PHILSAFAT PENDIDIKAN
OLEH :
0
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam menyikapi kemajuan di bindang pendidikan serta perilaku yang dapat memberikan
pelayanan yang prima kepada peserta didik dan masyarakat pemerhati pendidikan.
Dalam perkembangannya, pendidikan mendapatkan beberapa pendasaran guna
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang apa dan bagaimana itu pendidikan. Oleh
karena itu, tulisan ini mencoba membahas tentang salah satu pendekatan filosofis terhadap
pendidikan, yaitu idealisme sebagai sistematika filsafat dan Implikasi Idealisme dalam
Pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
c. Hakikat Manusia
Menurut para filsuf idealisme bahwa manusia hakikatnya bersifat
spiritual atau kejiwaan. Menurut Plato, setiap manusia memiliki tiga bagian jiwa,
yaitu nous (akal fikiran) yang merupakan bagian rasional,thumos (semangat atau
keberanian), dan epithumia (keinginan, kebutuhan atau nafsu). Dari ketiga bagian
jiwa tersebut akan muncul salah satunya yang dominan. Jadi, hakikat manusia
bukanlah badannya, melainkan jiwa atau spiritnya, manusia adalah makhluk
berfikir, mampu memilih atau makhluk yang memiliki kebebasan, hidup dengan
suatu aturan moral yang jelas dan bertujuan.
4
Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman
menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah
sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai
berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu
dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk
mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik
adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat
disesuaikan dengan kebutuhan.
5
Kelebihan Filsafat Esensialisme
a. Esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam
proses pendidikan, namun tidak mendukung perenialisme bahwa subject
matter yang benar adalah realitas abadi yang disajikan dalam buku-buku
besar dari peradaban barat. Great Book tersebut dapat digunakan namun
bukan untuk mereka sendiri melainkan untuk dihubungkan dengan
kenyataan-kenyataan yang ada pada dewasa ini.
b. Esensialis berpendapat bahwa perubahan merupaka suatu kenyataan yang
tidak dapat diubah dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi
manusia dalam sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil
desakan masyarakat secara terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai
kemampuan imtelegensi manusia yang mampu mengenal kebutuhan untuk
mengadakan amandemen cara-cara bertindak, organisasi, dan fungsi sosial.
Kekurangan Filsafat Esensialisme
a. Menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan
kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang
terikat tradisi pada pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa
dan mengenyampingkan kemungkinan perubahan.
b. Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis
karena mereka berpedoman pada filsafat yang berbeda. Beberapa pemikir
esensialis bahkan memandang seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel
dan merasa bahwa pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar
adalah hal-hal yang benar-benar penting yang diperlukan siswa agar dapat
memberi kontribusi pada masyarakat.
c. Peran guru sangat dominan sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan
merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru
merupakan orang yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah
pengaruh dan pengawasan guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan
ditekankan pada guru, bukan pada siswa.
6
yaitu dunia idea. Aliran ini memandang serta menganggap bahwa yang nyata
hanyalah idea. Idea sendiri selalu tetap atau tidak mengalami perubahan serta
penggeseran, yang mengalami gerak tidak dikategorikan idea.
Keberadaan idea tidak tampak dalam wujud lahiriah, tetapi gambaran yang
asli hanya dapat dipotret oleh jiwa murni. Alam dalam pandangan idealisme adalah
gambaran dari dunia idea, sebab posisinya tidak menetap. Sedangkan yang
dimaksud dengan idea adalah hakikat murni dan asli. Keberadaannya sangat absolut
dan kesempurnaannya sangat mutlak, tidak bisa dijangkau oleh material. Pada
kenyataannya, idea digambarkan dengan dunia yang tidak berbentuk demikian jiwa
bertempat di dalam dunia yang tidak bertubuh yang dikatakan dunia idea.
7
yang kokoh pada zaman kuno dan abad pertengahan. Dalam pandangan
perenialisme pendidikan lebih banyak mengarahkan perhatiannya pada
kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.
c. Kurikulum menekankan pada perkembangan intelektual siswa pada seni dan
sains. Untuk menjadi terpelajar secara kultural, para siswa harus berhadapan
pada bidang-bidang seni dan sains yang merupakan karya terbaik dan paling
significant yang diciptakan oleh manusia. Contohnya, seorang guru bahasa
Inggris mengharuskan siswanya untuk membaca Moby Dick nya Melville atau
drama-drama Shakespeare.
8
dan kesejatian kedudukannya lebih tinggi dari yang tampak, karena idea merupakan
wujud yang hakiki.
Prinsipnya, aliran idealisme mendasari semua yang ada. Yang nyata di alam ini
hanya idea, dunia idea merupakan lapangan rohani dan bentuknya tidak sama
dengan alam nyata seperti yang tampak dan tergambar. Sedangkan ruangannya
tidak mempunyai batas dan tumpuan yang paling akhir dari idea adalah arche yang
merupakan tempat kembali kesempurnaan yang disebut dunia idea dengan
Tuhan,arche, sifatnya kekal dan sedikit pun tidak mengalami perubahan.
Inti yang terpenting dari ajaran ini adalah manusia menganggap roh atau sukma
lebih berharga dan lebih tinggi dibandingkan dengan materi bagi kehidupan
manusia. Roh itu pada dasarnya dianggap suatu hakikat yang sebenarnya, sehingga
benda atau materi disebut sebagai penjelmaan dari roh atau sukma. Aliran idealisme
berusaha menerangkan secara alami pikiran yang keadaannya secara metafisis yang
baru berupa gerakan-gerakan rohaniah dan dimensi gerakan tersebut untuk
menemukan hakikat yang mutlak dan murni pada kehidupan manusia. Demikian
juga hasil adaptasi individu dengan individu lainnya. Oleh karena itu, adanya
hubungan rohani yang akhirnya membentuk kebudayaan dan peradaban baru
(Bakry, 1992:56). Maka apabila kita menganalisa pelbagai macam pendapat tentang
isi aliran idealisme, yang pada dasarnya membicarakan tentang alam pikiran rohani
yang berupa angan-angan untuk mewujudkan cita-cita, di mana manusia berpikir
bahwa sumber pengetahuan terletak pada kenyataan rohani sehingga kepuasaan
hanya bisa dicapai dan dirasakan dengan memiliki nilai-nilai kerohanian yang
dalam idealisme disebut dengan idea.
Memang para filosof ideal memulai sistematika berpikir mereka dengan
pandangan yang fundamental bahwa realitas yang tertinggi adalah alam pikiran
(Ali, 1991:63). Sehingga, rohani dan sukma merupakan tumpuan bagi pelaksanaan
dari paham ini. Karena itu alam nyata tidak mutlak bagi aliran idealisme. Namun
pada porsinya, para filosof idealisme mengetengahkan berbagai macam pandangan
tentang hakikat alam yang sebenarnya adalah idea. Idea ini digali dari bentuk-
bentuk di luar benda yang nyata sehingga yang kelihatan apa di balik nyata dan
usaha-usaha yang dilakukan pada dasarnya adalah untuk mengenal alam raya.
Walaupun katakanlah idealisme dipandang lebih luas dari aliran yang lain karena
pada prinsipnya aliran ini dapat menjangkau hal-ihwal yang sangat pelik yang
kadang-kadang tidak mungkin dapat atau diubah oleh materi, Sebagaimana Phidom
9
mengetengahkan, dua prinsip pengenalan dengan memungkinkan alat-alat inderawi
yang difungsikan di sini adalah jiwa atau sukma. Dengan demikian, dunia pun
terbagi dua yaitu dunia nyata dengan dunia tidak nyata, dunia kelihatan (boraton
genos) dan dunia yang tidak kelihatan (cosmos neotos). Bagian ini menjadi sasaran
studi bagi aliran filsafat idealisme (Van der Viej, 2988:19).
Plato dalam mencari jalan melalui teori aplikasi di mana pengenalan terhadap
idea bisa diterapkan pada alam nyata seperti yang ada di hadapan manusia.
Sedangkan pengenalan alam nyata belum tentu bisa mengetahui apa di balik alam
nyata. Memang kenyataannya sukar membatasi unsur-unsur yang ada dalam ajaran
idealisme khususnya dengan Plato. Ini disebabkan aliran Platonisme ini bersifat
lebih banyak membahas tentang hakikat sesuatu daripada menampilkannya dan
mencari dalil dan keterangan hakikat itu sendiri. Oleh karena itu dapat kita katakan
bahwa pikiran Plato itu bersifat dinamis dan tetap berlanjut tanpa akhir. Tetapi
betapa pun adanya buah pikiran Plato itu maka ahli sejarah filsafat tetap
memberikan tempat terhormat bagi sebagian pendapat dan buah pikirannya yang
pokok dan utama.
Antara lain Betran Russel berkata: Adapun buah pikiran penting yang
dibicarakan oleh filsafat Plato adalah: kota utama yang merupakan idea yang belum
pernah dikenal dan dikemukakan orang sebelumnya. Yang kedua, pendapatnya
tentang idea yang merupakan buah pikiran utama yang mencoba memecahkan
persoalan-persoalan menyeluruh persoalan itu yang sampai sekarang belum
terpecahkan. Yang ketiga, pembahasan dan dalil yang dikemukakannya tentang
keabadian. Yang keempat, buah pikiran tentang alam/cosmos, yang kelima,
pandangannya tentang ilmu pengetahuan (Ali, 1990:28).
Plato adalah generasi awal yang telah membangun prinsip-prinsip filosofi
aliran idealis. George WE Hegel kemudian merumuskan aliran idealisme ini secara
komprehensif ditinjau secara filosofi maupun sejarah. Tokoh-tokoh lain yang juga
mendukung aliran idealisme antara lain Plotinus, George Berkeley, Leinbiz, Fichte,
dan Schelling serta Kant. Ilmuan Islam yang sejalan dengan idealisme adalah Imam
Al Ghozali.
10
Eksistensialisme yaitu suatu usaha untuk menjadikan masalah menjadi konkret
karena adanya manusia dan dunia. Menurut Sartre eksistensialisme yaitu filsafat yang
memberi penekanan eksistensi yang mendahului esensi. Memandang segala gejala yang
ada berpangkal kepada eksistensi. Dengan adanya eksistensi akan penuh dengan lukisan-
lukisan yang konkret dengan metode fenomenologi (cara keberadaan manusia).
Eksistensi sendiri yaitu eks artinya keluar, sintesi artinya berdiri; jadi eksistensi
adalah berdiri sebagai diri sendiri. Menurut Heideggard “Das wesen des daseins liegh in
seiner Existenz” , da-sein adalah tersusun dari dad an sein. “da” disana. Sein berarti
berada. Jadi artinya manusia sadar dengan tempatnya. Menurut Sartre adanya manusia itu
bukanlah “etre” melainkan “a etre” yang artinya manusia itu tidak hanya ada tetapi dia
selamanya harus dibentuk tidak henti-hentinya.
Menurut Parkey (1998) aliran eksistensialisme terbagi menjadi 2, yaitu; bersifat
theistic(bertuhan) dan atheistic. Menurut eksistensialisme sendiri ada 3 jenis; tradisional,
spekulatif dan skeptif. Eksistensialisme sangat berhubungan dengan pendidikan karena
pusat pembicaraan eksistensialisme adalah keberadaan manusia sedangkan pendidikan
hanya dilakukan oleh manusia.
Kelebihan Eksistensialisme
1. Menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna.
2. Memberi semangat dan sikap yang dapat diterapkan dalam usaha pendidikan.
Kekurangan Eksistensialisme
1. Sangat tidak puas dengan sistem filsafat tradisional yang bersifat dangkal,
akademis dan jauh dari kehidupan
2. Penolakan untuk dimasukkan dalam aliran filsafat tertentu
11
potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi
dalam perjalanan hidupnya.
12
membaca beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang
tidak banyak bermakna.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri, sebagai
makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa memperlihatkan
bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari keyakinannya, sebagai pusat
utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual. Tentu saja, model pemikiran
filsafat idealisme ini dapat dengan mudah ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam
kelas. Guru yang menganut paham idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual
merupakan suatu kenyataan, mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa
adanya spiritual.
b. Tujuan Pendidikan
Menurut para filsuf idealisme, pendidikan bertujuan untuk membantu perkembangan
pikiran dan diri pribadi (self) siswa. Mengingat bakat manusia berbeda-beda maka
pendidikan yang diberikan kepada setiap orang harus sesuai dengan bakatnya masing-
masing.
Sejak idealisme sebagai paham filsafat pendidikan menjadi keyakinan bahwa realitas
adalah pribadi, maka mulai saat itu dipahami tentang perlunya pengajaran secara
individual. Pola pendidikan yang diajarkan fisafat idealisme berpusat dari idealisme.
Pengajaran tidak sepenuhnya berpusat dari anak, atau materi pelajaran, juga bukan
masyarakat, melainkan berpusat pada idealisme. Maka, tujuan pendidikan menurut paham
idealisme terbagai atas tiga hal, tujuan untuk individual, tujuan untuk masyarakat, dan
campuran antara keduanya.
Pendidikan idealisme untuk individual antara lain bertujuan agar anak didik bisa
menjadi kaya dan memiliki kehidupan yang bermakna, memiliki kepribadian yang
harmonis dan penuh warna, hidup bahagia, mampu menahan berbagai tekanan hidup, dan
pada akhirnya diharapkan mampu membantu individu lainnya untuk hidup lebih baik.
Sedangkan tujuan pendidikan idealisme bagi kehidupan sosial adalah perlunya
persaudaraan sesama manusia. Karena dalam spirit persaudaraan terkandung suatu
pendekatan seseorang kepada yang lain. Seseorang tidak sekadar menuntuk hak
pribadinya, namun hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya terbingkai dalam
hubungan kemanusiaan yang saling penuh pengertian dan rasa saling menyayangi.
Sedangkan tujuan secara sintesis dimaksudkan sebagai gabungan antara tujuan individual
13
dengan sosial sekaligus, yang juga terekspresikan dalam kehidupan yang berkaitan dengan
Tuhan.
Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis,
harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Salah satu tujuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
ujung tombaknya terletak pada aktivitas pembelajaran di dalam kelas. Interaksi antara
pendidik dan peserta didik, pendekatan yang dilakukan, dan proses penemuan/penggalian
informasi, adalah komponen penting dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
c. Kurikulum Pendidikan
Kurikulum pendidikan idealisme berisikan pendidikan liberal dan pendidikan
vokasional/praktis. Pendidikan liberal dimaksudkan untuk pengembangan kemampuan-
kemampuan rasional dan moral. Pendidikan vokasional dimaksudkan untuk
pengembangan kemampuan suatu kehidupanatau pekerjaan.
Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan yang beraliran idealisme harus lebih
memfokuskan pada isi yang objektif. Pengalaman haruslah lebih banyak daripada
pengajaran yang textbook.Agar supaya pengetahuan dan pengalamannya senantiasa
aktual.
d. Metode Pendidikan
Tidak cukup mengajar siswa tentang bagaimana berfikir, sangat penting bahwa apa
yang siswa pikirkan menjadi kenyataan dalam perbuatan. Metode mangajar hendaknya
mendorong siswa untuk memperluas cakrawala, mendorong berfikir reflektif, mendorong
pilihan-pilihan morak pribadi, memberikan keterampilan-keterampilan berfikir logis,
memberikan kesempatan menggunakan pengetahuan untuk masalah-masalah moral dan
sosia, miningkatkan minat terhadap isi mata pelajaran, dan mendorong siswa untuk
menerima nilai-nilai peradaban manusia (Callahan and Clark,1983).
14
pendidikan bagi para siswa. Sedangkan siswa berperan bebas mengembangkan
kepribadian dan bakat-bakatnya”. (Edward J.Power,1982).
Guru dalam sistem pengajaran yang menganut aliran idealisme berfungsi sebagai:
a) Guru adalah personifikasi dari kenyataan si anak didik;
b) Guru harus seorang spesialis dalam suatu ilmu pengetahuan dari siswa;
c) Guru haruslah menguasai teknik mengajar secara baik;
d) Guru haruslah menjadi pribadi terbaik, sehingga disegani oleh para murid;
e) Guru menjadi teman dari para muridnya;
f) Guru harus menjadi pribadi yang mampu membangkitkan gairah murid untuk
belajar;
g) Guru harus bisa menjadi idola para siswa;
h) Guru harus rajib beribadah, sehingga menjadi insan kamil yang bisa menjadi
teladan para siswanya;
i) Guru harus menjadi pribadi yang komunikatif;
j) Guru harus mampu mengapresiasi terhadap subjek yang menjadi bahan ajar
yang diajarkannya;
k) Tidak hanya murid, guru pun harus ikut belajar sebagaimana para siswa belajar;
l) Guru harus merasa bahagia jika anak muridnya berhasil;
m) Guru haruslah bersikap dmokratis dan mengembangkan demokrasi;
n) Guru harus mampu belajar, bagaimana pun keadaannya.
15
BAB III
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
17