Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


DENGUE HEMORRHAGIC FEVER

Disusun oleh:

JUVENTUS SANDHY DEDE UMBU DETA


PRIHANTARA NUGRAHA
PUTRIKA MUTIARA ANGGITA
RIA PUSPASARI
RISSA WIDYASWORO
RIZKIYANTO RUHIM
SERI MURNIATI
WIDYA INTANI LABA
YOHANES DARI
ZAINAL ARIFIN

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNA BANGSA
YOGYAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
DHF (DENGUE HEMORRHAGIC FEVER)

A. Definisi
DHF (Dengue Hemorrhagic Fever) atau dalam bahasa Indonesia disebut
dengan demam berdarah dengue atau DBD adalah infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan tanda paling umum yaitu terjadinya hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh (Sudoyo
Aru, 2009 dalam Nurarif, 2015). DHF terjadi karena adanya kelainan
pembuluh darah sehingga plasma (cairan darah) merembes keluar, dan
menyebabkan darah menjadi kental (Irianto, 2014).

B. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue yang termasuk ke dalam genus
flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat empat serotipe virus yaitu, DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan
Den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibodi terhadap serotipr bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk
terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhdap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di
daerah endemik dangue dapat terinfeksi oleh tiga atau empat setotipe selama
hidupnya (Sudoyo Aru, 2009 dalam Nurarif, 2015).

C. Tanda dan gejala


Menurut Irianto, 2014. demam dengue menunjukkan gejala-gejala klinis
sebagai berikut:
1. Demam tinggi yang timbul mendadak
2. Sakit kepala yang berat, terutama kepala bagian dapan
3. Nyeri dibelakang mata
4. Sakit seluruh badan
5. Mual muntah
Menurut WHO (1997) diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal di bawah
ini dipenuhi:
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
2. Perdarahan yang biasanya berupa:
a. Uji tourniquet positif.
b. Petekie, ekimosis, atau purupura.
c. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi) saluran cerna, tempat
bekas suntikan.
d. Hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia <100.000/uI.
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
a. Peningkatan nilai hematokrit ≥ 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin.
b. Penurunan nilai hematokrit ≥ 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat.
5. Tanda kebocoran plasma seperti hipoproteinemi, asites, efusi pleura.

D. Patofisiologi
Kebocoran plasma darah mengakibatkan darah menjadi kental hingga
akana menyebabkan beberapa penumpukan cairan pada organ tubuh seperti
kelopak mata sembab, sesak nafas karena ada cairan di paru-paru, perut
melembung, buncit, berisi cairan, hati, badan, kaki, dan tangan membengkak.
Demam berkisar antara 2-7 hari dengan sifat demam tinggi lebih dari 38,5oC.
Pada masa akut hari ke 1-3 adalah demam ditambah dengan gejala kepala
nyeri, pusing, lemah, mual, muntah, nyeri otot dan sendi, perdarahan spontan
namun jarang terjadi. Hati membesar pada hari ke 1-3 dan paling besar pada
harui ke 4-6, lalu normal kembali pada hari ke 7-seterusnya (Irianto, 2015).
Penderita mengalami masa kritis bila demam turun, tetapi gejala yang lainnya
semakin berat, lemah sampai kesadaran menurun, syok, mual, muntah, perut
sangat nyeri, dan ada perdarahan spontan (mimisan, muntah darah, berak
darah, batuk darah, dan biru-biru di bekas tusukan jarum). Trombosit pada
penderita DBD menurun < 100.000 mm3/uL (normal: 150.000-400.000
mm3/uL) yang menyebabkan perdarahan dan bintik-bintik di kulit pada uji
Rumple Leede. Trombosit menurun pada hari ke-4 terus turun pada hari ke-5-6,
lalu naik pada hari ke-7, dan normal kembali pada hari ke-8. Pada saat demam
mulai turun tidak selalu berarti kesehatan penderita mulai membaik. Bila
demam menurun dan penderita semakin segar, mau makan minum, dan gejala-
gejala lain menghilang berarti penderita mulai membaik (Irianto, 2015).

E. Pathway
Nyamuk Aedes Aegypti
dengan virus dengue

Mengigit manusia

Virus Dengue masuk dalam


aliran darah

Terjadi veremia

Suhu Nyeri Hepatomegali Depresi sumsum


meningkat otot tulang

Hipertermi malaise
Trombosit
menurun
Keringat Anoreksia Gangguan rasa Kekurangan
berlebihan nyaman volume cairan Trombositopenia
tubuh
Mual,
Dehidrasi Perdarahan
muntah

Hipovolemia
Defisit Perubahan
volume nutrisi kurang Resiko syok
cairan dan dari kebutuhan
tubuh Syok
F. Penatalaksanaan
1. DBD tanpa syok: Observasi, rawat jalan periksa Hb, Ht, leukosit, trombosit,
24 jam.
2. DBD dengan peningkatan hematokrit: terapi awal cairan intravena
kristaloid.
3. DBD dengan syok:
a. Berikan terapi oksigen.
b. Lanjutkan terapi cairan kristaloid ddan koloid.
c. Pantau tanda-tanda hipovolemia, hipervolemia overload, dan respon
pemberian cairan.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan lab: Trombositepeni (100.000 mm3/uL), Hb dan PCV
meningkat 20%, dan leukositosis.
2. Serologi: uji H (respon antibodi sekunder).
3. Pada kasus yang berat periksa Hb dan PCV berulang kali (setiap jam atau 4-
6 jam apabila sudah menunjukan tanda perbaikan.

H. Komplikasi
DBD yang tidak mendapat penanganan medis, setelah muncul gejala yang
serius, berpotensi menyebabkan komplikasi. Salah satunya adalah kerusakan
pembuluh darah dan kelenjar getah bening yang memicu terjadinya perdarahan.
Kondisi ini ditandai dengan mimisan, gusi berdarah, dan memar berwarna
keunguan yang muncul tiba-tiba. Lambat laun, perdarahan menyebabkan syok
akibat tekanan darah yang menurun drastis dalam waktu singkat, disebut
dengan dengue shock syndrome (DSS). Gejala DSS meliputi penurunan
tekanan darah, pupil melebar, napas tidak beraturan, mulut kering, denyut nadi
melemah, jumlah urine menurun, serta kulit basah dan terasa dingin. Pada
kasus DSS, risiko kematian pengidap cenderung meningkat karena adanya
kegagalan organ.
I. Pengkajian keperawatan
1. Identitas klien meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit,
tanggal pengkajian, diagnose medis.
2. Keluhan utama meliputi alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien
DHF saat dating ke rumah sakit
3. Riwayat kesehatan sekarang meliputi keluhan utam yang merupakan
keluhan klien, data yang dikaji yang dirasakan klien saat ini.
4. Riwayat kesehatan dahulu apakah klien pernah menderita penyakit yang
diderita sekarang.
5. 11 pola pengkajian Gordon:
a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan
Menggambarkan informasi atau riwayat pasien mengenai status
kesehatan dan praktek pencegahan penyakit, keamanan/proteksi, tumbuh
kembang, riwayat sakit yang lalu, perubahan status kesehatan dalam
kurun waktu tertentu
b. Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai
konsumsi makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari,
penggunaan suplemen, vitamin makanan. Masalah nafsu makan, mual,
rasa panas diperut, lapar dan haus berlebihan.
c. Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola
BAB, BAK frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
d. Aktivitas – Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan,
keseimbangan energy, tipe dan keteraturan latihan, aktivitas yang
dilakukan dirumah, atau tempat sakit.
e. Istirahat tidur
Meliputi informasi riwayat pasien tentang frekwensi dan durasi
periode istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat
tidur, masalah yang dirasakan saat tidur.
f. Kognitif- perceptual
Meliputi informasi riwayat pasien tentang fungsi sensori,
kenyamanan dan nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan,
masalah dengan pengecap dan pembau, sensasi perabaan, baal,
kesemutan
g. Konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat pasien tentang peran dalam keluarga dan peran
social, kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran
h. Seksual reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau
ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual
i. Koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat pasien tentang metode untuk mengatasi
atau koping terhadap stress
j. Nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang nilai, tujuan, dan
kepercayaan berhubungan dengan pilihan membuat keputusan
kepercayaan spiritual.

J. Diagnosa keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan kulit terasa
hangat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis ditandai dengan membran mukosa pucat.
4. Defisien volume cairan tubuh berhubungan dengan asupan cairan kurang
ditandai dengan membran mukosa penurunan turgor kulit, peningkatan suhu
tubuh, kulit kering.
5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan hipovolemia ditandai dengan
dehidrasi berat.
6. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi ditandai
dengan mengatakan cemas.
7. Defisien pengetahuan kurang informasi ditandai dengan kurang
pengetahuan.

K. Intervensi keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan dehidrasi ditandai dengan kulit terasa
hangat.
a. NOC : Thermoregulation
b. Kriteria Hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal.
2) Nadi dan RR dalam rentang normal.
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa
nyaman.
c. NIC:
1) Monitor: TTV.
2) Lakukan kompres hangat.
3) Anjurkan menggunakan pakaian yang tidak tebal.
4) Kolaborasi pemberian antipiretik.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis ditandai dengan
ekspresi wajah nyeri.
a. NOC : pain control
b. Kriteria Hasil :
1) Nyeri berkurang.
2) Kontrol nyeri adekuat.
c. NIC:
1) Monitor: TTV.
2) Kaji nyeri secara komprehensif.
3) Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.
4) Kolaborasi pemberian antipiretik.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis ditandai dengan membran mukosa pucat.
a. NOC : food and fluid intake.
b. Kriteria Hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
c. NIC:
1) Kaji alergi makanan.
2) Kaji tingkat kebutuhan nutrisi.
3) Kaji turgor kulit.
4) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien..
4. Defisien volume cairan tubuh berhubungan dengan asupan cairan kurang
ditandai dengan membran mukosa penurunan turgor kulit, peningkatan suhu
tubuh, kulit kering.
a. NOC : hidration
b. Kriteria Hasil :
1) TTV dalam batas normal.
2) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit baik, mukosa lembab,
tidak ada rasa haus berlebihan).
c. NIC:
1) Monitor TTV dalam batas normal.
2) Monitor status hidrasi.
3) Berikan terapi cairan IV.
4) Dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
5) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien..
5. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan hipovolemia ditandai dengan
dehidrasi berat.
a. NOC : syok prevention
b. Kriteria Hasil:
1) TTV dalam batas normal.
2) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit baik, mukosa lembab,
tidak ada rasa haus berlebihan).
c. NIC:
1) Monitor TTV dalam batas normal.
2) Monitor status hidrasi.
3) Monitor nilai: Hb, Ht, AGD, dan elektrolit.
4) Berikan terapi cairan IV.
5) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok.
6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat adrenalin.
6. Ansietas berhubungan dengan kebutuhan yang tidak terpenuhi ditandai
dengan mengatakan cemas.
a. NOC : anxiety self-control
b. Kriteria Hasil:
1) TTV dalam batas normal.
2) Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan tingkat aktivitas
menunjukkan berkurangnya kecemasan.
c. NIC:
1) Gunakan pendekatan yang menenangkan.
2) Dorong pasien untuk mengatakan perasaan, ketakutan, dan persepsi.
3) Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi.
4) Kolaborasi pemberian obat anti cemas.
7. Defisien pengetahuan kurang informasi ditandai dengan kurang
pengetahuan.
a. NOC : Disease process
b. Kriteria Hasil:
1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,
kondisi, prognosis, dan program pengobatan.
c. NIC:
1) Identifikasi kemungkinan penyebab dengan cara yang tepat.
2) Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan
cara yang tepat.
3) Diskusikan terapi atau penanganan.

Daftar Pustaka
1. Irianto, K. (2014. Memahami Berbagai Macam Penyakit. Bandung: Alfabet.
2. Nurarif, H.A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Yogyakarta: Mediaction.
3. T.H. Herdman. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC.
KASUS 2:

Anda seorang perawat di Bangsal anak. Saat ini anda sedang mengelola pasien dengan
diagnosa medis DHF. Pasien Nn. A (21 tahun) mengalami dehidrasi berat, membran mukosa
kering, turgor kulit kembali >3 detik, dan mata tampak cekung. Pasien memerlukan larutan
isotonis dengan jumlah 500cc yang harus diberikan dalam waktu 1 jam.

A. Kata Sulit:
DHF: DHF (Dengue Hight Fever) biasa disebut/dikenal sebagai Demam Berdarah Dengue
(DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-ciri demam. Manifestasi pendarahan, dan
bertendensi mengakibatkan syok yang dapat menyebabkan kamatian. DHF juga
disebabkan oleh karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty betina.
- Larutan :
a. Isotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati
osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel,
misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan
meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah
CES (cairan ekstra seluler) 1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk
mengganti 1 liter darah yang hilang.
b. Hipertonik
Larutan hipertonik adalah suatu larutan yang memiliki osmolalitas lebih tinggi
daripada osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat
menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel
ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengerut. Cairan ini
dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien
dengan dehidrasi.
c. Hipotonik
Suatu cairan atau larutan yang memiliki osmolitas lebih kecil dari pada osmolitas
plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan
menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini
umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air
masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel.
Sel tersebut akan membesar dan membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari
kompartemen instravaskular ke dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk
pasien dengan resiko penigkatan TIK.

ANALISA DATA

Data fokus Etiologi Problem


Data fokus Dehidrasi Defisiensi volume cairan
DS:
-
DO:
- Dehidrasi berat
- Mata cekung
- Membran mukosa kering
- Turgor kulit >3 detik.

B. Diagnosa prioritas
Defisiensi volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
C. Intervensi keperawatan
Defisiensi volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
- Monitor status hidrasi (kelembapan membran mukosa, nadi adekuat)
- Monitor vital sign
- Kolaborasikan pemberian cairan IV dengan jenis isotonik.
- Dorong masukan oral
- Ajarkan minum sedikit tapi sering.
D. Implementasi
Memonitor status hidrasi
Rasional:
Agar

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif. A.H dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction

Anda mungkin juga menyukai