Anda di halaman 1dari 30

LABORATORIUM HIDROLIKA –

UMI

BAB I

PERCOBAAN C4 – 00

SALURAN TERBUKA

A : C4 – A : ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR

B : C4 – B : ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM

C : C4 – C : PINTU SORONG / AIR LONCAT

A. ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR

1.1 Pendahuluan

1.1.1 Latar belakang

Suatu ambang dikatakan sebagai ambang lebar apabila t < 2 th. Dalam

percobaan C4 – A yaitu pengaliran yang melalui saluran terbuka dan melalui

ambang lebar adalah merupakan suatu sampel dari penerapan konsep energi

pengaliran pada aliran dengan permukaan bebas.

Pada percobaan ini dilakukan suatu analisa pengaliran melalui ambang lebar

dengan karakteristik loncatan hidrolis dengan sekat atau berubahnya suatu

pengaliran dari sub kritis ke aliran kritis, atau sebaliknya. Jika perubahan ini

terjadi secara mendadak, pada jarak yang relatif dekat maka kecepatan aliran

juga berubah mendadak, dari permukaan air rendah ke permukaan air tinggi,

maka terjadilah apa yang disebut air loncat.


LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

Sistem pangaliran dibedakan atas 2 bagian yaitu :


LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

1. Pengaliran sempurna

Syarat pengaliran disebut sempurna apabila tinggi air dibelakang ambang

tidak melebihi 2/3 daripada h (tinggi air yang lewat diatas mercu ambang) atau

peluapan ini terjadi apabila elevasi air di muka ambang (bagian hilir terletak

dibawah ambang).

2. Pengaliran tidak sempurna

Suatu pengaliran dikatakan pengaliran tidak sempurna apabila tinggi air di

belakang ambang lebih tinggi dari puncak mercu dengan syarat harus lebih dari

2/3 h atau peluapan ini terjadi bila elevasi air di muka ambang (bagian hilir)

terletak diatas ambang.

1.1.2 Tujuan Percobaan

Mempelajari karakteristik aliran air yang melewati bangunan peleimpah

pada saluran terbuka, yaitu :

1. Pengaruh muka air di hilir terhadap muka air di hulu.

2. Pengaruh muka air di atas pelimpah terhadap besarnya debit (Q).

3. Pengaruh kekasaran permukaan pelimpah terhadap besarnya debit (Q).

4. Pengaruh muka air di atas pelimpah terhadap koefisien c.

5. Hubungan antara ketinggian muka air diatas ambang terhadap bentuk dari

ambang.

1.1.3 Tinjauan Pustaka

Dalam prinsip energi, jumlah energi tiap satuan berat dari setiap aliran

yang melalui suatu penampang saluran dapat dinyatakan sebagai jumlah tinggi
LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

energi yang besarnya sama dengan jumlah tinggi letak dan tinggi kecepatan,

dihitung dari suatu satuan tertentu.


(1) (0) (2)

Penampang (0)

Bidang Persamaan

Gambar 2.1. Tinggi energi dalam aliran saluran terbuka berubah lambat laun

Misalnya pada suatu aliran satu dimensi di dalam suatu saluran terbuka

dengan kemiringan besar (seperti pada gambar 2.1.) jumlah tinggi energi H

pada suatu penampang O di titik A yang terletak pada suatu garis arus

dinyatakan dengan :

H = zA + dA cos + uA 2 . . . . . . . . . . . . (1)
2g
dimana :

H = tinggi energi, di atas bidang persamaan dalam (m)

zA= tinggi titik di atas bidang persamaan dalam (m)

dA= dalamnya titik A di bawah muka air diukur sepanjang saluran

dalam (m)

= sudut kemiringan dasar saluran

uA = kecepatan arus yang melalui titik A dalam (m/det)


LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

2
uA = tinggi kecepatan dari arus yang melalui titik A dalam (m)
2g

Pembagian kecepatan pada penampang saluran pada umumnya tidak seragam, oleh karena itu

tinggi kecepatan dari setiap arus yang melalui suatu penampang saluran akan berbeda-beda berdasarkan

pembagian kecepatan tersebut. Namun untuk keperluan praktis dalam aliran seragam atau aliran

berubah lambat laun pada umumnya digunakan harga kecepatan rata-rata, dan selanjutnya koefisien

dipakai dalam persamaan energi tersebut. Dengan demikian persamaan (1) dapat dinyatakan sebagai

berikut :
2
H = z + d cos + u . . . . . . . . . . . . (2)
2g

Pada suatu aliran prismatis dengan kemiringan besar, misalnya gambar

2.1, garis yang menunjukkan ketinggian dari jumlah tinggi energi aliran disebut

garis energi. Kemiringan garis ini menunjukkan gradien energi (energy gradient),

dan dinyatakan dengan notasi if. Kemiringan permukaan air dinyatakan dengan

notasi iw dan kemiringan permukaan dasar saluran dinyatakan dengan notasi ib

= sin . Untuk aliran seragam tiga garis tersebut adalah sejajar, if = iw = ib = sin

. Menurut hukum ketetapan energi, jumlah tinggi energi di penampang 1 (di

hulu) akan sama dengan tinggi energi di penampang 2 (di hilir)ditambah dengan

hf yaitu jumlah kehilangan tinggi energi antara dua penampang tersebut, jadi :
2
z 1 + h1 + u1 2 = z2 + h2 + u2 = tetap . . . . . . . . . . . . (3)
2g 2g
LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

Energi Spesifik

Energi spesifik pada suatu penampang saluran dinyatakan sebagai energi tiap satuan berat pada

setiap penampang saluran diukur terhadap dasar saluran. Jadi menurut persamaan (1) :
2
E = d cos + u . . . . . . . . . . . . (4)
2g

Untuk saluran dengan kemiringan kecil dan pembagian kecepatan

dianggap seragam ( = 1), persamaan tersebut menjadi :


2
E = h + u . . . . . . . . . . . . (5)
2g
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa energi spesifik sama dengan

jumlah kedalaman air dan tinggi kecepatan. Selanjutnya untuk

menyederhanakan pembahasan akan diambil kemiringan kecil sehingga yang

digunakan adalah persamaan (5).

Karena debit aliran Q = u . A, maka :


2
E = h+ . Q . . . . . . . . . . . . . (6)
2
2gA

Disini dapat dilihat bahwa suatu penampang saluran dengan debit

tertentu Q, energi spesifik E pada penampang saluran akan merupakan fungsi

dari kedalaman aliran h. Apabila kedalaman aliran digambarkan terhadap energi

spesifik untuk suatu penampang saluran dengan debit tertentu akan diperoleh

suatu lengkung seperti tampak pada gambar 2.2.


LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

Gambar 2.2. Lengkung energi spesifik (Ven Te Chow)

Lengkung tersebut memiliki dua cabang, AC dan BC. Batang AC

mempunyai asymtot sumbu mendatar, sedang cabang BC mempunyai asymtot

o
garis OD yang melalui titik potong salib sumbu dan membentuk sudut 45

dengan sumbu horizontal. Untuk saluran dengan kemiringan besar garis OD ini

o
tidak membentuk sudut 45 karena untuk h tak berhingga E tidak lagi sama

dengan h. Untuk setiap titik P yang terletak pada lengkung tersebut, ordinatnya

menyatakan kedalamannya sedangkan absisnya menyatakan besarnya energi

spesifiknya.

Dengan adanya dua cabang AC dan BC tersebut tampak bahwa untuk

suatu harga energi spesifik tertentu terdapat dua kemungkinan kedalaman

aliran, misalnya h1 pada lengkung bawah dan h2 pada lengkung atas.

Kedalaman rendah h1 disebut kedalaman alternatif (alternate depth) dari

kedalaman h2 atau sebaliknya. Pada titik C, energi spesifik adalah minimum,

disini hanya terdapat satu harga kedalaman aliran, dimana seolah-olah dua

kedalaman aliran tersebut menyatu. Kedalaman ini disebut kedalaman kritis

(critical depth) hc.


LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

Apabila kedalaman aliran untuk suatu debit tertentu lebih rendah daripada

kedalaman kritis, maka kecepatan aliran akan menjadi lebih besar daripada

kecepatan kritis. Dalam hal ini aliran disebut aliran super kritis. Sebaliknya,

apabila kedalaman aliran lebih tinggi daripada kedalaman kritis maka kecepatan

aliran akan menjadi lebih kecil daripada kecepatan kritis dan aliran disebut aliran

sub kritis. Apabila debit aliran berubah, maka tinggi energi spesifik juga akan

berubah sesuai perubahan debit tersebut. Lengkung A’B’ menyatakan posisi

lengkung energi spesifik apabila debit lebih kecil dan A”B” menyatakan posisi

lengkung energi spesifik apabila debit lebih besar darpada debit yang digunakan

untuk penggambaran lengkung AB.

1.1.4 Alat-alat Yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ambang lebar (C4 – A) adalah :

1. Seperangkat model saluran terbuka sederhana.

2. Alat pengukur model saluran terbuka sederhana.

3. Ambang lebar dan ambang tajam.

4. Sekat kecil, sedang dan besar.

1.1.5 Prosedur Percobaan

1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan.

2. Pasang ambang pada model saluran dengan suatu posisi yang ditentukan.

3. Jalankan pompa air dan alirkan air dengan suatu debit tertentu.

4. Pasang sekat sesuai dengan keadaan yang diamati dan akan diperoleh

harga x dan y pada keadaan :


LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

Loncat I : 1 sekat sedang

Loncat II : 1 sekat sedang + 1 sekat kecil

Peralihan : 2 sekat besar

Tenggelam I : 2 sekat besar + 1 sekat sedang

Tenggelam II : 2 sekat besar + 1 sekat sedang + 1 sekat kecil

5. Debit diubah dan lakukan kembali prosedur seperti diatas.


LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

B. ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM

1.8 Pendahuluan

1.8.1 Latar Belakang

Ambang bermercu tajam disamping merupakan sarana pengukur aliran

saluran terbuka, juga merupakan bentuk pelimpah yang paling sederhana.

Dahulu bentuk pelimpah biasanya dibuat berdasarkan parabola sederhana yang

direncanakan sesuai dengan jalur lintasan tirai luapan.

Pada tahun 1886 – 1888, Bazin melakukan percobaan terhadap bentuk

tirai luapan berbentuk suatu mercu yang berimpit dengan permukaan bawah

dari mercu luapan yang melalui bendung mercu tajam dan tidak akan

menyebabkan tekanan negatif pada mercu (bendung).

Pelimpah ambang tajam dimana peluap tersebut arus yang terjadi tidak

menempel pada ambang dan apabila t > 2h. Aliran yang terjadi pada ambang ini

juga terdapat pengaliran sempurna dan tidak sempurna.

Bendungan dengan mercu tajam (ambang tajam) mempunyai mercu

horizontal. Cairan luapan berkontraksi di sebelah atas dan di sebelah

bawahnya, dan cairan luapan mempunyai garis-garis aliran yang sejajar dengan

tekanan atmosfer diseluruh aliran. Untuk ambang tajam, analisis satu

dimensi tanpa gesekan ditemukan oleh Insinyur Perancis J.V. Boussinesq

pada tahun 1907.

1.8.2 Tujuan Percobaan

Mempelajari karakteristik aliran air yang melewati bangunan pelimpah


LABORATORIUM HIDROLIKA –
UMI

bermercu tajam pada saluran terbuka, yaitu :

1. Pengaruh muka air di hilir terhadap muka air di hulu.

2. Pengaruh muka air di atas pelimpah terhadap besarnya debit (Q).

3. Pengaruh kekasaran permukaan pelimpah terhadap besarnya debit (Q).

4. Pengaruh muka air di atas pelimpah terhadap koefisien c.

5. Hubungan antara ketinggian muka air.

1.8.3 Tinjauan Pustaka

Seperti halnya pada ambang lebar, hanya saja pada ambang tajam perlu
dilengkapi hubungan antara lengkung-lengkung energi spesifik dan gaya
spesifik untuk loncatan air seperti terlihat pada gambar berikut :
Kedalaman turutan (h2)
1 2
Garis Energi

Kedalaman Kedalaman Kedalaman Kedalaman


alternatif (h2) alternatif (h1) kritis (hc) awal (h1)
Gambar 2.3. Penafsiran loncatan air berdasarkan lengkung-lengkung

energi dan gaya spesifik (Ven Te Chow).

Pada gambar tersebut jelas bahwa besarnya kedalaman awal dan

kedalaman urutannya dihubungkan satu sama lain oleh harga F 1 yang sama

dengan harga F2. Sedangkan apabila harga kedalaman air tersebut digambar

pada lengkung energi spesifik akan menghasilkan perbedaan harga E 1 dan E2.

Perbedaan antara E1 dan E2 (atau E) merupakan besarnya kehilangan energi

akibat terjadinya loncatan air tersebut. Apabila tidak ada kehilangan energi

maka kedalaman awal dan kedalaman urutan tersebut akan menyerupai

kedalaman alternatif dalam suatu aliran prismatis.

Harga minimum dari gaya spesifik dapat ditentukan dengan mengambil

turunan pertama dari F terhadap h menjadi sama dengan nol, dan mengambil

asumsi bahwa aliran adalah seragam, serta pembagian kecepatan juga

seragam. Penerimaan dari persamaan (7) terhadap h yaitu :


2
F = Q + zA . . . . . . . . . . . . (7)
gA

maka didapat :
2
dF = - Q . dA + d (zA) = 0 . . . . . . . . . . . . (8)
dh gA2 dh dh

Untuk suatu perubahan kedalaman aliran sebesar dh maka perubahan

momen statis pias kecil seluas A atau Tdh di permukaan aliran adalah sama

dengan :
2
d (zA) = (z + dh) A + T (dh) - zA . . . . . . . . . . . . (9)
2

2
Dengan mengabaikan penurunan pangkat tinggi (dh) = 0 maka dari
persamaan di atas didapat :

d(zA) = A dh … . . . . . . . . . . . . (10)

Karena dA/dh = T; Q/A = u, dan A/T = D, maka dengan memasukkan

harga-harga ini ke dalam persamaan 8 didapat :


2
dF = -Q dA +A = 0
dh gA2 dh
2
u = A dh = A
g dA T
2
atau u = D . . . . . . . . . . . . (11)
2g 2

Persamaan tersebut merupakan persamaan yang menunjukkan kriteria

aliran kritis dimana harga energi spesifik minimum. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa untuk debit tertentu gaya spesifik minimum terjadi pada

energi spesifik minimum yaitu pada kedalaman kritis.

Persamaan energi spesifik dan persamaan gaya spesifik banyak

digunakan pada gejala lokal (terjunan dan loncatan air) yang akan dibahas lebih

detail nanti. Sementara dalam bab ini hanya dibahas penurunan-penurunan

persamaan dasar dalam contoh soal yang sederhana.

Untuk saluran berpenampang persegi empat dengan lebar B debit aliran

persatuan lebar adalah q = Q / B, dan kecepatan rata-rata : U = Q / A = qB / Bh

= q/h
Penggunaan persamaan gaya spesifik untuk penampang 1 (sebelum loncatan) dan penampang 2

(sesudah loncatan) dari suatu loncatan air adalah sebagai berikut :


2 2
Q + z 1 A1 = Q + z2A2
gA1 gA2

dapat disederhanakan menjadi :


2 2
q h1 2 + 1 h1 Bh1 = Q h2 2 + 1 h2 Bh2
gBh1 2 gBh2 2

atau :

2
2q = gh1 h2 (h2 + h1)
Dengan menggunakan angka Froude FR1 = u1 .
gh1

2 2 3
atau FR1 = q / gh1 kedalaman persamaan tersebut di atas didapat persamaan :
2
2FR1 = h2 2 + h2 , atau :
h1 h1

2 2
(h2/h1) + h2/h1 - 2FR1 = 0
Penyelesaian persamaan ini menghasilkan persamaan :
2
h2 = 1 ( 1 +  8FR1 - 1) . . . . . . . . . . . . (12)
h1 2

Apabila yang digunakan agar angka Froude dari penampang 2 (F R2),

maka persamaan yang didapat adalah :


2
h1 = 1 ( 1 +  8FR2 - 1) . . . . . . . . . . . . (13)
h2 2
Persamaan (12) dan persamaan (13) masing-masing mengandung tiga variabel

bebas sehingga dua diantaranya harus diketahui untuk memperoleh harga

variabel yang ketiga. Perlu ditekankan disini bahwa walaupun terdapat

hubungan antara harga h 1 dan h2, namun harga h2 (kedalaman air di hilir) tidak

ditentukan oleh kedalaman air di hulu, tetapi ditentukan oleh kondisi kontrol

aliran di hilir. Apabila permukaan air di hilir lebih tinggi daripada permukaan air

dahulu karen adanya perubahan aliran dari super kritis menjadi sub kritis maka

akan terjadi loncatan air.

Penggunaan persamaan (12) cukup jelas, sedang persamaan (13) digunakan

apabila FR2 cukup besar. Dalam hal FR2 kecil sekali maka h1/h2 mendekati atau

sama dengan nol. Dengan demikian persamaan tersebut tidak dapat digunakan.

Beberapa contoh berikut ini diberikan untuk memperjelas penggunaan prinsip

momentum dan prinsip energi pada masalah aliran melalui bangunan-bangunan

air.

1.8.4 Alat-alat Yang Digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ambang tajam (C4 – B) :

1. Seperangkat model saluran terbuka sederhana.

2. Alat pengukur tinggi muka air (tera/level gauge).

3. Ambang lebar dan ambang tajam.

4. Sekat : kecil, sedang dan besar.

1.8.5 Prosedur Percobaan

1. Siapkan alat-alat yang akan digunakan.


2. Pasang ambang pada model saluran dengan suatu posisi yang ditentukan.

3. Jalankan pompa air dan alirkan air dengan suatu debit tertentu.

4. Pasang sekat sesuai dengan keadaan yang diamati dan akan diperoleh

harga x dan y pada keadaan :

Loncat I : 1 sekat sedang

Loncat II : 1 sekat sedang + 1 sekat kecil

Peralihan : 2 sekat besar

Tenggelam I : 2 sekat besar + 1 sekat sedang

Tenggelam II : 2 sekat besar + 1 sekat sedang + 1 sekat kecil

5. Debit diubah dan lakukan kembali prosedur seperti diatas.


C. PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

1.15 Pendahuluan

1.15.1 Latar Belakang

Suatu aliran pada saluran terbuka (open channel) akan mengalami suatu

perubahan kedalaman atau perubahan tinggi muka air akibat adanya hambatan

atau sekat. Hambatan yang berupa sekat atau pintu sorong mengakibatkan

terjadinya perubahan secara tiba-tiba. Perubahan yang tiba-tiba inilah yang

sering disebut sebagai keadaan air loncat.

Perubahan keadaan ini jelas sekali terlihat sehingga akan tampak jelas

perbedaannya sebelum dan sesudah terjadinya perubahan debit (pintu sorong

atau sekat).

yg y1 ya yb Yc

Gambar 2.4.

H1

H2

Gambar 2.5.
Terjadinya perubahan muka air atau kedalaman secara tiba-tiba pada

peristiwa air loncat selalu disertai dengan perubahan sejumlah energi yang

dikandung oleh aliran tersebut dan setiap peristiwa air loncat akan selalu

disertai dengan adanya suatu kehilangan energi. Air loncat terjadi apabila ada

suatu perubahan keadaan pada suatu aliran dari keadaan super kritis (aliran

cepat) menjadi keadaan sub kritis (aliran lambat).

Pada penggambaran profil air loncat garis energi pada kedudukan

sebelum terjadi loncatan akan lebih tinggi daripada garis energi setelah terjadi

air loncat. Penurunan energi inilah yang disebut sebagai Head Losses (Hl) yang

dapat dilihat pada gambar 2.5. di atas.

Letak atau posisi air loncat juga selalu berubah-ubah tergantung dari

besarnya debit aliran dimana semakin besar debit aliran maka makin jauh pula

air loncat yang terjadi dari pintu sorong. Hal ini disebabkan oleh terjadinya

perubahan tekanan air atau kontraksi dalam air (yang dipengaruhi oleh debit)

yang menyevbabkan aliran mengalami suatu perubahan kecepatan dimana

kecepatan awal tidak sama dengan kecepatan akhir dari suatu air loncat.

1.15.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah :

1. Mempelajari karakteristik aliran akibat pengaruh adanya pintu sorong.

2. Menentukan besarnya koefisien Viskositas (Cv) dan koefisien Kontraksi (Cc).

3. Menentukan besarnya gaya yang bekerja pada pintu sorong, yaitu Hg dan

Fh.

4. Menggambarkan profil aliran pada air loncat.


5. Menentukan hubungan Cc, Cv, Fg dan Fh dengan Yg dan Yc.

6. Menentukan hubungan Fa, Fb dan H dengan Ya dan Yb.

1.15.3 Tinjauan Pustaka

Rumus Dasar dan Prinsip Perhitungan

Rumus dasar yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai

berikut:

1. Persamaan Kontinuitas

Q =A.v . . . . . . . . . . . . . (C4-C.01)

2. Persamaan Bernoulli
2
Y 0 + P 0 + v0 2 = Y 1 + P 1 + P 1 . . . . . . . . . . . . . . (C4-C.02)
2g 2g

3. Persamaan Momentum

F = m . v. . . . . . . . . . . . . (C4-C.03)

4. Prinsip perhitungan yang digunakan pada pintu sorong

adalah : a. Menghitung koefisien Kontraksi (Cc)

Cc = Y1 / Yg . . . . . . . . . . . . . (C4-C.04)

b. Menghitung koefisien Kecepatan (Cv)

Cv = Q .  (Yg / Yo) . Cc + 1 . . . . . . . . . . . . . (C4-C.05)


Cc .b . Y1 .  2g . Yo

c. Menghitung Gaya Dorong pada pintu (Fg)


2 2
Fg = 1 . . g . Y1 Yo - 1 -.Q 1 – Y1 . . (C4-C.06)
2
2 Y1 b.Y1 Yo
d. Menghitung Gaya Hidrostatis (Fh)

2
Fh = ½ . . g . (Yo - Yg) . . . . . . . . . . . . . (C4-C.07)
e. Menghitung harga Yg/Yo

Yg / Yo . . . . . . . . . . . . . (C4-C.08)

f. Menghitung kecepatan (v)

v =Q/A . . . . . . . . . . . . . (C4-C.09)

g. Menghitung tinggi energi (H)

2
H = Y + (v / 2g) . . . . . . . . . . . . . (C4-C.10)
5. Prinsip perhitungan pada air loncat adalah sebagai berikut :

a. Perhitungan Kecepatan

v = Q / A dimana : A = b . Y. . . . . . . . . . . . . (C4-C.11)

b. Menghitung Energi Spesifik (E)

2
E = Y + (v / 2g) . . . . . . . . . . . . . (C4-C.12)
c. Perhitungan Debit per satuan lebar (q)

q = Q/b . . . . . . . . . . . . . (C4-C.13)

d. Menghitung bilangan Froude (F)

F = v . . . . . . . . . . . . . . (C4-C.14)
 g.Y

e. Menghitung Yb/Ya ukur dan Yb/Y 1 hitung

Yb ukur = Yb. . . . . . . . . . . . . (C4-C.15)


Ya Ya
2
Yb = 1 . (  1 + 8 . Fa - 1). . . . . . . . . . . . . (C4-C.16)
Ya 2
f. Menghitung L/Yb

L = Xb - Xa. . . . . . . . . . . . . (C4-C.17)
Yb Yb

g. Menghitung kehilangan energi ( H)


3
H = ( Yb - Ya ) . . . . . . . . . . . . . (C4-C.18)
4 . Ya . Yb

h. Menghitung kedalaman kritis (Ycr)


2
Ycr = q 1/3 . . . . . . . . . . . . . (C4-C.19)
g
i. Menghitung energi kritis (Ecr)

Ecr = 3/2 . Ycr. . . . . . . . . . . . . (C4-C.20)

j. Perhitungan Yc
2
Yc = 3q . . . . . . . . . . . . . (C4-C.21)
g

Teori dan Penurunan Rumus


2
vo garis energi H
2
2g v1 /2g
Ho yo Yb Yc

Yg Y1 Ya

Gambar 2.6

Dalam menurunkan rumus-rumus yang digunakan pada perhitungan

untuk aliran di saluran terbuka seperti pada pintu sorong dan air loncat

digunakan prinsip dasar dari persamaan Bernoulli, persamaan Momentum dan

persamaan Kontinuitas.

Namun demikian kita masih memerlukan adanya beberapa asumsi agar

persamaannya kelak dapat digunakan pada perhitungan dari hasil percobaan.

Asumsi-asumsi dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Dianggap bahwa badan saluran benar-benar berdiri dalam arah mendatar

dan hotizontal.

2. Kehilangan energi pada penampang saluran dapat diabaikan.

Asumsi pertama memberikan pengertian bahwa pengaruh kemiringan dari dasar

saluran tidak ada sehingga persamaan-persamaan untuk saluran terbuka yang

datar dan perhitungan kecepatannya hanya berdasarkan besarnya debit saja

tanpa adanya pengaruh gravitasi.


Sementara pada asumsi kedua memberikan pengertian bahwa dasar dan

dinding salurannya benar-benar licin sehingga gaya gesernya tidak terjadi.

Berdasarkan kedua asumsi diatas maka dari persamaan Bernoulli dengan

melihat adanya Head Losses dapat diturunkan suatu persamaan sebagai

berikut :

1. Persamaan anergi antara penampang O dan I


2
Yo + Po + Vo = Y1 + P1 + V1 2 . . . . . . . . . . . . . (C4-C.22)
2g 2g

Karena Po = P1 (tekanan atmosfir), maka :


2
Yo + Vo = Y1 + V1 2 . . . . . . . . . . . . . (C4-C.23)
2g 2g

Q =v.A
Maka :

v2 = Q2 / A . . . . . . . . . . . . . (C4-C.24)
Dimana A = luas penampang basah untuk saluran segi empat, yaitu :

A = b.Y . . . . . . . . . . . . . (C4-C.25)

Substitusikan persamaan C4-C.25 pada persamaan C4-C.24, maka akan

terbentuk persamaan :
2 2
v = Q . . . . . . . . . . . . . (C4-C.26)
2 2
b .Y
Jika harga diatas pada persamaan C4-C.26 disubstitusikan pada

persamaan C4-C.23, maka persamaan yang terbentuk adalah :


2 2
Yo + Q =Y1 + Q . . . . . . . . . . . (C4-C.27)
2 2 2 2
b . Yo . 2g b .Y1 . 2g
Sehingga akan didapatkan persamaan :

Q = b . Yo  2g . Y1 = b . Y1  2g . Yo. . . . . . . . . . . . .(C4-C.28)
Yo + 1 ½ Y1 + 1 ½
Y1 Yo

Sedangkan perhitungan untuk debit digunakan persamaan :

Q = 171,81 .  H . . . . . . . . . . . . .(C4-C.29)

Koefisien Kecepatan (Cv)

Kekentalan atau viskositas akan mengakibatkan reduksi terhadap kecepatan

dari aliran fluida pada saluran terbuka sehingga dalam perhitungan dipakai :

Cv = Q .  Yo/Y1 + 1 . . . . . . . . . . . . . (C4-C.30) b .Yo. 2g.Y1

Gaya Dorong Pintu

2
Vo /2g H garisenergi
Fg
Distribusi gaya Fh
hidrostatis Distribusi tekanan hidrostatis
2
F = ½. .Yo Yo Yg Y1 F = ½ . .Y12

Gambar 2.7.

Dari gambar diatas tampak bahwa gaya-gaya pada komponen horizontal

yang memenuhi persamaan momentum. Gaya – gaya tersebut adalah :

1. Gaya yang timbul akibat distribusi tekanan hidrostatis (F).

2. Gaya dorong pintu (Fg).


1.

2. G
aris Energi

3. Gaya hidrostatis (Fh).

Persamaan yang dipakai dalam menghitung gaya-gaya dorong pada

pintu dan gaya hidrostatis adalah :

Fg = ½ . . g . Y12 2
Yo – 1 - Q. . 1 – Y1. . . . . . . . . . . . . (C4-C.31)
2
Y1 b .Y1 Yo
2
Fh = ½ . . g. (Yo – Yg) . . . . . . . . . . . . . (C4-C.32)
Air Loncat
Akibat sekat yang menghambat aliran, maka tinggi muka air setelah
melalui sekat akan turun dan kemudian naik kembali. Keadaan terakhir inilah
yang disebut air loncat.

H

YA Yb H2

2
Gambar 2.8.

Akibat berubahnya tinggi muka air di A dan di B yang disertai dengan

adanya gejolak menandakan adanya kehilangan energi sebesar delta H ( H).

Dimana persamaan yang akan digunakan untuk kondisi seperti diatas adalah :
2
va 2 + Ya + Za = vb + Yb + Zb + H . . . . . . . . . . . . . (C4-C.33)
2g 2g

karena dasar saluran rata dan horizontal, maka :

Za = Zb

Sehingga persamaan C4-C.33 akan menjadi :


2 2
H = ( va - vb ) + (Ya - Yb)
2g
2
= Q 1 - 1 + (Ya – Yb)
2 2
b. 2g Ya Yb
2 2 2
H = Q Yb - Ya + (Ya – Yb) . . . . . . . . . . . . . (C4-C.34)
2 2
b.2g Ya Yb
3/4
= (Yb - Ya) . Ya . Yb . . . . . . . . . . . . . (C4-C.35)
sementara itu persamaan yang digunakan untuk menghitung energi khas yang

terjadi adalah :
2 2
E = Ya + va = Ya + Q ............. (C4-C.36)
2
2g 2g . A
dan apabila persamaan C4-C.36 diturunkan, maka akan dapat diperoleh suatu

persamaan :
2
E =Y+ Q .
2g.Y

d E = d . Ya + d . Q2 .
dY dY dY 2g.A2

2
dE = dY - Q . . dA
3
dY dY g.A dY
2
dE =1- Q . dA . . . . . . . . . . . . . (C4-C.37)
3
dY g.A dY
pada keadaan aliran kritis ketika energi yang terjadi adalah minimum, maka :

dE = 0
dY

sehingga persamaan C4 – C.36 menjadi :


2
0 = 1- Q . dA . . . . . . . . . . . . . (C4-C.38)
3
g.A dY
dan untuk suatu luas elemen basah dA, digunakan persamaan :

dA = b . dY . . . . . . . . . . . . . (C4-C.39)

dimana :

b = dA . . . . . . . . . . . . . (C4-C.40)
dY

kemudian dengan mensubstitusikan persamaan C4 – C.40 kedalam persamaan

C4 – C.38, maka persamaan C4 – C.38 akan menjadi :


2
0 = 1 - Q . b. . . . . . . . . . . . . (C4-C.41)
3
g.A
dimana :
2 3
Q = A ............. (C4-C.42)
g b

Dengan mensubstitusikan persamaan C4-C.42 terhadap persamaan C4 -C.41, maka persamaan yang akan

terbentuk adalah :
2
va = A = Y. . . . . . . . . . . . . (C4-C.43)
g b

Dan untuk menghitung bilangan Froude digunakan persamaan :

Fa = v a. . . . . . . . . . . . . (C4-C.44)
 2g . Ya

sementara persamaan momentumnya adalah :

Ya . Ya - Yb . Yb = Q . (vb - va). . . . . . . . . . . . . (C4-C.45)


2 2

Dimana :
Q =v.Y . . . . . . . . . . . . . (C4-C.46)

Maka persamaan C4 – C.44 akan menjadi :


2 2 2 2
Ya + va . Ya = Yb + vb . Yb
2 2
2 2 2 2
Ya + va . Ya = Yb + vb . Yb
2 g 2 g
2 2 2 2
Ya 1 + 2 va + Yb 1 + 2. vb
g.Ya 2 g.Yb

2
Yb = - ½ . ( -1 +  1 + 8 Fa ) . . . . . . . . . . . . . (C4-C.47)
Atau dapat juga digunakan persamaan :

2
Ya = - ½ . ( -1 +  1 + 8 Fa ) . . . . . . . . . . . . . (C4-C.48)
Yb

1.15.4 Alat-alat Yang Digunakan

Untuk Pintu Sorong / Air Loncat :

1. Seperangkat model saluran terbuka sederhana.

2. Alat pengukur tinggi muka air (tera / level gauge).

3. Pintu sorong.

4. Sekat : kecil, sedang dan besar.

1.15.5 Prosedur Percobaan


A. Debit Tetap

1. Untuk suatu debit tertentu, atur kedudukan pintu sorong sehingga Yg = 25

mm

2. Atur sekat di hilir sehingga keadaan air loncat dapat diamati.

3. Catat harga : Q, Yo, Ya, Yb, Yc, Yg, Xa, Xb dan Xc.

4. Ulangi prosedur no.1 sampai dengan no.3 sebanyak 5 (lima) kali untuk nilai

Yg yang berbeda-beda dengan range Yg = 2,5 – 3,5 cm.

B. Debit Berubah

1. Untuk suatu harga Yg tertentu yang terletak antara 25 mm hingga 35 mm

(diambil nilai Yg = 25 mm) kemudian diulang dengan harga debit yang

berbeda sebanyak 5 (lima) kali.

2. Aturlah sekat di hilir sehingga keadaan air loncat dapat diamati.

3. Untuk masing-masing harga debit, catat harga : Yo, Ya, Yb, Yc, Yg, Xa, Xb

dan Xc.

Anda mungkin juga menyukai