Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana
alam maupun karena ulah manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
bencana ini adalah kondisi geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti
keragaman sosial budaya dan politik.
Bencana adalah suatu peristiwa yang terjadi secara mendadak atau secara
perlahan tetapi berlanjut yang berdampak terhadap kehidupan manusia atau kerusakan
ekosistem. Sebagai konsekuensinya, diperlukan tindakan darurat yang melebihi
kapasitas lokal untuk menolong dan menyelamatkan korban bencana (Kementerian
Kesehatan RI, 2007). Peristiwa yang mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat ini dapat mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda dan dampak psikologis (Kurniawan et al., 2014).
Sebanyak 346 bencana terjadi di seluruh dunia sepanjang tahun 2015 dengan
korban jiwa sebanyak 22.773 orang. Bencana tersebut juga membawa dampak yang
langsung maupun tidak langsung pada 98,6 juta orang di dunia. Dilaporkan pula,
kerugian ekonomi dikarenakan bencana pada 2015 ini mencapai US$ 66,5 milyar
(Centre for Research on the Epidemiology of Disasters (CRED), 2016).
Benua Asia menjadi benua dengan jumlah pelaporan bencana alam terbanyak
(43,9%) dari total bencana alam di seluruh dunia sepanjang tahun 2015. Kejadian
bencana alam di Indonesia menduduki peringkat keempat terbanyak se-Asia (CRED,
2016). Hasil rekapitulasi bencana di Indonesia dalam kurun waktu Januari hingga
November 2015 didapatkan data bahwa terjadi 1.482 kejadian bencana. Bencana
tersebut menyebabkan 278 orang meninggal dunia dan hilang, serta 1.098.920 orang
menderita dan mengungsi (Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2015).
Bencana ini membutuhkan respon segera untuk meminimalisir korban jiwa.
Perawat memiliki peranan yang penting dalam memanajemen keadaan ini. Hal ini
karena perawat memiliki keterampilan yang terlatih dan merupakan tenaga kesehatan
dengan jumlah yang terbesar (Millet, 2013). Jumlah perawat di Indonesia pada tahun
2015 adalah sebanyak 223.910 orang atau 36,4% dari total tenaga kesehatan
(Kementerian Kesehatan RI, 2016b).
Perawat memiliki kompetensi dalam penanggulangan bencana di setiap fase
bencana. Fase sebelum kejadian bencana (fase prainsiden), perawat menjalankan
fungsi prevensi dengan mengidentifikasi faktor risiko pada individu maupun
komunitas dan menyiapkan rencana serta kesiapsiagaan menghadapi situasi bahaya.
Kemudian pada fase setelah bencana (fase pascainsiden), perawat melakukan
rehabilitasi dengan menyediakan perawatan yang mendukung kebutuhan fisik maupun
mental (International Council of Nurse, 2009).
Dalam melakukan tugasnya tentu perawat tidak bisa berjalan sendiri.
Koordinasi dan persiapan yang baik mulai dari pemerintah atas hingga ke cabang-
cabang di bawahnya mutlak diperlukan. Dimulai dari pusat studi bencana, badan
meteorologi, pemerintah pusat dan daerah, para teknisi, departemen kesehatan, palang
merah nasional, tenaga-tenaga kesehatan, departemen penerangan, dinas transportasi
hingga dinas kebakaran dan lembaga-lembaga swadaya masyarakat, semua ikut
terlibat dalam perencanaan persiapan penanggulangan bencana.
Peran perawat disini bisa dikatakan multiple, ia sebagai bagian dari penyusun
rencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan, dan bagian dari tim pengkajian
kejadian bencana.Tujuan utama dari tindakan keperawatan bencana ini adalah untuk
mencapai kemungkinan tingkat kesehatan terbaik masyarakat yang terkena bencana
tersebut. Jika seorang perawat berada di pusat area bencana, ia akan dibutuhkan untuk
ikut mengevakuasi dan memberi pertolongan pertama pada korban.Sedangkan di
lokasi-lokasi penampungan seorang perawat bertanggung jawab pada evaluasi kondisi
korban, melakukan tindakan keperawatan berkelanjutan, dan mengkondisikan
lingkungan terhadap perawatan korban-korban dengan penyakit menular.

B. Rumusan Masalah
1. Apa kebijakan dalam penanganan krisis kesehatan pada manajemen bencana fase post-
insiden?
2. Bagaimana pengorganisasian pada manajemen bencana fase post-insiden?
3. Bagaimana mekanisme mengelola bantuan pada manajemen bencana fase post-
insiden?
4. Bagaimana pengelolaan data dan informasi penanganan krisis pada manajemen
bencana fase post-insiden?
5. Bagaiman penerenapan rencana pelaksanaan korban bencana masal di rumah sakit?
6. Bagaimana pelayanan kesehatan di pengungsian?
7. Bagaimanana penanganan kesehatan jiwa pada manajemen bencana fase post-insiden?
8. Bagaimana pelayanan logistic dan perbekalan kesehatan pada manajemen bencana fase
post-insiden?
9. Bagaimana pelayanan logistic dan perbekalan kesehatan pada manajemen bencana fase
post-insiden?
10. Bagaimana pengumpulan data ante martem dan post martem pada manajemen bencana
fase post-insiden?

C. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mengetahui manajemen bencana pada fase post-insiden
1.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui kebijakan dalam penanganan krisis kesehatan pada manajemen
bencana fase post-insiden
2. Mengetahui pengorganisasian pada manajemen bencana fase post-insiden
3. Mengetahui mekanisme mengelola bantuan pada manajemen bencana fase post-
insiden
4. Mengetahui pengelolaan data dan informasi penanganan krisis pada manajemen
bencana fase post-insiden
5. Menegtahui penerenapan rencana pelaksanaan korban bencana masal di rumah
sakit
6. Mengetahui pelayanan kesehatan di pengungsian
7. Mengetahui penanganan kesehatan jiwa pada manajemen bencana fase post-
insiden
8. Mengetahui pelayanan logistic dan perbekalan kesehatan pada manajemen
bencana fase post-insiden
9. Mengetahui pelayanan logistic dan perbekalan kesehatan pada manajemen
bencana fase post-insiden
10. Mengetahui pengumpulan data ante martem dan post martem pada manajemen
bencana fase post-insiden

D. Manfaat
Manfaat yang dapat diambil dari makalah ini adalah:
1. Bagi Institusi Keperawatan
Makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan manajemen bencana
pada fase post insiden untuk mengetahui mengenai kebijakan, pelayanan, pengelolaan
data, serta pengorganisasian dalam manejemn benncana.
2. Bagi Masyarakat
Makalah ini dapat memberi pengetahuan kepada masyarakat mengenai kebijakan,
pelayanan, pengelolaan data, serta pengorganisasian dalam manajemen bencana pada
fase post-insiden.
3. Bagi Mahasiswa
Makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa dalam kebijakan,
pelayanan, pengelolaan data, serta pengorganisasian dalam manajemen bencana pada
fase post-insiden

Anda mungkin juga menyukai