Anda di halaman 1dari 4

ISSN: 2085-787X

Kementerian Kehutanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Volume 7 No. 11 Tahun 2013

Perkembangan
Hutan Kota
ditinjau dari Aspek Kebijakan, Aspek
Zonasi, dan Aspek Jenis Pohon
Oleh: Epi Syahadat dan Ismayadi Samsoedin

Pendahuluan Berbagai studi menyebutkan bahwa Sejak tahun 1980 an pemerintah menyadari
perubahan iklim menyebabkan negara adanya Lingkungan Fisik Kritis (LFK)
berkembang paling menderita karena dengan berbagai kecenderungannya,
tidak mampu membangun struktur sehingga telah dibangun dan dikelola
untuk beradaptasi (IPCC 2006; Stern ‘kawasan hijau binaan’ dalam bentuk
2007), sehingga diperlukan upaya nyata ‘hutan kota’. Keberadaan pohon-pohonan
untuk segera mempersiapkan diri dalam di perkotaan memiliki peran yang penting
mengantisipasi segala kemungkinan yang dalam mengantisipasi perubahan iklim
akan terjadi. Ekosistem pantai dan daratan dan hal ini menambah manfaat fungsi
yang diharapkan dapat meminimalisasi pohon, yaitu sebagai penyejuk tata ruang,
kerusakan ternyata tidak mampu penghasil oksigen, habitat satwa, serta
mengantisipasi resiko yang terjadi, karena daerah resapan air (Grey and Deneke
kondisinya yang tidak normal. Wilayah 1978; Miller 1988, Samsoedin dan
perkotaan di Indonesia, terutama kota- Waryono 2010). Keberadaan hutan kota
kota pantai seperti Jakarta, Surabaya, diharapkan mampu meminimalisasi
Semarang dan Makasar, dicirikan oleh permasalahan lingkungan, khususnya
tiga kriteria yaitu: (a) terdegradasinya dalam menentukan jenis-jenis pohon
wilayah daratan dalam bentuk zona yang tepat untuk dikembangkan, baik
(region) wilayah “intrusi air laut”; wilayah di kawasan pantai maupun daratan agar
“pengendapan” dan wilayah “kikisan”; (b) mutu lingkungan di kawasan perkotaan
meningkatnya kutub-kutub panas kota, menjadi lebih baik.
dan (c) semakin terdesaknya kawasan
hijau akibat lajunya pertumbuhan wilayah
perkotaan (Samsoedin dan Waryono
2010).

Pendahuluan • 1
Substansi dalam Hutan kota merupakan hutan yang yang perlu dilestarikan untuk tujuan
pengembangan dikembangkan di suatu kota yang perlindungan ekosistem dataran tinggi
hutan kota bertujuan untuk memberi kenyamanan seperti kota: Bandung, Malang, Brastagi,
bagi penghuninya. Dalam zonasi hutan dan kota lainnya yang termasuk kedalam
kota di bedakan kedalam 3 (tiga) zona katagori kota pantai. Untuk mengetahui
hutan kota, yaitu: (a) Zonasi pantai, perbedaan dari masing-masing zona
kawasan yang diperuntukan bagi tersebut dapat dilihat dari topografi
terlindungnya ekosistem bakau dan daerah (kemiringan, jenis tanah dan lain
hutan pantai yang diharapkan sebagai sebagainya), jenis tanaman yang tumbuh
pendukung ruang terbuka hijau sebagai
(vegetasi tumbuhan), dan curah hujan.
kawasan lindung yang terintegrasi dengan
Memperhatikan ketiga tipe zona wilayah
kegiatan wisata dan pendidikan, seperti
tersebut, yaitu pantai, pedalaman, dan
kota: Jakarta, Semarang, Surabaya, dan
pegunungan, apabila di kaji lebih jauh,
kota lainnya yang termasuk katagori
kota pantai; (b) Zonasi pedalaman pada dasarnya merupakan pembagian
kawasan yang diperuntukan sebagai wilayah berdasarkan Daerah Aliran
perlindungan ekosistem dataran rendah, Sungai (DAS). Meski demikian, bukan
seperti kota: Samarinda, Solo, Palembang, berarti bahwa istilah kota pantai = kota
dan kota lainnya yang termasuk dalam hilir, kota pedalaman = kota tengah,
katagori kota pedalaman; dan (3) Zonasi dan kota pegunungan = kota hulu, akan
pegunungan adalah kawasan yang tetapi ketiga tipe kota tersebut, dibedakan
diperuntukan untuk menyediakan ruang sebagai kota yang berada di wilayah
yang memiliki karakteristik alamiah kikisan dan wilayah endapan.

Kriteria Berdasarkan bentang alam dan atau sisa-sisa hutan hujan dataran rendah; (ii)
pengembangan konfigurasinya, daerah-daerah pada Semak belukar bekas peladangan. Jenis-
jenis pohon wilayah kikisan dan endapan, dicirikan jenis ini umumnya bertahan untuk tidak
oleh komunitas tutupan vegetasi asli diganggu masyarakat setempat. Kota
yang tumbuh dan berkembang sesuai pegunungan, umumnya tumbuh dan
dengan jenis kikisan dan endapannya. berkembang di daerah yang memiliki suhu
Dengan kata lain, tipe habitat komunitas udara dingin, dekat dengan perkebunan
tumbuhan tertentu sangat spesifik lokasi. dan atau daerah tujuan wisata.
Jenis tumbuhan yang dikembangkan di Untuk membangun hutan kota diberbagai
hutan kota perlu disesuaikan dengan tipe kota di atas, maka jadi keharusan
tipe kota dimana hutan kota tersebut untuk mencari jenis-jenis pohon yang
dibangun. Misalnya, untuk kota pantai, mampu berperan dalam membentuk
dikenal adanya tiga formasi, yaitu (i) suatu ekosistem. Jenis-jenis pohon
formasi pantai; (ii) formasi mangrove; tersebut masih tersimpan di banyak
dan (iii) formasi daratan. Dengan tempat di Indonesia, sehingga dapat
mengenali formasinya, maka dapat dikembangkan di daerah-daerah urban.
ditemukan jenis-jenis tumbuhan yang Dengan memanfaatkan sumberdaya yang
paling sesuai dan paling memungkinkan kita miliki sendiri serta mengelolanya
untuk dikembangkan. Selain tumbuh dan dengan baik, berarti kita telah mampu
berkembang sesuai dengan habitatnya, menciptakan suatu kondisi lingkungan
tanaman tersebut juga memiliki nilai-nilai hidup lestari yang dapat memberikan
estetika pada masing-masing habitatnya. kesejahteraan bathin, bukan saja kepada
Untuk hutan kota dikota-kota pedalaman, umat manusia tetapi juga kepada makhluk
minimal terdapat dua formasi, yaitu (i) hidup lainnya.

2 • Perkembangan Hutan Kota ditinjau dari Aspek Kebijakan, Aspek Zonasi, dan Aspek Jenis Pohon
Permasalahan Permasalahan yang dihadapi dalam 3. Dalam membuat perencanaan tata
dalam penbangunan hutan kota yang paling ruang wilayah (RTRW ), pemerintah
pembangunan dominan adalah: daerah setempat lebih dominan
Kota 1. Dalam pembebasan lahan/tanah yang menggunakan aturan dan atau
telah ditunjuk/ditetapkan oleh Bupati/ kebijakan yang dikeluarkan oleh
Walikota sebagai lahan kota, karena Kementrian Pekerjaan Umum sebagai
kebanyakan lahan yang di tunjuk dasar acuan, yaitu Permen Pekerjaan
masih dimiliki oleh masyarakat; Umum, dimana dalam Peraturan
2. Pemerintah Daerah baik Provinsi Menteri tersebut belum secara tegas
maupun Kabupaten / Kota belum dan jelas nomenklatur pembangunan
mengutamakan pembangunan hutan hutan kota, akan tetapi hanya pada
kota sebagai target utama dalam pembangunan Ruang Terbuka Hijau
pengembangan daerah. Dalam hal (RTH). PP No.15 Tahun 2010 tentang
ini tupoksi Dinas Kehutanan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang,
kegiatan pembangunan hutan kota Permen PU No. 40/PRT/M/2007,
hanya bersifat koordinasi, evaluasi dan Permen PU No. 05/PRT/M/2008
melakukan pembinaan kepada pemda tentang Penyediaan dan Pemanfaatan
kabupaten / kota. Ruang Terbuka Hijau di Kawasan
Perkotaan.

Permasalahan dalam pembangunan Kota • 3


Usulan 1. Perlunya meninjau kembali isi PP 3. Permenhut No. P.71/2009 tentang
Kebijakan No. 63/2002 tentang hutan kota, Pedoman Penyelenggaraan Hutan
mengingat hutan kota sudah menjadi Kota perlu disempurnakan, dimana isi
kebutuhan setiap kota, terutama permenhut tersebut tidak hanya berupa
dikaitkan dengan isu perubahan iklim. himbauan tetapi perlu lebih diperjelas
Disamping itu, penentuan luasan dan dipertegas bahwa pembangunan
hutan kota perlu disesuaikan dengan hutan kota sangat penting untuk
beberapa indikator, seperti kepadatan suatu daerah yang sedang membangun
penduduk, tingkat polusi, tingkat mengingat kondisi lingkungan yang
penyerapan karbon dan lain-lain. semakin semakin hari semakin buruk,
2. Jenis-jenis pohon yang ditanam di karena tingkat kepedulian terhadap
hutan kota hendaknya disesuaikan lingkungan yang semakin berkurang.
dengan target lokasi sebagaimana 4. Komitmen daerah dalam membangun
diamanatkan dalam PP 63/2002 dan Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Permenhut No. P.71/2009. Dalam khususnya pembangunan Hutan
pengembangan Ruang Terbuka Hijau Kota, terutama dalam pelaksanaann
(RTH), disarankan agar menggunakan hendaknya sesuai dengan aturan yang
jenis-jenis pohon lokal dan sudah telah dikeluarkan oleh pemerintah
dikenal oleh masyarakat setempat. pusat.

Kementerian Kehutanan
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan

Jl. Gunung Batu No. 5 Bogor


Telp.: 0251 8633944; Fax: 0251 8634924;
Email: publikasipuspijak@yahoo.co.id; Website: www.puspijak.org

4 • Perkembangan Hutan Kota ditinjau dari Aspek Kebijakan, Aspek Zonasi, dan Aspek Jenis Pohon

Anda mungkin juga menyukai