Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
Pada makalah ini kami penulis akan membahas tentang pengertian, tujuan , manfaat ,
dan ayat al quran juga hadist yang menjelaskan tetang “Aqidah, Syari’ah, dan
Akhlak”. Kami mengetahui masih banyak sekali pemuda dan pemudi masa kini yang belum
terlalu peduli tentang ilmu agama. Bahkan ada yang tidak peduli sama sekali di karenakan
berbagai macam hal. oleh karena itu pembuatan makalah ini di harapkan dapat membantu
teman –teman dan juga kami penulis dalam memahami agama islam lebih dalam. Karena
dengan kita mengenal agama kita dengan baik maka kita pun insyaallah akan terhindar dari
dosa dan kesesatan.
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Dalam memilih judul makalah “Aqidah, Syari’ah, dan Akhlak”. Penulis memilih
judul tersebut karena dalam pembahasanya nanti penulis hanya akan berfokus pada
pembahasan Aqidah, Syariat, dan Akhlak.
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah
Dalam menyusun Makalah ini, penulis memiliki beberapa cara terkait dengan judul
makalah yang penulis buat, yaitu cara memecahkan masalah dan pengambilan keputusan.
Dalam makalah ini penulis tidak menjelaskan secara detil.
1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan Makalah
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini untuk mengerjakan tugas yang telah
dosen berikan kepada penulis, serta untuk memberikan pengertian kepada teman-teman agar
dapat mengerti apa yang akan penulis bahas nantinya.
BAB II
AQIDAH
2.1 Pengertian Aqidah
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (bahasa Arab) aqidah berasal dari kata al-
ْ yang berarti ikatan, at-tautsiiqu (ُ‫ )الت َّ ْو ِثيْق‬yang berarti kepercayaan atau keyakinan
'aqdu (ُ‫)العَ ْقد‬
yang kuat, al-ihkaamu (ُ‫ )اْ ِإلحْ كَام‬yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar-rabthu
biquw-wah (ُ‫الربْط‬ َّ ُ‫ )بِق َّوة‬yang berarti mengikat dengan kuat, at-tamaasuk(pengokohan) dan al-
itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-
jazmu(penetapan). "Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan
kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan"
(ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah.Allah ta’ala berfirman :
َ‫ل‬
ُ ُ‫اخذكم‬ ُّ ‫اخذكم َولَـ ِكن أ َ ْي َمانِك ُْم فِي ِباللَّ ْغ ُِو‬
ِ ‫للا ي َؤ‬ ِ ‫ل َ ْي َمانَُ َعقَّدتُّمُ ِب َما ي َؤ‬
ُ ‫ارتهُ ا‬ َ َّ‫فَ َكف‬
ُ‫ط َعام‬ْ ‫سا ِكينَُ َعش ََرُِة ِإ‬ َ ‫ن َم‬ ُْ ‫ط ِم‬
ُِ ‫س‬ َ ‫ط ِعمونَُ َما أ َ ْو‬ ْ ‫َرقَ َبةُ ت َ ْح ِريرُ أ َ ُْو ِك ْس َوته ُْم أ َ ُْو أ َ ْه ِليك ُْم ت‬
‫صيَامُ يَ ِج ُْد لَّ ُْم فَ َمن‬ ِ َ‫ك أَيَّامُ ثَالَث َ ُِة ف‬ َ َّ‫احفَظوُاْ َحلَ ْفت ُْم إِ َذا أ َ ْي َمانِك ُْم َكف‬
َُ ‫ارةُ َذ ِل‬ ْ ‫ك أ َ ْي َمانَك ُْم َو‬
َُ ‫َك َذ ِل‬
ُّ ‫ت َ ْشكرونَُ لَ َعلَّك ُْم آيَاتِ ُِه لَك ُْم‬
ُ‫للا يبَيِّن‬
Artinya :
“ Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk
bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja,
maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu
dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada
mereka atau memerdekakan seorang budak. Barangsiapa tidak sanggup melakukan yang
demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu.
Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur
(kepada-Nya)” (Al-Maa-idah : 89)
Terjemahan
“Allah will not call you to account for what is futile in your oaths, but He will call you to
account for your deliberate oaths: for expiation, feed ten indigent persons, on a scale of the
average for the food of your families; or clothe them; or give a slave his freedom. If that is
beyond your means, fast for three days. That is the expiation for the oaths ye have sworn. But
keep to your oaths. Thus doth Allah make clear to you His signs, that ye may be grateful”
(Al-Maa-idah : 89)
Sedang secara teknis aqidah berarti iman, kepercayaan dan keyakinan. Dan
tumbuhnya kepercayaan tentunya di dalam hati, sehingga yang dimaksud aqidah adalah
kepercayaan yang menghujam atau tersimpul di dalam hati.
Sedangkan menurut istilah aqidah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa
merasa tentram kepadanya, sehingga menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampur oleh
keraguan.
Adapun aqidah menurut para ahli seperti berikut :
M Hasbi Ash Shiddiqi mengatakan aqidah menurut ketentuan bahasa (bahasa arab) ialah
sesuatu yang dipegang teguh dan terhunjam kuat di dalam lubuk jiwa dan tak dapat beralih
dari padanya.
Syaikh Mahmoud Syaltout adalah segi teoritis yang dituntut pertama-tama dan terdahulu
dari segala sesuatu untuk dipercayai dengan suatu keimanan yang tidak boleh dicampuri oleh
syakwasangka dan tidak dipengaruhi oleh keragu-raguan.
Aqidah atau keyakinan adalah suatu nilai yang paling asasi dan prinsipil bagi manusia, sama
halnya dengan nilai dirinya sendiri, bahkan melebihinya.
Syekh Hasan Al-Bannah menyatakan aqidah sebagai sesuatu yang seharusnya hati
membenarkannya sehingga menjadi ketenangan jiwa, yang menjadikan kepercayaan bersih
dari kebimbangan dan keragu-raguan.
Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa Aqidah dalam agama islam
adalah keimanan yang teguh dan bersifat pasti kepada Allah dengan segala pelaksanaan
kewajiban, bertauhid dan taat kepada-Nya, beriman kepada Malaikat-malaikat-Nya, Rasul-
rasul-Nya, Kitab-kitab-Nya, hari Akhir, takdir baik dan buruk dan mengimani seluruh apa-
apa yang telah shahih tentang prinsip-prinsip Agama (Ushuluddin), perkara-perkara yang
ghaib, beriman kepada apa yang menjadi ijma'(konsensus) dari Salafush Shalih, serta seluruh
berita-berita qath'i (pasti), baik secara ilmiah maupun secara amaliyah yang telah ditetapkan
menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah yang shahih serta ijma' Salaf as-Shalih..
2.2 Nama-nama Aqidah
1. Al – Iman
'Aqidah disebut juga dengan al Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an dan
hadits -hadits Nabi saw, karena 'aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal - hal yang
berkaitandengannya. Sebagaimana penyebutan al?Iman dalam sebuah hadits yang masyhur
disebutdengan hadits jibril as. Dan para ularna sering menyebut istilah 'Aqidah dengan al
Iman dalarnkitab - kitab mereka.

2. 'Aqidah (Itiqaad dan 'Aqaa'id)


Para ularna juga sering menyebut ilmu 'Aqaa'id dan al'I'tiqaad.

3. Tauhid
'Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid
ataupengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma' wa Shifat. jadi,
Tauhidmerupakan kajian ilmu 'Aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya.
Oleh karenaitulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid.

4. As Sunnah
Disebut As Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang diternpuh oleh Rasulullah
danpara Sahabat ra, di dalam masalah 'aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur
(populer)pada tiga generasi pertama

5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah


Ushul artinya rukun - rukun Iman, rukun - rukun Islam dan masalah - masalah yang qath'i
sertahal - hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama.

6. Al Fiqhul Akbar
Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al Fiqhul Ashghar, yaltu kumpulan
hukum -hukum ijtihadi.

7. Asy Syari'ah
Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah saw, dan RasulNya
berupa jalan - jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (dasar -
dasar agama)
2.3 Sumber Aqidah Islam
Jika kita menelaah tulisan para ulama dalam menjelaskan akidah, maka akan didapati
2 sumber pengambilan dalil penting. Dua sumber tersebut meliputi :
1. Dalil asas dan inti yang mencakup Al Qur’an, As Sunnah dan Ijma’ para ulama
2. Dalil penyempurnaan yang mencakup akal sehat manusia dan fitrah kehidupan yang telah
diberikan oleh Alloh azza wa jalla
Al-Quran Sebagai Sumber ‘Aqidah
Al Qur’an adalah firman Alloh yang diwahyukan kepada Rasululloh sholallahu ‘alaihi
wassalam melalui perantara Jibril. Di dalamnya, Alloh telah menjelaskan segala sesuatu yang
dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ia
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi orang yang
beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka. Keagungan lainnya adalah tidak akan pernah
ditemui kekurangan dan celaan di dalam Al Qur’an, sebagaimana dalam firman-Nya :
ْ ‫ّك َك ِل َمتُ َوتَ َّم‬
ُ‫ت‬ َُ ‫صدْقاُ َر ِب‬ َ ‫لَّ َو‬
ِ ُ‫عدْل‬ ُ ‫ل‬ َّ ‫ْال َع ِليمُ ال‬
ُِ ‫س ِميعُ َوه َُو ِل َك ِل َماتِ ُِه مبَ ِ ّد‬
“Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil.
Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui” (Q.S. Al An’am:115)
Terjemahan :
“The word of thy Lord doth find its fulfilment in truth and in justice: None can change His
words: for He is the one who heareth and knoweth all” (Q.S. Al An’am:115)

Al Imam Asy Syatibi mengatakan bahwa sesungguhnya Alloh telah menurunkan syariat ini
kepada Rasul-Nya yang di dalamnya terdapat penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan
manusia tentang kewajiban dan peribadatan yang dipikulkan di atas pundaknya, termasuk di
dalamnya perkara akidah.
Alloh menurunkan Al Qur’an sebagai sumber hukum akidah karena Dia tahu kebutuhan
manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan jika
dicermati, akan ditemui banyak ayat dalam Al Qur’an yang menjelaskan tentang akidah, baik
secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita
mengetahui dan memahami akidah yang bersumber dari Al Qur’an karena kitab mulia ini
merupakan penjelasan langsung dari Rabb manusia, yang haq dan tidak pernah sirna ditelan
masa.
As Sunnah: Sumber Kedua
Seperti halnya Al Qur’an, As Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang dari Alloh
subhanahu wata’ala walaupun lafadznya bukan dari Alloh tetapi maknanya datang dari-Nya.
Hal ini dapat diketahui dari firman Allah :
‫)و َما‬
َ ٣(ُ‫يُيو َحى‬ َ ‫)إِ ْنُه َوُ ِإ َّل‬٤( ُ‫نطق‬
ٌ ‫ُو ْح‬ ِ ‫ن َي‬ َ ‫ْال َه َوى‬
ُِ ‫ع‬
“Dan dia (Muhammad) tidak berkata berdasarkan hawa nafsu, ia tidak lain kecuali wahyu
yang diwahyukan” (Q.S An Najm : 3-4)
Terjemahan
“ Nor does he say (aught) of (his own) Desire,It is no less than inspiration sent down to him”
(Q.S An Najm : 3-4)
Rasululloh sholallahu ‘alaihi wassalam juga bersabda:
“Tulislah, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar darinya kecuali
kebenaran sambil menunjuk ke lidahnya”. (Riwayat Abu Dawud)
Dan firman-Nya :
‫للا أ َ ِطيعواُْ آ َمنوُاْ الَّذِينَُ أَيُّ َها َيا‬
َُّ ْ‫ل َُوأ َ ِطيعوُا‬ َّ ‫ش ْيءُ ِفي تَنَازَ عْت ُْم فَإِن ِمنك ُْم ال َ ْم ُِر َوأ ْو ِلي‬
َُ ‫الرسو‬ َ
ُ‫للا ِإلَى فَردُّوه‬ ُِّ ‫ل‬ ُِ ‫الرسو‬ ُِّ ِ‫اآلخ ُِر َو ْال َي ْو ُِم ب‬
َّ ‫الل تؤْ ِمنونَُ كنت ُْم ِإن َو‬ ِ ‫ك‬ َُ ‫ْر َذ ِل‬ َ ‫تَأ ْ ِويالُ َوأ َ ْح‬
ٌُ ‫سنُ َخي‬
“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Q.S An Nisaa:59)
Terjemahan
“O ye who believe! Obey Allah, and obey the Messenger, and those charged with authority
among you. If ye differ in anything among yourselves, refer it to Allah and His Messenger, if
ye do believe in Allah and the Last Day: That is best, and most suitable for final
determination” (Q.S An Nisaa:59)

Firman Allah tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim untuk
juga mengambil sumber-sumber hukum akidah dari As Sunnah dengan pemahaman ulama.
Ibnul Qoyyim juga pernah berkata “Allah memerintahkan untuk mentaati-Nya dan mentaati
Rasul-Nya sholallohu ‘alaihi wassalam dengan mengulangi kata kerja (taatilah) yang
menandakan bahwa menaati Rasul wajib secara independent tanpa harus mencocokkan
terlebih dahulu dengan Al Qur’an, jika beliau memerintahkan sesuatu. Hal ini dikarenakan
tidak akan pernah ada pertentangan antara Qur’an dan Sunnah.
Ijma’ Para UlamaIjma’ adalah sumber akidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid
umat Muhammad sholallohu ‘alaihi wassalam setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu
masa. Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu tentang masalah ilmu tetapi juga memahami
dan mengamalkan ilmu.
Di dalam pengambilan ijma’ terdapat juga beberapa kaidah-kaidah penting yang tidak boleh
ditinggalkan. Ijma’ dalam masalah akidah harus bersandarkan kepada dalil dari Al Qur’an
dan Sunnah yang shahih karena perkara akidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak
diketahui kecuali dengan jalan wahyu. Sedangkan fungsi ijma’ adalah menguatkan Al Quran
dan Sunnah serta menolak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil yang dzoni
sehingga menjadi qotha’i.
Akal Sehat Manusia
Selain ketiga sumber akidah di atas, akal juga menjadi sumber hukum akidah dalam Islam.
Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat memuliakan akal serta memberikan haknya
sesuai dengan kedudukannya. Termasuk pemuliaan terhadap akal juga bahwa Islam
memberikan batasan dan petunjuk kepada akal agar tidak terjebak ke dalam pemahaman-
pemahaman yang tidak benar. Hal ini sesuai dengan sifat akal yang memiliki keterbatasan
dalam memahami suatu ilmu atau peristiwa.
Fitrah Kehidupan
Dalam sebuah hadits Rasululloh sholallohu ‘alaihi wassalam bersabda
“Setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang membuat
ia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi” (H.R Muslim)
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan untuk
menghamba kepada Alloh. Akan tetapi, bukan berarti bahwa setiap bayi yang lahir telah
mengetahui rincian agama Islam. Setiap bayi yang lahir tidak mengetahui apa-apa, tetapi
setiap manusia memiliki fitrah untuk sejalan dengan Islam sebelum dinodai oleh
penyimpangan-penyimpangan. Bukti mengenai hal ini adalah fitrah manusia untuk mengakui
bahwa mustahil ada dua pencipta alam yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama
2.4 Fungsi Aqidah
Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya disebut
sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar itu maka aqidah
memiliki peran yang sangat penting di dalam memunculkan semangat peningkatan kualitas
hidup seseorang. Fungsi tersebut antara lain:
A. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan.Sebab manusia yang di dalam
dirinya tertanam akidah atau keyakinan yang kuat, akan selalu merasa optimis dan merasa
akan berhasil dalam segala usahanya. Keyakinan ini didorong oleh keyakinan yang lain
bahwa allah sangat dekat padanya, bahkan selalu menyertainya dalam usaha dan aktivitas-
aktivitasnya.
B. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan.
Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh beberapa Ulama, adalah kepatuhan dan ketaatan
dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib yang berlaku, termasuk hukum alam
(sunnah allah) dengan kesadaran dan tanggung jawab. Akidah yang mantap akan mampu
menempatkan diri seseorang sebagai makhluk berdisiplin tinggi dalam kehidupanya. Disiplin
adalah kata kunci untuk keberhasilan. Karena itu bila seseorang muslim ingin berhasil, ia
harus berdisplin. Tanpa dsiplin, tidak munngkin seseorang dapat meraih kesuksesanya.
Dalam konteks peningkatan kualitas hidup displin sangat dituntut terutama:
1. Disiplin dalam waktu. Artinya, tertib dan teratur dalam memanfaatkannya dalam
penanganan kerja maupun dalam melakukan ibadah mahdhah.
2. Disiplin dalam bekerja. Artinya, seorang muslim yang berakidah menyadari bahwa ia
harus bekerja, sebagai pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah. Dan agar
kerjanya berhasil baik, diperlukan sikap displin. Sebab penangan kerja dengan kedisplinan
akan menghasilkan sesuatu secara maksimal dan membahagiakan.
C. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja.
Sebab seseorang yang memilki keyakinan yang mantap akan selalu berupaya keras untuk
keberhasilan kerjanya, sebagai bagian dari pemenuhan kataatanya pada Allah. Dengan
demikian melalui aqidahnya akan tersembul etos kerja yang baik yang tercermin dari ciri-ciri
berikut ini:
1) Memiliki jiwa kepeloporan dalam menegakan kebenaran
Kepeloporan disini dimaksud sebagai mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi
orang lain agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Jadi, ia memilki kemampuan untuk
mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran (role) sehingga kehadiranya selalu
dirasakan memberikan spirit bagi munculnya semangat peningkatan kualitas hidup setiap
oran di sekitarnya.
2) Memiliki perhitungan (kalkulatif)
Setiap langkah dalam hidupnya selalu diperhitungkan dari segala aspek, termasuk untung
dan resikonya, dan tentu saja sebuah perhitungan yang rasional.
3) Memiliki rasa iri yang mendalam pada perbuatan tidak merasa puas dalam berbuat
kebajikan.
Tipe muslim yang memilki aqidah yang kaut akan tampak dari semangatnya yang tak kenal
lelah melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai dan menegakan kebaikan. Sekali dia
berniat, ia akan menepati cita-citanya secara serius dan cermat, serta tidah mudah menyerah
bila berhadapan dengan cobaan dan rintangan. Dengan semangat semacam ini seorang
muslim selalu berusaha mengambil posisi dan memainkan peranan positif, dinamis, dan
keratif dalam penanganan kerjanya, dan memberi contoh kepada orang yang disekitarnya.
BAB III
Syariat
3.1 Pengertian syariat
Syariat Islam adalah hukum dan aturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan
umat Muslim. Selain berisi hukum dan aturan, syariat Islam juga berisi penyelesaian masalah
seluruh kehidupan ini. Maka oleh sebagian penganut Islam, syariat Islam merupakan panduan
menyeluruh dan sempurna seluruh permasalahan hidup manusia dan kehidupan dunia ini.
Terkait dengan susunan tertib syariat, Al Qur'an dalam surat Al Ahzab ayat 36 yang berbunyi
:
‫ل ِلمؤْ ِمنُ َكانَُ َو َما‬ َُ ‫ضى إِ َذا مؤْ ِمنَةُ َو‬َ َ‫للا ق‬ َُّ ُ‫ْال ِخيَ َرةُ لَهمُ يَكونَُ أَن أ َ ْمراُ َو َرسوله‬
ُْ ‫ص َو َمن أ َ ْم ِر ِه ُْم ِم‬
‫ن‬ ََُّ ُ‫ل فَقَ ُْد َو َرسولَه‬
ُ ِ ‫للا يَ ْع‬ َ ُ‫ض َالل‬
َُّ ‫ض‬ َ ُ‫ُّمبِينا‬
Artinya :
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata” (QS Al Azhab 73:33)
Terjemahan
“It is not fitting for a Believer, man or woman, when a matter has been decided by Allah and
His Messenger to have any option about their decision: if any one disobeys Allah and His
Messenger, he is indeed on a clearly wrong Path” (QS Al Azhab 73:33)

mengajarkan bahwa sekiranya Allah dan Rasul-Nya sudah memutuskan suatu perkara,
maka umat Islam tidak diperkenankan mengambil ketentuan lain. Oleh sebab itu, secara
implisit dapat dipahami bahwa jika terdapat suatu perkara yang Allah dan Rasul-Nya belum
menetapkan ketentuannya, maka umat Islam dapat menentukan sendiri ketetapannya itu.
Pemahaman makna ini didukung oleh ayat Al Qur'an dalam Surat Al Maidah (QS 5:101)
yang menyatakan bahwa hal-hal yang tidak dijelaskan ketentuannya sudah
dimaafkan Allah. Yang berbunyi :

‫لَ آ َمنوُاْ الَّذِينَُ أَيُّ َها َيا‬


ُ ْ‫ن تَ ْسأَلوُا‬
ُْ ‫ع‬َ ‫ت َ ْسأَلوُاْ َوإِن تَسؤْ ك ُْم لَك ُْم ت ْب َُد إِن أَ ْش َياء‬
َ َُ‫عفَا لَك ُْم ت ْب َُد ْالق ْرآنُ ين ََّزلُ ِحين‬
‫ع ْن َها‬ ُّ ‫ع ْن َها‬
َ ‫للا‬ َ ‫للا‬
ُّ ‫ور َو‬ ٌُ ‫َح ِلي ٌُم غَف‬
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal
yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di
waktu Al Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah
mema`afkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun” (QS
5:101)
Terjemahan
“O ye who believe! Ask not questions about things which, if made plain to you, may cause
you trouble. But if ye ask about things when the Qur'an is being revealed, they will be made
plain to you, Allah will forgive those: for Allah is Oft-forgiving, Most Forbearing” (QS
5:101)

Dengan demikian, perkara yang dihadapi umat Islam dalam menjalani


hidup beribadahnya kepada Allah SWT itu dapat disederhanakan dalam dua kategori, yaitu
apa yang disebut sebagai perkara yang termasuk dalam kategori Asas Syara' dan perkara yang
masuk dalam kategori Furu' Syara'.
 Asas Syara'
Yaitu perkara yang sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Qur'an atau Al
Hadits. Kedudukannya sebagai Pokok Syari'at Islam dimana Al Qur'an itu asas pertama
Syara' dan Al Hadits itu asas kedua Syara'. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam
seluruh dunia dimanapun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad SAW hingga akhir
zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
Keadaan darurat dalam istilah agama Islam diartikan sebagai suatu keadaan yang
memungkinkan umat Islam tidak mentaati Syariat Islam, ialah keadaan yang terpaksa atau
dalam keadaan yang membahayakan diri secara lahir dan batin, dan keadaan tersebut tidak
diduga sebelumnya atau tidak diinginkan sebelumnya, demikian pula dalam memanfaatkan
keadaan tersebut tidak berlebihan. Jika keadaan darurat itu berakhir maka segera kembali
kepada ketentuan syariat yang berlaku.
 Furu' Syara'
Yaitu perkara yang tidak ada atau tidak jelas ketentuannya dalam Al'quran dan Al
Hadist. Kedudukannya sebagai cabang Syariat Islam. Sifatnya pada dasarnya tidak mengikat
seluruh umat Islam di dunia kecuali diterima Ulil Amri setempat menerima sebagai
peraturan / perundangan yang berlaku dalam wilayah kekuasaanya. Perkara atau masalah
yang masuk dalam furu' syara' ini juga disebut sebagai perkara ijtihadiyah.
Pengertian Secara Istilah
Secara istilah, syariah mempunyai dua makna, pertama makna umum dan kedua makna
khusus. Makna pertama adalah agama, yaitu apa-apa yang Allah tetapkan untuk hamba-
hamba-Nya dan mengutus utusan dengan kitab-kitab untuk menyampaikannya dan untuk
menunjukkan manusia kepada kebaikan akhlak, muamalah dan dalam hubungan dengan Sang
Pencipta. dengan makna ini, syariah bermakna agama secara keseluruhan yang mencakup
dasar dan bagian-bagiannya. sebagaimana firman Allah :
َ ‫ّين ِ ّمنَُ لَكم ش ََر‬
ُ‫ع‬ ُِ ‫صى َما ال ِد‬ َّ ‫ْك أ َ ْو َح ْينَا َوالَّذِي نوحاُ بِ ُِه َو‬ َُ ‫ص ْينَا َو َما إِلَي‬
َّ ‫يم بِ ُِه َو‬
َُ ‫إِب َْرا ِه‬
‫سى‬ َ ‫سى َومو‬ َ ‫ن َو ِعي‬ َُ ‫َما ْالم ْش ِر ِكينَُ َعلَى َكب َُر فِي ُِه تَتَفَ َّرقوا َو‬
ُْ َ ‫ل ال ِدّينَُ أَقِيموا أ‬
‫للا ِإلَ ْي ُِه ت َ ْدعوه ُْم‬
َُّ ‫ينِيبُ َمن ِإلَ ْي ُِه َويَ ْهدِي يَشَاءُ َمن ِإلَ ْي ُِه يَ ْجت َ ِبي‬

Artinya : "Dia telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu
berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru
mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan
memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya)." (QS Asy-Syura :
13)
Terjemahan
“ The same religion has He established for you as that which He enjoined on Noah - the
which We have sent by inspiration to thee - and that which We enjoined on Abraham, Moses,
and Jesus: Namely, that ye should remain steadfast in religion, and make no divisions
therein: to those who worship other things than Allah, hard is the (way) to which thou callest
them. Allah chooses to Himself those whom He pleases, and guides to Himself those who turn
(to Him)”

Setiap nabi dan rosul di perintahkan untuk menegakkan agama Allah, yaitu menegakkan
tauhid dengan meng-esa-kan Allah. dan dengan ini, maka syariah berarti dasar agama.
Makna kedua adalah makna yang khusus, yaitu hukum-hukum syariah amaliyah (fiqih).
dengan makna ini, syariah di sebut untuk bagian-bagian agama yang termasuk di dalamnya
masalah-masalah ibadah. dengan makna ini juga berarti syariah tidak sama dengan syariah
yang lainnya. Allah berfirman :
‫ْك َوأَنزَ ْلنَا‬ َُ َ ‫ق ْال ِكت‬
َُ ‫اب إِلَي‬ ُِ ّ ‫ص ِدّقاُ بِ ْال َح‬
َ ‫ب ِمنَُ يَ َد ْي ُِه بَيْنَُ ِلّ َما م‬ُِ ‫احكم َعلَ ْي ُِه َوم َهي ِْمناُ ْال ِكتَا‬ ْ َ‫ف‬
‫ل بِ َما بَ ْينَهم‬ َُ َ‫للا أَنز‬ ُ ‫اءك َع َّما أ َ ْه َواءه ُْم تَتَّبِ ُْع َو‬
ُّ َ‫ل‬ َُ ‫ق ِمنَُ َج‬ ُِ ّ ‫ل ْال َح‬
ُّ ‫ِمنك ُْم َج َع ْلنَا ِلك‬
ُ‫للا شَاء َولَ ُْو َو ِم ْن َهاجاُ ِش ْر َعة‬ ُّ ‫اح َدةُ أ َّمةُ لَ َج َعلَك ُْم‬ ِ ‫آتَاكم َما فِي ِلّيَبْل َوك ُْم َولَـ ِكن َو‬
‫ت فَا ْست َ ِبقوا‬ُِ ‫ت َ ْخت َ ِلفونَُ ِفي ُِه كنت ُْم ِب َما فَينَ ِبّئكم َج ِميعاُ َم ْر ِجعك ُْم هللا ِإلَى ال َخي َْرا‬
Artinya :
"Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu
ujian[1] terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa
yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan
meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara
kamu[2], Kami berikan aturan dan jalan yang terang." (QS Al-Maidah : 48)
Terjemahan
“To thee We sent the Scripture in truth, confirming the scripture that came before it, and
guarding it in safety: so judge between them by what Allah hath revealed, and follow not
their vain desires, diverging from the Truth that hath come to thee. To each among you have
we prescribed a law and an open way. If Allah had so willed, He would have made you a
single people, but (His plan is) to test you in what He hath given you: so strive as in a race in
all virtues. The goal of you all is to Allah; it is He that will show you the truth of the matters
in which ye dispute” (QS Al-Maidah : 48)

Dan agama berarti hukum-hukum dan aturan-aturan. dan hukum syariah di bagi menjadi
tiga: Hukum Syariah I'tiqadiyah (Tauhid), Hukum Syariah Akhlaqiah (Tahdzib), dan Hukum
Syariah Amaliyah (Fiqih).
3.2 Sumber hukum islam
1. Al Qur'an
Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (QS
Saba 34:28). Selain sebagai sumber ajaran Islam, Al Qur'an disebut juga sebagai sumber
pertama atau asas pertama Syara'.
(QS Saba 34:28) Berbunyi :
َُ ‫س ْلن‬
‫َاك َو َما‬ َ ‫ل أ َ ْر‬ ُ ِ َّ‫ن َونَذِيراُ بَ ِشيراُ ِلّلن‬
َُّ ‫اس َكافَّةُ ِإ‬ َُّ ‫اس أ َ ْكث َ َُر َولَ ِك‬ َُ َُ‫يَ ْعلَمون‬
ُ ِ َّ‫ل الن‬
Artinya : “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya
sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada mengetahui.” (QS Saba 34:28)
Terjemahan
Meaning : “ We have not sent thee but as a universal (Messenger) to men, giving them glad
tidings, and warning them (against sin), but most men understand not.” (QS Saba 34:28)

Al Qur'an merupakan kitab suci terakhir yang turun dari serangkaian kitab suci
lainnya yang pernah diturunkan ke dunia. Dalam upaya memahami isi Al Qur'an dari waktu
ke waktu telah berkembang tafsiran tentang isi-isi Al Qur'an namun tidak ada yang saling
bertentangan.
2. Al Hadist
1. Hadits Hasan 2. Hadits Shaheh 3. Hadits Dhaif 4. maudu'
3. Ijtihad
Ijtihad adalah sebuah usaha untuk menetapkan hukum Islam berdasarkan Al Qur'an dan Al
Hadist. Ijtihad dilakukan setelah Nabi Muhammad SAW wafat sehingga tidak bisa langsung
menanyakan pada beliau tentang sesuatu hukum. Namun, ada hal-hal ibadah tidak bisa di
ijtihadkan. Beberapa macam ijtihad, antara lain :
A. Ijma, kesepakatan para-para ulama
B. Qiyas, diumpamakan dengan suatu hal yang mirip dan sudah jelas hukumnya
C. Maslahah Mursalah, untuk kemaslahatan umat
D. 'Urf, kebiasaan
Perbedaan Al Qur'an dan Al Hadist
- AL QUR'AN, merupakan Kitab Suci yang Oleh Pemeluknya dianggap sebagai 'Suara
Tuhan' yang dituliskan. - Al HADIS, merupakan Kumpulan yang Khusus memuat 'Ucapan-
ucapan nabi Muhammad' dan 'Cerita-cerita tentang Nabi Muhammad'.
3.3 Pembagian Syariat Islam
Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Ilmu Tauhid, yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasar-dasar
keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-benar menjadi keimanan
kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan dengan Dzat dan Sifat Allah swt. yang harus
iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya,
dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan siksa, serta iman kepada
qadar baik dan buruk. Ilmu tauhid ini dinamakan juga Ilmi Aqidah atau Ilmu Kalam.
2. Ilmu Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan
penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada perlindungan
keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus berbuat benar, harus
memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta dan berkhianat.
3. Ilmu Fiqh, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya
dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh mengandung dua bagian: pertama,
ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya.
Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah misalnya
shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang
hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh dapat juga disebut
Qanun (undang-undang)

3.4 Tujuan Syariat Islam


Menurut buku “Syariah dan Ibadah” (Pamator 1999) yang disusun oleh Tim Dirasah
Islamiyah dari Universitas Islam Jakarta, ada 5 (lima) hal pokok yang merupakan tujuan
utama dari Syariat Islam, yaitu:
1. Memelihara kemaslahatan agama (Hifzh al-din)
Agama Islam harus dibela dari ancaman orang-orang yang tidak bertanggung-jawab yang
hendak merusak aqidah, ibadah dan akhlak umat. Ajaran Islam memberikan kebebasan untuk
memilih agama, seperti ayat Al-Quran:

Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada
Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 256).
Terjemahan
“ Let there be no compulsion in religion: Truth stands out clear from Error: whoever rejects
evil and believes in Allah hath grasped the most trustworthy hand-hold, that never breaks.
And Allah heareth and knoweth all things” (QS Al-Baqarah [2]: 256).

Akan tetapi, untuk terpeliharanya ajaran Islam dan terciptanya rahmatan lil’alamin, maka
Allah SWT telah membuat peraturan-peraturan, termasuk larangan berbuat musyrik dan
murtad:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa
yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendakiNya. Barangsiapa yang
mempesekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An-Nisaa [4]:
48).

Terjemahan
“And give the women (on marriage) their dower as a free gift; but if they, of their own good
pleasure, remit any part of it to you, Take it and enjoy it with right good cheer” (QS An-
Nisaa [4]: 48).
Dengan adanya Syariat Islam, maka dosa syirik maupun murtad akan ditumpas.
2. Memelihara jiwa (Hifzh al-nafsi)
Agama Islam sangat menghargai jiwa seseorang. Oleh sebab itu, diberlakukanlah hukum
qishash yang merupakan suatu bentuk hukum pembalasan. Seseorang yang telah membunuh
orang lain akan dibunuh, seseorang yang telah mencederai orang lain, akan dicederai,
seseorang yang yang telah menyakiti orang lain, akan disakiti secara setimpal. Dengan
demikian seseorang akan takut melakukan kejahatan. Ayat Al-Quran menegaskan:

“ Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-
orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba dan
wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema`afan dari saudaranya,
hendaklah (yang mema`afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi
ma`af) membayar (diat) kepada yang memberi ma`af dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang
melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih. (QS Al-Baqarah [2]:
178).

Terjemahan
“O ye who believe! the law of equality is prescribed to you in cases of murder: the free for
the free, the slave for the slave, the woman for the woman. But if any remission is made by
the brother of the slain, then grant any reasonable demand, and compensate him with
handsome gratitude, this is a concession and a Mercy from your Lord. After this whoever
exceeds the limits shall be in grave penalty.”
Namun, qishash tidak diberlakukan jika si pelaku dimaafkan oleh yang bersangkutan, atau
daiat (ganti rugi) telah dibayarkan secara wajar. Ayat Al-Quran menerangkan hal ini:
3. Memelihara akal (Hifzh al-’aqli)
Kedudukan akal manusia dalam pandangan Islam amatlah penting. Akal manusia dibutuhkan
untuk memikirkan ayat-ayat Qauliyah (Al-Quran) dan kauniah (sunnatullah) menuju manusia
kamil. Salah satu cara yang paling utama dalam memelihara akan adalah dengan menghindari
khamar (minuman keras) dan judi.
4. Memelihara keturunan dan kehormatan (Hifzh al-nashli)
Islam secara jelas mengatur pernikahan, dan mengharamkan zina. Didalam Syariat Islam
telah jelas ditentukan siapa saja yang boleh dinikahi, dan siapa saja yang tidak boleh dinikahi
5. Memelihara harta benda (Hifzh al-mal)
Dengan adanya Syariat Islam, maka para pemilik harta benda akan merasa lebih aman,
karena Islam mengenal hukuman Had, yaitu potong tangan dan/atau kaki. Seperti yang
tertulis di dalam Al-Quran:
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya
(sebagaimana) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah.
Dan Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana”
(QS Al-Maidah [5]: 38).
Terjemahan
“As to the thief, Male or female, cut off his or her hands: a punishment by way of example,
from Allah, for their crime: and Allah is Exalted in power” (QS Al-Maidah [5]: 38).

Hukuman ini bukan diberlakukan dengan semena-mena. Ada batasan tertentu dan
alasan yang sangat kuat sebelum diputuskan. Jadi bukan berarti orang mencuri dengan serta
merta dihukum potong tangan. Dilihat dulu akar masalahnya dan apa yang dicurinya serta
kadarnya. Jika ia mencuri karena lapar dan hanya mengambil beberapa butir buah untuk
mengganjal laparnya, tentunya tidak akan dipotong tangan. Berbeda dengan para koruptor
yang sengaja memperkaya diri dengan menyalahgunakan jabatannya, tentunya hukuman
berat sudah pasti buatnya. Dengan demikian Syariat Islam akan menjadi andalan dalam
menjaga suasana tertib masyarakat terhadap berbagai tindak pencurian.
BAB IV
Akhlak
4.1 Pengertian Ahlak
Akhlak secara terminologi berarti tingkah laku seseorang yang didorong oleh suatu
keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan yang baik. Akhlak merupakan
bentuk jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku,
atau tabiat.
Dalam Encyclopedia Brittanica, akhlak disebut sebagai ilmu akhlak yang mempunyai arti
sebagai studi yang sistematik tentang tabiat dari pengertian nilai baik, buruk, seharusnya
benar, salah dan sebaginya tentang prinsip umum dan dapat diterapkan terhadap sesuatu,
selanjutnya dapat disebut juga sebagai filsafat moral.
Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Ia dengan takwa
merupakan'buah' pohon Islam yang berakarkan akidah, bercabang dan berdaun syari'ah.
Pentingnyakedudukan akhlak, dapat dilihat dari berbagai sunnah qauliyah (sunnah dalam
bentuk perkataan)Rasulullah. Diantaranya adalah:

Akhlak Nabi Muhammad, yang diutus menyempurnakan akhlak manusia itu, disebut
akhlak Islami karena bersumber dari wahyu Allah yang kini terdapat dalam Al-Qur'an yang
menjadisumber utama ajaran Islam.

4.2 Pembagian Akhlak


Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
 Akhlak Al-Karimah ( Mahmudah )
Akhlak Al-Karimah yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat
membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan ummat. Adapun yang tergolong
kepada akhlak al-karimah atau akhlak yang mulia di antaranya :
1. Benar atau jujur
Benar atau jujur termasuk golongan akhlak al-karimah. Benar artinya sesuainya sesuatu
dengan kenyataan yang sesungguhnya, dan ini tidak saja berupa perkataan tetapi juga
perbuatan. Dal;am bahasa arab benae atau jujur di sebut siddik (‫ص ِديْق‬
ِ ), lawan dari kizbu
(‫ ) ِكدْب‬yaitu bohong atau dusta
2. Ikhlas
Ikhlas adalah murni atau bersih, tak ada campuran, ibarat emas, ialah emas tulen, bersih dari
segala macam campuran yang lain seperti: perak dan lain sebagainya. Maksud bersih disini
ialah bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-motif yang selain Allah, seperti ingin
di puji orang, ingin mendapat nama dan lain sebagainya. Jadi, sesuatu pekerjaan dapat di
katakan ikhlas, kalau pekerjaan itu di lakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap
ridhonya dan pahalanya
3. Qona’ah
Qona’ah ialah menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang
dimiliki. Qona’ah dalam pengertian yang luas sebenarnya mengandung lima perkara:
a. Menerima dengan rela apa yang ada
b. Memohon kepada tuhan tambahan yang pantas, disertai dengan usaha atau ikhtiar
c. Menerima dengan sabar ketentuan tuhan
d. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia
4. Malu
Malu ialah perasaan undur seseorang sewaktu lahir atau tampak dari dirinya sesuatu yang
membawa ia tercela. Adakala ia malu kepada dirinya sendiri, atau kepada orang lain, atau
adakala juga malu kepada Allah. Ketiga macam ini lebih-lebih malu kepada Allah merupakan
sendi keutamaan dan pokok dasar budi pekerti yang mulia, sebab dengan adanya malu kepada
Allah orang tidak akan berani durhaka kepada Allah dengan melanggar segala larangannya
serta mengabaikan perintah-perintahnya, baik sewaktu dilihat orang maupun tidak.

 Akhlak Mazmumah
Akhlak mazmumah yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol ilahiyah, atau berasal dari hawa
nafsu yang berada dalam lingkaran syaithoniyah dan dapat membawa suasana negatif serta
destruktif bagi kepentingan umat islam Macam-macam akhlak mazmumah
 Bohong atau dusta
Bohong atau dusta adalah pernyataan tentangn suatu hal yang tidak cocok dengan kenyataan
yang sesungguhnya, dan ini tidak saja menyangkut perkataantetapi juga perbuatan. Dalam
pandangan agama, dusta adalah suatu hal yang sangat terkutuk dan tercela, ia merupakan
pokok dan induk dari bermacam-maacm akhlak yang buruk, yang tidak saj amerugikan
masyarakat pada umumnya tetapi juga merugikan orang itu sendiri.
 Takabbur
Takabbur ialah salah satu diantara akhlak yang tercela pula. Arti takabbur ialah merasa atau
mengaku dirinya besar, tinggi atau mulia, melebihi orang lain, pendek kata merasa dirinya
serba hidup. Sikap yang demikian berakibat dia tidak tahu dirinya, sukar menyadari
kelemahan atau kesalahan dirinya, dan kelebihan atau kebenaran orang lain, karena itu Nabi
SAW barkata: ‫َاس‬ ِ ‫طر ْال َح‬
َ ‫ق َو َغ‬
ِ ‫ظم الن‬ َ َ ‫“ ْال ِكدب ت‬Takabbur itu ialah menolak kebenaran dan
menghinakan orang lain” ( HR. Muslim )
 Dengki
Dengki atau kata arabnya “hasad” jelas termasuk akhlak mazmumah. Dengki itu ialah rasa
atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang di peroleh orang lain dan berusaha untuk
menghilangkan kenikmatan itu dari orang lain tersebut, baik dengan maksud supaya
kenikmataan itu berpindah ketangan sendiri atau tidak
4.3 Ahlak baik terhadap Allah SWT , Orang tua , Sesama
manusia Dan Lingkungan

A. Akhlak Baik Terhadap Allah SWT


 Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Aalh untuk menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukan terhadap perintah
Allah.
 Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan ketenangan
dan ketentraman hati.
 Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus
pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan do’a dalam ajaran
Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu
berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu secara utuh
dalam aktifitas hidup setiap muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak
menerima keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang
sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
 Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
 Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan
angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah.

B. Ahlak baik terhadap orang tua


Salah satu ajaran paling penting setelah ajaran Tauhid adalah berbakti kepada kedua orang
tua. Bahkan, menurut pendapat banyak ulama, ajaran berbakti kepada kedua orang tua ini
menempati urutan kedua setelah ajaran menyembah kepada Allah S.w.t. Dalam Al-Qur’an
disebutkan:

َ‫ك ْال ِك َب َر‬ َ‫ساناَ ِإ اما يَ ْبلُغ ا‬


ََ ‫َن ِعن َد‬ َِ ‫لا إِيااَهُ َوبِ ْال َوا ِل َدي‬
َ ‫ْن ِإ ْح‬ َ َ ‫ُّك أ‬
َ ‫لا ت َ ْعبُدُوَاْ ِإ‬ ََ ‫ضى َرب‬ َ َ‫َوق‬
َ‫لَ ت َ ْن َه ْر ُه َما َوقُل لا ُه َما قَ ْولَ َك ِريما‬َ ‫الَ تَقُل لا ُه َمآ أُفَ َو‬ َ َ‫أ َ َح ُد ُه َما أ َ َْو ِكالَ ُه َما ف‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah
kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” (Q, s. al-
Isra’ / 17:23)
Terjemahan
“ Thy Lord hath decreed that ye worship none but Him, and that ye be kind to parents.
Whether one or both of them attain old age in thy life, say not to them a word of contempt,
nor repel them, but address them in terms of honour.”

Ada tiga kelompok yang disebut orang tua dalam ajaran


Islam. Pertama, “‫ “األب الذي ولدك‬: bapak-ibu yang melahirkan, yaitu bapak-ibu
kandung. Kedua, “‫ “األب الذي زوجك‬: bapak-ibu yang mengawinkan, yaitu bapak-ibu
mertua. Ketiga, “‫ “األب الذي علمك‬: bapak-ibu yang mengajarkan, yaitu bapak-ibu guru. Ketiga
kelompok inilah yang diwajibkan atas kita untuk menghormati dan berbuat baik kepadanya.

C. Ahlak baik terhadap sesama manusia


Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan
sesama manusia. Petunjuk dalam hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-
hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang
benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib sesorang
dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-
Qur'an surat Al-Baqarah ayat 263 yakni:

Artinya: "Perkataan yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha
Penyantun” (al-Baqarah :263)

Terjemahan
“ Kind words and the covering of faults are better than charity followed by injury. Allah is
free of all wants, and He is Most-Forbearing.” (al-Baqarah :263)

Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar.
Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan
ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat
24 yakni :
Artinya: "Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjaka (An-Nur : 24). “

Tejemahan
“On the Day when their tongues, their hands, and their feet will bear witness against them as
to their actions.”

Ahlak Terhadap Ligkungan


D. Akhlak baik terhadap lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar manusia,
baik binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang tidak bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur'an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,
pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaanya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau
memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak memberi kesempatan kepada
makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.
Ini berarti manusia dituntut mampu menghormati proses yang sedang berjalan, dan
terhadap proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertangung
jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai
perusakan pada diri manusia itu sendiri.
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya di ciptakan oleh Allah
SWT, dan menjadi milik-Nya, serta kesemuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya.
Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk menyadari bahwa semunya adalah
"umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

BAB V
PENUTUP
Aqidah, syariah dan akhlak dalam Al-Qur’an disebut iman dan amal saleh. Iman menunjukkan
makna aqidah, sedangkan amal saleh menunjukkan pengertian syariah dan akhlak.
Seseorang yg melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dilandasi aqidah, maka perbuatannya hanya
dikategorikan sebagai perbuatan baik. Perbuatan baik adalah perbuatan yg sesuai dengan nilai-nilai
kemanusiaan, tetapi belum tentu dipandang benar menurut Allah. Sedangkan perbuatan baik yg
didorong oleh keimanan terhadap Allah sebagai wujud pelaksanaan syariah disebut amal saleh.
Kerena itu didalam Al-Qur’an kata amal saleh selalu diawali dengan kata iman.
Antara lain firman Allah dalam (An-Nur, 24:55) :

“Allah menjanjikan bagi orang-orang yg beriman diantara kamu dan mengerjakan amal saleh
menjadi pemimpin di bumi sebagaimana Ia telah menjadikan orang-orang dari sebelum mereka
(kaum muslimin dahulu) sebagai pemimpin; dan mengokohkan bagi mereka agama mereka yg Ia
Ridhai bagi mereka; dan menggantikan mereka dari rasa takut
mereka (dengan rasa) tenang. Mereka menyembah (hanya) kepada-Ku, mereka tidak
menserikatkan Aku dengan sesuatupun. Dan barang siapa ingkar setelah itu, maka
mereka itu adalah orang-orang yg fasik” (An-Nur, 24:55)
Terjemahan
“ Allah has promised, to those among you who believe and work righteous deeds, that He will, of a
surety, grant them in the land, inheritance (of power), as He granted it to those before them; that He
will establish in authority their religion - the one which He has chosen for them; and that He will
change (their state), after the fear in which they (lived), to one of security and peace: 'They will
worship Me (alone) and not associate aught with Me. 'If any do reject Faith after this, they are
rebellious and wicked.” (An-Nur, 24:55)
Oleh karena itu sebagai muslim dan muslimah yang taat kita harus menjalankan Aqidah , syariat dan
ahlak secara bersamaan agar dapat mendapat ridha Allah SWT. Demikian makalah ini kami tulis,
yang kami harap dapat berguna untuk kami khususnya dan untuk teman-teman , agar dapat
memahami lebih dalam apa itu Aqidah, Syariah dan Ahlak. Semoga kita semua termasuk golongan
orang yang benar.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.alquran-indonesia.com/web/quran/
http://id.wikipedia.org/wiki/Aqidah
http://alislamu.com/aqidah/683-definisi-aqidah.html
http://muslimcianjur.blogspot.com/2007/04/aqidah-syariah-dan-akhlak-dalam-islam.html
http://pembahasanaqidahsyariahdanakhlak.blogspot.com
http://www.wikisyariah.com/2011/01/syariah.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Syariah
http://ilfen.blogspot.com/2012/12/makalah-tentang-aqidahshariat-dan-ahlak_8376.html
http://islamwiki.blogspot.com/2012/08/pengertian-syariah-dalam-arti-luas-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Akhlak
http://zairifblog.blogspot.com/2011/01/pembagian-akhlak.html
http://alumni1pleret.forumotion.net/t6-akhlak-kepada-allah
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2108596-pengertian-
aqidah/#ixzz28fUM6PHx
http://www.dakwatuna.com/2008/02/412/mengenal-syariat-islam-bagian-1/#ixzz28iBqtxMu
http://id.shvoong.com/books/guidance-self-improvement/1973693-akhlak-terhadap-sesama-manusia-
dan/#ixzz28idDdNTT

Anda mungkin juga menyukai