Anda di halaman 1dari 6

Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.

1 April 2009 ISSN : 1907-9931

PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU: SOLUSI


PEMANFAATAN RUANG, PEMANFAATAN SUMBERDAYA DAN
PEMANFAATAN KAPASITAS ASIMILASI WILAYAH PESISIR
YANG OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN

Mahfud Effendy

Dosen Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo


E-mail : mahfudfish@gmail.com
.
ABSTRAK
Peranan sumberdaya pesisir diperkirakan akan semakin meningkat dimasa-masa mendatang dalam menunjang
pembangunan ekonomi nasional, regional, maupun lokal. Sehingga, untuk dapat memanfaatkan ruang dan
sumberdaya wilayah pesisir secara optimal dan berkelanjutan, perlu pemahaman yang mendalam tentang
pengertian dan karakeristik dari kawasan ini serta masyarakat yang mendiaminya. Pengelolaan wilayah pesisir
secara terpadu memiliki pengertian bahwa pengelolaan sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir
dilakukan melalui penilaian menyeluruh (comprehensive assesment), menentukan tujuan dan sasaran
pemanfaatan, dan kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya. Tulisan ini
berupaya memberikan pemahaman secara komprehensif dan berisi tinjauan akademik tentang potensi wilayah
pesisir, permasalahan yang terjadi dan peluang pemanfaatannya.

Kata Kunci : wilayah pesisir, pengelolaan terpadu, potensi

PENDAHULUAN berbagi pengetahuan tentang bagaimana


mengelola wilayah pesisir, sehingga
Wilayah pesisir akhir-akhir ini sumberdaya pesisir yang beraneka ragam ini
menjadi topik yang seksi dibicarakan di dapat dimanfaatkan secara optimal dan
Indonesia, khususnya di Jawa Timur berkelanjutan.
sebagai respon terhadap pembangunan
infrastruktur jembatan suramadu dan DEFINISI PESISIR DAN
munculnya limbah industri lumpur panas MASYARAKAT PESISIR
lapindo yang mengalir sampai jauh ke laut.
Hasil sebuah studi riset proyek pesisir baru- Sampai sekarang belum ada definisi
baru ini mengungkapkan bahwa lebih dari wilayah pesisir yang baku, namun
83% masyarakat Indonesia mengkuatirkan demikian, terdapat kesepakatan umum di
kondisi dan masa depan lingkungan laut, dunia bahwa wilayah pesisir adalah suatu
tetapi yang sangat disayangkan dari hasil wilayah peralihan (interface area) antara
survei tersebut terungkap bahwa hanya ekosistem daratan dan laut. Definisi dan
sedikit dari masyarakat Indonesia (sekitar batas wilayah pesisir yang digunakan di
25%) yang mengerti tentang sumberdaya Indonesia adalah wilayah dimana daratan
pesisir dan lautannya. Jelas sekali bahwa berbatasan dengan laut. Batas ke arah darat
kita mempunyai tugas yang besar dalam meliputi (1) secara ekologis: kawasan
mendidik pengguna wilayah pesisir serta daratan yang masih dipengaruhi oleh
masyarakat umum untuk membangun proses-proses kelautan seperti pasang-surut,
konstituensi. Melalui tulisan ini kami ingin angin laut, dan intrusi air laut; (2) secara

81
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

administrasi: batas terluar sebelah hulu dari besar. Untuk itu upaya menggerakkan
desa pantai atau jarak definitif secara arbiter perekonomian bangsa dengan menerapkan
2 km dari garis pantai. Sedangkan batas ke strategi pembangunan industri berbasis
arah laut meliputi (1) secara ekologis: sumberdaya alam (resources based
kawasan laut yang masih dipengaruhi oleh industries) yang dibangun melalui
proses-proses alami di daratan seperti penerapan iptek dan manajemen
sedimentasi, dan mengalirnya air tawar profesional, mengharuskan kita mengetahui
kelaut, serta daerah-daerah laut yang potensi kekayaan yang tersimpan di
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia kawasan pesisir dan lautan sebagai aset
di daratan; (2) secara administrasi: batas 4 pembangunan bangsa.
mil dari garis pantai ke arah laut. Dahuri (2003) merinci bahwa dalam
Adapun yang dimaksud dengan suatu wilayah pesisir dan lautan terdapat
masyarakat pesisir adalah berbagai pihak satu atau lebih lingkungan ekosistem dan
(baik perorangan, kelompok lembaga, sumberdaya. Ekosistem ini dapat bersifat
maupun badan hukum) yang bermukim di alami ataupun buatan. Ekosistem alami
wilayah pesisir dan memiliki mata yang terdapat di wilayah pesisir dan lautan
pencaharian yang berasal dari sumberdaya antara lain: terumbu karang, hutan
alam dan jasa-jasa lingkungan pesisir. manggrove, padang lamun, pantai berpasir,
Berdasarkan basis tempat tinggal dan mata formasi pes-caprea, formasi baringtonia,
pencaharian tersebut dapat dipetakan estuaria, laguna, dan delta. Sedangkan
komponen masyarakat pesisir yakni ekosistem buatan antara lain berupa:
nelayan, petani ikan, pemilik atau pekerja tambak, sawah pasang surut, kawasan
indusri pariwisata, pemilik atau pekerja pariwisata, kawasan industri, kawasan
industri pariwisata, pemilik atau pekerja agroindustri, dan kawasan pemukiman.
perusahaan perhubungan laut, pemilik dan Sumberdaya di wilayah pesisir dan
pekerja pertambangan dan energi, pemilik lautan terdiri dari sumberdaya alam yang
dan pekerja industri maritim galangan dapat pulih, dan sumberdaya alam yang
kapal. tidak dapat pulih. Sumberdaya yang dapat
pulih (sumberdaya perikanan laut,
POTENSI WILAYAH PESISIR mangrove, terumbu karang, padang lamun,
rumput laut, dan bahan-bahan bioaktif)
Peranan sumberdaya pesisir maupun sumberdaya yang tidak dapat pulih
diperkirakan akan semakin meningkat (minyak bumi, gas, mineral, pasir, dan
dimasa-masa mendatang dalam menunjang bahan tambang lainnya) serta berbagai
pembangunan ekonomi nasional, regional, macam energi kelautan (gelombang, pasang
maupun lokal. Ada dua alasan pokok yang surut, ocean thermal energy conversion, dan
mendukung kecenderungan diatas. Pertama angin) dan jasa-jasa lingkungan (media
pertumbuhan penduduk semakin meningkat transportasi dan komunikasi, pengaturan
yang akan mendorong permintaan terhadap iklim, keindahan alam, dan penyerapan
sumberdaya pesisir, dan kedua Indonesia limbah). Keseluruhan ekosistem dan
secara komparatif memiliki sumberdaya sumberdaya ini berpotensi sebagai aset
pesisir dan laut yang beragam dalam jumlah ekonomi, ekologi, pendidikan dan

82
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

penelitian, pertahanan dan keamanan bagi secara langsung (misalnya kegiatan


suatu negara. konversi lahan untuk pembangunan
Potensi ekonomi sumberdaya pesisir jembatan penyeberangan) maupun tidak
dapat didefinisikan sebagai kegiatan langsung (misalnya pencemaran oleh
ekonomi yang dilakukan diwilayah pesisir limbah industri pengeboran minyak).
dan atau kegiatan ekonomi yang Gambaran tentang pelaksanaan
menggunakan sumberdaya pesisir. Bidang pembangunan pesisir yang berlangsung saat
kelautan ini meliputi sektor-sektor produktif ini dicirikan dengan lima karakteristik: (1)
yang terdiri dari sektor: (1) kegiatan pertumbuhan ekonomi yang dihasilkan pada
perikanan; (2) kegiatan pariwisata bahari; umumnya bersifat ekstraktif, tidak
(3) kegiatan pertambangan dan energi; (4) berkelanjutan dan hanya dinikmati oleh
kegiatan perhubungan laut; (5) kegiatan sebagian kecil penduduk; (2) menciptakan
industri maritim; dan (6) kegiatan kegiatan ekonomi dualistik kesenjangan yang
bangunan kelautan. Potensi ekologis menganga antara kelompok pengusaha kecil
sumberdaya pesisir dapat didefinisikan (tradisional) dengan kelompok usaha besar
sebagai peran pesisir sebagai pengatur (komersial); (3) kawasan pesisir sebagai
keseimbangan lingkungan, keseimbangan keranjang sampah dari berbagai jenis
iklim, dan keseimbangan panas bumi. limbah dan sedimen yang berasal dari
Potensi pertahanan dan keamanan wilayah kegiatan di darat; (4) konflik egoisme
pesisir dapat didefinisikan sebagai peran sektoral, dimana sektor-sektor yang dapat
pesisir untuk menjaga kedaulatan negara menghasilkan cash money jangka pendek
khususnya pesisir pulau terluar yang dan tidak memerlukan lingkungan yang
berbatasan dengan negara lain. Sementara tinggi; (5) ketidakseimbangan tingkat
potensi pendidikan dan penelitian wilayah pemanfaatan dan kerusakan lingkungan
pesisir dapat diartikan bahwa wilayah antar wilayah. Penyebab kurang berhasilnya
pesisir memiliki peran sebagai media pembangunan pesisir saat ini antara lain: (1)
pembelajaran dan kegiatan riset untuk penerapan paradigma pola pembangunan
menunjang pembangunan ekonomi. yang secara dominan mengejar keuntungan
jangka pendek dan kurang mengindahkan
aspek keberlanjutan; dan (2) mekanisme
PERMASALAHAN WILAYAH pembangunan yang sentralistik, topdown,
PESISIR dan sektoral.
Pembangunan di wilayah pesisir yang
Dengan pertumbuhan penduduk yang merupakan proses perubahan untuk
tinggi dan pesatnya kegiatan pembangunan meningkatkan taraf hidup masyarakat, tidak
di pesisir bagi berbagai peruntukan terlepas dari aktifitas pemanfaatan ruang
(industri, pelabuhan, tambak, pemukiman), dan sumberdaya pesisir juga aktifitas
maka tekanan ekologis terhadap ekosisitem pemanfaatan jasa asimilasi lingkungan
pesisir semakin meningkat pula. pesisir. Aktifitas-aktifitas ini sering
Meningkatnya tekanan ini tentunya dapat melakukan perubahan-perubahan pada
mengancam keberadaan dan kelansungan sumberdaya alam. Perubahan-perubahan
ekosistem dan sumberdaya pesisir baik yang dilakukan tentunya akan memberikan

83
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

pengaruh pada lingkungan hidup. Makin pesisir; (2) karakteristik dan dinamika
tinggi laju pembangunan, makin tinggi pula alamiah the nature sumberdaya pesisir dan
tingkat pemanfaatan ruang, sumberdaya dan lautan yang secara ekologis saling terkait
jasa asimilasi dan makin besar pula satu sama lain termasuk dengan ekosistem
perubahan yang terjadi pada lingkungan lahan atas; (3) wilayah pesisir dihuni lebih
hidup yang mengancam kapasitas dari satu kelompok etnis yang memiliki
keberlanjutannya (sustainable capacity). preferensi mata pencaharian yang berbeda.
Berbagai kasus seperti kondisi Pengelolaan pesisir dapat dilakukan
tangkap lebih (over fishing), pencemaran oleh lembaga pemerintah, swasta,
perairan, degradasi fisik habitat pesisir organisasi kemasyarakatan yang terlibat
(mangrove dan terumbu karang), dan abrasi dalam kegiatan sehari-hari yang terjadi di
pantai merupakan sebagian indikator bahwa wilayah pesisir. Keseluruhan proses diatas
pelaksanaan pembangunan sumberdaya menurut Sorensen dan McCreary (1990),
pesisir menuju ke arah yang tidak optimal harus dilaksanakan secara
dan tidak berkelanjutan (unsustainable). berkesinambungan dan dinamis dengan
Kondisi ini telah memberikan tekanan mempertimbangkan segenap aspek sosial,
lingkungan yang kompleks dan ekonomi, budaya dan aspirasi masyarakat
membengkak terhadap wilayah pesisir dan pengguna kawasan pesisir dan lautan serta
lautan terutama berupa (1) konflik konflik pemanfaatan sumberdaya dan
pemanfaatan sumberdaya; (2) konflik konflik pemanfaatan ruang wilayah pesisir
pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan dan lautan yang mungkin ada. Keterpaduan
lautan; dan (3) pemanfaatan kapasitas pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan
asimilasi wilayah pesisir yang melebihi ini mencakup empat aspek (Dahuri et al
daya dukungnya. Hal ini sebagai akibat dari 2001): (1) keterpaduan ekologis; (2)
kurangnya koordinasi dan kerjasama antar keterpaduan sektoral; (3) keterpaduan
pelaku pembangunan kawasan pesisir, disiplin ilmu; dan (4) keterpaduan
rendahnya kualitas sumberdaya manusia stakeholders.
dalam pengelolaan pesisir, dan lemahnya Keterpaduan ekologis: secara ekologis
penegakan hukum. wilayah pesisir memiliki keterkaitan antara
lahan atas (daratan) dan lautan. Hal ini
PENGELOLAAN SECARA TERPADU disebabkan karena wilayah pesisir
merupakan wilayah pertemuan antara
Untuk dapat mewujudkan daratan dan lautan. Dengan keterkaitan
pembangunan wilayah pesisir secara kawasan tersebut maka pengelolaan
berkelanjutan, diperlukan pengelolaan kawasan pesisir tidak terlepas dari
wilayah pesisir secara terpadu (integrated pengelolaan lingkungan di kedua wilayah
coastal zone management). Pilihan ini tersebut. Berbagai dampak lingkungan yang
didasarkan pada : (1) wilayah pesisir terjadi pada kawasan pesisir merupakan
merupakan multiple use zone dimana dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan
terdapat lebih dari dua macam sumberdaya pembangunan yang dilakukan dilahan atas
alam dan jasa-jasa lingkungan serta terdapat seperti industri pengeboran minyak,
lebih dari dua macam pemanfaatan kawasan pemukiman, pertanian dan sebagainya.

84
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

Demikian pula dengan kegiatan yang apabila ditunjang oleh keterpaduan dari
dilakukan di laut lepas seperti kegiatan pelaku dan pengelola pembagunan di
pengeboran minyak lepas pantai, wilayah pesisir. Seperti diketahui bahwa
perhubungan laut. Penanggulangan pelaku pembangunan dan pengelola
pencemaran dan sedimentasi yang sumberdaya pesisir antara lain terdiri dari
diakibatkan oleh limbah industri tidak dapat pemerintah, masyarakat, swasta, dan juga
dilakukan hanya di kawasan pesisir saja lembaga swadaya masyarakat yang masing-
tetapi harus dilakukan mulai dari sumber masing memiliki kepentingan terhadap
dampaknya. Oleh karena itu pengelolaan pemanfaatan sumberdaya pesisir.
wilayah ini harus diintegrasikan dengan Penyusunan perencanaan pengelolaan
pengelolaan wilayah daratan dan laut. terpadu harus mampu mengakomodir
Keterpaduan sektor: sebagai segenap kepentingan pelaku pembangunan
konsekuensi dari besar dan beragamnya pesisir. Oleh karena itu perencanaan
sumberdaya alam di kawasan pesisir adalah pengelolaan pembangunan harus
banyaknya instansi atau sektor-sektor menggunakan pendekatan dua arah, yaitu
pembangunan yang bergerak dalam pendekatan top down dan pendekatan
pemanfaatan sumberdaya pesisir. Akibatnya bottom up.
seringkali terjadi tumpang tindih Dengan latar belakang pemikiran
pemanfaatan sumberdaya pesisir antara satu diatas akan muncul model pembangunan
sektor dengan sektor lainnya. Kegiatan berkelanjutan yang dikenal dengan
suatu sektor tidak dibenarkan menganggu sustainable development yang mengandung
apalagi sampai mematikan kegiatan sektor tiga unsur utama yang meliputi dimensi
lain. Penyusunan tata ruang dan panduan ekonomi, ekologi dan sosial (Harris et al,
pembangunan wilayah pesisir sangat perlu 2001 dalam Dahuri, 2003). Suatu
dilakukan untuk menghindari benturan pembangunan kawasan pesisir, pertama
antara satu kegiatan dengan kegiatan secara ekonomi dianggap berkelanjutan
pembanguan lainnya. Oleh karena itu (economic growth) jika kawasan tersebut
pengelolaan wilayah ini dalam mampu menghasilkan barang dan jasa
perencanaannya harus mengintegrasikan secara berkesinambungan; kedua secara
kepentingan semua sektoral. ekologis dianggap berkelanjutan (ecological
Keterpaduan disiplin ilmu: wilayah sustainability) manakala basis ketersediaan
pesisir memiliki sifat dan karakteristik yang sumberdaya alamnya dapat dipelihara
unik dan spesifik, baik sifat dan secara stabil, tidak terjadi ekploitasi
karakteristik ekosistem pesisir maupun sifat berlebih terhadap sumberdaya alam yang
dan karakteristik sosial budaya dapat diperbaharui, tidak terjadi
masyarakatnya. Oleh karena itu dibutuhkan pembuangan limbah melampaui kapasitas
keterpaduan disiplin ilmu dalam asimilasi lingkungan yang dapat
pengelolaan wilayah pesisir, mengikuti mengakibatkan kondisi tercemar, serta
karakteristik ekosistem dan sosial budaya pemanfaatan sumberdaya yang tidak dapat
masyarakatnya. diperbaharui yang dibarengi dengan
Keterpaduan stakeholder: segenap pengembangan bahan substitusinya secara
keterpaduan diatas akan berhasil diterapkan memadai, dan ketiga secara sosial dianggap

85
Jurnal KELAUTAN, Volume 2, No.1 April 2009 ISSN : 1907-9931

berkelanjutan (social equity) apabila Bengen DG. 2004. Sinopsis Ekosistem dan
kebutuhan dasar seluruh penduduknya Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut
terpenuhi; terjadi distribusi pendapatan dan serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat
kesempatan berusaha secara adil. Menurut Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Bengen (2004) pembangunan sumberdaya Lautan, Institut Pertanian Bogor,
pesisir dan lautan secara optimal dan Bogor.
berkelanjutan terwujud apabila memenuhi Dahuri R. 2003. Paradigma Baru
tiga persyaratan ekologis: (1) pemanfaatan Pembangunan Indonesia Berbasis
sumberdaya pesisir dan lautan yang sesuai Kelautan. Naskah Orasi Ilmiah
dengan daya dukungnya; (2) pemanfaatan Pengukuhan Guru Besar Tetap Ilmu
ruang wilayah pesisir dan lautan yang Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
harmonis; dan (3) pemanfatan kapasitas Lautan. Institut Pertanian Bogor,
asimilasi wilayah pesisir sesuai dengan daya Bogor.
dukung lingkungan. Dahuri, R., Jacub Rais, Sapta Putra Ginting,
dan M.J. Sitepu. 2001. Pengelolaan
KESIMPULAN Sumberdaya Wilayah Pesisir dan
Lautan secara Terpadu. PT Pradnya
Dengan keseluruhan uraian tersebut Paramita, Jakarta. 326 hal.
diatas maka sampailah pada suatu Harris, et al. 2001. A survey of Sustainable
kesimpulan bahwa jika kita menerapkan Development: Social and Economic
pengelolaan sumberdaya pesisir secara Dimensions. Tufts University, Island
terpadu pada pembangunan industri dan Press, Washington.
infrastruktur di wilayah pesisir, maka Sorensen, J.C. and Mc Creary. 1990. Coast:
pembangunan pesisir yang optimal dan Institusional Arrangement or
berkelanjutan (sustainable development) Managing Coastal Resourcers.
akan dicapai yakni suatu upaya Research Planning Institute Inc,
pemanfaatan ruang dan sumberdaya alam Carolina.
serta jasa asimilasi lingkungan yang
terdapat dikawasan pesisir untuk
kesejahteraan manusia sedemikian rupa
sehingga laju pemanfaatannya tidak
melebihi daya dukung (carrying capasity)
kawasan pesisir untuk menyediakannya.
Pun, pembangunan berkelanjutan dapat
diartikan sebagai upaya pemenuhan
kebutuhan manusia saat ini tanpa
menurunkan atau menghacurkan
kemampuan generasi mendatang dalam
memenuhi kebutuhannya.

DAFTAR PUSTAKA

86

Anda mungkin juga menyukai