Anda di halaman 1dari 10

1.

Prinsip Kerja
Percobaan Modul 11 mengenai Penetapan kadar toluene pada larutan thinner dengan
kromatografi gas terdiri dari 2 bagian yaitu, (a) Pembuatan deret Standar dari Standar Induk
Toluena 100%, dan (b) Preparasi Sampel. Pada percobaan bagian a tidak dilakukan sebab
keterbatasan waktu untuk melakukan praktikum tetapi asisten laboratorium telah menyediakan
datanya sebab pembuatan larutan standar pada percobaan ini digunakan sebagai acuan dari
data yang didapat pada larutan sampel agar dapat dianalisis (sebab data konsentrasi dan luas
area pada larutan sampel digunakan untuk membuat kurva kalibrasi sehingga didapatkan
konsentrasi sampel rata-rata dari regresi linear kurva kalibrasi larutan sampel). Setelah itu,
praktikan melakukan percobaan bagian B dimana penetapan identifikasi toluena dalam sampel
thinner menggunakan kromatografi gas didasarkan pada titik didih senyawa dan laju migrasi
yang disebabkan adanya perbedaan koefisien distribusi (Kd) dari tiap komponen diantara dua
fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak yang terjadi dalam kolom. Eluen (Fasa Gerak) akan
mendorong dengan mengelusi sampel ( yang sudah teruapkan) sehingga akan memisahkan
komponen dari campurannya, lalu tiap komponen dihantarkan ke detektor sebagai aliran listrik
dan dicatat sebagai kromatogram berupa peak, waktu retensi, dan luas area yang ada sehingga
identifikasi dari kadar analit dapat di tetapkan.

2. Dasar Teori (????????)  Tanya kak andita lagi

Kromatografi gas (Gas Chromatography/GC) adalah salah satu bagian dari kromatografi yaitu salah
satu teknik pemisahan komponen-komponen dalam campuran di antara fasa diam (kolom) dan fasa
gerak (gas). Ruang lingkup aplikasi kromatograsi gas adalah sampel yang mudah menguap, mudah
diuapkan dan tidak rusak karena panas. Untuk sampel yang tidak memenuhi syarat tersebut masih
memungkinkan untuk dianalisis dengan menggunakan metode kromatografi gas melalui perlakuan
tertentu seperti derivatisai dan penggunaan teknik tambahan (metode headspace, pyrolizer, dan lain-
lain). Saat ini GC merupakan salah satu instrumen utama dalam aplikasi laboratorium. Secara umum,
konfigurasi kromatografi gas meliputi bagian-bagian sebagai berikut :
 Gas Pembawa
Gas pembawa (carrier gas) berfungsi sebagai fase gerak. Gas pembawa adalah gas inert yang
memiliki kemurnian tinggi. Gas pembawa ini akan membawa uap sampel masuk ke dalam kolom untuk
memisahkan komponen-komponen dalam campurannya dan selanjutnya akan masuk ke detektor untuk
di deteksi secara individual. Gas pembawa yang biasa digunakan adalah Helium, Nitrogen, atau
Hidrogen. Untuk analisis sampel gas, maka gas pembawa yang digunakan harus berbeda dengan gas
target analisis. Gas pembawa biasanya disimpan dalam tabung gas bertekanan tinggi.
 Injektor
Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam fase uap. Gas dan uap dapat dimasukkan secara
langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian
senyawa yang berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan
pemanasan sebelum masuk ke dalam kolom.
Tempat injeksi dari alat GLC/KGC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat, suhu dari tempat
injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini adalah bahwa suhu tempat injeksi sekitar
50˚C lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling tinggi.
Cuplikan masuk ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan melalui tepat injeksi. Hal ini dapat
dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi an sering disebut “ a gas tight syringe”
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan terlalu banyak. Karena GC
sangan sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5-50
ml untuk gas dan 0,2-20 ml untuk cairan.
 Kolom
Kolom berfungsi sebagai fase diam dan merupakan jantung dari kromatografi. Dalam kolom terjadi
proses pemisahan komponen-komponen dalam campuran berdasarkan perbedaan afinitas masing-
masing komponen terhadap fasa diam dan fasa gerak. Secara imagner, masing-masing komponen akan
mengalami 3 kondisi yaitu : ikut dengan gas pembawa, terdistribusi secara dinamis di antara gas
pembawa dan kolom, serta tertahan/larut dalam kolom. Mkeanisme ini terjadi berulang-ulang mulai dari
sampel masuk ke dalam kolom hingga masuk ke dekektor secra individual. Proses pemisahan dalam
kolom di pengaruhi oleh banyak faktor seperti sifa kimia-fisika dari sampel maupun material kolom,
dimensi kolom (panjang, diameter dan tebal lapisan kolom , laju alir gas pembawa, suhu oven kolom dan
lain-lain. Secara umum, semakin mirip polaritas kmponen sampel dengan fase diam, maka semakin kuat
interaksi antara keduanya sehingga komponen akan tertahan lebih lama dalam kolom (waktu retensi
makin lama). Semakin panjang kolom, semakin panjang jarak lintasan yang harus dilalui oleh komponen
sampel sehingga waktu retensi makin lama. Semakin cepat laju alir gas pembawa maka waktu retensinya
akan makin cepat pula.

 Oven
Faktor suhu sangat berpengaruh secara signifikan dalam pemisahan di kromatografi gas,
khususnya suhu kolom. Kolom diletakkan dalam sebuah oven yang bisa diatur suhunya sesuai kebutuhan
analisis ( baik suhu tetap (isothermal) maupun suhu terprogram (gradien)). Oven yang baik harus bisa
memberikan akurasi dan kestabilan suhu yang baik

 Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah dipisahkan dari kolom
secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya
mengubah sifat-sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut
diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Ada beberapa jenis detektor yang dikenal :
1. Flame Ionization Detector (FID) adalah detektor general untuk mengukur komponen-komponen
sampel yang memiliki gugus alkil (C-H).Komponen sampel masuk ke FID, kemudian akan dibakar
dalam nyala (campuran gas H2 dan udara), komponen akan terionisasi, ion-ion yang dihasilkan
akan dikumpulkan oleh ion collector, arus yang dihasilkan akan diperkuat, kemudian akan
dikonversi menjadi satuan tegangan. Semakin tinggi konsentrasi komponen, makin banyak pula
ion yang dihasilkan sehingga responnya juga makin besar.
2. Thermal Conductivity Detector (TCD) adalah detektor paling general sebab hampir semua
komponen memiliki daya hantar panas.TCD bekerja dengan prinsip mengukur daya hantar panas
dari masing-masing komponen. Mekanismenya berdasarkan teori “Jembatan Wheatstone” di
mana ada dua sel yaitu sel referensi dan sel sampel. Sel referensi hanya dilalui oleh gas
pembawa, sementara sel sampel dilalui oleh gas pembawa dan komponen sampel. Perbedaan
suhu kedua sel akan mengakibatkan perbedaan respon listrik antara keduanya dan ini akan
dihitung sebagai respon komponen sampel. Detektor TCD banyak digunakan untuk analisis gas.
3. Electron Capture Detector (ECD) adalah detektor khusus untuk mendeteksi senyawaan halogen
organik. Banyak diaplikasikan untuk analisis senyawaan pestisida.Secara prinsip,komponen
sampel akan ditembak dengan sumber radioaktif Nikel, dan jumlah elektron yang hilang dari
proses itu dianggap linear dengan konsentrasi senyawaan tersebut.

 Pengolahan Data (Rekorder)


Pengolah data berfungsi sebagai pengatur sistem instrumen dan pengolahan data untuk tujuan
analisis kualitatif maupun kuantitatif. Secara umum pengolah data bisa berupa
integrator/recorder ataupun berupa software yang beroperasi under-Windows.
3. Prosedur dan Hasil Pengamatan
a. Prosedur
o Pembuatan Deret Standar dari standar induk Toluena
- Menyiapkan larutan standar berupa toluene 100% untuk membuat larutan
toluene 5%, 10%, 20%,40%, dan 60%
- Memipet larutan toluene 100% dengan jumlah 0,5 ml ; 1 ml; 2 ml; 4ml, dan
6 ml
- Memasukkan larutan yang telah dipipet masing - masing ke dalam labu takar
10 ml
- Melarutkan setiap larutan pada labu takar menggunakan methanol sehingga
terbentuk toluene 5%, 10%, 20%, 40%, dan 60%
- Menginjeksi masing-masing larutan ke mesin kromatografi untuk
pengolahan data
o Proses pengambilan larutan sampel dan standart untuk dimasukkan ke
dalam mesin Kromatografi gas menggunakan syringe
- Memastikan bahwa ujung jarum pada syringe tercelup pada larutan sampel
atau standar yang akan diambil sebanyak 1 microliter
- Mengambil larutan standar atau sampel dengan cepat dengan tetap
memastikan bahwa ujung jarum tidak tertarik dari larutan sehingga tidak
akan terpapar udara yang akan menyebabkan adanya gelembung pada
larutan yang telah masuk ke syringe.
- Jika terdapat gelembung udara pada larutan yang masuk ke syringe, larutan
harus dikeluarkan kembali dan dilakukan pengambilan ulang sampai larutan
yang masuk ke syringe tidak mengandung gelembung sebab udara
merupakan faktor impurities.
o Proses pembersihan pada syringe saat dilakukan penggantian larutan
sampel yang diambil
- Mengambil beberapa microliter untuk membilas bagian dalam syringe agar
zat yang sebelumnya ada tidak akan mencemari zat yang diambil
selanjutnya.
- Membuang larutan yang telah diambil ke tempat pembuangan larutan.
- Melakukan proses pencucian dinding dalam syringe beberapa kali agar zat
yang sebelumnya benar-benar hilang dan tidak akan mencemari zat yang
akan diinjeksi ke alat kromatografi gas.
o Prosedur penggunaan alat Kromatografi Gas untuk pengolahan data larutan
sampel dan larutan standar
- Pada aplikasi, menekan tombol ‘sample login’ kemudian memberi nama
sampel (A/B/C) , percobaan berapa, dan tanggal percobaan.
- Setelah itu, menekan tombol ‘OK’ , lalu menekan tombol ‘ready’ dan
menungu hingga sistem ready yang menandakan mesin Kromatografi gas
siap digunakan.
- Menginjeksikan larutan sampel atau standar pada syringe yang akan
dianalisis ke mesin Kromatogafi Gas melalui lubang injeksi bersamaan
dengan menekan tombol start pada mesin agar larutan yang masuk
langsung terdeteksi oleh mesin detector dan agar tidak ada larutan yang
menguap karena zat yang dipakai volatile.
- Hasil analisis berupa grafik kromatogram akan muncul pada aplikasi yang
digunakan untuk analisis di monitor computer.
- Menunggu sekitar 10-12 menit untuk larutan standard dan 4 manit untuk
larutan sampel sampai grafik tidak lagi membentuk peak.
- Menekan tombol ‘off’ setelah mendapatkan hasil grafik kromatogram dan
menyimpan data.
- Mengeksport data yang telah diambil berbentuk pdf ke dalam cd yang telah
disiapkan.
b. Hasil Data Pengamatan
o Sampel A

o Sampel A2

o Sampel B
o Sampel B2

o Sampel C
o Sampel C2

4. Pengolahan Data
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar
b. Mencari Konsentrasi Toluena pada sampel
y=89839659,02 x−1405383,046
y+ 1405383,046
x=
89839659,02
o Rata” Konsentrasi Toluena Sampel A : x  9,6 %
o Rata” Konsentrasi Toluena Sampel B : x  5 %
o Rata” Konsentrasi Toluena Sampel Thinner Nuri ( C ) : x  2% ( semetara)
c. Perbandingan Hasil percobaan dengan Konsentrasi Sebenarnya
o Konsentrasi Sebenarnya
A = 12,875 % ; B = 5,64 %; C = 0 %
o Konsentrasi Hasil Percobaan
A = 9,549 % ; B = 5,004 % ; C = 2 % (Sementara)
Dapat dilihat bahwa perbandingan anatara konsentrasi sebenarnya dengan hasil
percobaan …………………………………
5. Analisis
a. Analisis Percobaan ( ANALISIS BERWARNA MERAH)  1 hal
o Pembuatan Deret Standar dari standar induk Toluena (Pada percobaan pembuatan
larutan standar tidak dilakukan oleh praktikan sebab keterbatasan waktu yang
dimiliki untuk melakukan praktikum)  PENTING DILAKUKAN  pembuatan larutan
standar pada percobaan ini digunakan sebagai acuan dari data yang didapat pada
larutan sampel agar dapat dianalisis sebab data konsentrasi dan luas area pada
larutan sampel digunakan untuk membuat kurva kalibrasi sehingga didapatkan
konsentrasi sampel rata-rata dari regresi linear kurva kalibrasi larutan sampel.
- Menyiapkan larutan standar berupa toluene 100% untuk membuat larutan toluene 5%, 10%,
20%,40%, dan 60%
- Memipet larutan toluene 100% dengan jumlah 0,5 ml ; 1 ml; 2 ml; 4ml, dan 6 ml
- Memasukkan larutan yang telah dipipet masing - masing ke dalam labu takar 10 ml
- Melarutkan setiap larutan pada labu takar menggunakan methanol sehingga terbentuk
toluene 5%, 10%, 20%, 40%, dan 60%
- Menginjeksi masing-masing larutan ke mesin kromatografi untuk pengolahan data
o Proses pengambilan larutan sampel dan standart untuk dimasukkan ke dalam mesin
Kromatografi gas menggunakan syringe
- Memastikan bahwa ujung jarum pada syringe tercelup pada larutan sampel atau standar
yang akan diambil sebanyak 1 microliter
- Mengambil larutan standar atau sampel dengan cepat dengan tetap memastikan bahwa ujung
jarum tidak tertarik dari larutan sehingga tidak akan terpapar udara yang akan menyebabkan
adanya gelembung pada larutan yang telah masuk ke syringe.
- Jika terdapat gelembung udara pada larutan yang masuk ke syringe, larutan harus dikeluarkan
kembali dan dilakukan pengambilan ulang sampai larutan yang masuk ke syringe tidak
mengandung gelembung sebab udara merupakan faktor impurities.
o Proses pembersihan pada syringe saat dilakukan penggantian larutan sampel yang
diambil
- Mengambil beberapa microliter untuk membilas bagian dalam syringe agar zat yang sebelumnya
ada tidak akan mencemari zat yang diambil selanjutnya.
- Membuang larutan yang telah diambil ke tempat pembuangan larutan.
- Melakukan proses pencucian dinding dalam syringe beberapa kali agar zat yang sebelumnya
benar-benar hilang dan tidak akan mencemari zat yang akan diinjeksi ke alat kromatografi gas.
o Prosedur penggunaan alat Kromatografi Gas untuk pengolahan data larutan sampel
dan larutan standar
- Pada aplikasi, menekan tombol ‘sample login’ kemudian memberi nama sampel (A/B/C) ,
percobaan berapa, dan tanggal percobaan.
- Setelah itu, menekan tombol ‘OK’ , lalu menekan tombol ‘ready’ dan menungu hingga sistem
ready yang menandakan mesin Kromatografi gas siap digunakan.
- Menginjeksikan larutan sampel atau standar pada syringe yang akan dianalisis ke mesin
Kromatogafi Gas melalui lubang injeksi bersamaan dengan menekan tombol start pada
mesin agar larutan yang masuk langsung terdeteksi oleh mesin detector dan agar tidak ada
larutan yang menguap karena zat yang dipakai volatile.
- Hasil analisis berupa grafik kromatogram akan muncul pada aplikasi yang digunakan untuk
analisis di monitor computer.
- Menunggu sekitar 10-12 menit untuk larutan standard dan 4 manit untuk larutan sampel
sampai grafik tidak lagi membentuk peak.
- Menekan tombol ‘off’ setelah mendapatkan hasil grafik kromatogram dan menyimpan data.
- Mengeksport data yang telah diambil berbentuk pdf ke dalam cd yang telah disiapkan.

b. Analisis Hasil  1,5 Hal


c. Analisis Kesalahan  ½ hal
6. Kesimpulan
7. Pertanyaan dan Jawaban

- Mengapa digunakan detektor FID ?

- Apa kegunaan gas Helium dan Hidrogen ?


- Apa yang mempengaruhi waktu retensi ?

- Apa fungsi kurva standar ?


- Bagaimana menunjukkan bahwa sampel mengandung toluene ?

8. Daftar Pustaka

References
Irawan, M. Y., 2014. academia.edu. [Online]
Available at: https://www.academia.edu/6376243/Kromatografi_Gas
[Accessed 3 november 2019].

Pradina, A., 2016. Modul 22 Gas Kromatografi (GC), s.l.: s.n.

Uriastanti, O., 2014. academia.edu. [Online]


Available at: https://www.academia.edu/9858513/Laporan_GC
[Accessed 3 november 2019].

9. Validasi

Depok, 5 November 2019

Praktikan Asisten Laboratorium

Frisca N. Andita

Anda mungkin juga menyukai