Anda di halaman 1dari 31

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Penelitian kerja

Penelitian kerja adalah sebagai pengganti istilah penelitian waktu dan

gerak Bermaksud untuk mempelajari secara sisitematis mengenai cara atau

metode dan waktu yg diperlukan oleh manusia/mesin, dengan jalan melakukan

pengamatan secara teliti terhadap suatu kerja.Penelitian kerja adalah penelitian

efisiensi. Penelitian ini mencakup pengukuran waktu dan membuang

pemborosan dalam sistem kerja. Penelitian kerja adalah pemeriksaan yang

terstruktur mengenai pekerjaan, dengan memperhatikan semua aspek yang

dapat mempengaruhi efisiensi kinerja. Dari sini dibuatlah solusi untuk

menghemat waktu dan uang.

Ada dua sisi dari penelitian kerja – penelitian cara kerja (method study)

dan pengukuran kerja (work measurement). Kalau digunakan dengan benar

keduanya dapat membantu manajer untuk menggunakan sumberdaya sebaik-

baiknya untuk mencapai tujuan perusahaan. Walaupun proses pengamatan,

analisis, pengukuran dan pencatatannya dilakukan selama kegiatan itu

dijalankan, bisa saja ini dilakukan untuk merancang suatu pekerjaan sebelum

dilaksanakan.Penelitian kerja mudah untuk dipelajari, dan dapat diterapkan

pada banyak situasi. Namun demikian ada bahayanya untuk langsung

menerima saja solusi pertama, dan tidak mau menunggu sampai adanya solusi

yang paling efektif yang seringkali memerlukan waktu lebih lama lagi.

Pekerjaan ringan dan bervariasi tidak memerlukan waktu tambahan

untuk menghilangkan capai atau untuk beristirahat. Pekerjaan fisik yang berat

(atau pekerjaan yang dilakukan dalam kondisi yang sulit, misalnya dalam

Modul I - 5
ruangan yang sangat panas) mungkin memerlukan waktu tambahan untuk

beristirahat. Pengamat harus memasukkan waktu tambahan ini dalam penelitian

pengukuran kerja (disebut allowance time).

Keberadaan orang yang melaksanakan penelitian ditempat kerja akan

mempengaruhi situasi kerja. Kalau seorang pekerja sadar dirinya diamati,

dicatat, dinilai atau dianalisa, mereka akan merubah perilakunya, misalnya

dengan mempercepat cara kerjanya selama penelitian itu berlangsung.

Hal ini akan mempengaruhi persepsi analis mengenai berapa waktu

yang ‘benar’ untuk melaksanakan suatu pekerjaan atau bahkan mungkin akan

menimbulkan kesalahan. Prosesnya dapat diikuti apa adanya. Walaupun

seorang analis dapat memperhitungkan waktu tambahan yang timbul karena

‘pengaruh pengamat’ ia hanya dapat melihat pengaruhnya dalam bentuk waktu

dan pola kerja. Penelitian kerja membutuhkan interaksi di antara pekerja dan

analis, tanpa mempengaruhi hasilnya. Wawancara dan pengamatan selalu

subyektif sifatnya. Cara-cara yang berbeda yang diperlukan dalam pengukuran

kerja dan penelitian cara kerja berarti perusahaan memerlukan dua orang untuk

melakukan penelitian itu. Biasanya lebih sulit untuk melakukan pengukuran

pekerjaan yang terutama menggunakan ‘kemampuan otak’ dibandingkan

dengan pekerjaan fisik bagaimana anda menentukan waktu istirahat yang

diperlukan? Bagaimana anda mengukur berkurangnya konsentrasi?

Penelitian kerja tidak pernah sepenuhnya bersifat analitis, karena

setiap orang akan menilai suatu situasi dengan membawa kekuatan dan

kelemahannya sendiri; mereka akan memilih sejumlah fakta tergantung pada

latar belakang pendidikannya.

Modul I - 6
Mereka yang diamati juga harus mempunyai pengalaman yang cukup

dalam pekerjaan yang dilakukannya. Dalam penelitian kerja, pengamat

biasanya akan menilai pekerja berdasarkan suatu ‘standar’ kinerja yang

dipercayainya sendiri.

Penelitian kerja adalah proses kegiatan mengumpulkan informasi,

khususnya melalui metode kerja dan pengukuran kerja, yg digunakan dalam

pengamatan pekerjaan manusia dalam segala seginya.

Prosedur penelitian kerja:

1. pilih pekerjaan atau proses yg akan diteliti

2. catat dengan pengamatan langsung

3. kaji fakta yg tercatat tadi secara kritis

4. temukan metode yg paling tepat dengan suasana yg ada

5. ukur kualitas pekerjaan dengan metode baru tadi dan hitung waktu standar

pengerjaannya

6. rumuskan metode baru tersebut

7. Menetapkan dan lakukan metode itu sebagai standar kerja.

8. pelihara standar kerja baru itu dgn prosedur pengendalian yg tepat.

2.2 Pengertian Pengukuran Cara Kerja

Pengukuran Cara Kerja Merupakan penaksiran waktu yang akan

digunakan dalam suatu pekerjaan. Penelitian kerja adalah penelitian efisiensi.

Penelitian ini mencakup pengukuran waktu dan membuang pemborosan dalam

sistem kerja. Penelitian kerja adalah pemeriksaan yang terstruktur mengenai

pekerjaan, dengan memperhatikan semua aspek yang dapat mempengaruhi

efisiensi kinerja. Dari sini dibuatlah solusi untuk menghemat waktu dan uang.

Modul I - 7
Pengukuran waktu kerja berhubungan dengan usaha-usaha untuk menetapkan

waku baktu yang dibutuhkan guna menyelesaikan suau pekerjaan. Secara

singkat pengukuran kerja adalah metode penetapan keseimbangan antara

kegiatan manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang dihasilkan.

Waku baku sangat diperlukan terutama sekali untuk :

a. Man power planning (Perencanaan kebutuhan tenaga kerja)

b. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan/pekerja

c. Penjadwalan produksi dan penganggaran

d. Perencanaan system pemberian bonus dan insentif karyawan/pekerja yang

berprestasi.

e. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan seorang pekerja

Pada garis besarnya teknik-teknik pengukuran waktu kerja dibagi

keadalam dua bagian, yaitu pengukuran waktu secara langsung dan

pengukuran waktu secara tidak langsung. Sebaliknya cara tidak langsung

melakukan perhitungan waktu kerja tanpa sipengamat haru ditempat

pekerjaan yang diukur. Disini yang dilakukan hanya melakukan perhitungan

waktu kerja dengan membaca table-tabel waktu yang tersedia asalkan

mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen pekerjaan atau

elemen-elemen gerakan. Cara ini bisa dilakukan dengan aktivitas data waktu

baku (standar data) dan data waktu gerakan (predetermined time system).

1. Langkah-langkah pengukuran cara kerja

Pengukuran kerja mencakup masalah-masalah yang ‘tertutup’

(jelas batasannya) dan bertujuan untuk mencari solusi atas masalah itu.

Ini merupakan proses yang lebih terstruktur, tidak menyediakan peluang

untuk dipengaruhi oleh si pengamat, fakta dan informasi yang akan

Modul I - 8
digunakan oleh para analis dapat diusahakan sebelum penelitian itu

dilaksanakan.

Penelitian ini menuntut perhatian pada hal-hal kecil, dan

pencatatan yang akurat atas hasil observasinya. Kerja dibagi dalam

rangkaian tugas. Tugas-tugas ini juga dibagi-bagi ke dalam bagian yang

lebih kecil. Kemudian bagian terkecil dari pekerjaan ini dianalisa dan

diukur secara terpisah satu dengan lainnya, kemudian disatukan kembali.

Pengukuran dapat dilakukan dengan stop watch, tetapi pekerjaan

yang diukur harus jelas saat mulai dan saat selesainya sehingga anda

tahu apa yang harus diukur. Pekerja yang diamati harus diberitahu

mengenai penelitian ini dan dijelaskan apa maksudnya.

Analisa harus berada pada suatu tempat di mana mereka dapat

melihat prosesnya secara jelas tanpa mengganggu pekerja yang

melakukan pekerjaannya. Kalau mereka menjalankan prosedurnya

dengan baik, mereka akan menganggap prosesnya tidak efisien dan harus

dilakukan penelitian cara kerja (walaupun pengukuran waktu tetap harus

dilakukan sampai cara kerjanya dirubah).

Pekerjaan yang diukur harus dibagi-bagi ke dalam bagian yang terkecil

dan masing-masing mempunyai saat yang jelas untuk mengetahui kapan

mulai dan kapan selesainya.

2. Manfaat pengukuran kerja

1. Untuk penjadwalan

2. Menjaga keseimbangan proses

3. Menetapkan tingkat penggunaan tenaga kerja

4. Perbandingan efisiensi

Modul I - 9
5. Dasar untuk pembuatan anggaran dan pengendalian biaya

6. Demperkirakan biaya dan beban kerja

7. Rencana pemberian insentif

2.3 Pengukuran Waktu Kerja

Usaha untuk menentukan lama kerja yang dibutuhkanSeorang operator

(terlatih dan qualified) dalamMenyelesaikan suatu pekerjaan yg spesifik pada

tingkatkecepatan kerja yg normal dlm lingkungan kerja yg terbaik.Pengukuran

waktu yang dilakukan terhadap beberapa Alternatif system kerja, maka yang

terbaik dilihatDari waktu penyelesaian tersingkat Pengukuran waktu juga

ditujukan untuk mendapatkan Waktu baku penyelesaian pekerjaan, yaitu waktu

yang dibutuhkan secara wajar, dan normal. Dalam situasi pengukuran kerja

aktual, penting untuk membandingkan citra mental “kinerja normal” dengan

prestasi yang diobservasi . Peringkat ini ikut dimasukkan dalam perhitungan

standar kinerja sebagai satu faktor dan standar akhirnya tidak mungkin lebih

akurat daripada pemeringkatannya.

Sistem pengukuran kerja praktis mencakup :

1. Pengukuran waktu aktual yang diobservasi

2. Penyesuaian waktu yang diobservasi untuk memperoleh “waktu normal”

melalui pemeringkatan kerja.

2.3.1 Waktu Baku

Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang

pekerja yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata umtuk

menyelesaikan suatu pekerjaan. Disini sudah meliputi kelonggaran

pekerjaan yang harus diselesaikan dalam pengukuran kerja ini bisa

digunakan berbagai alat untuk membuat rencana penjadwalan kerja

Modul I - 10
yang dapat menyatakan berapa lama suatu pekerjaan harus

berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta berapa jumlah

tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Disisi lain dengan adanya waktu baku yang sudah ditetapkan ini akan

dapat pula ditentukan upah atau intensif bonus yang akan dibayar sesuai

performans yang ditunjukkan oleh pekerja.Ada dua cara untuk

menentukan waktu baku antara lain :

a. Cara langsung

Cara langsung adalah suatu cara untuk menentukan waktu baku di

mana pengamatan data-data yang diperlukan langsung dilakukan di

tempat berlangsungnya suatu aktivitas atau pekerjaan yang akan

ditemukan waktu bakunya.

b. Cara tak langsung

Cara tak langsung adalah suatu cara untuk menentukan waktu baku

yang data-datanya tidak langsung dilakukan di tempat

berlangsungnya aktivitas/perkerjaan tetapi cukup menggunakan

data-data masa lampau yang telah dibukukan untuk pekerjaan-

pekerjaan yang sejenis.

Cara ini dapat dibagi dua cara, yaitu :

a. Pengukuran waktu data waktu baku

b. Pengukuran data waktu gerakan

c. Perhitungan waktu baku

Cara untuk mendapatkan waktu baku dari data yang terkumpul

adalah sebagai berikut:

a. Hitung siklus rata-rata dengan rumus ;

Modul I - 11
b. Hitung Waktu Normal

Wn = Ws x p ………………………………………..................(2.1)

P = faktor penyesuaian

I = siklus rata-rata normal, p1 untuk bekerjanya terlalu lambat

atau sebaliknya.

c. Hitung waktu baku

Wb = Wn = ( Wn x 1 …………………………………………...(2.2)
)
Dimana 1 adalah kelonggaran atau allowance yang diberikan

kepada pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping

waktu normal.

2.4 Peringkat Kinerja Operator

2.4.1 Performance Rating

Performance Rating adalah aktifitas untuk menilai dan mengevaluasi

kecepatan operator untuk menyelesaikan produknya. Tujuan dari

performance rating adalah untuk menormalkan waktu kerja yang

disebabkan oleh ketidakwajaran. Perancangan sistem kerja menghasilkan

beberapa alternatif sehingga harus dipilih alternatif terbaik. Pemilihan

alternatif rancangan sistem kerja ini harus berlandaskan 4 kriteria utama,

yaitu: kriteria waktu, kriteria fisik, kriteria psikis,dan kriteria sosiologis.

Berdasarkan ke-4 kriteria tersebut suatu sistem kerja dipandang terbaik

jika memberikan waktu penyelesaian pekerjaan dengan wajar dan normal

serta menggunakan tenaga fisik paling ringan, sehingga memberi dampak

psikis dan sosiologis paling rendah. Pengukuran waktu pada dasarnya

merupakan suatu usaha untuk menentukan lamanya waktu kerja. Untuk

menyelesaikan suatu pekerjaan yang spesifik dibutuhkan oleh seorang

Modul I - 12
operator normal (sudah terlatih). Bekerja dalam taraf yang wajar dalam

suatu sistem kerja yang terbaik (baku) pada saat itu. Secara umum,

teknik-teknik pengukuran waktu kerja dapat dikelompokkan atas:

1. Secara langsung

a. Pengukuran waktu dengan jam henti.

b. Sampling pekerjaan.

2. Secara tidak langsung

a. Data waktu baku.

b. Data waktu gerakan, terdiri dari :Work Factor, Maynard Operation

Sequence Time (MOST), Motion Time Measurement (MTM), Basic

Motion Time (BMT). (Sutalaksana,1979).

Teknik-teknik pengukuran kerja secara langsung dan tidak langsung

memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan antara lain:

1. Pengukuran secara langsung:

a. Kelebihan: praktis, mencatat waktu saja tanpa harus

menggunakan pekerjaan kedalam elemen-elemen

pekerjaannya.

b. Kekurangannya: Membutuhkan waktu lebih lama dan biaya

lebih mahal.

2. Pengukuran secara tidak langsung:

a. Kelebihan: waktu relatif singkat, tanpa mencatat elemen-

elemen gerakan pekerja satu persatu, biaya lebih murah,

kemampuan memprediksi suatu penyelesaian pekerjaan.

Modul I - 13
b. Kekurangan: belum ada tabel data waktu gerakan yang

menyeluruh, tabel yang digunakan adalah untuk orang eropa,

dan dibutuhkan ketelitian yang tinggi.

Dalam sistem kerja dengan karakteristik aktivitas kerja yang

homogen, terdapat produk nyata yang dapat dinyatakan secara

kuantitatif. Pengukuran langsung biasanya menggunakan metoda jam-

henti. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengukuran waktu

dengan metoda jam-henti, melakukan pemilihan elemen operasi yang

mencakup paling tidak 7 prinsip pemilihan elemen operasi.

2.4.2 Langkah-langkah sebelum melakukan pengukuran

Sebelum melakukan suatu pengukuran,terdapat langkah-

langkah yang digunakan yang bertujuan untuk mendapatkan hasil

yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan maka tidak cukup

sekedar melakukan beberapa kali pengukuran dengan menggunakan

jam henti atau jam biasa. Banyak faktor yang harus diperhatikan agar

akhirnya dapat diperoleh waktu yang pantas untuk pekerjaaan yang

bersangkutan seperti yang berhubungan dengan kondisi kerja, cara

pengukuran, jumlah pengukuran dan lain-lainnya. Di bawah ini adalah

sebagian langkah yang perlu diikuti agar maksud di atas dapat

tercapai (Sutalaksana, 1979).

a. Penetapan Tujuan Pengukuran.

Adalah untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat

ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil

pengukuran.

Modul I - 14
b. Melakukan Penelitian Pendahuluan Adalah untuk mempelajari

kondisi kerja dan cara kerja sehingga diperoleh usaha perbaikan,

membakukan secara tertulis sistem kerja yang dianggap baik,

dan operator memerlukan pegangan baku.

c. Memilih Operator.

Adalah agar operator dapat berkemampuan normal dan dapat

diajak bekerja sama.

d. Melatih Operator.

e. Mengurai Pekerjaan Atas Elemen Pekerjaan

Tujuannya adalah untuk menjelaskan catatan tentang tata cara

kerja yang dibakukan, memungkinkan melakukan penyesuaian

bagi setiap elemen. Memudahkan mengamati terjadinya elemen

yang tidak baku yang mungkin dilakukan pekerja, dan

mengembangkan data waktu baku standar setiap tempat kerja

yang bersangkutan.

f. Menyiapkan Alat-Alat Pengukuran

Alat-alat yang digunakan antara lain: jam henti (stopwatch),

lembar pengamatan, alat tulis, papan pengamatan.(Proceeding

Seminar Nasional Ergonomi, 1996)

2.4.3 Melakukan Pengukuran Waktu

Dalam melakukan pengukuran waktu hal pertama yang dilakukan

adalah melakukan pengukuran pendahuluan. Tujuan dari pengukuran

pendahuluan adalah untuk mengetahui berapa kali pengukuran harus

dilakukan untuk tingkat-tingkat ketelitian dan keyakinan yang diinginkan.

Kemudian mencatat semua data yang didapat, yang dilanjutkan dengan

Modul I - 15
proses perhitungan data. Adapun Rumus-rumus yang digunakan adalah

sebagai berikut.

a. Nilai rata-rata

x
x i ...................................................................................( 2.3)
k
b. Standar deviasi

 x 
2
x ……………………………………………………………………....(2.4)

i

n 1

c. Standar deviasi dari distribusi harga rata-rata

 ……………………………………………………………………..…..…(2.5)
x 
n
d. Batas Kontrol Atas (BKA) dan Batas Kontrol Bawah (BKB)

BKA  x  3 x
……………………………………………….…………….….(2.6)
BKB  x  3 x

2.5.4 Tingkat Ketelitian, Tingkat Keyakinan dan Pengujian Keseragaman

Data

a) Tingkat Ketelitian adalah penyimpangan maksimum hasil dari

waktu penyelesaian sebenarnya. Tingkat Keyakinan adalah

besarnya keyakinan pengukur bahwa hasil yang diperoleh

memenuhi syarat ketelitian.

Modul I - 16
Contoh, tingkat ketelitian 10% dan tingkat keyakinan 95% memiliki

arti bahwa pengukur membolehkan rata-rata hasil pengukurannya

menyimpang sejauh 10% dari rata-rata sebenarnya, dan

kemungkinan berhasil mendapatkan hal ini adalah 95%. Pengaruh

dari tingkat keyakinan dan ketelitian terhadap jumlah pengukuran

adalah semakin tinggi tingkat ketelitian dan semakin besar tingkat

keyakinan, semakin banyak pengukuran yang diperlukan.

b) Tes Keseragaman Data

Tes keseragaman data perlu kita lakukan dahulu sebelum kita

menggunakan data guna mendapatkan suatu standart. Tes

keseragaman data biasa dilakukan cara visual atau

mengaplikasikan peta control.

Tes keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana,

mudah dan tepat. Disini kita hanya sekedar melihat data yang

terkumpul dan seterusnya mengidentifikasikan data yang terlalu

besar atau terlalu kecil dan jauh menyimpan dari trend rata-

ratanya. Data yang terlalu eksrtim ini sewajarnya kita buang jauh-

jauh dan tidak dimasukkan dalam perhiungan selanjutnya.

Misalnya pengukuran yang telah dilakukandan hasil 16 data,

kelompokkan ke 16 data tersebut dalam sub group yang kemudian

dilakukan langkah-langkah dai pengukuran sebagai berikut :

a.Menghitung harga rata-rata dari rata-rata setiap sub group.

Xi Xi
X  atau X  ……………………….…(2.7)
N K

Modul I - 17
Dimana :

X = harga rata-rata dari group ke-1

N = banyaknya data

K = banyaknya sub group yang terjadi

b.Menghitung standar deviasi sebenarnya dari waktu penyelesaian

dengan :

( Xi  X ) 2
 ……………………………………………………..………….(2.8)
N 1

Dimana:

N=Jumlah pengamatan pendahuluan yang telah dilakukan

X = Waktu penyelesaian yang diambil dai pengukuran yang telah

dilakukan.

c.Menghitung standar deviasi


x  …………………………………………………………………………….(2.9)
n
Peta Kontrol adalah suatu alat yang tepat dan dalam mengetes

keseragaman data dari hasil pengamatan X untuk setiap group

data apabila diplotkan dalam peta akan dilihat sebagai berikut :

Batas kontrol atas dan kontrol bahwa untuk group data bisa dicari

dengan formulasi berikut :


BKA = X + 2 x
………………………………………………..……..(2.10)

BKB = X - 2 x

Test Kecukupan Data dan Tes Kenormalan Data

Modul I - 18
Untuk menghitung test kecukupan data digunakan rumus sebagai

berikut dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 10%

dimana N merupakan jumlah syarat pengamatan yang telah

dilakukan, maka rumusnya adalah:

Syarat Nˈ˂N data cukup

2
K N ( x 2 )  ( x) 2 
Nˈ   ……………………………………….………..(2.11)
’ S
 x 
 

Dimana : N’ = jumlah data yang diperlukan

Test kecukupan data ini dimaksudkan untuk melihat apakah data

yang diperoleh dari pengukuran lebih kecil daripada pengukuran yang

telah dilakukan. Bila nilai dari hasil pengujian dan test kecukupan

data, dimana N lebih besar dari N maka data dinamakan cukup.

2.5.5 Perhitungan Waktu Baku

Setelah proses pengukuran selesai, langkah selanjutnya adalah

mengolah data tersebut sehingga memberikan waktu baku. Cara untuk

mendapatkan waktu baku adalah sebagai berikut:

1. Hitung Waktu siklus rata-rata (Ws)

Waktu siklus adalah Waktu penyelesaian satu satuan produksi mulai

dari bahan baku atau mulai diproses di tempat kerja yang

bersangkutan. Rumus yang digunakan adalah:

Ws 
 Xi ……………………………………………………………….…(2.12)
N

Modul I - 19
Dimana :

N = jumlah pengukuran

Xi = nilai aktual teramati

2. Hitung Waktu normal (Wn)

Waktu normal adalah waktu penyelesaian pekerjaan yang

diselesaikan oleh pekerja dalam kondsi wajar dan kemampuan rata-

rata.

Rumus yang digunakan adalah:

Wn  Ws  p …………………………………………………………………….…..….(2.13)

Dimana p = faktor penyesuaian, Adapun pembagian faktor

penyesuaian, yaitu :

a. p = 1 / p = 100% berarti bekerja normal

b. p > 1 / p > 100% berarti bekerja cepat

c. p < 1 / p < 100% berarti bekerja lambat

3. Hitung Waktu baku (Wb)

Waktu baku adalah waktu penyelesaian yang dibutuhkan secara

wajar oleh pekerja normal untuk menyelesaikan pekerjaannya yang

dikerjakan dalam sistem kerja terbaik pada saat itu. Rumus yang

digunakan adalah:

Wb  Wn  l ………………………………………………………………………..……..(2.14)

Dimana l = kelonggaran atau allowance yang diberikan kepada

pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal.

Adapun manfaat dari waktu baku, antara lain: Man Power Planning,

Modul I - 20
estimasi biaya-biaya untuk upah kerja, penjadwalan produksi dan

penganggaran, indikasi keluaran untuk mampu dihasilkan oleh

pekerja, perencanaan sistem pemberian bonus dan intestif bagi

pekerja yang berprestasi. (Proceeding Seminar Nasional Ergonomi,

1996).

4. Penyesuaian

Penyesuaian adalah kegiatan evaluasi kecepatan dan performance kerja

operator pada saat pengukuran kerja berlangsung merupakan bagian

yang paling sulit dan penting dalam pengukuran kerja.

Cara-cara menentukan faktor penyesuaian sebagai berikut:

a. Persentase

Dalam cara ini besar faktor penyesuaian sepenuhnya

ditentukan oleh pengukur melalui pengamatannya selama melakukan

pengukurannormal bila harga ini dikalikan dengan waktu siklus.

b. Shumard

Shumard memberikan patokan-patokan penilaian melalui

kelas-kelas performance kerja dimana setiap kelas mempunyai nilai

masing-masing. Disini pengukur diberi patokan untuk menilai

performance kerja operator menurut kelas-kelas Superfast, Fast+,

Fast, Fast-, Excellent dan seterusnya.

c. Westinghouse

Westinghouse mengerahkan penilaian pada 4 faktor yang

dianggap menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja

yaitu:

Modul I - 21
a. Keterampilan adalah sebagai kemampuan mengikuti cara kerja

yang ditetapkan.

b. Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan

operator ketika melakukan pekerjaannya.

c. Kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungan seperti keadaan

pencahayaan, temperatur dan kebisingan ruangan.

d. Konsistensi adalah waktu penyelesaian yang selalu tetap dari satu

waktu ke waktu lain.

d. Cara Objektif

Cara ini memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan

tingkat kesulitan pekerjaan. Kecepatan kerja adalah kecepatan dalam

melakukan pekerjaan dalam pengertian biasa. Untuk kesulitan kerja

disediakan tabel yang menunjukkan berbagai kesulitan kerja.

e. Cara Bedaux

Pada dasarnya cara Bedaux tidak banyak berbeda dengan cara

Shumard, hanya berbeda pada nilai-nilai dinyatakan dalam “B”.

f. Cara Sintesis

Dalam cara waktu penyelesaian setiap elemen gerakan

dibandingkan dengan harga-harga yang diperoleh dari tabel-tabel

data-data waktu gerakan untuk kemudian dihitung harga rata-ratanya.

(Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, 1996).

2.5.7 Kelonggaran

Kelonggaran adalah waktu yang diberikan kepada pekerja untuk

menyelesaikan pekerjaannya disamping waktu normal. Misalnya istirahat,

kekamar kecil, meminta bantuan dan sebagainya.

Modul I - 22
Kelonggaran dibagi menjadi 4 bagian yaitu: (Sutalaksana, 1979).

a. Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi.

b. Kelonggaran untuk menghilangkan fatique.

c. Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tak terhindarkan.

d. Kelonggaran dalam perhitungan waktu bebas.

2.5.8 Skill and Effort Rating

Sistem yang diperkenalkan oleh Bedaux ini berdasarkan

pengukuran kerja dan waktu baku angka “Bs”. Prosedur pengukuran

kerja rating terhadap kecakapan (skill) dan usaha – usaha yang

ditunjukkan operator pada saat bekerja, disamping juga

mempertimbangkan kelonggaran (allowances) waktu lainnya. Bedaux

menetapkan angka 60 Bs sebagaiperformance standard yang harus

dicapai oleh seorang operator dan pemberian intensif dilakukan pada

tempo kerja rata – rata sekitar 70 sampai 85 Bs per jam.

2.5.9 Performance Rating atau Speed Rating

Penetapan rating didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu

operator speed, space atau tempo. Nilai performance rating biasanya

dinyatakan dalam prosentase atau angka desimal dimana performance

kerja normal akan sama dengan 100 % atau 1.00. Nilai performance

rating selanjutnya digunakan untuk menentukan waktu normal dari waktu

pengamatan.

2.6 Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan

kinerja karyawan. Karena Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung

terhadap karyawan didalam menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan

Modul I - 23
meningkatkan kinerja oragnisasi. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik

apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman,

dan nyaman. Oleh karena itu penentuan dan penciptaan lingkungan kerja yang

baik akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.

Sebaliknya apabila lingkungan kerja yang tidak baik akan dapat menurunkan

motivasi serta semangat kerja dan akhirnya dapat menurunkan kinerja

karyawan.

Kondisi dan suasana lingkungan kerja yang baik akan dapat tercipta

dengan adanya penyusunan organisasi secara baik dan benar sebagaimana

yang dikatakan oleh Sarwoto ( 1991 ) bahwa suasana kerja yang baik dihasilkan

terutama dalam organisasi yang tersusun secara baik, sedangkan suasana kerja

yang kurang baik banyak ditimbulkan oleh organisasi yang tidak tersusun

dengan baik pula. Dari pendapat tersebut dapat diterangkan bahwa terciptanya

suasana kerja sangat dipengaruhi oleh struktur organisasi yang ada dalam

organisasi tersebut.

Menurut Sedarmayanti ( 2001 ) menyatakan bahwa secara garis besar,

jenis lingkungan kerja terbagi menjadi 2 yaitu:

1. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang

terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik

secara langsung maupun secara tidak langsung ( Sedarmayanti, 2001 ).

Menurut Komarudin ( 2002 ) Lingkungan kerja fisik adalah keseluruhan atau

setiap aspek dari gejala fisik dan sosial - kultural yang mengelilingi atau

mempengaruhi individu. Menurut Alex S. Nitisemito ( 2002 )

Modul I - 24
Lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para

pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas - tugas

yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan,

kebersihan, musik dan lain-lain.

Berdasarkan definisi tersebut bahwa lingkungan kerja fisik adalah

segala sesuatu yang ada di sekitar tempat kerja karyawan lebih banyak

berfokus pada benda – benda dan situasi sekitar tempat kerja sehingga dapat

mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya, Masalah lingkungan

kerja dalam suatu organisasi sangat penting, dalam hal ini diperlukan adanya

pengaturan maupun penataan faktor - faktor lingkungan kerja fisik dalam

penyelenggaraan aktivitas organisasi.

Faktor - faktor lingkungan kerja fisik adalah sebagai berikut:

1. Pewarnaan

Masalah warna dapat berpengaruh terhadap karyawan didalam

melaksanakan pekerjaan, akan tetapi banyak perusahaan yang kurang

memperhatikan masalah warna. Dengan demikian pengaturan hendaknya

memberi manfaat, sehingga dapat meningkatkan semangat kerja

karyawan. Pewarnaan pada dinding ruang kerja hendaknya

mempergunakan warna yang lembut.

2. Penerangan

Penerangan dalam ruang kerja karyawan memegang peranan yang

sangat penting dalam meningkatkan semangat karyawan sehingga mereka

akan dapat menunjukkan hasil kerja yang baik, yang berarti bahwa

penerangan tempat kerja yang cukup sangat membantu berhasilnya

kegiatan-kegiatan operasional organisasi.

Modul I - 25
3. Udara

Di dalam ruangan kerja karyawan dibutuhkan udara yang cukup,

dimana dengan adanya pertukaran udara yang cukup, akan menyebabkan

kesegaran fisik dari karyawan tersebut. Suhu udara yang terlalu panas

akan menurunkan semangat kerja karyawan di dalam melaksanakan

pekerjaan.

4.Suara bising

Kebisingan bisa diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan atau

suara keras yang tidak menyenagkan atau tidak terduga. Kebisingan

berasal dari kegiatan manusia seperti penggunaan alat transportasi dan

aktifitas industri. Dampak dari kebisingan ini bukan hanya pada kota –

kota besar tetapi kota kecil dan desa yang lokasinya di dekat tempat

industri juga ikut terpengaruh. Masalah ini semakin lama menjadi semakin

besar akan tetapi masalah ini kurang mendapat perhatian bahakan di

negara maju sekalipun. Meskipun polusi bisa menjadi pembunuh bagi

manusia akan tetapi usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah

ini sangatlah sedikit. Kebisingan bisa mempengaruhi kesehatan manusia

seperti menyebabkan hipertensi, menggagu tidur dan bisa menghambat

kemampuan kognitif pada anak – anak. Bahkan yang paling parah bisa

menyebabkan ganguan pada memori atau gangguan kejiwaaan. Masalah

ini suadah tersebar hampir di seluruh dunia salah satu contoh India. Di

India masalah ini sudah menyebar luas. Beberapa studi melaporkan

tingkat kebisingan di kota metropolitan sudah melebihi batas standar yang

mengakibatkan para penduduk menjadi tuli dan studi yang dilakukan oleh

Modul I - 26
Sigh dan Mahajan di kalkuta dan dehli menemukan tingkat kebisingan di

kota itu mencapai 95dB padahal ambang batas hanya 45dB.

Suara yang bunyi bisa sangat menganggu para karyawan dalam

bekerja. Suara bising tersebut dapat merusak konsentrasi kerja karyawan

sehingga kinerja karyawan bisa menjadi tidak optimal. Oleh karena itu

setiap organisasi harus selalu berusaha untuk menghilangkan suara bising

tersebut atau paling tidak menekannya untuk memperkecil suara bising

tersebut. Kemampuan organisasi didalam menyediakan dana untuk

keperluan pengendalian suara bising tersebut, juga merupakan salah satu

faktor yang menentukan pilihan cara pengendalian suara bising dalam

suatu organisasi.

1. Ruang Gerak

suatu organisasi sebaiknya karyawan yang bekerja mendapat

tempat yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas.

Karyawan tidak mungkin dapat bekerja dengan tenang dan maksimal

jika tempat yang tersedia tidak dapat memberikan kenyamanan.

Dengan demikian ruang gerak untuk tempat karyawan bekerja

seharusnya direncanakan terlebih dahulu agar para karyawan tidak

terganggu di dalam melaksanakan pekerjaan disamping itu juga

perusahaan harus dapat menghindari dari pemborosan dan menekan

pengeluaran biaya yang banyak.

2. Keamanan

Rasa aman bagi karyawan sangat berpengaruh terhadap

semangat kerja dan kinerja karyawan. Di sini yang dimaksud dengan

keamanan yaitu keamanan yang dapat dimasukkan ke dalam

Modul I - 27
lingkungan kerja fisik. Jika di tempat kerja tidak aman karyawan

tersebut akan menjadi gelisah, tidak bisa berkonsentrasi dengan

pekerjaannya serta semangat kerja karyawan tersebut akan

mengalami penurunan. Oleh karena itu sebaiknya suatu organisasi

terus berusaha untuk menciptakan dan mempertahankan suatu

keadaan dan suasana aman tersebut sehingga karyawan merasa

senang dan nyaman dalam bekerja.

3. Kebersihan

Lingkungan kerja yang bersih akan menciptakan keadaan

disekitarnya menjadi sehat. Oleh karena itu setiap organisasi

hendaknya selalu menjaga kebersihan lingkungan kerja. Dengan

adanya lingkungan yang bersih karyawan akan merasa senang

sehingga kinerja karyawan akan meningkat.

2.7 Pengukuran Kerja

Untuk menyelesaikan pekerjaan, banyak cara yang digunakan, cara

yang berbeda-beda tersebut pada akhirnya akan memberikan hasil yang

berbeda pula dan untuk memperoleh cara yang terbaik dilakukakan metode

pemilihan alternatif cara kerja. Berdasrkan hal tersebut maka timbul ide untuk

melakukan penelitian cara kerja.

Pengukuran kerja adalah merupakan metode penetapan keseimbangan

antara jalur manusia yang dikontribusikan dengan unit output yang

dihasilkan. Pengukuran dari waktu kerja ini sangat berhubungan dengan

usaha-usaha untuk menetapkan hal waktu baku yang dibutuhkan guna dapat

menyelesaikan suatu pekerjaan.

Waktu baku sangat diperlukan,terutama sekali untuk:

Modul I - 28
1. Man power planning (perencanaan kebutuhan tenaga kerja).

2. Estimasi biaya-biaya untuk upah karyawan.

3. Penjadwalan produksi dan penganggarannya.

4. Perencanaan sistem pemberian bonus yang intensif bagi karyawan yang

berprestasi.

5. Indikasi keluaran (output) yang mampu dihasilkan oleh pekerja.

Waktu baku merupakan waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja

yang memiliki tingkat kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu

pekerjaan. Disini sudah meliputi kelonggaran pekerjaan yang harus

diselesaikan dalam pengukuran kerja ini bisa digunakan berbagai alat untuk

membuat rencana penjadwalan kerja yang dapat menyatakan berapa lama

suatu pekerjaan harus berlangsung dan berapa output yang dihasilkan serta

berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menyelesaikan

pekerjaan tersebut. Disisi lain dengan adanya waktu baku yang sudah

ditetapkan ini akan dapat pula ditentukan upah atau intensif bonus yang akan

dibayar sesuai performa yang ditujukan oleh pekerja.

Pada garis besarnya, teknik-teknik pengukuran waktu kerja ini dapat

dibagi atau dikelompokan dalam dua hal, yaitu pengukuran waktu kerja

secara langsung dan secara tidak langsung. Cara pertama disebut demikian

karena pengukurannya dilakukan secara langsung yaitu ditempat dimana

pekerjaan diukur dan dijalankan, termasuk didalam hal ini dengan

menggunakan stop watch dan sampling kerja. Aktifitas yang dilakukan yaitu

perhitungan waktu kerja tanpa pengamat ada ditempat kerja. Melakukan

proses perhitungan melihat tabel-tabel waktu yang tersedia asalkan

mengetahui jalannya pekerjaan melalui elemen-elemen gerakan. Cara ini

Modul I - 29
bisa dilakukan dalam suatu aktivitas data waktu baku atau standar data dan

data gerakan.

Pengukuran untuk kerja secara langsung, terutama pengukuran

dengan jam henti adalah merupakan aktivitas yang diawali dan menjadi

landasan untuk kegiatan proses pengukuran kerja yang lain.

2.7.1 Pengukuran Alat Kerja Dengan Jam Henti

Pengukuran waktu kerja dengan jam henti pertama kali

diperkenalkan oleh Frederick W.Taylor sekitar abad 19 yang lalu.

Dimana pada pengukuran waktu ini menggunakan jam henti sebagai

alat utamanya. Cara ini tampaknya merupakan cara yang paling banyak

dikenal,dan karenanya paling banyak dipakai.

2.7.2 Prosedur Pelaksanaan Dengan Peralatan yang Digunakan

Untuk mendapatkan hasil yang baik, dan yang dapat

dipertanggung jawabkan maka tidaklah cukup sekedar melakukan

beberapa kali pengukuran dengan menggunakan jam henti. Banyaknya

faktor yang harus diperhatikan agar pada akhirnya dapat diperoleh

waktu yang pantas untuk pekerjaan yang bersangkutan, yang

berhubungan dengan dengan kondisi kerja, operator, cara pengukuran

dan jumlah pengukuran serta hal-hal lainnya. Hal-hal tersebut dilakukan

sebelum melakukan pengukuran.

2.7.3 Penetapan Tujuan Pengukuran

Sebagaimana halnya dengan kegiatan yang lain,tujuan

melakukan kegiatan haruslah ditetapkan terlebih dahulu. Dalam

pengukuran waktu, hal-hal penting yang harus diketahui dan ditetapkan

terlebih dahulu untuk apa hasil pengukuran digunakan, berapa tingkat

Modul I - 30
ketelitian dan tingkat keyakinan yang diinginkan dari hasil pengukuran

tersebut.

Misalnya jika waktu baku yang akan diperoleh dimaksudkan

untuk dipakai dasar upah perangsang maka ketelitian dan keyakinan

tentang hasil pengukuran harus tinggi karena menyangkut prestasi dan

pendapatan buruh disamping keuntungan perusahan itu sendiri. Tetapi

jika pengukuran dimaksudkan untuk memperkirakan secara kasar bila

mana pemesan barang dapat kembali untuk mengambil pesanananya

maka tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian tidak perlu sebesar

yang tadi.

2.7.4 Persiapan Awal Pengukran Waktu Kerja

Kerap kali, sebelum pengukuran yang dilakukan, operator yang

dipilih untuk melakukan serangkaian latihan operator belum terbiasa

dengan sistem tersebut. Untuk itu sangat baik operator maupun

pengukur waktu yang melatihnya mempunyai pegangan yang baku.

Begitu pula saat pengukuran dilakukan keduanya memerlukan

pegangan agar sistem kerja itu dapat tetap terselenggarakan. Waktu

yang paling akhirnya diperoleh setelah pengukuran selesai adalah

waktu penyelesaian pekerjan untuk sistem kerja yang dijalankan ketika

pengukuran berlangsung. Didalam penyelesainnya pun berlaku untuk

sistem tersebut. Suatu penyimpangan yang dapat memberikan waktu

penyelasaian yang berbeda dari waktu yang ditetapkan berdasarkan

kepada pengukuran. Karenanya catatan yang baku tentang sistem

kerja yang dipilih perlu ada dan dipelihara. Sekalipun pengukuran telah

selesai.

Modul I - 31
2.7.5 Menyiapkan Alat-Alat Pengukuran

Langkah akhir sebelum melakukan pengukuran yaitu

menyiapkan alat-alat tersebut adalah:

1. jam henti (stop watch)

2. lembaran-lembaran pengamatan

3. pena atau pensil

2.8. Analisa Test Kecukupan Data

Untuk menghitung test kecukupan data digunakan rumus sebagai berikut

dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5% dimana N

merupakan jumlah syarat pengamatan yang telah dilakukan, maka

rumusnya adalah:

Syarat N’<N data cukup

2
 40 N ( x 2 )  ( x) 2 
Nˈ=  Nn …………………………………….( 2.15)
 x 

2.9. Uji Kelonggaran

Jika pengukur sudah selesai bahwa semua datanya sudah seragam

dan jumlahnya telah memenuhi tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan

maka selanjutnya adalah mengolah data tersebut dengan perhitungan

waktu

Kelonggaran atau Allowance yang diberikan kepada pekerja berupa

kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk dihindari. Umumnya kelonggaran

dinyatakan dalam persen dari waktu normal.

Modul I - 32
2.8 Kelonggaran Untuk Hambatan-hambatan Tak Terhindar

Beberapa contoh yang termasuk kedalam hambatan tak terhindarkan

adalah :

a. menerima atau meminta petunjuk kepada pengawas.

b. melakukan penyesuaian-penyesuaian mesin

c. memperbaiki kemacetan-kemacetan singkat seperti mengganti alat

potong yang patah, memasang kembali ban yang lepas dan sebagainya.

d. mengasah peralatan potong

e. mengambil alat-alat khusus atau bahan-bahan khusus dari gudang

f. hambatan-hambatan karena kesalahan pemakaian alat ataupun bahan

Selama pengukuran berlangsung, pengukuran harus mengamati

kewajaran kerja yang ditunjukkan operator. Ketidakwajaran dapat saja

terjadi misalnya bekerja tanpa kesungguhan, sangat cepat seolah-olah

diburu waktu, atau karena menjumpai kesulitan-kesulitan seperti karena

kondisi ruangan yang buruk. Sebab-sebab seperti ini mempengaruhi

kecepatan kerja yang berakibat terlalu singkat atau terlalu panjangnya

waktu penyelesaian. Hal ini jelas tidak diinginkan karena waktu baku yang

dicari adalah waktu yang diperoleh dari kondisi dan cara kerja yang baku

yang diselesaikan secara wajar.

Andai kata ketidakwajaran ada maka pengukuran harus

mengetahuinya dan menilai seberapa jauh hal ini terjadi. Penilaian perlu

diadakan karena berdasarkan inilah penyesuaian dilakukan. Jadi jika

pengukuran mendapat harga rata-rata siklus atau elemen yang diketahui

diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar oleh operator, maka agar harga

rata-rata tersebut

Modul I - 33
2.10. Analisa Test Keseragaman Data

Test keragaman data kita perlu lakukan terlebih dahulu dengan

menggunakan data yang diperoleh.Untuk mendapatkan pengukuran standar

test keseragaman data bisa dilakukan dengan cara visual atau

mengaplikasikan peta control.

Test keseragaman data secara visual dilakukan secara sederhana dan

cepat. Disini kita hanya sekedar melihat data terkumpul dan sebenarnya.

Mengidentifikasikan data yang ekstrim. Yang dimaksud sangat kecil dan ajuh

menyimpang dari trend rata-ratanya. Data yang terlalu ekstrim ini sebaiknya

kita buang dan tidak didalam perhitungan.


x  ………………………………………………………………( 2.16)
n

dimana:

x = penyimpangan standar dari distribusi rata-rata

= penyimpangan standar dari populasi elemen kerja yang ada

n = banyaknya sub grup yang terbentuk

banyaknya penyimpangan standar yang terjadi dengan tanda (),

secara defiasi hal ini dinyatakan dalam rumus:

( X 1  X ) 2  ( X 2  X ) 2  ..................( X n  X ) 2
 ………………...( 17)
N 1
X = data waktu yang dibaca oleh stop watch untuk tiap-tiap individu

N = jumlah data pengukur

Modul I - 34
Rata-rata data pengamatan apabila diplotkan dalam peta kotrol akan

terlihat sebagai berikut:

Batasan kontrol atas serta batas kontrol bawah untuk grup data biasa dicari

dengan cara berikut 2 x untuk tingkat kepercayaan 95%.

BKA = X + 2 x
……………………………………………………….( 2.18)
BKB = X – 2  x

Dari plot data yang dilaksanakan apabila titik pengamatan harga x

untuk setiap sub harga berada dalam batas kotrol yang ada, maka hal ini bisa

dikatakan bahwa data pengamatan yang kita peroleh sudah seragam.

Modul I - 35

Anda mungkin juga menyukai