Anda di halaman 1dari 18

35

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian ini menggunakan beberapa

instrumen yang terdiri dari alat tulis, angket yang berupa kuesioner,

sphygmomanometer aneroid, stetoskop, timbangan dan meteran.

1. Alat Tulis

Alat tulis berupa pulpen untuk responden yang digunakan dalam mengisi

kuesioner, dan untuk peneliti dalam menulis data yang diambil dari

responden dengan menggunakan metode wawancara.

2. Angket (kuesioner)

a. Food Recall 24 jam

Merupakan perkiraan konsumsi makanan seseorang dalam 24 jam

b. Kuesioner Riwayat Hiperkolesterol

Terdiri dari pernyataan yang diisikan pada alternatif 1 atau 2. 1 jika tidak

memiliki riwayat hiperkolesterolmia dan 2 jika memiliki riwayat

hiperkolesterolmia

c. Kuesioner Stress

Terdiri dari 20 pertanyaan dengan nilai 1 : Tidak stress jika menjawab

"YA" < 6, 2 : Stress ringan jika menjawab "YA" 6-10, dan 3 :Stress Berat

jika menjawab > 10.


36

d. Kuesioner Merokok

Terdiri dari pernyataan yang diisikan dengan alternatif pilihan 1 atau 2.

2 jika memiliki kebiasaan merokok dan 1 jika tidak memiliki kebiasaan

merokok.

e. Kuesioner Konsumsi Kafein

Terdiri dari pernyataan yang diisikan dengan 4 alternatif pilihan. Dengan

nilai 4 : selalu, 3 : kadang-kadang, 2 : pernah, dan 1 : tidak pernah.

f. Kuesioner Konsumsi Alkohol

Terdiri dari pernyataan yang diisikan dengan 4 alternatif pilihan. Dengan

nilai 4 : selalu, 3 : kadang-kadang, 2 : pernah, dan 1 : tidak pernah.

g. Kuesioner Olahraga

Terdiri dari pernyataan dengan 2 alternatif pilihan. Dengan nilai 1 : tidak,

jika tidak olahraga/olahraga tapi tidak rutin dan 2 : ya, jika rutin, olahraga.

h. Kuesioner Keturunan

Terdiri dari pernyataan dengan 2 alternatif pilihan. Dengan nilai 1 : Tidak,

jika tidak memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga dan 2 : ya, jika

memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga .

i. Kuesioner Usia

Responden mengisikan usia pada biodata di kuesioner dengan kategori

usia remaja: 12-25 tahun, dewasa: 26-45 tahun, lansia: 46-65 tahun, dan

manula: > 65 tahun.


37

3. Sphygmomanometer Aneroid

Sphygmomanometer Aneroid adalah alat kesehatan yang berfungsi untuk

mengukur tekanan darah manusia dengan menggunakan aneroid sebagai

komponen utama pengukuran. Peniliti memili Sphygmomanometer Aneroid

dalam penelitian ini karena lebih praktis dan lebih aman jika dibandingkan

dengan Sphygmomanometer air raksa

4. Stetoskop

Stetoskop adalah alat yang digunakan untuk mendengarkan bunyi kerja alat

tubuh dalam rongga dada (terutama bunyi paru-paru dan jantung). Dalam

penelitian ini stetoskop digunakan oleh peneliti untuk mendengarkan bunyi

sistol dan diastole pada saat melakukan pengukuran tekanan darah pada

responden.

5. Timbangan

Timbangan adalah alat untuk menimbang. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan timbangan berat badan untuk mendapatkan hasil ukur berat

badan responden. Selanjutnya, hasil ukur berat badan bersama dengan tinggi

badan responden digunakan untuk menghitung IMT (Indeks Masa Tubuh)

dalam pengukuran obesitas.

6. Meteran

Meteran adalah alat untuk mengukur panjang. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan meteran untuk mendapatkan hasil ukur tinggi badan


38

responden. Selanjutnya, hasil ukur tinggi badan bersama dengan berat badan

responden digunakan untuk menghitung IMT dalam pengukuran obesitas.

F. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat dual hal yang mempengaruhi kualitas data, yaitu kualitas

instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen

penelitian berkenaan dengan uji validitas dan reliabilitas instrument dan

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai

setting, sumber, dan cara. Berdasarkan seting teknik pengumpulan data yang

biasanya dilakukan seperti pada saat penelitian eksperimen di laboratorium,

rumah (responden), saat seminar, dan diskusi. Berdasarkan sumber terdapat 2

jenis teknik pengumpulan data yaitu secara primer atau langsung dan sekunder

atau tidak langsung. Sementara teknik pengumpulan data berdasarkan

tekniknya yaitu wawancara (interview), kuesioner (angket), dan observasi

(pengamatan).

1. Berdasarkan Setting

Setting pada penelitian ini yaitu bertempat di rumah responden penelitian

2. Berdasarkan Sumber

Peneliti menggunakan 2 sumber dalam penelitian ini yaitu sumber primer

dan sumber sekunder. Sumber primer didapatkan langsung oleh peneliti dari

responden yang sudah termasuk dalam kriteria inklusi. Sementara untuk


39

sumber sekunder peneliti memgambil dari data puskesmas Gondokusuman

1 dan Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta.

3. Berdasarkan Teknik

Peneliti menggunakan 3 teknik pengumpulan data dalam penenelitian ini

yaitu wawancara, pengisisan angket kuesioner, dan observasi.

a) Wawancara

Wawancara dalam penelitian survey dilakukan oleh peneliti dengan cara

merekam jawaban atas pertanyaan yang diberikan ke responden. Peneliti

mengajukan pertanyaan kepada responden dengan pedoman wawancara,

mendengarkan atas jawaban, mengamati perilaku, dan merekam semua

respon dari semua yang disurvey.

Terdapat 2 jenis wawancara yaitu terstruktur dan tidak terstruktur. Pada

wawancara terstruktur peneliti sudah mengetahui dengan pasti tentang

informasi yang akan diperoleh. Disamping itu pertanyaan berupa

pertanyaan tertulis dengan alternatif jawaban yang sudah tersedia.

Sementara pada wawancara tidak terstruktur peneliti tidak memiliki

pedoman pertanyaan. Peneliti hanya memiliki gambaran garis besar

tentang pertanyaan. Wawancara tidak terstruktur kebanyakan digunakan

dalam penelitian pendahuluan atau menggali informasi lebih mendalam

dari responden.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur dengan

menyiapkan pertanyaan yang sesuai agar dapat mengukur variabel yang


40

ingin diukur dari responden sehingga memudahkan dalam menggali

informasi.

b) Pengisian Angket Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dimana partisipan atau

responden mengisi pernyataan atau pertanyaan kemudian setelah diisi

dengan lengkap dikembalikan lagi kepada peneliti. Kuesioner sangta

cocok bila jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang

cukup luas. Kuesioner berpa pertanyaan atau pernyataan terbuka atau

tertutup dan diberikan kepada responden secara langsung \maupun

dikirim via pos atau internet.

Peneliti menggunakan beberapa kuesioner dalam penelitian ini

dikarenakan jumlah responden banyak dan jumlah variabel yang ingin

diukur cukup banyak.

c) Observasi

Observasi merupakan proses untuk memperoleh data dari tangan pertama

dengan mengamati orang dan tempat pada saat dilakukan penelitian.

Observasi terdiri dari observasi berperanserta dan non-partisipan.

Observasi berperanserta yaitu peneliti terlibat sehari-hari dengan orang

yang diteliti. Sementara observasi non-partisipan yakni peneliti tidak

terliibat dalam keseharian responden, peneliti hanya mengamati,

manganalisis, selanjutnya membuat kesimpulan.


41

Peneliti menggunkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

dengan cara observasi non-partisipan dimana peneliti tidak terlibat dalam

keseharian responden. Peneliti hanya melakukan pengamatan pada saat

tertentu, kemudian menganalisis data, dan terakhir membuat kesimpulan.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Pengujian Validitas Instrumen

a. Pengujian Validitas konstruksi

Untuk menguji valisitas konstruksi dapat digunakan pendapat para ahli.

Dalam hal ini setelah instrument dikonstruksi tentang aspek-aspek yang

akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya

dikonsultasikan dengan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang

instrument yang telah disusun itu. Mungkin para ahli akan memberikan

keputusan : instrument dapat digunakan tanpa perbaikan, ada perbaikan,

dan mungkin dirombak total. Jumlah tenaga ahli yang digunakan minimal

3 orang dan umumnya mereka yang telah bergelar doctor sesuai dengan

lingkup yang diteliti.

Setelah pengujian konstruksi dari ahli dan berdasarkan pengalaman

empiris di lapangan selesai, maka diteruskan dengan uji coba instrument.

Instrument tersebut dicobakan pada sampel darimana populasi diambil.

Jumlah anggota sampel yang digunakan yakni sekitar 30 orang. Setelah

data ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan dengan


42

analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antar skor item instrumen

dalam suatu faktor, dan mengkorelasikan skor faktor dengan skor total.

Pengujian seluruh instrumen dalam satu variabel dapat juga dilakukan

dengan cara pembeda skor tiap item dari kelompok yang memberikan

jawaban tinggi dan jawaban rendah. Dalam hal ini Masrun (1979)

menyatakan bahwa “… analisis untuk mengetahui daya pembeda, sering

juga dinamakan analisis untuk mengetahui validitas item”. Jumlah

kelompok yang tinggi diambil 27% dan kelompok yang rendah diambil

27% dari sampel uji coba. Pengujian analisis daya pembeda dapat

menggunakan t-test, dengan rumus :

𝑥̄ 1 − 𝑥̄2
𝑡=
1 1
𝑠𝑔𝑎𝑏√𝑛1 + 𝑛2

Dimana:

(𝑛1 1)𝑠12 (𝑛2 1)𝑠22


𝑠𝑔𝑎𝑏 = √
(𝑛1 𝑛2) 2

Untuk mengetahui apakah perbedaannya signifikan atau tidak, maka hasil

t hitung perlu dibandingkan dengan harga t tabel. Bila t hitung lebih besar

daripada t tabel, maka perbedaan tersebut signifikan dan instrument dan

instrumen dianggap valid.

Pengujian validitas dengan uji beda ini didasarkan asumsi bahwa

kelompok responden yang digunakan sebagai uji coba berdistribusi


43

normal. Dengan demikian kelompok skor tinggi dan skor rendah, harus

berbeda secara signifikan, sesuai dengan bentuk kurva normal.

b. Pengujian Validitas Isi

Untuk instrumen yang berbentuk test, pengujian valisitas isi dapat

dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi

pelajaran yang telah diberikan. Seorang dosen yang memberikan ujian

diluar pelajaran yang telah ditetapkan, berarti instrumen ujian tersebut

tidak mempunyai validitas isi. Untuk instrumen yang akan mengukur

efektifitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat

dilakukan dengan membandingkan antara isi intrumen dengan isi atau

rancangan yang telah ditetapkan.

Secara teknis pengujian validitas konstruksi dan validitas isi dapat

dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik

pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi itu terdapat variabel yang

diteliti, indicator sebagai tolak ukur dan nomor butir (item) pertanyaan

atau pernyataan yang telah dijabarkan dari indikator. Dengan kisi-kisi

instrumen itu maka pengujian validitas dapat dilakukan dengan mudah

dan sistematis.

Pada setiap instrumen baik test maupun non-test terdapat item pertanyaan

atau pernyataan. Untuk menguji validitas item lebih lanjut, maka setelah

dikonsultasikan dengan ahli, maka selanjutnya diujicobakan, dan

dianalisis, dengan analisis item atau uji beda. Analisis item dilakukan
44

dengan menghitung korelasi antar skor item instrumen dengan skor total

dan uji beda dilakukan dengan menguji signifikasi perbedaan antara 27%

skor kelompok atas dan 27% skor kelombok bawah.

c. Pengujian Validitas Eksterna

Validitas eksterna instrumen diuji dengan cara membandingkan antara

kriteria yang ada pada instrumen dengan fakta-fakta empiris yang terjadi

dilapangan. Misalnya instrumen untuk mengukur kinerja kelompok

pegawai, maka kriteria kinerja pada instrumen itu dibandingkan dengan

catatan-catatan dilapangan (empiris) tentang kinerja lapangan yang baik.

Bila telah terdapat kesamaaan antara kriteria dalam instrumen dengan

fakta dilapangan, maka dapat dinyatakan instrumen tersebut memiliki

validitas eksterna yang tinggi.

Instrumen penelitian yang memiliki kualitas eksterna yang tinggi akan

mengakibatkan hasil penelitian mempunyai validitas eksterna yang tinggi

pula. Penelitian mempunyai validitas eksterna bila hasil penelitian dapat

digeneralisasikan atau diterapkan pada sampel lain dalam populasi yang

diteliti. Untuk meningkatkan validitas eksterna penelitian, selain

meningkatkan validitas eksterna instrumen, maka dapat dilakukan dengan

memperbesar jumlah sampel.


45

2. Pengujian Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal

maupun internal. Secara eksternal pengujian dapat dilakukan dengan test-

retest (stability), equivalent, dan gabungan keduanya.

a. Test-retest

Instrumen penelitian yang reliabilitasnya diuji dengan menggunakan test-

retest dialkuakan dengan cara mencbakan instrumen beberapa kali pada

responden. Jadi dalam hal ini instrumennya sama, respondennya sama,

dan waktunya yang berbeda. Reliabilitas diukur dari koefisien korelasi

antara percobaan pertama dengan yang berikutnya. Bila koefisien korelasi

positif dan signifikan maka instrumen tersebut sudah dinyatakan reliabel.

Pengujian cara ini juga sering disebut stability.

b. Ekuivalen

instrumen yang ekuivalen adalah instrumen yang secara bahasa berbeda,

tetapi maksudnya sama. Sebagai contoh, berapa tahun pengalaman kerja

anda di lembaga ini? Pertanyaan tersebut dapat ekuivalen dengan

pertanyaan berikut, tahun berapa anada mulai bekerja di lembaga ini?

Pengujian reliabilitas dengan instrumen ini cukup dilakukan sekali, tetapi

instrumennya 2, pada responden yang sama, waktu sama, instrumen

berbeda. Reliabilitas instrumen dihitung dengan cara mengkorelasikan

antara data instrumen yang satu dengan data instrumen yang dijadikab
46

ekuivalen. Bila korelasi positif dann signifikan, maka instrumen dapat

dinyatakan reliabel.

c. Gabungan

Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan cara mencobakan dua

instrumen yang ekuivalen beberapa kali, ke responden yang sama.

Reliabilitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan dua instrumen,

setelah itu dikorelasikan pada pengujian kedua, dan selanjutnya

dikorelasikan secara silang. Jika dengan dua kali pengujian dalam waktu

yang berbeda, akan dapat dianalisis enamkoefisien reliabilitas. Bila

keenam koefisien korelasi itu semuanya positif dan signifikan maka dapat

dinyatakan bahwa instrumen tersebit reliabel.

d. Internal Consistency

Pengujian reliabilitas dengan internal consistency, dilakukan dengan cara

mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh

dianalisi dengan teknik tertentu. Hasil analisi dapat digunakan untuk

memprediksi reliabilitas instrumen.

Pengujian reliabilitas oinstrumen dapat dilakukan dengan teknik belah

dua dari Spearman Brown (split half), KR. 20, KR 21 dan Anova Hoyt.

1) Rumus Spearman Brown

2𝑟𝑏
𝑟𝑖 =
1 + 𝑟𝑏

Dimana :
47

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = korelasi produk momen antara belahan pertam dan kedua

2) Rumus KR. 20 (Kuder Richardson)

𝑘 𝑠𝑡 2 −∑𝑝𝑖 𝑞𝑖
𝑟𝑖 = { }
(𝑘 − 1) 𝑠𝑡 2

Dimana:

k = jumlah item dalam instrumen

pi = proporsi banyaknya objek yang menjawab pada item 1

qi = 1-pi

s2i = varians total

3) Rumus KR 21

𝑘 𝑀(𝑘 − 𝑀)
𝑟𝑖 = {1 − }
(𝑘 − 1) 𝑘 𝑠𝑡 2

Dimana:

k = jumlah item dalam instrumen

M = mean skor total

s2i = varians total


48

4) Analisis Varians Hoyt (Anova Hoyt)

𝑀𝐾𝑒
𝑟𝑖 = 1 −
𝑀𝐾𝑠

Dimana:

MKs = mean kuadrat antara objek

MKe = mean kuadrat kesalahan

ri = reliabilitas instrumen

H. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk melihat, menyajikan, dan

mendeskripsikan karakteristik data variabel terikat yaitu hipertensi maupun

variabel bebas yaitu konsumsi garam, hiperkolesterolmia, obesitas, stress,

merokok, konsumsi kafein, konsumsi alkohol, kurang olahraga, keturunan,

dan usia yang diteliti. Penyajian data yang diolah berupa tabel distribusi

frekuensi.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan adanya

hubungan yang bermakna antara variabel terikat, yaitu hipertensi dengan

variabel bebas yaitu, konsumsi garam, hiperkolesterolmia, obesitas, stress,

merokok, konsumsi kafein, konsumsi alkohol, kurang olahraga, keturunan,

dan usia. Analisa bivariat ini menggunakan uji chi square dengan rumus:
49

(𝑂 − 𝐸)2
X2 =
𝐸

DF = (k-1)(b-1)

Dimana:

X2 = Chi square

O = nilai observasi

E = nilai ekspektasi

k = jumlah kolom

b = jumlah baris

Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana dalam

penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antar

dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai P < 0,05 artinya

terdapat hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel

independen. Namun sebaliknya, bila nilai P > 0,05 berarti tidak terdapat

hubungan yang bermakna antara variabel dependen dan variabel

independen.
50

I. Etika Penilitian

1. Penghormatan terhadap Sesama Manusia

Penghormatan terhadap sesame manusia mencakup paling tidak dua

pertimbangan etik fundamental, yakni:

a. Penghormatan terhadap Otonomi

Mengharuskan mereka yang mampu membuat pertimbangan mengenai

pilihan-pilihan pribadi mereka harus diperlakukan dengan hormat untuk

kemampuannya menentukan nasib sendiri (self-determination); dan

b. Perlindungan terhadap orang-orang dengan otonomi yanSg cacat atau

berkurang

Mewajibkan mereka yang tergantung atau rentan diberikan keamanan

terhadap kerugian atau penyalahgunaan.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas seorang peneliti harus menghormati

otonomi responden penelitiannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini

sebelum melakukan pengumpulan data dari repsonden peneliti terlebih

dahulu meminta persetujuan responden sebagai objek penelitian dengan

menandatangani informed consent yang telah disediakan oleh peneliti.

Namun, jika responden menolak untuk mengisi atau menandatangani

informed consent, maka peneliti tetap harus menghormati hak dari responden

penelitian. Serta jika responden bersedia sebagai objem penelitian, maka

peneliti harus merasahasiakan identitas responden dari pihak lain sehingga

tidak timbul kerugian bagi responden.


51

2. Kebaikan

Kebaikan mengacu pada kewajiban etik untuk memaksimalkan kebaikan dan

meminimalkan kerugian serta kesalahan. Prinsip ini melahirkan norma-

norma yang mewajibkan agar resiko penelitian menjadi wajar dalam kaitan

dengan manfaat yang diharapkan, agar rancangan penelitian tersebut baik,

serta agar peneliti kompeten baik dalam melakukan penelitian maupun

dalam menjaga kesejahteraan subyek-subyek penelitian. Kebaikan lebih

jauh melarang perlakuan yang merugikan terhadap manusia. Aspek kebaikan

ini kadangkala diekspresikan sebagai suatu prinsip terpisah, yakni non-

kejahatan (jangan merugikan).

Peneliti dalam melakukan persiapan sebelum penelitian ini, sudah mengkaji

ulang terkait proses pengumpulan data dari responden sehingga seminimal

mungkin menghindari dari tindakan yang merugikan bagi kesejahteraan

responden.

3. Keadilan

Keadilan merujuk pada kewajiban etik untuk memperlakukan setiap orang

sesuai dengan apa yang benar dan layak secara moral, untuk memberikan

kepada setiap orang apa yang layak baginya. Dalam etika penelitian yang

melibatkan subyek manusia, prinsip tersebut merujuk terutama pada

keadilan distributif, yang mewajibkan distribusi yang setara dalam hal beban

dan manfaat dari partisipasi dalam penelitian. Perbedaan dalam distribusi

beban dan manfaat hanya dapat dibenarkan jika hal-hal tersebut didasarkan
52

pada pembedaan yang relevan secara moral antara orangorang. Salah satu

pembedaan tersebut adalah kerentanan.

Kerentanan merujuk pada ketidakmampuan mendasar untuk melindungi

kepentingannya sendiri karena rintangan-rintangan seperti kurangnya

kemampuan untuk memberikan informed consent, kurangnya cara-cara

alternatif untuk memperoleh perawatan medis atau kebutuhan mahal

lainnya, atau karena menjadi anggota muda atau bawahan dari suatu

kelompok hierarki. Dengan demikian, ketetapan-ketetapan khusus harus

dibuat untuk melindungi hak-hak dan kesejahteraan dari orang-orang yang

rentan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memberlakukan semua responden

penelitian secara adil tanpa membedakan antar suku, ras, agama, dan

antargolongan.

Anda mungkin juga menyukai