur ketika baru bangun tidur, dengan menata
tempat tidur dapat dinilai kerapian dan keindahan yang dapat diciptakan oleh pasien tersebut,
kemudian dapat melakukan mandi yang meliputi sikat gigi, cuci muka dan membersihkan tubuh.
Jika memungkinkan pasien dianjurkan untuk berada di kamar mandi sendiri namun harus
dilakukan evaluasi ketika pasien sudah keluar dari kamar mandi, jika tidak memungkinkan untjk
melakukan aktivitas tersebut, pasien dapar didampingi oleh pengawas. Setelah mandi, kemudian
makan jika kondisi pasien memungkinkan, pasien dapat diajak untuk diskusi mengenai kegiatan
sehari – hari yang pasien masih ingat dan ketahui.

Dengan melakukan diskusi, perawat akan lebih mengetahui kegiatan – kegiatan apa yang
masih perlu dievaluasi dan kegiatan apa yang harus dilakukan pasien untuk menunjang
kesehatannya seperti hobinya atau kegiatan yang ingin dilakukan oleh pasien itu sendiri. Dalam
terapi ini kegiatan – kegiatan yang dilakukan sehari – hari tidak selalu dapat dari arahan terapis,
tetapi pasien juga boleh untuk melakukan kegiatan – kegiatan yang ia inginkan ataupun yang tidak
ia inginkan. Dalam pelaksanaannya terapi ini mungkin dapat menimbulkan efek negatif maupun
positif, efek negatif yang ditimbulkan seperti memaksa dan menyamaratakan kegiatan – kegiatan
individu diluar sana ataupun individu lainnya yang jelas berbeda dan dapat menimbulkan reaksi
atau respon dari pasien tersebut, respon yang paling fatal adalah pasien marah dan tidak ingin
melakukan terapi ini lagi dan membuat kesehatan pasien menurun jika terus dipaksakan.

Terapi okupasi dengan memfokuskan pada aktivitas sehari – hari akan memudahkan
pengembangan kesehatan jiwa pasien. Terapi okupasi secara khusus dibutuhkan oleh orang yang
sedang menjalani pemulihan dan kembali bekerja setelah mengalami cedera yang berhubungan
dengan pekerjaan, orang yang menderita gangguan fisik dan mental sejak lahir, orang yang secara
tiba-tiba menderita kondisi kesehatan serius, seperti stroke, serangan jantung, cedera otak,
atau amputasi orang yang menderita penyakit kronis, seperti radang sendi, atau penyakit paru
obstruktif kronik (PPOK), orang dengan gangguan mental atau masalah perilaku, seperti penyakit
Alzheimer, autisme, atau ADHD, gangguan stres pascatrauma, penyalahgunaan obat-obatan
terlarang, atau gangguan makan. Anak-anak yang mengidap kondisi kesehatan tertentu, seperti
sindrom down, cerebral palsy, spina bifida, dispraksia, dan ketidakmampuan belajar juga perlu
melakukan terapi okupasi. Terapi okupasi bisa dilakukan, baik di rumah atau di lingkungan yang
diinginkan pengidap. Dokter spesialis dapat mendampingi seseorang yang ingin melakukan terapi
ini di rumah, tempat kerja, ataupun sekolah. Namun, terapi okupasi umumnya dilakukan di rumah
sakit.

Anda mungkin juga menyukai