Anda di halaman 1dari 1

Lainnya abukkiky@gmail.

com Dasbor Logout

makalah

PROGRAM STUDY KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

Sabtu, 02 Desember 2017 Cari Blog Ini

Telusuri
makalah K3
HAZARD DAN RESIKO DALAM PENGKAJIAN Beranda
DAN PERENCANAAN
Mengenai Saya
MAKALAH
Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien mellyanasuci ramadani
dan Kesehatan Keselamatan Kerja Lihat profil lengkapku
Dalam keperawatan
Yang dibimbing oleh :
Ibu Nelyta Oktavianisya, S.KM.,M.Kes. kalender

Calendar

Install Flash

jam

Oleh :
Melliyana suci ramadani

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP
sms
Jl. Raya Sumenep-Pamekasan Km 05 Patean Sumenep
Send Free SMS Gratis

e ll iyana w
September, 2017
m
regg oe
l
c BAB I
Example 0812xx/02173xx

olb ot em PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan istilah yang sangat populer. Bahkan
di dalam dunia industri istilah tersebut lebih dikenal dengan singkatan K3 yang artinya
keselamatan, dan kesehatan kerja. Menurut Milyandra (2009) Istilah ‘keselamatan dan Send SMS 160 left char
kesehatan kerja’, dapat dipandang mempunyai dua sisi pengertian. Pengertian yang
pertama mengandung arti sebagai suatu pendekatan pendekatan ilmiah (scientific
approach) dan disisi lain mempunyai pengertian sebagai suatu terapan atau suatu
program yang mempunyai tujuan tertentu. Karena itu keselamatan dan kesehatan kerja
dapat digolongkan sebagai suatu ilmu terapan (applied science). Keselamatan dan
Kesehatan Kerja sebagai suatu program didasari pendekatan ilmiah dalam upaya
tanpa nama
mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya
penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang mungkin terjadi. Jadi
dapat dikatakan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pendekatan
ilmiah dan praktis dalam mengatasi potensi bahaya dan risiko kesehatan dan
keselamatan yang mungkin terjadi.( Rijanto, 2010 ).
INT'L DATE LINE

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi
kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi
yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit
jumlanya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar
karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh Vancouver Tokyo New York

teknologi apapun. Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta 00:07:20 17:07:20 03:07:20
pekerja menderita penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar tanpa nama
1.25 triliun USD. Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam
periode 2002-2005 terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500
cacat tetap dan konpensasi lebih dari Rp. 550 milyar. Konpensasi ini adalah sebagian
dari kerugian langsung dan 7.5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta
Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak langsung dari seluruh sektor formal lebih dari
Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar merupakan kerugian dunia usaha.(DK3N,2007).
Pelaksanaan K3 akan mewujudkan perlindungan terhadap tenaga kerja dari risiko
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang dapat terjadi pada waktu melakukan
pekerjaan di tempat kerja. Dengan dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan
tercipta tempat kerja yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif,
sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan
demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan produktivitas
perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia. Dengan demikian untuk
mhsupri.blogspot.co.id
mewujudkan K3 perlu dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat,
dan salah satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik
Laporkan
sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan memperhatikan
Penyalahgun
banyaknya risiko yang diperoleh.
aan
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
Arsip Blog
1. Bagaimana factor hazard dan resiko di tempat kerja?
Desember 2017 (1)
2. Bagaimana cara mengendalikan Hazard ?
3. Bagimana Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard ?
4. Bagaimana peran perawat dalam K3?
5. Hazard dan Resiko yang bisa terjadi saat proses pengkajian dan
perencanaan?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui factor hazard dan resiko di tempat kerja.
2. Untuk mengetahui cara mengendalikan Hazard.
3. Untuk mengetahui Resiko yang bisa terjadi akibat adanya Hazard.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam K3.
5. Untuk mengetahui Hazard dan Resiko yang bisa terjadi saat proses
pengkajian dan perencanaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Resiko dan Hazard Di Tempat Kerja


Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta
resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan
bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial
untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami
oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest,
sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya,
asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan
dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (effendi, Ferry. 2009: 233):
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan
pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu diperhatikan. Beban kerja yang
terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan
seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja
yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang
untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal
seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja,
dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial. Kondisi lingkungan kerja
(misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban
tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau
bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja.
Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam
kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut
akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (effendi, Ferry. 2009: 233).
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan
dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan. Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya
oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-
faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya (effendi, Ferry.
2009: 233)

2.2 Hazard dan Pengendaliannnya


Berdasarkan National Safety Council mengatakan bahwa hazard adalah faktor
faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu berupa barang atau kondisi dan mempunyai
potensi menimbulkan efek kesehatan maupun keselamatan pekerja serta lingkungan
yang memberikan dampak buruk. Sedangkan menurut Miles Nedved hazard adalah
suatu aktivitas atau sifat alamiah yang berpotensi menimbulkan kerusakan. Pengertian
berdasarkan Frank Bird Jr, hazard adalah suatu kondisi atau tindakan yang dapat
berpotensial menimbulkan kecelakaan dan kerugian (AS/NZS, 1999).
Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini meliputi pada
gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada property, area
atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi ataupun
kerusakan – kerusakan lainnya. Firence (1978) mendefinisikan hazard sebagai suatu
material atau kondisi yang berpotensi ditempat kerja dimana dengan atau tanpa interaksi
dengan variabel lain dapat menyebabkan kematian, cedera, atau kerugian lain.

Komponen Bahaya :
1. Karakteristik material.
2. Bentuk material.
3. Hubungan pekerjaan dan efek.
4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5. Tingkah laku pekerja.

2.2.1 Jenis-Jenis Hazard


Berdasarkan karakteristik dampak yang diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka
jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya
keselamatan kerja. Bahaya kesehatan kerja dapat berupa bahaya fisisk, kimia, biologi
dan bahaya berkaitan dengan ergonomi, berdampak kepada kesehatan dan kenyamanan
kerja, misalnya penyakit akibat kerja. Sedangkan, bahaya keselamatan (safety hazard)
fokus pada keselamatan manusia yang terlibat dalam proses, peralatan, dan teknologi.
Dampak safety hazard bersifat akut, konsekuensi tinggi, dan probabilitas untuk terjadi
rendah.
Bahaya keselamatan (Safety hazard) dapat menimbulkan dampak cidera,
kebakaran, dan segala kondisi yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja.
Biasanya efek dari bahaya keselamatan dapat langsung terlihat pada saat terjadi.
Jenis-jenis safety hazard, antara lain :
a. Mechanical Hazard, bahaya yang terdapat pada benda atau proses yang bergerak
yang dapat menimbulkan dampak, seperti tertusuk, terpotong, terjepit, tergores,
terbentur, dan lain-lain.
b. Electrical Hazard, merupakan bahaya yang berasal dari arus listrik.
c. Chemical Hazard, bahaya bahan kimia baik dalam bentuk gas, cair, dan padat
yang mempunyai sifat mudah terbakar, mudah meledak, dan korosif.
Bahaya kesehatan (health hazard) fokus pada kesehatan manusia. Bahaya
keselamatan kerja dapat berupa bahaya fisik, kimia, bahaya berkaitan dengan ergonomi,
psikososial, elektrik, berdampak pada keselamatan kerja, misalnya cedera, kebakaran,
ledekan, pemajanan terjadi pada waktu singkat.
a. Hazard Fisik
Bentuk dari hazard fisik adalah radiasi, kebisingan, temperature ekstrim,
pencahayaan, getaran.
b. Hazard Kimia ialah kecederaan akibat sentuhan dan terhidu bahan kimia.
Contohnya bahan-bahan kimia seperti asid, alkali, gas, pelarut, simen, getah
sintetik, gentian kaca, pelekat antiseptik, aerosol, insektisida, dan lain-lain..
Bahan-bahan kimia tersebut merbahaya dan perlu diambil langkah - langkah
keselamatan apabila mengendalinya.
c. Hazard Biologis
Hazard ini seluruhnya berasal dari makhluk hidup dan berdampak pada kesehatan,
berupa jamur, bakteri, virus.
d. Hazard ergonomi yang termasuk didalam kategori ini antara lain desain
tempat kerja yang tidak sesuai, postur tubuh yang salah saat melakukan
aktifitas, desain pekerjaan yang dilakukan, pergerakan yang berulang-ulang.
e. Hazard Mekanis, semua jenis bahaya yang berasal dari benda-benda bergerak
atau bersifat mekanis. Contoh : mesin-mesin pemotong, bahaya getaran.
f. Hazard Listrik
Hazard listrik adalah hazard yang ditimbulkan dari arus listrik pendek, listrik
statis.
g. Hazard Psikososial
Stress, kekerasan ditempat kerja, waktu kerja yang padat, kurangnya waktu
istirahat.

2.2.2 Pengendalian Hazard


Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari hazard tersebut dapat
diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996, pengendalian risiko
kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu :
1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi, isolasi,
ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus, insentif,
penghargaan, dan motivasi diri.
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
5. Penegakan hukum.
6. Pemberian alat pelindung diri/ APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk
mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan APD ini disarankan hanya
digunakan bersamaan dengan penggunaan alat pengendali lainnya. Dengan
demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan lebih efektif.

2.3 Risiko
Kata risiko (Risk) berasal dari bahasa Arab yaitu Rizk yang berarti pemberian.
Menurut kamus Webster, risiko adalah kemungkinan timbulnya kerugian cedera,
keadaan yang merugikan atau perusakan (Risk is Possibility of loss, injury,disadventage
or destruction). Menurut International Labour Organization (ILO), risiko adalah
kemungkinan adanya peristiwa atau kecelakaan yang tidak diharapkan dan dapat terjadi
dalam waktu dan keadaan tertentu.
Sumber lain menyatakan bahwa risiko adalah adalah ukuran kemungkinan
kerugian yang timbul dari sumber bahaya (hazard) tertentu yang terjadi, dengan kata
lain risiko adalah probabilitas kerusakan atau kerugian dari hazard yang melekat pada
spesifik individu atau kelompok yang terpapar oleh hazard tersebut. Risiko merupakan
akumulasi dari potensi hazard, konsekuensi yang diakibatkannya, durasi pemaparan dan
probabilitas yang ditimbulkannya. Risiko merupakan gambaran kuantitatif dari
kemungkinan kerugian yang mempertimbangkan kemungkinan suatu hazard yang akan
mengakibatkan suatu peristiwa tersebut (DOE, USA, 1996). Menurut Kolluru (1996)
ada 5 macam tipe risiko, yaitu :
1. Risiko Keselamatan
Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan konsekuensi
tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat efeknya.
Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada
keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.
2. Risiko Kesehatan
Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi
rendah, dan bersifat kronis. Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih
berfokus pada kesehatan manusia.
3. Risiko Lingkungan dan Ekologi
Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara populasi,
komunitas. Fokus risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak yang
ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.
4. Risiko Finansial
Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian
properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi. Fokus
risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.
5. Risiko Terhadap Masyarakat
Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap
kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat
terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.

2.3.1 Manajemen Risiko


Menurut AS/NZS 4360 : 2004 manajemen risiko adalah suatu kumpulan dari
berbagai tahapan kegiatan yang bertujuan untuk mengelola risiko – risiko keselamatan
dan kesehatan dalam suatu aktivitas kegiatan.
Manfaat dilakukannya manajemen risiko adalah (AS/NZS 4360 : 2004) :
1. Mengurangi kejadian yang tidak dapat terduga
2. Mencari kesempatan atau peluang
3. Meningkatkan perencanaan, kinerja, dan efektifitas
4. Meningkatkan keuntungan ekonomis dan efisiensi
5. Meningkatkan informasi sebagai masukan sebagai proses pengambilan keputusan
6. Meningkatkan reputasi organisasi atau perusahaan
7. Sebagai komitmen direksi untuk melindungi pekerja
8. Sebagai salah satu cara untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan, dan
governance.
9. Meningkatkan kesejahteraan kesehatan personal dan pekerja lainnya.

Tahapan proses manajemen risiko (AS/NZS 4360 : 2004), yaitu :


1. Penetapan ruang lingkup
Menetapkan tujuan, kebijakan, strategi penerapan, metode atau cara pelaksanaan
manajemen risiko, serta pencapaian yang ditargetkan oleh perusahaan.
2. Identifikasi risiko
Melakukan identifikasi terhadap risiko yang akan dikelola, mencari tahu jenis hazard
apa saja yang mungkin menimbulkan risiko, bagaimana dan mengapa risiko tersebut
muncul.
3. Analisis risiko
Melakukan estimasi risiko dengan mengkombinasikan faktor probabilitas atau
likelihood dan konsekuensi, dengan mempertimbangkan upaya pengendalian risiko
yang telah dilakukan.
4. Evaluasi risiko
Membandingkan tingkat risiko yang didapat dalam proses analisis risiko dengan
kriteria evaluasi yang digunakan, menentukan apakah suatu risiko dapat diterima
atau tidak.
5. Pengendalian risiko
Melakukan penanganan atau pengendalian terhadap risiko, terutama risiko dengan
tingkat tinggi dengan mempertimbangkan aspek efektifitas dan efisiensi
6. Monitoring dan review
Melakukan pemantauan dan pengkajian utama terhadap tingkat risiko, serta
efektifitas program, penanganan risiko yang telah dilakukan agar selanjutnya dapat
ditentukan tindakan koreksi dan perbaikan yang perlu dilakukan.
7. Komunikasi dan konsultasi
Melakukan komunikasi dua arah antara pihak manajemen dan pekerja untuk
mendapatkan masukan mengenai implementasi pengelolaan risiko di tempat kerja
guna perbaikan system pengelolaan risiko tersebut.

2.4 Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja


Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga
kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai berikut
(Rachman. 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan
sehat dan selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.

2.4.1 Fungsi Dan Tugas Perawat Dalam K3


Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
1. Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
2. Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah
kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan
keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

2.4.2 Hazard dan Resiko Dalam Proses Pengkajian dan Perencanaan


Dalam melakukan proses pengkajian dan perencanaan pada pasien, perawat harus
memperhatikan hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi, seperti :
1. Pelecehan verbal saat berkomunikasi dengan pasien dan keluarga.
2. Kekerasan fisik pada perawat ketika melakukan pengkajian.
3. Pasien dan keluarga acuh tak acuh dengan pertanyaan yang diajukan perawat.
4. Resiko tertular penyakit dengan kontak fisik maupun udara saat pemeriksaan
fisik.
5. Perawat menjadi terlalu empati dengan keadaan pasien dan keluarganya.

Contoh Kasus
Kasus I
Seorang perawat di salah satu RS mengalami kekerasan fisik dan verbal pada
saat perawat tersebut sedang melakukan pengkajian. Seperti yang dikutip dalam suatu
artikel di media online:
“Ketika perawat T,28 tahun, melakukan pendekatan untuk mengumpulkan data, salah
satu pasiennya mengamuk, berteriak dan memukul-mukul kepalanya ke dinding. Dia
mencoba menghentikan dan menenangkannya tapi pasiennya secara emosional malah
menendang dadanya, membuat dia terluka, dan membuat mentalnya tergoyang
seharian.”

Analisis Kasus
Hazard : Perawat mendapatkan kekerasan fisik sekaligus verbal pada saat
melakukan pengkajian kepada pasien.
Resiko : Perawat mengalami luka dan mentalnya tidak stabil.
Kejadian kekerasan fisik maupun verbal dalam kasus tersebut tidak disebut berasal
dari kesalahan perawat sendiri ataukah karena memang sang pasien memiliki emosional
yang tidak dapat dikontrol. Dalam proses pengkajian sendiri, terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh perawat. Mulai dari pemahaman akan pengertian pengkajian,
tahap-tahapan pengkajian, hingga metode yang digunakan melakukan pengkajian.
Dalam mengkaji pasien, perawat pun harus menyadari akan adanya hazard dan
resiko yang mungkin mereka dapatkan. Berbagai macam upaya perlu dilakukan sebagai
tidakan pencegahan. Upaya-upaya tersebut dapat dilakukan baik dari pihak pasien,
perawat itu sendiri maupun dari pihak manajemen rumah sakit. Berikut beberapa upaya
yang perlu dilakukan untuk mecegah terjadinya kekerasan fisik dan verbal pada perawat
saat melakukan pengkajian:
1. Perawat harus melaporkan setiap adanya tindakan kekerasan dalam bentuk
apapun kepada pihak rumah sakit.
2. Memberikan pengertian kepada pasien agar memperlakukan sesama manusia
dengan dasar martabat dan rasa hormat.
3. Dalam melakukan kontak kepada pasien, perawat seharusnya menjadi pendengar
yang baik. Salah satu teknik pengumpulan data pada pengkajian adalah
wawancara. Saat melakukan wawancara, perawat harus mampu menempatkan diri
sebagai tempat curhat pasien sebaik mungkin.
4. Memberikan pelatihan dan pendidikan kepada perawat tentang cara menghindari
tindakan kekerasan verbal dan fisik.
5. Ketika pasien terlihat sedang dalam keadaan tidak terkontrol dan susah untuk
didekati, perawat dapat melakukan pengkajian kepada keluarga pasien terlebih
dahulu.
6. Saat mengkaji, perawat tidak boleh menyampaikan kata-kata yang menyinggung
pasien dan keluarganya.
7. Saat melakukan tindakan pemeriksaan fisik, perawat harus meminta persetujuan
dari pasien terlebih dahulu.
8. Manajemen rumah sakit perlu memfasilitasi perawat mempersiapkan diri untuk
menghadapi hazard dan resiko.
9. Manajemen harus terbuka serta tidak berusaha menutupi terhadap laporan-laporan
kekerasan fisik maupun verbal terhadap perawat.
10. Memodifikasi lingkungan yang nyaman di rumah sakit mulai dari poli, ruangan
rawat inap, sampai ke unit gawat darurat dan ruang intensif untuk menentramkan
suasana hati pasien dan keluarga.

Kasus II
Seorang perawat di salah satu RS diketahui positif difteri pasca menangani pasien
difteri. Berdasarkan informasi, perawat tersebut diduga tertular pasca menangani dan
melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri tersebut,.
Analisis Kasus
Hazard : Hazard Biologis yaitu perawat tertular penyakit difteri dari pasien pasca
menangani dan melakukan tindakan awal pada pasien positif difteri.

Upaya pencegahan dari Rumah Sakit/ tempat kerja:


1. RS menyediakan APD yang lengkap seperti masker, handscoon, scout dll
Alasan: meminimalisir terjadinya atau tertularnya penyakit/ infeksi yang dapat
terjadi terutama saat bekerja, APD harus selalu di gunakan sebagai pelindung diri.
Dengan kasus diatas dapat dihindari jika perawat menggunakan APD lengkap
mengingat cara penularan Difteri melalui terpaparnya cairan ke pasien.
2. Menyediakan sarana untuk mencuci tangan atau alkohol gliserin untuk perawat.
Alasan: Cuci tangan merupakan cara penanganan awal jika kita sudah terlanjur
terpapar cairan pasien baik pasien beresiko menularkan atau tidak menularkan.
Cuci tangan merupakan tindakan aseptic awal sebelum ke pasien maupun setelah
ke pasien.
3. RS menyediakan pemilahan tempat sampah medis dan non medis.
Alasan: Bila sampah medis dan non medis tercampur dan tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan penyebaran penyakit.
4. RS menyediakan SOP untuk tindakan keperawatan.
Alasan: Agar petugas/perawat menjaga konsistensi dan tingkat kinerja
petugas/perawat atau tim dalam organisasi atau unit kerja, sebagai acuan (check
list) dalam pelaksanaan kegiatan tertentu bagi sesama pekerja, supervisor dan lain-
lain dan SOP merupakan salah satu cara atau parameter dalam meningkatkan
mutu pelayanan.

Upaya pencegahan pada Perawat:


1. Menjaga diri dari infeksi dengan mempertahankan teknik aseptic seperti mencuci
tangan, memakaiAPD, dan menggunakan alat kesehatan dalam keadaan steril.
Alasan: Agar perawat tidak tertular penyakit dari pasien yang di tangani meskipun
pasien dari UGD dan memakai APD adalah salah satu SOP RS
2. Perawat mematuhi Standar Operational Prosedure yang sudah ada RS dan berhati-
hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan.
Alasan :Meskipun pasien di Ruang UGD dan pertama masuk RS, perawat
sebaiknya lebih berhati – hati atau jangan terburu-buru dalam melakukan tindakan
ke pasien dan perawat menciptakan dan menjaga keselamatan tempat kerja supaya
dalam tindakan perawat terhindar dari tertularnya penyakit dari pasien dan pasien
juga merasa aman.

Upaya Mencegah dan Meminimalkan Resiko dan Hazard pada Perawat dalam
Tahap Pengkajian Bedasarkan Kasus Penyakit Akibat Kerja
1. Batasi akses ke tempat isolasi
2. Menggunakan APD dengan benar
3. SOP memasang APD, jangan ada sedikitpun bagian tubuh yang tidak tertutup
APD
4. Petugas tidak boleh menyentuh wajahnya sendiri
5. Membatasi sentuhan langsung ke pasien
6. Cuci tangan dengan air dan sabun
7. Bersihkan kaki dengan di semprot, ketika meninggalkan ruangan tempat melepas
APD
8. Lakukan pemeriksaan berkala pada pekerja
9. Hindari memegang benda yang mungkin terkontaminasi.

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu program didasari pendekatan
ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko
(risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan, maupun kerugian-kerugian lainya yang
mungkin terjadi. Hazard adalah sesuatu yang menimbulkan kerugian, kerugian ini
meliputi pada gangguan kesehatan dan cidera, hilangnya waktu kerja, kerusakan pada
property, area atau tempat kerja, produk atau lingkungan, kerugian pada proses produksi
ataupun kerusakan – kerusakan lainnya. Berdasarkan karakteristik dampak yang
diakibatkan oleh suatu jenis bahaya maka jenis bahaya dapat dikelompokan menjadi 2
yaitu bahaya kesehatan kerja dan bahaya keselamatan kerja
Sedangkan Resiko adalah ukuran kemungkinan kerugian yang timbul dari sumber
bahaya (hazard) tertentu yang terjadi. Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko,
yaitu : risiko keselamatan, risiko kesehatan, risiko lingkungan dan ekologi, risiko
finansial, danrisiko terhadap masyarakat.

3.2 Saran
Saat melakukan proses keperawatan, perawat harus benar-benar memperhatikan
hazard dan resiko yang kemungkinan terjadi. Hal ini bertujuan untuk mencegah dan
menghindari terjadinya kecelakaan kerja, seperti terinfeksi penyakit, mendapatkan
kekerasan fisik/verbal saat mengkaji pasien, dan mendapatkan informasi yang tidak
sesuai dari pasien. Salah satu cara untuk menghindari dan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja, maka disarankan untuk menggunakan APD yang sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Academia. Makalah Konsep Dasar Hazard Dan Pengendaliannya. 10 September.


(akses:https://www.academia.edu/8779943/MAKALAH_Konsep_Dasar_K3_Haza
rd_dan_Pengendaliannya
Anonim. Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja. 09 September. (akses :
http://www.tappdf.com/read/446175-asuhan-keperawatan-kesehatan-kerja-ners-
unair
Anonim. 2013. Asuhan Keperawatan. 09 September. (akses :
http://dinranudien.blogspot.co.id/2013/03/asuhan-keperawatan.html
Anonim. 2014. Risiko Dan Hazard Kasus Pengkajian. 11 September. (akses :
https://www.scribd.com/doc/312057056/Risiko-Dan-Hazard-Kasus-Pengkajian
Anonim. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. 09 September. ( akses:
https://www.scribd.com/doc/216292944/Kesehatan-Dan-Keselamatan-Kerja
Anonim. 2015. Asuhan Keperawatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. 10 September.
(akses : https://www.scribd.com/doc/134878219/Asuhan-Keperawatan-Kesehatan-
Dan-Keselamatan-Kerja-k3

di Desember 02, 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: abukkiky@gma Logout

Publikasikan Pratinjau Beri tahu saya

Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

makalah K3

HAZARD DAN RESIKO DALAM PENGKAJIAN DAN PERENCANAAN MAKALAH Tugas


Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan Kesehatan Keselamatan Kerja ...

makalah K3
HAZARD DAN RESIKO DALAM PENGKAJIAN DAN PERENCANAAN
MAKALAH Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien dan Kesehatan
Keselamatan Kerja ...

Tema Sederhana. Gambar tema oleh luoman. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai