Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INDIVIDU

SISTEM RUJUKAN
DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SURAKARTA

Oleh:

Taufik Ridwan Hadi Kusuma G991905054

Pembimbing:

dr. Muhammad Fikri

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2019
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN PEMBELAJARAN DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SURAKARTA:

SISTEM RUJUKAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SURAKARTA

Oleh:
Taufik Ridwan Hadi Kusuma
NIM. G991905054

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari : Kamis
Tanggal : 8 Agustus 2019

Mengetahui,
Pembimbing

dr. Muhammad Fikri


NIP. 197412132009021001
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan individu kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) di RSUD
Kota Surakarta dengan judul “Sistem Rujukan di Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kota Surakarta”.

Laporan ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh


kepaniteraan Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) Fakultas Kedokteran UNS. Pada
kesempatan ini saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Hartono, dr., M.Si selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
2. Sumardiyono, SKM, M. Kes selaku Kepala Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. dr. Muhammad Fikri selaku staff pembimbing dokter muda di RSUD Kota
Surakarta.
4. Seluruh staff di RSUD Kota Surakarta.

Surakarta, 8 Agustus 2019

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan implementasi dari


Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) untuk mencapai Universal Health
Coverage. JKN merupakan upaya yang dilakukan pemerintah untuk menjamin
kesehatan seluruh masyarakat Indonesia secara komprehensif, murah, terjangkau
dan bermutu, melalui sistem rujukan yang berjalan baik. Tujuan diberlakukannya
program JKN adalah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang
diberikan kepada semua orang yang telah membayar iuran atau yang iurannya
dibayar oleh pemerintah. Untuk mendapatkan mutu pelayanan yang berhasil guna
(efektif) dan berdaya guna (efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara
unit-unit pelayanan kesehatan melalui suatu tatanan sistem rujukan (Depkes, 2009).

Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang


mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal
balik baik vertikal maupun horizontal, maupun struktural dan fungsional terhadap
kasus penyakit atau masalah penyakit atau permasalahan kesehatan. Setiap rumah
sakit mempunyai kewajiban merujuk pasien yang memerlukan pelayanan di luar
kemampuan pelayanan rumah sakit (BPJS, 2014). Laporan ini diharapkan dapat
menjadi informasi bagi masyarakat, mahasiswa, dan para tenaga medis mengenai
sistem rujukan secara umum, maupun secara khusus di RSUD Kota Surakarta.
Dengan demikian, semua masyarakat Indonesia dapat berpartisipasi dalam usaha
mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya terutama dengan sistem
JKN ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Rujukam


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan kesehatan, sistem
rujukan pelayanan kesehatan ialah penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal. Pengertian sistem
rujukan menurut Sistem Kesehatan Nasional, merupakan suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan
tanggung jawab timbal balik terhadap satu/lebih kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertikal dari unit berkemampuan kurang kepada
unit yang lebih mampu atau secara horizontal antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya (BPJS, 2014).
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan dibentuk karena beberapa
alasan diantaranya :
1. Tidak semua penyakit dapat ditangani di fasilitas kesehatan tingkat
pertama (FKTP)
2. Jumlah RS terbatas serta penyebarannya tidak merata
3. Kompetensi setiap rumah sakit tidak sama (jumlah dokter spesialis
dan sarana prasarana tidak sama)
4. Untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai
kebutuhan medis berdasarkan fasilitas kesehatan yang tersedia
Gambar 1. Alur Pelayanan Kesehatan (BPJS, 2014)
B. Ketentuan Sistem Rujukan
Dalam Sistem Rujukan Berjenjang, terdapat beberapa ketentuan-ketentuan
yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
Pelayanan kesehatan tingkat pertama merupakan pelayanan
kesehatan dasar yang diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua
Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan kesehatan
spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan
spesialistik.
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan
sub spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter
gigi sub spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan sub spesialistik.
2. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan, fasilitas kesehatan tingkat
pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem rujukan dengan
mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai dengan
sistem rujukan dapat dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak
sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan.
4. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan sistem rujukan maka BPJS
Kesehatan akan melakukan recredentialing terhadap kinerja fasilitas
kesehatan tersebut dan dapat berdampak pada kelanjutan kerjasama.
5. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara horizontal maupun vertikal.
6. Rujukan horizontal/ internal adalah rujukan yang dilakukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap
7. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan
kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau
sebaliknya.
Rujukan vertikal dari tingkat pelayanan lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi dilakukan apabila :
a. Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau
subspesialistik
b. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau
ketenagaan.
Sedangkan rujukan vertikal dari tingkat pelayanan yang lebih tinggi
ke tingkat pelayanan yang lebih rendah dilakukan apabila :
a. Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh
tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih rendah sesuai
dengan kompetensi dan kewenangannya
b. Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama
atau kedua lebih baik dalam menangani pasien tersebut
c. Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat
ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan yang lebih
rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan pelayanan
jangka panjang
d. Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan sarana,
prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
(BPJS, 2014)

Gambar 2. Sistem rujukan berjenjang (BPJS, 2014)


C. Tata Cara Rujukan
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang
sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat
dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes primer
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat
diberikan atas rujukan dari faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke
faskes tersier hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang dan hanya tersedia
di faskes tersier.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam
kondisi:
1) Terjadi keadaan gawat darurat
2) Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan yang berlaku
3) Bencana
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Pemerintah Daerah
4) Kekhususan permasalahan kesehatan pasien
Untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana terapinya dan terapi
tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
5) pertimbangan geografis, dan
6) pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
1) Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2) Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter
dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama
kecuali dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar kompetensi dokter dan/atau
dokter gigi pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama.
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi
pelayanan kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau
pemberian terapi, yang merupakan satu rangkaian perawatan pasien
di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan
pasien dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk (BPJS, 2014).
D. Sistem Rujukan Terintegrasi
Sistem rujukan terintegrasi (SISRUTE) merupakan teknologi
informasi berbasis internet yang dapat menghubungkan data pasien dari
tingkat layanan lebih rendah ke tingkat layanan lebih tinggi atau sederajat
(horizontal maupun vertikal) dengan tujuan mempermudah dan
mempercepat proses rujukan pasien.
SISRUTE diimplementasikan karena adanya beberapa masalah
terkait system rujukan diantaranya ruang perawatan penuh, penolakan
pasien, dan pelayanan awal yang lamban. Oleh karena itu diperlukan solusi
untuk mempercepat layanan dengan diimplementasikannya SISRUTE
dengan tujuan yaitu:
a. Terintegrasinya sistem informasi rujukan pasien seluruh RS
Regional, RS Kelas B dan RS Kelas Khusus
b. Terwujudnya percepatan pelayanan rujukan di RS
c. Terbitnya regulasi dari kementerian kesehatan RI terkait rujukan
di Era Digital
Setelah diimplementasikan, SISRUTE diharapkan dapat
memberikan berbagai manfaat diantaranya:
a. Peningkatan mutu layanan dengan sistem informasi rujukan
terintegrasi
b. Peningkatan mutu layanan RS perujuk dengan informasi dan
koordinasi untuk pelayanan lanjutan pasien yang berdampak
pada kepuasan pasien
c. Sistem informasi rujukan terintegrasi sebagai acuan untuk
pelaksanaan rujukan di RS secara nasional
BAB III
PEMBAHASAN

RSUD Kota Surakarta adalah rumah sakit tipe C (PPK 2) yang dimiliki oleh
Pemerintah Kota Surakarta, oleh karena itu RSUD Kota Surakarta menjadi tujuan
rujukan dari Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat 1 (PPK 1) di Surakarta.
Rujukan dari RSUD Kota Surakarta ini dilakukan secara horizontal maupun
vertikal.
Rujukan vetikal ke pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, yaitu rumah sakit
tipe B apabila pasien perlu penanganan lebih lanjut dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis serta sub spesialis terbatas yang menggunakan pengetahuan dan teknologi
kesehatan spesialistik. Sedangkan rujukan ke rumah sakit tipe A dilakukan apabila
pasien perlu penanganan lebih lanjut dokter sub spesialis atau dokter gigi sub
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik.
Rujukan vertikal ke pelayanan yang lebih rendah, yaitu rumah sakit tipe D apabila
permasalahan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan yang lebih rendah
sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya, rumah sakit tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena
keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
Rujukan horizontal dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu
tingkatan jika perujuk (fasilitas kesehatan) tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan,
dan atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
Saat ini, RSUD Kota Surakarta sudah menerapkan Sistem Rujukan
Terintegrasi (SISRUTE) yang merupakan sistem rujukan yang berbasis internet.
Dengan diterapkannya SISRUTE, proses rujukan di RSUD Surakarta berlangsung
dengan cepat dan mudah. Selain itu penolakan pasien dapat diminimalisir karena
SISRUTE menghubungkan data yang ada di RSUD Surakarta dengan faskes yang
tingkatannya lebih rendah maupun lebih tinggi.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
1. RSUD Kota Surakarta sudah menerapkan sistem rujukan baik dan sesuai
dengan undang-undang yang berlaku, yaitu dengan menjalankan
rujukan baik secara horizontal maupun vertikal, baik ke tingkatan
pelayanan yang lebih tinggi maupun ke tingkat pelayanan yang lebih
rendah
2. Proses rujukan di RSUD Kota Surakarta berjalan lebih cepat dengan
diterapkannya Sistem Rujukan Terintegrasi (SISRUTE) yang berbasis
internet
B. Saran
1. Mempertahankan sistem rujukan terintergasi yang sudah ada.
2. Senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pelayanan, dan melakukan
evaluasi mengenai layanan yang ada di RSUD Kota Surakarta.
DAFTAR PUSTAKA

BPJS Kesehatan (2014). Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. BPJS, pp 1-


16.
Kementrian Kesehatan RI (2016). Buku Manual Sistem Rujukan Terpadu
(SISRUTE).Makassar:RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang
Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, Tanggal 30 Januari 2012

Anda mungkin juga menyukai