Anda di halaman 1dari 6

Pembahasan

1. Susunan Cis
Jenis Pindah Gamet yang
Letak Kiasma Tipe Gamet
Silang Terbentuk
Gen I-II ABC Parental
aBC Rekombinan
Abc Rekombinan
abc Parental
Tunggal
Gen II-III ABC Parental
ABc Rekombinan
abC Rekombinan
Abc Parental
1. Gen I-II ABC Parental
2. Gen II-III aBc Rekombinan
AbC Rekombinan
Abc Parental
1. Gen I-II ABC Parental
2. Gen I-II ABC Rekombinan
Ganda
Abc Rekombinan
Abc Parental
1. Gen II-III ABC Parental
2. Gen II-III ABC Rekombinan
Abc Rekombinan
Abc Parental

3. Susunan Trans
Jenis Pindah Gamet yang
Letak Kiasma Tipe Gamet
Silang Terbentuk
Gen I-II AbC Parental
abC Rekombinan
ABc Rekombinan
aBc Parental
Tunggal
Gen II-III AbC Parental
Abc Rekombinan
aBC Rekombinan
aBc Parental
1. Gen I-II AbC Parental
2. Gen II-III abc Rekombinan
Ganda ABC Rekombinan
aBc Parental
1. Gen I-II AbC Parental
2. Gen I-II AbC Rekombinan
aBc Rekombinan
aBc Parental
1. Gen II-III AbC Parental
2. Gen II-III AbC Rekombinan
aBc Rekombinan
aBc Parental

3. Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui adanya peristiwa pautan dari
berbagai gen, mengetaui peristiwa pindah silang, dan menentukan gamet yang
terbentuk akibat kedua peristiwa tersebut. Pautan merupakan suatu kondisi dimana
satu kromosom ditempati oleh banyak gen. sedangkan pindah silang adalah proses
penukaran segmen dari kromatid-kromatid yang tidak sesaudara dari sepasang
kromosom homolog. Peristiwa pindah silang sangat umum terjadi pada saat
pembentukan gamet pada kebanyakan makhluk. Pindah silang terjadi pada akhir
profase I atau awal metafase I yang terjadi pada saat kromosom telah mengganda
menjadi dua kromatid. Pindah silang umumnya terjadi pada kromatid-kromatid
tengah yaitu kromatid nomor dua dan tiga dari tetrad kromatid. Tetapi tidak
menutup kemungkinan adanya pindah silang pada kromatid-kromatid yang lain
(Campbell, 2018).
Pautan maupun pindah silang dapat menyebabkan hasil perkawinan silang
individu memiliki fenotip dan genotip yang tidak sesuai dengan yang telah
diterangkan dalam Hukum Mendel I maupun Hukum Mendel II. Berdasarkan
hukum II Mendel maka dua individu mempunyai dua pasang atau lebih sifat, maka
diturunkannya sepasang sifat tersebut secara bebas tidak bergantung kepada
pasangan sifat lain. Hal ini disebabkan organisme melalui sejumlah gen yang
banyak daripada kromosomnya. Selain itu, pengamatan Mendel juga pada
kromosom yang berlainan sehingga terjadi segregasi secara bebas. Namun, dalam
hal ini jika sifat yang diamati pada kromosom yang sama (homolog) maka tidak
akan terjadi rasio fenotip 9:3:3:1 pada F2 nya, artinya hukum pemisahan secara
bebas tidak berlaku karena terjadi tautan.
Tautan (linkage) merupakan 2 gen yang terletak pada kromosom yang sama
tidak dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung diturunkan bersama. Melalui
pengamatan fenotip, kita mengetahui suatu sifat terpaut yaitu dengan melakukan
test cross. Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh maupun kromosom kelamin.
Tautan pada kromosom tubuh disebut tautan autosomal atau tautan non-kelamin.
Sedangkan tautan kelamin disebut juga tautan seks.
Praktikum ini menggunakan plastisin untuk menstimulasikan terjadinya
pautan dan pindah silang. Setiap kromosom diberi tiga gen kemudian dipindah
silangkan dengan kromosom lain, pindah silang ini terdiri dari dua macam yaitu
pindah silang ganda dan tunggal. Jika hanya terjadi satu kali pertukaran segmen
kromatid pada sepasang kromosom yang homolog maka disebut pindah silang
tunggal, sedangkan jika terjadi lebih dari satu kali pertukaran segmen kromatid
pada sepasang kromosom yang homolog disebut pindah silang ganda. Pindah silang
ganda terjadi pada dua tempat, berlangsung diantara dua buah gen yang terangkai
(misalnya gen A dan gen B), maka terjadinya pindah silang ganda itu tidak akan
nampak dalam fenotip, sebab gamet-gamet yang dibentuk hanya dari tipe parental
saja, atau tipe rekombinan saja, atau dari tipe parental dan tipe rekombinan akibat
pindah silang tunggal.
Pindah silang antara dua kromatid bertetangga akan menghasilkan
kromosom rekombinan yang merupakan hasil perpindahan fragmen-fragmen
kromatid ke kromosom homolog tetangganya. Akibatnya pada kromosom
rekombinan tersebut akan terdapat alel-alel hasil penyebrangan, prosisi trans, arau
pertukaran dari kromatid tetangga. Disebut tipe trans karena alel-alel dari tetua
yang sama sekarang terdapat pada kromosom yang bersebrangan. Bila antara
kromatid bertetangga tidak terjadi pindah silang maka alel-alel dari tetua yang sama
akan tetap berada berdampingan dalam satu kromosom, atau posisi cis.
Pindah silang terdiri dari dua susunan gen yaitu terangkai secara sis dan
terangkai secara trans. Dikatakan gen memiliki susunan terangkai sis apabila alel
dominan dari kedua gen tersebut terletak pada satu kromosom yang sama.
Dikatakan mempunyai susunan trans jika alel dominan kedua gen berada pada
kromosom yang berbeda.
Pindah silang tunggal tersebut hanya terjadi satu kali pertukaran pada
segmen kromatid pada sepasang kromosom homolognya. Pada susunan sis pindah
silang tersebut antara gen I-II yang menghasilkan gamet ABC (parental), Abc
(rekombinan), aBC (rekombinan) dan abc (parental). Kemudian antara gen II-III
dihasilkan empat macam gamet. Diantaranya dua rekombinan dan dua parental,
yaitu ABC dan abc sebagai parental serta ABc dan abC sebagai rekombinan.
Pada pindah silang ganda dengan gen terangkai susunan sis dilakukan tiga
perlakuan yang pertama letak kiasma di gen I-II serta gen II-III, yang kedua gen I-
II serta gen I-II dan yang terakhir gen II-III dan gen II-III. Pada susunan sis pindah
silang ganda denga letak kiasma pada gen I-II dan gen II-III akan menghasilkan
gamet dengan tipe gamet parental dan rekombinan. Tipe gamet parenial yakni ABC
dan abc, sedangkan tipe gamet rekombinan yakni aBc dan AbC. Letak kiasma pada
gen I-II dan gen I-II menghasilkan gamet dengan tipe gamet parental dan
rekombinan. Tipe gamet parenial yakni ABC dan abc, sedangkan tipe gamet
rekombinan yakni ABC dan abc. Letak kiasma pada gen II-III dan gen II-III
menghasilkan gamet dengan tipe gamet parental dan rekombinan. Tipe gamet
parenial yakni ABC dan abc, sedangkan tipe gamet rekombinan yakni ABC dan
abc. Hanya saja pada pindah silang ganda ini terjadi lebih dari satu kali pertukaran
segmen kromatid pada sepasang kromosom yang homolog.
Selanjutnya dilakukan simulasi pindah silang dengan gen yang terangkai
dengan susunan trans. Pada susunan trans ini alel dominan kedua gen berada pada
kromosom yang berbeda pada pindah silang ini dilakukan secara tunggal dan
ganda. Pada pindah silang tunggal dilakukan simulasi dengan letak kiasma di gen
I-II yang menghasilkan empat macam gamet dengan tipe parental dan rekombinan.
Enam macam gamet yaitu tipe parental terdiri atas AbC dan aBc, sedangkan tipe
rekombinan meliputi ABc dan abC. Pada letak kiasma II-III juga dihasilkan empat
macam gamet yaitu tipe parental meliputi AbC dan aBc, serta tipe rekombinan
meliputi Abc dan aBC.
Kemudian dilakukan simulasi gen dengan susunan trans dengan jenis
pindah silang ganda dengan tiga letak kiasma. Yang pertama gen I-II dan II-III, gen
I-II dan gen I-II. Terakhir gen II-III dan II-III. Pada letak kiasma I-II dan II-III
menghasilkan empat macam gamet dengan tipe rekombinan dan tipe parental. Tipe
gamet parental yakni AbC dan aBc, sedangkan tipe gamet rekombinan yakni abc
dan ABC. Letak kiasma pada gen I-II dan gen I-II menghasilkan gamet dengan tipe
gamet parental dan rekombinan. Tipe gamet parental yakni AbC dan aBc,
sedangkan tipe gamet rekombinan yakni AbC dan aBc. Letak kiasma pada gen II-
III dan gen II-III menghasilkan gamet dengan tipe gamet parental dan rekombinan.
Tipe gamet parenial yakni AbC dan aBc, sedangkan tipe gamet rekombinan yakni
AbC dan aBc.
Jika pindah silang ganda terjadi di antara dua gen saja, misalnya gen
pertama dan kedua sebanyak dua kali seperti yang disimulasikan oleh kelompok
DNA , Mendel, Alel dan Dihibrid, tidak akan menghasilkan perubahan macam
gamet. Berdasarkan hasil praktikum, macam gamet yang terbentuk tetap, bahkan
sama seperti sebelum mengalami pindah silang. Pindah silang yang semacam ini
walaupun tidak menghasilkan perubahan macam gamet tetapi tetap memiliki
kiasma. Akan tetapi letak kiasma tidak akan mempengaruhi macam gamet yang
terbentuk, karena macam gamet sama seperti gamet sebelumnya saat belum terjadi
pindah silang. Tetapi pada jenis pindah silang lain, macam gamet yang terbentuk
dapat berubah karena kiasma yang terjadi membawa satu gen yang berpindah
silang. Misalnya saja pada simulasi yang dilakukan oleh kelompok Monohibrid,
pada awal sebelum terjadi pindah silang hanya ada dua macam gamet yaitu ABC
dan abc, setelah terjadi pindah silang tunggal antara gen pertama dan kedua maka
akan dihasilkan empat macam gamet, yaitu ABC dan abc, sebagai parental, gamet
yang sama seperti sebelum terjadi pindah silang, dan gamet aBC dan Abc yang
merupakan gamet rekombinan.
Susunan gen yang terangkai mempengaruhi macam gamet yang terbentuk,
karena gen yang terangkai tidak akan terlepas saat segregasi bebas, sehingga
macam gamet yang terbentuk akan berbeda jika dibandingkan dengan gamet yang
terbentuk pada gen tidak terangkai. Contohnya yaitu persilangan antara gamet ABC
dengan abc dimana gen AB terangkai atau terpaut, maka saat terjadi segregasi
bebas gen A dan B tidak akan terpisah sehingga terbentuk AB dan C dan juga ab
dan c, sehingga kemungkinan keturunan yang dihasilkan akan bergenotip ABc atau
abC, sedangkan jika tidak terpaut maka gen a dan b akan terpisah sehingga
kemungkinan keturunan yang dihasilkan akan bergenotip ABc, AbC, aBC, Abc,
abC, atau aBc.

Kesimpulan
1. Pautan terbagi menjadi dua kelompok yaitu pautan sempurna dan tidak
sempurna.
2. Peristiwa pindah silang (crossing over) adalah peristiwa penukaran segmen dari
kromatid-kromatid bukan saudara dari sepasang kromosom homolog
3. Macam gamet yang dihasilkan dari peristiwa pindah silang tergantung pada
letak terjadinya kiasma.

Daftar Pustaka
Campbell, N. A., et al. (2018). Biologi. Edisi Kedelapan. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai