Anda di halaman 1dari 2

Salah satu pusat pendidikan, penelitian, dan ekowisata dalam kawasan taman nasional di Jawa

Barat, khususnya di TNGGP, adalah Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB).
PPKAB merupakan satu lokasi yang berperan sebagai salah satu tempat untuk memperkenalkan
kekayaan alam hutan hujan tropis kepada masyarakat umum dan masyarakat di sekitar kawasan
TNGGP. Kawasan PPKAB merupakan salah satu kawasan yang menyediakan tempat hidup dan
perlindungan bagi keanekaragaman hayati, khususnya bagi satwa primata endemik Pulau Jawa
yaitu owa jawa (Hylobates moloch) dan surili (Presbytis comata). Bagian dari kawasan TNGGP
dan PPKAB merupakan habitat empat jenis satwa primata yang ada di Pulau Jawa. Potensi satwa
primata yang dimiliki kedua kawasan taman nasional ini (TNGHS dan PPKAB) ialah fauna yang
memiliki arti penting bagi fungsi ekologis, yaitu penyebar benih (seed dispersal), keseimbangan,
dan kelestarian ekosistem. Jenis satwa primata di kawasan ini yang dilindungi IUCN memiliki
status endemik dan critically endangered adalah owa jawa (Hylobates moloch) dan surili
(Presbytis comata). Jenis yang tergolong berstatus rentan adalah lutung jawa (Trachypithecus
auratus) dan kukang (Nycticebus javanicus). Satu lagi jenis satwa primata yang belum masuk
satwa primata dilindungi oleh Pemerintah Republik Indonesia yang terdapat di kawasan ini adalah
monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). (basalamah 2010)

Status Populasi Satwa Primata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional
Halimun Salak, Jawa Barat [PRIMATE POPULATIONS IN MOUNTAIN GEDE PANGRANGO
NATIONAL PARK AND HALIMUN SALAK NATIONAL PARK, WEST JAVA] Fitriah
Basalamah, Achi Zulfa, Dewi Suprobowati, Devi Asriana, Susilowati, Agnes Anggraeni, Rahmalia
Nurul
Jurnal Primatologi Indonesia, Vol. 7 No. 2 Desember 2010, p. 55-59. ISSN 1410-5373. Pusat
Studi Satwa Primata, Institut Pertanian Bogor

Salah satu kawasan dimana Owa Jawa masih bisa dijumpai adalah di Kawasan Resort Bodogol,
bagian dari Seksi Konservasi Wilayah II Bogor Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP)
yang merupakan salah satu Taman Nasional tertua di Indonesia. Selain Owa Jawa, di dalam
kawasan resot Bodogol masih dijumpai satwa-satwa dilindungi dan diambang kepunahan lainnya
seperti Surili (Presbytis comata), Kukang Jawa (Nycticebus javanicus), Elang Jawa (Spizaetus
bartelsi) dan Macan Tutul (Panthera pardus), dan lainlain.

Lokasi praktikum adalah di Resort Bodogol Seksi Konservasi Wilayah II Bogor Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango (selanjutnya TNGP) (lihat Gambar 2). Secara administratif pemerintahan
Resort Bodogol masuk wilayah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Secara geografis
Resort Bodogol terletak pada 106º 58’ BT dan 5º 46’ LS dengan ketinggian 700-1.500 m dpl.

Kondisi vegetasi/penutupan lahan di kawasan hutan sekitar Stasiun Penelitian Resort Bodogol
terdiri dari dua tipe; yakni hutan tanaman dan hutan alam sekunder. Hutan tanaman berupa
tegakan pinus. Adanya hutan pinus karena pada mulanya kawasan hutan Resort Bodogol dikelola
oleh Perum Perhutani dan berfungsi sebagai hutan produksi. Jenis pohon lainnya yang dijumpai di
dalam tegakan pinus adalah puspa (Schima walichii), rasamala (Altingia excelsa), nangka
(Artocarpus heterophyllus), mahoni (Swietenia macrophylla), beunying (Ficus fistulosa), walen
(Ficus ribes), kileho (Saurauia pendula), kayu manis (Cinamomum burmanii), jirak, kisireum batu
(Antidesma tetrandrum), kayu afrika (Maesopsis eminii), macaranga (Macaranga triloba),
kareumbi (Homalanthus populneus), terap (Artocarpus elasticus), sungkai (Peronema canescens),
hamberang (Ficus padana), huru (Litsea sp.), dan huru pala. Bagian lantai hutan tegakan pinus
banyak dijumpai semak belukar, seperti kelompok paku-pakuan dan rerumputan. Selain itu, jenis
tumbuhan bawah lainnya yang dijumpai di lantai hutan tegakan pinus adalah congkok, kaliandra,
pacing, pandan, pulus, rotan, seuseureuhan, suangkung, dan tepus. Pada tegakan pinus, terdapat
juga tanaman kopi yang ditanam dan sebelumnya digarap oleh masyarakat sekitar.

Hutan alam sekunder terletak pada kawasan-kawasan bertopografi sangat curam. Pada tingkat
pertumbuhan pohon, tajuk pohon mulai didominasi oleh spesies kayu afrika yang merupakan
spesies eksotik dan invasif. Bagian lantai hutan terutama pada areal-areal yang terbuka banyak
ditumbuhi semak belukar dan paku-pakuan. Jenis-jenis tumbuhan habitus pohon yang dijumpai
pada hutan alam sekunder adalah puspa, rasamala, afrika, saninten (Castanopsis argentea),
hambirung, hamberang, kareumbi, terap, walen, kileho, dan matoa (Pometia pinata). Hutan
sekunder juga di dalamnya terdapat bekas kegiatan penanaman yang ditandai adanya jenis mahoni,
pinus, dan sengon (Paraserianthes falcataria).

Stasiun Penelitian Resort Bodogol berada pada kisaran ketinggian 800 mdpl. Kawasan hutan ini
memiliki topografi berbukit yang sangat curam. Kondisi kedalaman tanah bervariasi. Pada bagian
punggung bukit, kedalaman lapisan tanam berdasarkan hasil pengamatan dapat mencapai 1 – 1,5
meter. Pada bagian lereng, kedalaman tanah kemungkinan besar akan lebih tipis karena adanya
proses erosi ketika hujan terjadi.

Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), terletak di wilayah zona pemanfaatan
TNGGP. Secara geografis PPKAB berada di Kabupaten Sukabumi yang berbatasan langsung
dengan Kabupaten Bogor, tetapi pengelolaannya berada di bawah pengelolaan Kantor Bidang
Pengelolaan TNGGP Wilayah III Bogor. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol berada pada
ketingian 800 m dpl. Perannya mampu menopang keragaman hayati yang tinggi. Beberapa jenis
tumbuhan berbunga, tumbuhan obat, tanaman hias, serta satwa endemik jawa seperti Elang Jawa
(Nisaetus bartelsi) dan Owa Jawa (Hylobates moloch) dapat ditemukan di dalam kawasan ini.
H15iau

Anda mungkin juga menyukai