Anda di halaman 1dari 11

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS

ETIKA LINGKUNGAN HIDUP

Oleh Kelompok 2 :

Ni Wayan Rianita Andani 1707521080

Gede Angga Pratama Saputra 1707521087

Ni Luh Putu Esa Pratista 1707521088

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami
mampu menyelesaikan ringkasan materi kuliah ini. Dalam penyusunan tugas etika bisnis
dengan materi Etika Lingkungan Hidup penulis dibantu oleh banyak pihak.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulisan ringkasan materi kuliah ini. Penulis
menyadari, bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Begitu pula dengan ringkasan materi
kuliah ini, tentu masih ada hal – hal yang kurang dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat konstruktif,
untuk kesempurnaan ringkasan materi kuliah ini. Akhir kata, penulis berharap agar ringkasan
materi kuliah ini bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, September 2019

Penulis
PEMBAHASAN

Pada hakekatnya, etika lingkungan hidup membicarakan mengenai norma dan kaidah
moral yang mengatur perilaku manusia dalam berhubungan dengan alam semesta, yaitu antara
manusia dengan manusia yang mempunyai dampak pada alam, dan antara manusia dengan
mahluk hidup yang lain atau dengan alam secara keseluruhan.
A. Dimensi Polusi dan Penyusutan Sumber Daya
Ancaman lingkungan terdiri dari dua sumber yaitu polusi dan penyusutan sumber daya.
Polusi mengacu pada kontaminasi yang tidak diinginkan terhadap lingkungan oleh pembuatan
atau penggunaan komoditas.
POLUSI
Pada saat ini, polusi terhadap lingkungan berlangsung dimana-mana dengan laju yang
sangat cepar. Beban polusi dalam lingkungan sudah semakin berat dengan masuknya limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. Polusi dapat dikategorikan menjadi
polusi udara, air, dan tanah.

1. Polusi Udara
Polusi udara sudah terjadi semenjak revolusi industri dunia, saat cerobong-cerobong
asap pabrik mulai berdiri. Polusi udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik,
kimia, atau biologi diatmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan mahluk hidup,
mengganggu estetika dan kenyamanan serta merusak properti. Yang dapat digolongkan
dalam polusi udara yaitu.
a) Pemanasan Global
Gas-gas rumah kaca adalah gas-gas yang menyerap dan menahan panas
matahari, mencegahnya kembali ke ruang angkasa,mirip dengan rumah kaca yang
menyerap dan menahan panas matahari. Aktivitas manusia (terutama industri dan
pertanian) telah menciptakan gas rumah kaca dalam jumlah yang cukup besar yang
mengakibatkan kenaikan suhu.
b) Penyusutan Ozon
Penyusutan lapisan ozon secara bertahap disebabkan oleh pelepasan gas
klorofluorocarbon (CFC) ke udara. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat
sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon. Kerusakan
lapisan ozon menyebabkan sinar UV-B matahari tidak terfilter dan dapat
mengakibatkan kanker kulit serta penyakit pada tanaman.
c) Hujan Asam
Pencemar udara SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan Ph air hujan. Hujan asam berkaitan erat dengan pembakaran bahan
bakar fosil (minyak, batu bara, dan gas alam) yang digunakan untuk memproduksi
listrik. Dampak dari hujan asam ini antara lain mempengaruhi kualitas air
permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam
tanah sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan, bersifat korosif
sehingga merusak material dan bangunan.
d) Racun Udara
Dalam beberapa tahun belakangan terjadi kenaikan beberapa jenis racun
karsinogen. Diperkirakan 20 dari 329 zat beracun yang sudah masuk ke udara sudah
mampu menyebabkan lebih dari 2000 kasus kanker setiap tahun dan bahwa kasus
kanker sangat tinggi ditemukan di dekat-dekat pabrik di sejumlah negara.
e) Kualitas Udara
Bentuk polusi udara yang paling umum adalah gas dan partikel-partikel yang
keluar dari kendaraan dan proses industri, yang berpengaruh pada kualitas udara.
Partikel yang mengandung racun membawa gas-gas pengganggu ke dalam paru-paru
secara bertahap dan baru terasa setelah terakumulasi beberapa tahun.
2. Polusi Air
Apabila kandungan berbagai zat maupun mikroorganisme yang terdapat di dalam air
melebihi ambang batas yang diperbolehkan, kualitas air akan terganggu, sehingga tidak
bisa digunakan untuk berbagai keperluan. Air yang terganggu kualitasnya ini dikatakan
sebagai air yang tercemar. Polusi air disebabkan oleh:
a) Limbah pemukiman
Limbah pemukiman mengandung limbah domestic berupa sampah organic dan
sampah anorganik serta deterjen. Sampah organik yang dibuang ke sungai
menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen terlarut, karena sebagaian besar
digunakan bakteri untuk proses pembusukannya. Apabila sampah anorganik dibuang
ke sungai, maka cahaya matahari dapat terhalang dan menghambat proses
fotosintesis dari tumbuhan air dan alga yang menghasilkan oksigen.
b) Limbah pertanian
Pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah
pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti
eceng gondok. Limbah pestisida dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti
ikan, udang, dan hewan air lainnya.
c) Limbah Industri
Limbah industri sangat potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran air.
Pada umumnya limbah industri mengandung limbah B3, yaitu bahan berbahaya dan
beracun. Karakteristik limbah B3 adalah korosif/menyebabkan karat, mudah
terbakar dan meledak, bersifat toksik/beracun dan menyebabkan infeksi/penyakit.
Limbah industry yang berbahaya antara lain yang mengandung logam dan cairan
asam.
d) Limbah pertambangan
Limbah pertambangan seperti batubara biasanya tercemar asam sulfat dan
senyawa besi, yang dapat mengalir ke luar daerah pertambangan. Air yang
mengandung kedua senyawa ini dapat berubah menjadi asam. Limbah pertambangan
yang bersifat asam bisa menyebabkann korosi dan melarutkan logam-logam
sehingga air yang dicemari bersifat racun dan dapat memusnahkan kehidupan
akuatik.
3. Polusi Tanah
Polusi tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida,
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industry yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping). Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan
tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang
terkena.
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan
kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimiawi beracun/berbahaya
bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan
metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan
tanah tersebut. Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang
pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian.

PENYUSUTAN SUMBER DAYA


Kerusakan lingkungan selain disebabkan oleh polusi, juga disebabkan oleh susutnya
sumber daya alam. Penyusutan sumber daya alam mengacu pada konsumsi sumber daya yang
terbatas atau langka. Penyusutan sumber daya alam sering disebut dengan istilah deplesi.
1. Penyusutan Spesies dan Habitat
Kekayaan alam seringkali ditentukan oleh banyaknya jenis-jenis kehidupan
(spesies). Pencemaran udara, air, dan tanah dapat menyebabkan perubahan metabolisme
dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tersebut.
Akibatnya beberapa spesies terancam musnah. Menyusutnya hutan dan adanya pengaruh
polusi udara akan mengakibatkan kepunahan sejumlah besar spesies tumbuhan dan
hewan.
2. Penyusutan Bahan Bakar Fosil
Tingkat penggunaan bahan bakar fosil yang meningkat hampir 2 kali lipat
mengakibatkan terjadinya penyusutan. Jika terus dibiarkan, penyusutan ini akan berakhir
dengan punahnya semua sumber daya dalam waktu yang relatif singkat.
3. Penyusutan Mineral
Jika perkiraan penyusutan mengenai cadangan mineral benar, maka konsekuensi-
konsekuensi ekonomi akan sangat fatal karena habisnya mineral-mineral tersebut dalam
jangka waktu yang relatif singkat, ini akan mengakibatkan hancurnya berbagai industri
yang bergantung padanya.

B. Etika Pengendalian Polusi


Lembaga bisnis mengabaikan akibat kegiatan mereka terhadap lingkungan karena para
pelaku bisnis menganggap udara dan air itu barang gratis dan bisnis melihat lingkungan sebagai
barang tak terbatas.
1. Etika Ekologi
Etika ekologi adalah sebuah etika yang mengklaim bahwa kesejahteraan dari bagian-
bagian non-manusia di bumi ini secara intrinsik memiliki nilai tersendiri dan bahwa,
karena adanya nilai intrinsik ini, kita manusia memiliki tugas untuk menghargai dan
mempertahankannya. Etika ekologi didasarkan pada gagasan bahwa bagian-bagian
lingkungan yang bukan manusia perlu dijaga demi bagian-bagian itu sendiri, tidak
masalah apakah itu menguntungkan manusia atau tidak. Namun hingga kini untuk
memperluas hak-hak moral terhadap hal-hal non-manusia masih sangat kontroversial.
Untuk hal tersebut dibutuhkan pendekatan lagi dalam menghadapi masalah lingkungan
yang berdasarkan hak-hak asasi manusia maupun pertimbangan utilitarian.
2. Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak
William T. Blackstone menyatakan bahwa kepemilikan atas lingkungan yang
nyaman tidak hanya sangat diinginkan, namun merupakan hak bagi setiap manusia.
Masalah utama dari pandangan Blackstone adalah pandangan ini gagal memberikan
petunjuk tentang sejumlah pilihan yang cukup berat mengenai lingkungan.
3. Utilitarianisme dan Pengendalian Parsial
Pendekatan utilitarian menyatakan bahwa seseorang perlu berusaha menghindari
polusi karena dia juga tidak ingin merugikan kesejahteraan masyarakat.
4. Biaya Pribadi dan Biaya Sosial
Polusi membebankan biaya eksternal, dan hal ini selanjutnya berarti biaya-biaya
produksi (biaya pribadi atau internal) lebih kecil dibandingkan biaya sosial. Akibatnya,
pasar tidak menetapkan disiplin potimal pada produsen, dan hasilnya adalah penurunan
utilitas sosial. Jadi, polusi lingkungan merupakan suatu pelanggaran atas prinsip-prinsip
utilitarian yang merupakan dasar sistem pasar.
5. Penyelesaian: Tugas-Tugas Perusahaan
Penyelesaian untuk masalah biaya-biaya eksternal, menurut argumen utilitarian yang
disebutkan sebelumnya, adalah dengan memasukkan biaya polusi atau pencemaran ke
dalam perhitungan atau dengan kata lain, biaya-biaya ini ditanggung oleh produsen dan
diperhitungkan untuk menentukan harga komoditas mereka.
6. Keadilan
Cara utilitarian menangani polusi (dengan menginternalisasikan biaya) tampak
konsisten dengan persyaratan keadilan distributif sejauh keadilan distributif tersebut
mendukung kesamaan hak. Para pengamat mencatat bahwa polusi sering berpengaruh
terhadap meningkatnya ketidakadilan. Internalisasi biaya eksternal juga terlihat konsiten
dengan persyaratan keadilan retributif dan kompensatif.
7. Biaya dan Keuntungan
Thomas Klein memberikan ringkasan prosedur analisis biaya-keuntungan dengan
mengidentifikasi biaya dan keuntungan, mengevaluasi biaya dan keuntungan, dan
menambahkan biaya dan keuntungan.
8. Ekologi Sosial, Ekofeminisme, dan Kewajiban untuk Memelihara
Ekologi sosial menyatakan bahwa apabila pola-pola hierarki dan dominasi sosial
belum berubah, maka kita tidak akan bisa menghadapi krisis lingkungan. Ekofeminisme
digambarkan dengan adanya beberapa hubungan penting (historis, eksperensial,
simbolis,teoritis) antara dominasi atas kaum perempuan dan dominasi atas alam, sebuah
pemahaman yang sangat penting baik bagi etika feminism ataupun etika lingkungan.
Kaum ekofeminis meyakini bahwa meskipun konsep utilitarianisme, hak, dan keadilan
memiliki peran terbatas dalam etika lingkungan, namun etika lingkungan yang baik harus
memperhitungkan perspektif-perspektif etika memberi perhatian.

C. Etika Konservasi Sumber Daya yang Bisa Habis


Konservatisme mengacu pada penghematan sumber daya alam untuk digunakan di masa
mendatang. Jadi, konservatisme sebagian besar mengacu pada masa depan: kebutuhan untuk
membatasi konsumsi saat ini agar cukup untuk besok. Pengendalian polusi merupakan salah
satu bentuk konservatisme.
1. Hak Generasi Mendatang
Mungkin tampak bahwa kita berkewajiban melakukan konservasi sumber daya bagi
generasi mendatang karena mereka memiliki hak yang sama atas sumber daya terbatas
dari planet ini. Jika generasi mendatang sama-sama punya hak atas sumber daya bumi,
maka tindakan menghabiskan sumber daya berarti mengambil apa yang sebenarnya
menjadi milik mereka dan melanggar hak-hak mereka atas sumber daya tersebut.
2. Keadilan bagi Generasi Mendatang
Rawls menyatakan bahwa metode ini, memastikan apa yang diberikan oleh generasi
sebelumnya pada generasi selanjutnya, akan mengarahkan pada kesimpulan bahwa apa
yang disyaratkan oleh keadilan pada kita hanyalah kepastian bahwa generasi selanjutnya
tidak menerima yang lebih baik dari yang kita terima dari generasi sebelumnya. Keadilan
mewajibkan kita untuk menyerahkan dunia ini pada generasi mendatang dalam kondisi
yang tidak lebih buruk dibandingkan dengan yang kita terima dari generasi sebelumnya.
3. Pertumbuhan Ekonomi
Sejumlah penulis menyatakan bahwa jika kita menghemat sumber daya alam yang
langka agar generasi mendatang bisa memperoleh kualitas kehidupan yang memuaskan,
maka kita perlu mengubah sistem perekonomian secara substansial, khususnya dengan
menekan usaha-usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
D. Meningkatnya Perhatian Bisnis terhadap Etika Lingkungan
Jika polusi dan sumber daya alam merusak lingkungan, maka salah satu tindakan yang
logis adalah melarang semua kegiatan yang mengakibatkan polusi dan penyusutan sumber daya
alam. Namun, tindakan yang kenal kompromi seperti itu tidak mungkin dilakukan, karena
untuk memenuhi kebutuhan hidup terpaksa dilakukan tindakan yang memberantakan
lingkungan. Meningkatnya perhatian bisnis terhadap etika lingkungan dikarenakan persepsi
bahwa.
1. Lingkungan hidup sebagai “the commons“
The commons adalah ladang umum yang dulu dapat ditemukan dalam banyak daerah
pedesaan di Eropa dan dimanfaatkan secara bersama – sama oleh semua penduduknya.
Sering kali the commons adalah padang rumput yang dipakai oleh semua penduduk
kampung tempat pengangonan ternaknya.
Dizaman modern dengan bertambahnya penduduk sistem ini tidak dipertahankan
lagi dan ladang umum itu diprivatisasi dengan menjualnya kepada penduduk perorangan.
Masalah lingkungan hidup dan masalah kependudukan dapat dibandingan dengan proses
menghilangnya the commont. Jalan keluarnya adalah terletak pada bidang moralnya
yakni dengan membatasi kebebasan. Solusi ini memang bersifat moral karena
pembatasan harus dilaksanakan dengan adil. Pembatasan kebebasan itu merupakan suatu
tragedi karena kepentingan pribadi harus dikorbankan kepada kepentingan umum. Tetapi
tragedi ini tidak bisa dihindari. Membiarkan kebebasan semua orang justru akan
mengakibatkan kehancuran bagi semua.
2. Lingkungan hidup tidak lagi eksternalitas
Dengan demikian serentak juga harus ditinggalkan pengandaian kedua tentang
lingkungan hidup dalam bisnis modern yakni bahwa sumber-sumber daya alam itu tak
terbatas. Mau tak mau kita perlu akui lingkungan hidup dan komponen – komponen yang
ada didalamnya tetap terbatas, walaupun barangkali tersedia dalam kuantitas besar.
Sumber daya alam pun ditandai dengan kelangkaan. Jika para peminat berjumlah besar
maka air, udara, dan komponen – komponen yang ada didalamnya akan menjadi barang
langka dan karena itu tidak dapat dipergunakan lagi secara gratis. Akibatnya faktor
lingkungan hidup pun merupakan urusan ekonomi karena ekonomi adalah usaha untuk
memanfaatkan barang dan jasa yang langka dengan efisien sehingga dinikmati oleh
semua peminat.
3. Pembangunan berkelanjutan
Jika krisis lingkungan dipertimbangkan dengan serius, bagi ekonomi masih ada
suatu konsekuensi lain yang sulit dihindari. Ekonomi selalu menekankan perlunya
pertumbuhan. Ekonomi yang sehat adalah ekonomi yang tumbuh. Selanjutnya semakin
disadari bahwa pengabisan sumber daya alam barangkali masih dapat diimbangi dengan
ditemukannya teknologi baru. Karena itu penghabisan sumber daya alam tidak
merupakan masalah hidup atau mati. Masalah yang lebih mendesak adalah kerusakan
lingkungan hidup yang sangat memprihatinkan. Yang secara mutlak harus dibatasi
adalah tekanan semakin besar pada sistem-sistem ekologis karena efek-efek negatif dari
kegiatan manusia. Kapasitas alam untuk manampung tekanan dari polusi udara dan air,
degradasi tanah dan sebagainya tidak diimbangi dengan teknologi baru.
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, Sutrisna. 2011. Etika Bisnis: Konsep Dasar Implementasi dan Kasus. Bali: Udayana
University Press
Velasquez, Manuel G. 2005. Etika Bisnis: Konsep dan Dasar Edisi 5. Yogyakarta: Penerbit
Andi
Widyawati, Tania. “Meningkatnya Perhatian Bisnis terhadap Etika Lingkungan Hidup”.
https://student.unud.ac.id/taniawidyawati/news/76408 . Diakses pada 10.09.2018

Anda mungkin juga menyukai